Anda di halaman 1dari 19

BAB III : RINTANGAN

. Keesokan harinya, aku pun pergi ke sekolah dan saat istirahat aku pergi ke mading
dan melihat ada pertandingan lomba lari sprint antar sekolah se- Kabupaten Lombok Utara
dan dibuat bagi yang berminat untuk segera mendaftar kepada bu Rosida. Hadiahnya pun
sangat menggiurkan yaitu medali, uang tunai senilai Rp5.000.000 dan akan menjadi utusan
dari Kabupaten Lombok utara untuk mengikuti lomba lari sprint 100 meter. Aku pun sangat
semangat karena nanti apabila menang, uang itu akan kugunakan untuk membayar perobatan
ibu dan ibu pun bisa sembuh. Pada saat pulang sekolah, aku pun langsung menjumpai bu
Rosida dan mendaftar.
“Selamat siang bu, nama saya Zohri, saya tadi melihat mading dan ada pertandingan lomba
lari sprint 100 m se- Kabupaten Lombok Utara, apakah saya boleh ikut mendaftar
pertandingan tersebut bu?” ucapku dengan semangat
“Boleh nak, tapi tadi sudah ada 5 orang yang mendaftar untuk mengikuti lomba ini juga dan
ibu akan mengadakan seleksi untuk mengambil satu orang yang akan menjadi utusan
mewakili sekolah kita dalam lomba itu. Seleksinya 7 hari kedepan. Kamu yang semangat ya
nak, semoga kamu berhasil nanti.” kata Bu Rosida
“Baik bu, terimakasih bu.” jawabku
Setelah itu pun aku berlari pulang kerumah tetapi aku tidak memberitahu hal ini ke
ibu dan bang Tohri karena aku ingin memberikan kejutan kepada mereka apabila aku
menang. Aku pun semakin semangat dan niat untuk latihan terus menerus karena aku masih
punya waktu yang banyak yaitu 7 hari lagi. Aku yakin aku pasti bisa.
Sesampai dirumah aku membantu ibu dan abang jualan sebentar kemudian teman
temanku datang memanggilku untuk bermain main dan kami pun pergi bermain di lapangan
bola dekat rumahku. Kami bermain petak umpat tetapi aku merasa bosan kemudian aku
mengajak temanku untuk bermain lempar sendal. Kami suit untuk membagi kedalam 2
kelompok kemudian aku membuat tumpukan sendal dan kelompokku pertama melempar
tumpukan dan berhasil dan aku pun berlari sekencang mungkin untuk menghindari lemparan
sendal dari orang lain.
Sesudah merasa lelah kami pun beristirahat sebentar dan bercanda satu sama lain.
Setelah matahari terbenam teman temanku pulang kerumah masing masing namun aku tidak
karena ingin berlatih lari. Aku berlatih seorang diri di lapangan tanpa ada yang menemani.
Aku pun percaya tidak ada usaha yang menghianati hasil. Aku pun semakin semangat
berlatih siang malam hari.
Aku pun melakukan pemanasan seorang diri dan mulai berlari mengelilingi lapangan.
Keringatku mengucur terus, tetapi aku terus semangat. Setelah merasa haus, aku pun pulang
kerumah dan mandi.
Setelah selesai mandi, aku mendengar ibu batuk-batuk dan aku melihat ke kamar dan
melihat dari mulut ibu keluar darah. Aku pun merasa panik dan langsung memanggil bang
Tohir.
“Bang, Bang Tohir,, sini bang, ibu batuk-batuk dan dari mulut ibu keluar darah bang, cepat
sini bang!”
Bang Tohir pun datang melihat ibu dan langsung mengecek kondisi ibu. Kami
berinisiatif untuk membawa ibu ke rumah sakit tetapi kami hanya mempunyai sedikit uang
dan itu pasti tidak akan cukup untuk membayar perobatan ibu karena biaya rumah sakit yang
pasti sudah sangat mahal.
