Anda di halaman 1dari 12

FRAMEWORK VIDEO PENGOLAHAN SAMPAH

Pot Bunga Kangen (Kaleng dan Kemasan Detergen)

Oleh:
Kelompok 3 Fisika
Adinda M S (K7110005) Anidaa Elsa (K7110031)
Afina A (K7110010) Aulia Diah R (K7110043)
Alfania P F (K7118017)

Tugas Mata kuliah : Manusia dan Lingkungan


Dosen Pengampu : Roy Ardiyansyah, M.Pd

PENDAHULUAN

Sampah merupakan sisa pakai dari kemanfaatan yang digunakan oleh kebutuhan
manusia. Sampah seringkali dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Sampah
dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai. Secara umum, manusia
menganggap sampah adalah barang sisa dari aktifitas manusia dan keberadaannya
mengganggu estetika lingkungan. (Zayadi Hasan, 2018)

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 memberikan penjelasan bahwa sampah adalah


sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya
sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas
sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak
mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3)
sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti
sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen
penyakit yang berbahaya. (I Wayan Suwarna, 2008:1).

Meningkatnya nilai konsumsi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, menjadi


penyumbang dari semakin banyaknya sampah yang harus dibuang. Pertumbuhan manusia
yang setiap tahun meningkat, tidak luput dari penyumbang sampah terbesar di berbagai
daerah. Hal itu dipengaruhi oleh lingkungan dan karakter masyarakat yang menjadi problem
penting dalam memahami dan mengimplementasikan penanganan sampah bagi suatu daerah.
Bertambahnya sampah sejalan dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur dan
meningkatnya pertumbuhan manusia tanpa diimbangi dengan pola penanganan dan
pengelolaan sampah dengan sarana dan prasaran yang memadai. (F.L. Sudiran, 2005:17)
Kegiatan pembuangan sampah adalah kegiatan yang tidak mempunyai titik akhir,
sehingga diperlukan penanganan dan pengelolaan secara konkrit dan sistematis.. Hal itu
karena dampak yang ditimbulkan oleh sampah menjadi permasalahan yang sangat
berpengaruh terhadap lingkungan, kesehatan dan kehidupan social masyarakat. Propaganda
bencana seringkali mengingatkan bagi kehidupan masyarakat. Terutama bencana banjir setiap
tahun menghiasi “dinding” masyarakat perkotaan. (Lilis Sulistyorini, 2005:78)

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari liputan6.com yang menyebutkan ada


salah seorang netizen di media sosial twitter dengan akun selfeeani yang menemukan adanya
sampah plastik yang masih utuh di bibir pantai. Dilihat dari kemasan sampah plastik tersebut
merupakan kemasan makanan yang memiliki usia sekitar 19 tahun, karena pada bagian depan
kemasan tertulis 55 tahun Dirgahayu Republik Indonesia. Sampah platik tersebut tetap utuh
hanya warnanya saja yang memudar.

Permasalahan utama yang dialami ialah pemilahan, pemisahan, penanganan, dan


pengelolaan sampah rumah tangga. Daripada menunggu pengangkatan sampah rumah tangga
ke tempat pembuangan akhir untuk dibakar, sama saja dengan mencemari lingkungan dengan
menimbulkannya paradigma baru. Lebih baik dari dalam diri kita sendiri menanamkan
berbagai inovasi yang perlu dilakukan dalam beberapa model pengelolaan sampah rumah
tangga yang baik dan benar.

Disini kami akan berinovasi terhadap sampah rumah tangga berupa sampah plastik
detergen dan kaleng untuk dibuat sebagai pot. Dengan produk ini diharap dapat mengurangi
penumpukan sampah sulit terurai dan juga pengurangan penggunaan produk pot lain yang
menggunakan plastik baru. Memanfaatkan metode bertanam dalam lahan sempit, pot ini dapat
dimanfaatkan sebagai media tanam metode tabulampot (tanaman buah dalam pot) dan metode
tanam vertikultural.