“ Gimana ini dek, sakit ibu sudah parah bahkan ibu batuk berdarah. Abang hanya punya
sedikit uang dan itu tidak mungkin untuk bawa ibu pergi kerumah sakit.” kata Bang Tohir
Aku pun sedih dan tidak tau lagi harus berbuat apa. Mau meminjam uang tapi takut
nanti tidak dapat mengembalikan uang dan pasti bakalan menjadi masalah baru. Aku pun
berdiskusi dengan Bang Tohir.
“ Bang, bagaimana kalau aku sekarang pergi ke apotik untuk membeli obat. Nanti aku tanya
ke apoteker obat apa yang cocok untuk mengobati sakit ibu karena kalau ke rumah sakit
sudah pasti tidak mungkin karena kita ga punya uang dan ibu pasti nanti tidak akan dilayani
disana bang” ucapku.
“ Iya dek, tapi kamu hati-hati ya, diluar hujan deras. Abang hanya punya uang 75 ribu. Nanti
disini kamu pintar ya menawar harga obatnya.” kata Bang Tohri sambil memberi uang itu
kepadaku.
Kemudian aku langsung berlari sekencang mungkin mencari apotik yang jaraknya
kira-kira 5 km dari rumah.Walaupun hujan datang deras mengguyur desa kami, aku terus
berlari. Sesampai di apotik, aku langsung menceritakan sakit ibuku kepada apoteker dan
menanyakan obat yang cocok untuk ibuku. Apoteker pun memberikan obat, kemudian
menawar harga obat itu dan membayarnya. Uang yang kubawa ternyata pas pasan dan habis
untuk membeli obat.
Aku pun kembali berlari menuju rumah tetapi di tengah perjalanan aku terpeleset dan
terjatuh. Kaki ku sangat sakit dan berdarah. Tetapi aku mengingat kondisi ibu yang sudah
sakit parah dan aku pun kembali berjalan tertatih. Sesampai di rumah aku pun langsung
memberikan obat itu kepada Bang Tohir dan Bang Tohir pun memberikannya kepada ibu.
Aku pun tidak menceritakan kepada Bang Tohir kakiku yang terluka kemudian aku
mengobati lukaku dan kemudian aku langsung tidur karena merasa sangat lelah dan besok
harus latihan lagi.
Keesokan harinya, aku kembali berangkat ke sekolah dan saat pulang bersekolah aku
pun langsung pulang kerumah dan berlari ke lapangan kemudian latihan. Aku pun mulai
melakukan pemanasan. Kali ini aku berlari dari ujung ke ujung lapangan. Walau kakiku
masih terasa sangat sakit tetapi aku pantang menyerah dan terus berusaha. Lapangan pun
becek karena semalaman hujan turun terus. Celana dan bajuku pun sangat kotor. Setelah itu
pun aku langsung pulang kerumah dan saat dirumah aku melihat ibu yang masih terbaring
lemas di tempat tidur.
“Kamu darimana nak, kok daritadi ibu ga lihat kamu dirumah?” tanya ibu
“ Aku tadi habis dari rumah Rizky bu ngerjain tugas kelompok kami.” ucapku.
Aku merahasiakan hal itu kepada ibu dan akan mengatakan kalau aku ikut lomba
kalau aku sudah lulus seleksi lomba itu.
“Oh, gitu ya nak, lain kali kabari ya nak biar abang dan ibu ga khawatir, soalnya tadi abang
kamu pergi nyariin kamu.”.
Ibu kemudian menyuruhku untuk mengambilkan nasinya dan segera aku buat dan
kemudian menyuap ibu. Setelah itu pun aku memberikan obat kepada ibu untuk diminum.
Melihat kondisi ibu, aku pun merasa kasihan dan menangis karena tidak tahan melihat
kondisi ibu dan aku masih tidak bisa berbuat apa-apa. Aku bertekad dalam hati bahwa aku
harus memenangkan pertandingan itu. Setelah itu, aku menyuci bajuku dan setelah selesai
aku pun langsung tidur.
Hari demi hari berlalu, dan hari ini adalah malam terakhir aku berlatih sebelum
seleksi besok di sekolah. Mulai dari pulang sekolah aku terus berlatih hingga saat ini aku
berlatih hingga sore hari dan menjaga kesehatanku agar besok bisa fit dan bugar saat seleksi.