Karena orientasi produk inovasi ini tidak menekan pada daya jual dan profit ekonomis,
pot ini selanjutnya diharap dapat diproduksi secara mandiri di tiap-tiap rumah. Dengan cara
pembuatan yang mudah dan dengan memanfaatkan sampah yang dihasilkan oleh rumah
tangga itu sendiri, maka hanya tinggal menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk beralih
menggunakan pot inovasi ini.

PEMBUATAN POT TANAMAN KANGEN

Pot bunga adalah sebuah wadah dari tanaman hias yang biasa ditemukan di pasaran
berbahan dasar plastik atau tanah liat. Akan tetapi, pot bunga dari tanah liat kurang diminati
konsumen karena beratnya yang lebih daripada pot berbentuk plastik dan mudah pecah
sehingga banyak konsumen yang lebih memilih untuk menggunakan pot berbahan dasar
plastik. Pot berbahan dasar plastik tidak hanya diperuntukkan tanaman hias seperti bunga saja
namun dalam perkembangannya bahan plastik juga merambah bidang pembibitan pada
tanaman yaitu dibuatnya polybag. Pengadaan polybag dan pot berbahan dasar plastik ini tentu
saja menambah ketergantungaan manusia terhadap bahan plastik, yang telah diketahui bahwa
plastik akan lama terurai di tanah.

Oleh karena itu daripada memperbanyak konsumsi pot yang berbahan dasar plastik,
akan lebih baik memproduksi sendiri pot bunga dari bahan bekas rumah tangga yang sudah
tak terpakai lagi. Dengan memproduksi pot dari bahan yang sudah tak terpakai tentu
menghasilkan sebuah inovasi kreatif yang lebih efisien dan tentunya dapat mengurangi
konsumsi barang baru yang menggunakan plastik. Pemanfaatan barang yang tak terpakai lagi
adalah salah satu bentuk pengamalan terhadap salah satu tahap pengelolaan sampah 3R
(Reuse, Reduce, Recycle) yang menunjukkan kita sebagai manusia yang peduli terhadap
lingkungan dan bumi yang kita tinggali.

Berikut ini adalah tahapan dari pembuatan pot bunga berbahan dasar bungkus
detergen dan kaleng yang sudahtidak terpakai lagi.
1. Alat dan Bahan
Untuk membuat satu buah produk pot bunga diperlukan alat dan bahan sebagai
berikut.
a. Alat
1) Bungkus detergen 3 buah
2) Kaleng bekas 1 buah
3) Gunting 1 buah
4) Paku 1 buah
5) Palu 1 buah
b. Bahan
1) Lem kayu 1 bungkus
2) Tanaman Hias 1 buah
3) Tanah 1 kg
4) Air 100 ml
2. Langkah Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Melubangi kaleng bagian samping dan bawah menggunakan paku dan palu
sebanyak dua lubang di sisi samping dan 4 di sisi bawah kaleng guna jalannya
air.
c. Menggunting 2 bungkus detergen menjadi potongan kecil.
d. Menggunting 1 bungkus detergen sebesar alas dan sisi bagian dalam kaleng
bekas.
e. Menempelkan 1 bungkus detergen yang telah dipotong menggunakan lem kayu
pada alas dan sisi bagian dalam kaleng bekas.
f. Menyusun dan menempelkan potongan kecil dari bungkus detergen pada sisi
luar kaleng bekas hingga menutupi semua bagian luarnya dengan lem kayu.
g. Melubangi kembali lubang yang telah tertutup bungkus detergen menyesuaikan
lubang awal kaleng dengan gunting.
h. Memasukkan tanah ke dalam kaleng hingga 3/4 kaleng terisi.
i. Memasukkan tanaman hias ke dalam kaleng berisi tanah hingga akarnya
tertanam dengan kuat.
j. Menyiramkan air kepada tanaman hiaas di dalam kaleng.
k. Menyimpan pot bunga dari kaleng bekas dan bungkus detergen yang telah
berisi tanaman pada area yang cukup memperoleh sinar matahari seperti teras
rumah.

PEMBAHASAN

Pot Kangen (Kaleng dan Kemasan detergen) dibuat dengan sampah plastik detergen
dan kaleng bekas. Kami memilih inovasi dari dua bahan tersebut dikarenakan beberapa
alasan. Pertama, sebelumnya disini kami sajikan data dari beberapa berita dan jurnal yang
kami temukan mengenai dampak dari limbah plastik. Tentu gerakan mengurangi sampah
plastik disebabkan oleh bahayanya sampah tersebut bagi lingkungan. Sampah plastik
merupakan sampah yang sulit dan membutuhkan waktu lama untuk terurai. Oleh karenanya
dengan produk kami, diharap mampu mengurangi bahaya yang ditimbulkan dari menyebarnya
sampah plastik.

Seperti dijelaskan dalam republika.co.id (21/5/2019) penguraian sampah anorganik


dapat terjadi tahunan. Berikut di antaranya; tisu kertas (2-4 minggu), kaos katun (2-5 bulan),
puntung rokok (1-5 tahun), kantong plastik (10-20 tahun), plastic foam (50 tahun), kaleng
alumunium bekas tempat minum, sarden atau buah kaleng (80-200 tahun), diapers sekali
pakai (450 tahun), botol kaca ( 1 juta tahun)

Berita tentang pencemaran sampah


plastik setiap harinya selalu ter-update. Dalam
mesin browsing google, mengetik dengan kata
kunci “Sampah” akan menampilkan berita yang
selalu terupdate setiap harinya. Berita terakhir
per 10 Juni 2018 juga mengenai sampah plastik.
Berita yang sempat viral dari Liputan6.com,
Jakarta - Minggu sore, 18 November 2018,
sekitar pukul 16.00 Wita, seekor paus sperma
(Physeter macrocephalus) ditemukan warga
terdampar di sekitar Pulau Kapota, Kabupaten
Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Paus sepanjang
9,5 meter dan memiliki lebar 1,85 meter itu Gambar 1. Paus pemakan sampah
ditemukan dalam kondisi sudah jadi bangkai.
Saat ditemukan, paus malang itu dikelilingi sampah plastik dan potongan-potongan kayu. Saat
perut paus dibelah, ternyata di dalamnya juga berisi beragam sampah plastik seberat kurang
lebih 6 kilogram.

Menurut PBB,
limbah
sekarang
ditemukan di
lautan dunia.
Menurut
berita
Kompas.com
di Palung
Mariana
ditemukan
kedalaman
Gambar 2. Hasil mesin pencarian google dengan kata kunci "sampah"
lautan
mengandung tingkat polusi yang tinggi. Di laut paling dalam yang pernah dijelajahi kapal
selam, seorang investor dan penjelajah asal Texas amat terkejut dengan apa yang dilihatnya,
sampah plastik. Victor Vescovo, seorang pensiunan angkatan laut, mengatakan, dia
menemukan sampah plastik itu di kedalaman 10.928 meter di Palung Mariana di Samudera
Pasifik.

Gambar 3. sampah plastik di dasar laut. https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/0.03119200-


1557802809-11110508-16x9-2150x1210.jpg.jpg

Kedua, berdasar data-data mengenai dampak sampah sebelumnya, tujuan dari inovasi
kami ialah dengan adanya produk kami diharap mampu memanfaatkan kembali barang yang
telah habis kebermanfaatanya, dan apabila dibiarkan akan menjadi masalah baru bagi
lingkungan. Sampah plastik detergen merupaakan sampah yang secara berkala dihasilkan
oleh rumah tangga. Mengutip perkataan Sandiaga uno pada tahun 2017 di berita
Kompas.com, “Pengelolaan sampah bukan hanya oleh dinas, tetapi juga masyarakat”. Hal
tersebut benar adanya, mengingat banyaknya sampah yang dihasilkan masyarakat, tidak
semuanya dapat di olah oleh pihak dinas kebersihan atau diarahkan ke tempat pembuangan
akhir untuk di daur ulang.