Keesokan harinya aku bangun pagi sekali dan membantu abang untuk memasak.
Kemudian aku membawa bekal makanan. Pada saat di sekolah aku mendapat kabar dari Bu
Rosida bahwa seleksi akan dilakukan pada saat pulang sekolah di lapangan sekolah. Bel
pulang sekolah pun berbunyi. Aku pun langsung makan bekal yang telah aku bawa tadi dari
rumah dan langsung bersiap siap.
Setelah itu Bu Rosida menyuruh kami untuk melakukan pemanasan.Setelah siap
melakukan pemanasan, Bu Rosida memberikan kami sedikit pengarahan. Pada saat itu aku
merasa minder dan iri karena lawanku bertanding memakai sepatu sport lari yang bagus dan
cantik tetapi aku hanya memakai sepatu sekolah. Tetapi hal itu tidak membuat aku patah
semangat dan aku pun berdoa.
Setelah itu, Bu Rosida menyuruh kami untuk mengambil posisi dibelakang garis start.
Setelah itu pun Bu Rosida memberikan aba – aba
“Bersedia………Siap……….Ya……..”
Aku pun langsung berlari sekencang mungkin. Jantungku berdegub tak henti dan aku
pun terus mengingat kondisi ibu di rumah. Akhirnya aku pun aku bisa melewati garis finish
pertama kali dan menjadi pemenang dalam seleksi ini. Aku pun sangat senang sekali bisa
menang dalam seleksi ini dan menjadi utusan untuk mewakili sekolah dalam pertandingan
lomba lari sprint 100 m se- Kabupaten Lombok Utara. Ini adalah awal dari pertempuran. Bu
Rosida kemudian memanggilku setelah seleksi siap.
“ Selamat ya Zohri, kamu menang seleksi dan menjadi utusan mewakili sekolah dalam
pertandingan lomba lari sprint 100 m se- Kabupaten Lombok Utara. Kamu harus semakin
semangat dan giat berlatih. Waktu kamu latihan hanya 2 hari lagi karena pertandingan
dilaksanakan 3 hari kedepan. Semoga kamu bisa menang dan membanggakan sekolah dan
keluarga kami ya Zohri.” ucap bu Rosida
“ Terimakasih bu, aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk sekolah kita. Saya izin
pamit ya bu.” kataku dengan wajah berseri
Kemudian aku pun pulang berlari ke rumah. Aku tak sabar memberitahu kepada ibu
dan Bang Tohri. Sesampai di rumah aku melihat bang Tohir bersama ibu dikamar.
“ Bang. bu, aku menjadi utusan sekolah mengikuti pertandingan lomba lari sprint 100 meter
se- Kabupaten Tapanuli Utara.Lombanya dilaksanakan 3 hari lagi.” ujarku sambil memeluk
ibu.
“ Wahh, kok ibu gatau kamu ikut seleksi nak. Ibu bangga samamu nak. Semoga berhasil dan
menang di pertandingan ya nak. Selalu andalkan Tuhan dalam setiap langkahmu dan jangan
lupa terus sholat ya nak.” kata Ibu.
“ Kamu keren ya dek, lain kali jangan main rahasiaan dong. Semoga bisa menang ya dek.
Kamu harus lebih semangat dan rajin berlatih ya!” kata abang.
Keesokan harinya, aku kembali bersiap siap dan berangkat ke sekolah. Saat di sekolah
aku berbincang bincang dengan sahabatku yaitu Rizky dan mengatakan kepadanya kalo aku
berhasil menang seleksi. Kemudian aku mengajak Rizky untuk nanti menemaniku latihan di
lapangan.
“Ki, nanti kawani aku latihan yok di lapangan pulang sekolah. Aku ga punya jam untuk
menghitung waktu aku berlari dalam satu putaran. Kamu mau ga?” ucapku
“Boleh ri, tapi siap pulang sekolah kita kerumah dulu ya. Aku mau minta izin dulu sama
mamaku supaya nanti ngga kecarian.” jawab Rizky
“Okey, makasih ya Ki.”
Bel sekolah pun berbunyi. Aku dan Rizky bergegas untuk pulang sekolah dan pergi ke
rumah Rizky. Setelah itu Rizky meminta izin kepada mamanya dan Rizky diperbolehkan
untuk menemaniku. Kemudian kami pun bergegas pergi ke lapangan.
Sesampai di lapangan, aku pun langsung melakukan pemanasan. Kemudian aku
meminta bantu Rizky untuk menghitung waktu yang aku buat untuk satu kali putaran
lapangan menggunakan stopwatch yang ada di jamnya. Pertama kali waktu yang aku
butuhkan untuk satu putaran lapangan (100 meter) adalah 14,75 detik. Kemudian aku terus
berlatih lagi dan waktu tercepat yang aku buat waktu latihan tadi adalah 14,15 detik. Setelah
lelah aku dan Rizki pun beristirahat sebentar, kemudian aku mengantar Rizki pulang
kerumahnya.
Sesampai dirumah Rizky, Ibu Rizki memanggil aku dan mengajak aku untuk makan
malam bersama keluarga Rizky.
“ Nak Zohri, sini dulu yuk. Tante tadi udah masak banyak untuk kalian. Kalian pasti sudah
cape kan. Nah makan dulu yok.” Kata Ibu Rizki
“ Tidak usah tante. Nanti merepotkan, saya pulang saja tan.” jawabku.
“ Tidak ada yang repot kok, Nak. Nanti sayang loh makanannya gadak yang ngabisin.” ucap
Ibu Rizki
“ Baik tan. Terimakasih tan.” jawabku.
Kemudian aku dan Rizki pun pergi ke meja makan. Ternyata di meja makan sudah
banyak disiapkan makanan. Ada ayam goreng, tempe goreng, ikan asam manis, sup dan sayur
bayam. Aku pun memimpin doa dan langsung mengambil nasi dan makanan kesukaan ku
yaitu ayam goreng. Aku pun langsung melahap makananku. Setelah selesai makan, aku pun
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rizky dan izin untuk pamit pulang.
“ Terimakasih tante dan Rizky atas makan malamnya. Masakan tante sangat enak. Aku pamit
pulang dulu ya tan.”
“ Ya, sama – sama. Ini ada sedikit makanan bawa kerumah kasih ke ibu dan abangmu ya.
Kamu hati hati di jalan ya.” ucap Ibu Rizky sambil memberikan bungkusan makanan
kepadaku.
“ Wahh, tante baik sekali. Terimakasih ya tan.” jawabku.
Kemudian pun aku langsung berlari pulang ke rumah sambil membawa bungkusan
makanan tadi. Sesampai di rumah aku pun langsung memanggil Bang Tohir dan memasuki
kamar ibu.
“ Bang, bu tadi selesai latihan lari aku pergi ke rumah Rizky dan aku disuruh makan malam
disana. Terus aku dikasih bungkusan makanan untuk dibawakan kepada Ibu dan abang.
Abang makan ya, ibu biar aku yang suapin aja.” kataku dan wajah ceria.
“ Wah, kelihatannya enak ya. Ibu Rizky baik sekali ya, sebentar abang ambilkan piring,
sendok dan obat ibu ya,” kata abang.
“ Baik sekali bu Rizky ya, kamu tadi dah bilang terimakasih kan nak? semoga Tuhan
membalas kebaikan mereka ya, Nak.” jawab Ibu
“Amin bu,” jawabku.
Kemudian aku pun menyuapi ibu, setelah selesai akupun memberi obat kepada ibu
untuk diminum. Setelah ibu telah selesai makan dan minum obat, abang memanggilku keluar.
“ Dek, obat ibu sudah habis, kamu tolong beliin obat ke apotik lagi ya. Kebetulan tadi
gorengan kita semua laku habis dan abang punya rejeki sedikit. Kamu hati hati ya di
perjalanan.” kata abang.