2018) Selanjutnya, alasan kami memilih produk inovasi pengelolaan sampah berupa pot
tanaman karena didasarkan pada beberapa alasan. Pot seperti yang kita tau adalah media yang
digunakan untuk menanam tanaman, berbentuk wadah cekung yang di isi oleh tanah sebagai
media tanam. Sebelumnya telah banyak dikenal pot dari tanah liat, plastik dan kramik. Pot
banyak di gunakan di seluruh dunia. Menurut salah satu situs internet internasional
Youris.com diperkirakan sekitar 500 juta pot tanaman plastik digunakan setiap tahun (Allen
2018). Oleh karena itu, dapat dikatakan urgensi pot dalam dunia cocok tanam konserfatif
terbilang besar. Meski banyak yang mulai beralih pada media tanam lain seperti aeroponik
dan hidroponik, tetap saja pot dengan tanah merupakan media yang masih banyak diminati.

Dalam Frame Work ini kami cantumkan bahan dan cara membuat Pot Kangen. Secara
sederhana konsep pot kangen adalah melapisi kaleng dengan plastik detergen (atau kalau
bahan plastik lain sejenis) kemudian untuk mendapat nilai estetkikanya bagian luar dihias
dengan tempelan kertas serupa. Karena plastik merupakan bahan awet, maka daya tahan
produk ini cukup kuat, apabila terjadi kerusakan pada produk hal yang dilakukan adalah
menambal dengan plastik lagi. Dikarenakan disini ada singgungan antara zat alami tanah
terhadap zat kimia plastik, tentu harus diperhatikan apakah akan ada dampaknya terhadap
beberapa variabel terkait cocok tanam, seperti ph tanah dan kesuburan tumbuhan.

Dalam iSQAPER yang dikeluarkan IEEP, berjudul “plastic pollution in soil” dikenal
istilah mikroplastik. Mikroplastik adalah partikel kecil dari plastik yang berukuran kurang
dari 5 mm yang ditemukan dalam lingkungan baik dalam air maupun tanah. Terdapat dua
jenis mikroplastik yaitu mikro primer yang diproduksi manusia seperti kemasan plastik, kedua
jenis mikroba sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan (Gionfra 2018).
Mikroplastik dapat mempengaruhi kualitas tanah. Padahal tren saat ini adalah
mengaplikasikan plastik di pertanian. Seperti penggunaan polybag dan plastik mulba dalam
pertanian, itu memungkinkan kualitas tanah menurun apabila plastik mulai terurai dan
terpecah menjadi bagian kecil-kecil. Plastik yang terurai tidak seperti sampah organik, namun
akan rapuh menjadi plastik kecil yang mempunyai dampak buruk terhadap tanah karena sifat
kimianya. Namun, dengan perawatan dan pengecekan berkala terhadap plastik maka dapat
diminimalisasikan dampaknya.

Dikenal istilah polybag, atau pot dari plastik tipis yang biasanya untuk pembibitan
tanaman atau rempah apotek hidup. Pot ini seringkali juga digunakan untuk membawa bibit
dari toko kemudian dibuang. Pot ini memang ekonomis namun berdampak terhadap polutan
plastik di lingkungan (Allen 2018). Sistem polutanya seperti sedotan plastik, dibuat untuk
digunakan sekali pakai kemudian menciptakan sampah baru. Disini kami mempertimbangkan
dalam rangka mengurangi pula penggunaan polybag yang berbahan plastik, lebih baik
menggunakan plastik polutan yang lain seperti kemasan detergen yang telah dialih fungsikan
dengan tepat. Sehingga, selain mengurangi sampah berbentuk kemasan detergen detergen dan
kaleng juga berguna untuk mengurangi sampah pollybag.
Kemudian, salah satu pertimbangan kami memilih produk ini adalah kemungkinan
daya saingnya terhadap produk lain yang memungkinkan. Sekarang banyak ditinggalkan pot
dari kramik dan tanah liat dikarenakan berat dan mudah pecah. Hanya beberpa tanaman
dengan fungsi estetika yang diletakan dalam pot yang tergolong mahal dan mewah tersebut.
Kemudian banyak kami temui pot plastik mempunyai kelemahan yaitu terlalu rapuh dan
memumgkinkan mudah hancur saat banyak terpapar matahari.

Untuk poin selanjutnya kami juga sertakan analisis dalam bentuk SWOT (Strenght,
Weakness, Opportunity, dan Threat) terhadap produk dan analisis NOUBA (Novelty,
Originality,) terhadap implementasi produk dan pengaruhnya terhadap tujuan pengelolaan
sampah plastik dan kaleng yang kami gunakan.

A. ANALISIS SWOT
1. Strenght
Membantu mengurangi limbah kaleng dan kemasan plastik dengan
menggunakan salah satu prinsip 3R yaitu recycle (mendaur ulang kembali). Serta
memiliki nilai keindahan yang dihasilkan warna dari berbagai kemasan detergen
menimbulkan suasana baru yang cocok untuk disesuaikan dengan berbagai jenis
rumah.
Produk praktis karena dapat diletakkan dimana saja. Pot dengan ukuran besar
dapat diletakkan di luar ruangan seperti teras rumah atau dibagian taman,
sedangkan pot kecil dapat digunakan sebagai hiasan ruangan misalnya diletakkan
di atas meja atau pot gantung. Hal ini dapat meningkatkan minat seseorang dalam
bercocok tanam. Menurut, University of Exeter tahun 2014, produktifitas
seseorang akan meningkat 15% ketika menanam tanaman dikantor daripada orang
yang bekerja dilingkungan yang tanaman.
Produk memiliki daya tahan cukup lama karena kaleng dilapisi plastik supaya
tidak berkarat, kemasan detergen dapat ditambah apabila sudah rusak atau sudah
kurang menarik. (Putra dan Yuriandala 2010) Plastik kemasan didesain oleh
produsen makanan atau minuman instan apalagi bungkus detergen yang lebih
tebal sebagai pembungkus produk yang cukup kuat melindungi produk di
dalamnya. Disamping itu, plastik baru dapat terurai sempurna dalam waktu 80
sampai 300 tahun.
Memiliki nilai seni dan memiliki harga jual. Nilai keindahan yang dihasilkan
warna dari berbagai kemasan detergen menimbulkan suasana baru yang cocok
untuk berbagai jenis rumah. Nilai jual dari produk ini juga bagus dikarenakan
belum banyak penjualan dan tentunya akan menjadi inovasi baru kedepannya.
Produk praktis karena dapat diletakkan dimana saja. Pot dengan ukuran besar
dapat diletakkan di luar ruangan untuk minimalis garden, vertical garden dll,
sedangkan pot kecil dapat digunakan sebagai hiasan ruangan.
Produk memiliki daya tahan cukup lama karena kaleng dilapisi plastik supaya
tidak berkarat, kemasan detergen dapat ditambah apabila sudah rusak atau sudah
kurang menarik.
2. Weakness
Dalam pembuatan produk ini cukup mudah namun membutuhkan ketelitian
disetiap langkah kerjanya agar tidak terjadi pengkaratan (korosi) dan menyebabkan
produk menjadi gagal. (Bakhori 2017) Korosi yang terjadi pada kaleng bagian luar
dapat berupa rusting pada baja dasar, korosi serta staining pada lapisan timah.
Karat (Rust) pada baja dasar, terjadi jika baja dasar berhubungan langsung, dengan
lingkaran luar melalui pori-pori yang terdapat pada lapisan timah atau bagian dari
lapisan timah yang rusak. Air dan oksigen merupakan faktor penting terjadinya
karat, disamping faktor lain selain temperatur, zat tertentu yang terdapat dalm air
dan sebagainya.
3. Opportunity
Bahan baku mudah didapatkan tanpa biaya pengeluaran karena hanya
mengambil dari sisa rumah tangga yang biasa ada sehari hari. Pembuatan produk
ini dapat dilakukan dimana saja karena hanya membutuhkan alat dan bahan yang
sederhana seperti gunting dan lem.
4. Threat
Banyaknya produsen yang kini semakin inovatif dalam mengembangkan pot
minimalis yang mudah untuk digunakan menyebabkan banyak konsumen lebih
memilih untuk membeli produk jadi daripada untuk membuat produk sendiri.
Disini dibutuhkan kesadaran setiap individu untuk memanfaatkan sisa sampah
rumah tangganya itu sendiri agar dapat mengurangi peningkatan sampah kaleng
dan plastik.
B. ANALISIS NOUBA
1. Novelty
Produk ini sebelumnya sudah berkembang dimasyarakat, tetapi oleh kelompok
kami dikembangkan untuk menarik minat masyarakat dalam pengelolaan sampah
di dalam rumah tangga. Karena pada umumnya pot sampah hanya dari kaleng saja
atau bungkus deterjen saja, tidak ada nilai estetiknya dari pot tersebut. Tetapi
produk kali ini pot yang terbuat dari kaleng dan kaleng tersebut dilapisi oleh
bungkus deterjen, agar nilai estetisnya tercipta
2. Originality
Produk ini asli dari inovasi kami, karena kebanyakan pot yang di dalam rumah
tangga menggunakan kaleng saja tidak di lapisi dengan bungkus detergen.. Seperti
salah satu berita yang dirilis oleh liputan6.com oleh Asnida Riani yang
menyajikan bentuk daur ulang pot yang berdasarkan dari kaleng dan botol plastik.
Produk yang kami buat tidak berdasar plastik, tapi hasil pemikiran sendiri dengan
bentuk baru yaitu pot yang berbahan dasar kaleng dan dikemas dengan kemasan
detergen.
3. Urgency
Berdasarkan berita viral terakhir yang dikutip dari liputan6.com pada 10 juni
2018 Indonesia termasuk dalam 5 Negara terbesar yang menjadi peenyumpang
sampah di laut, maka dari itu penting sekali dilakukannya pengurangan sampah
dimulai dalam lingkup yang kecil terlebih dahulu yaitu lingkup sampah rumah
tangga.
Produk ini sangat diperlukan bagi tipe orang yang sangat menyukai berkebun.
Pemilik rumah minimalis dapat menggunakan pot ini diberbagai sudut rumah
karena praktis dan sesuai konsep vertical garden salah satunya.

4. Benefit
Produk ini sangat menekankan kepada usaha ramah lingkungan dengan
mendaur ulang kembali, maka produk dapat dibuat sewaktu waktu tanpa biaya
besar dan bahan mudah untuk didapatkan.
Membantu mengurangi limbah kaleng dan kemasan plastik dengan
menggunakan salah satu prinsip 3R yaitu recycle (mendaur ulang kembali
Melalui produk ini maka dapat mengurangi jalur sampah plastik yang paling
banyak seperti yang disebutkan oleh Prof. Enri yang dikutip dari Kompas.com
2018, yaitu sampah yang sisanya berada pada lingkungan dengan melalui cara
daur ulang untuk mengurangi sampah plastik yang ada yang dapat digunakan
kembali maupun untuk dijual belikan.
5. Acceptability
Produk ini ditujukan kepada semua usia. Difokuskan pada orang yang
memiliki rumah minimalis, penyuka tanaman, dan ramah lingkungan. Orang yang
seperti ini tentu menyukai pot kangen ditambah lagi praktis dan murah.

STATE OF THE ART

Pot Kangen (Kaleng dan Kemasan detergen) dibuat dengan memanfaatkan sisa
sampah rumah tangga yaitu, sampah plastik detergen dan sampah kaleng bekas. Sehingga
dapat mengurangi dampak dari buruknya limbah plastik yang sulit terurai. Kami
memanfaatkan produk yang sudah habis kebermanfaatannya ini, lalu memodifikasi produk
tersebut agar menjadi suatu produk baru yang bermanfaat bagi orang-orang yang menyukai
tanaman namun tidak memiliki banyak lahan untuk tanaman tersebut. Kerterbaharuan dari
produk yang kami buat atau Pot Kangen (Kaleng dan Kemasan detergen) ini adalah
mengkombinasikan kaleng dan plastik itu sendiri. Karena sebelumnya yang sudah beredar
atau banyak diketahui masyarakat hanya pot yang terbuat dari kaleng maupun plastik saja. Pot
Kangen (Kaleng dan Kemasan detergen) mudah dibuat dengan mendaur ulang bahan-bahan
tersebut. Menurut, analisis SWOT dan NOUBA di atas maka dengan lebih banyaknya
kekuatan dan keunggulan serta pentingnya produk dalam rangka meminimalisir sampah
rumah tangga, masyarakat seperti ibu rumah tangga sebagai sasaran dalam pengembangan
produk kami dapat menerima dan mulai membuatnya. Hanya saja diperlukannya kesadaran
masing-masing individu dalam memanfaatkan sisa sampah rumah tangganya.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Michael. Youris.com. Oktober 29, 2018.


http://www.youris.com/bioeconomy/agriculture/bio-based-alternatives-to-plastic-
plant-pots.kl (accessed Juni 2019, 8).

Amanda, Gita. Republika. Mei 21, 2019. https://www.republika.co.id/berita/infografis/tips-


infografis/pqutex423/tradisi-ramadhan (accessed Juni 9, 2019).

Andrew, Garry. Kompas.com. juni 6, 2018.


https://lifestyle.kompas.com/read/2018/06/06/091700620/jumlah-sampah-plastik-
terus-meningkat?page=all (accessed juni 7, 2019).
Bakhori, Ahmad. "Tinjauan Aspek Korosi pada Makanan dalam Kemasan Kaleng." Jurnal
UISU, 2017: 8.

Defianti, Ika. Liputan 6. November 28, 2018. https://hot.liputan6.com/read/3936117/4-bukti-


kemasan-plastik-sangat-sulit-terurai-ada-produk-dari-tahun-80-an (accessed Juni 9,
2019).

Flora. Hijau Daun. Januari 2, 2018. https://hijaudaun.net/innovation/4-metode-bercocok-


tanam-dilahan-sempit/ (accessed Juni 7, 2019).

Gionfra, Susanna. "Plastic Pollution In Soil." Institute European Environmental Policy, 2018:
4-18.

GIONFRA, SUSANNA. "Plastic Pollution in soil." iSQAPER Interactive Soil Quality


Assassment, 2018.

Handoko, Ervan. Ada Sampah Plastik di Kedalaman 11 Km Palung Mariana. Mei 14, 2019.
https://internasional.kompas.com/read/2019/05/14/14220421/ada-sampah-plastik-di-
kedalaman-11-km-palung-mariana (accessed Juni 8, 2019).

Ningtyas, Novita Ayu. liputan 6. April 8, 2019. https://hot.liputan6.com/read/3936117/4-


bukti-kemasan-plastik-sangat-sulit-terurai-ada-produk-dari-tahun-80-an (accessed Juni
3, 2019).

Putra, Hijrah Purnama, and Yebi Yuriandala. "Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi
Produk dan Jasa Kreatif." Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 2010: 7.

Riani, Asnida. Liputan 6. Oktober 10, 2018.


https://m.liputan6.com/lifestyle/read/3663764/diy-sulap-kaleng-bekas-jadi-pot-cantik
(accessed Juni 9, 2019).

Sudiran, F.L. "Instrumen Sosial Masyarakat Karangmumus Kota Samarinda Dalam


Penanganan Sampah Domestik." Jurnal Makara Sosial Humaniora Volume 2 Nomor
1, 2005: 16-26.

Sulistyo, Lilis. "Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikannya Kompos." Jurnal


Kesehatan Lingkungan Volume 2 Nomor 1, 2005: 77-84.

Suwarna, I Wayan. "Model Penanggulangan Masalah Sampah Perkotaan Dan Pedesaan."


2018.

Zayadi, Hasan. "Model Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga." Jurnal Ketahanan
Pangan Volume 2 Nomor 2, 2018: 131-134.

Anda mungkin juga menyukai