“ Oke bang, semoga gorengan kita semakin laku ya bang. Aku jalan dulu ya bang.” jawabku
Aku pun langsung berlari ke apotik. Sesampai di apotik aku pun langsung memesan
obat batuk ke apoteker. Setelah selesai membeli aku pun langsung berlari pulang kerumah
dan ketika sampai dirumah aku pun memberikan obat itu ke abang kemudian aku langsung
tidur karena aku sudah merasa sangat lelah dan besok harus latihan lagi.
Keesokan harinya, aku kembali mandi dan bersiap siap lagi pergi ke sekolah.
Sesampai di sekolah aku kembali bertemu dengan Rizky dan mengajaknya lagi untuk latihan
bersama nanti seusai pulang sekolah. Rizky pun setuju dan setelah bel sekolah berbunyi, aku
dan Rizky langsung bergegas pergi ke lapangan tetapi aku mengajak Rizky ke rumahku
terlebih dahulu untuk ganti baju.
Setelah sampai di rumah, aku langsung berganti baju dan bersiap pergi ke lapangan
bersama Rizky. Namun saat aku ingin berangkat ke lapangan, Bang Tohir memanggilku dan
meminta bantuanku untuk membantunya berjualan goreng karena pada saat itu gorengan
abang sangat laku.
“ Zohri, kamu bisa ga bantuin abang menggoreng? Hari ini pembeli sangat banyak. Abang
sangat capek.” tanya abang.
“ Bisa bang, tapi aku sebentar izin sama Rizky biar dia bisa nunggu ya bang soalnya tadi
kami dan janji mau latihan sama di lapangan.” jawabku
“ Oke dek, makasih ya dek!”
Kemudian aku pun membantu abang untuk menggoreng pisang goreng. Setelah 30
menit kemudian, aku pun permisi kepada abang untuk pergi latihan bersama Rizky. Abang
pun mengizinkan aku pergi dan aku sama Rizky bergegas untuk pergi ke lapangan.
Sesampai di lapangan, aku pun langsung melakukan pemanasan. Aku kembali
meminta tolong kepada Rizky untuk menghitung waktu yang kuperlukan untuk berlari satu
putaran lapangan mengggunakan stopwatch di jam tangannya. Pertama kali waktu yang aku
butuhkan untuk satu putaran lapangan (100 meter) adalah 13,85 detik. Aku harus lebih
semangat karena 2 hari lagi pertandingan akan dilaksanakan. Aku tidak mau mengecewakan
ibu, abang, bu Rosida dan sekolahku. Kemudian aku terus berlatih lagi dan terus berlari
waktu tercepat yang aku buat waktu latihan tadi adalah 13,50 detik.
“ Kamu sudah sangat hebat, Ri. Dari kemarin kita sudah latihan dan terus ada
peningkatan.Kemarin kamu sudah bisa menempuh jarak 100 meter dalam waktu 14,15 detik
dan sekarang kamu sudah bisa menempuh dalam waktu 13,5 detik. Kamu pasti bisa nanti
memenangkan pertandingan itu.” kata Rizki.
“ Hehe, kamu bisa aja, ki. Semoga bisa ya ki agar bisa mengangkat dan membanggakan nama
sekolah kita.” balasku.
Setelah selesai latihan aku dan Rizki pun pulang kerumah masing – masing. Sesampai
dirumah akupun langsung mandi dan menyuci bajuku. Setelah itu, aku makan dengan sisa
gorengan tadi. Setelah itu aku pergi ke kamar ibu dan melihat kondisi ibu juga yang semakin
lemas. Melihat kondisi ibu yang begitu, aku makin merasa sedih dan kasihan.
“ Ibu yang kuat ya, pasti ibu bisa menghadapi penyakit ibu dan ibu pasti bisa sembuh. Ibu
harus rajin minum obat ya!” ucapku.
“ Ya nak, kita sholat dulu yuk. Kamu panggil dulu abangmu ajak dia sholat bersama dengan
kita ya nak.” jawab ibu
Kemudian aku bersama ibu dan Bang Tohir sholat bersama dan aku pun mendoakan
ibu agar cepat sembuh dan agar aku bisa menang dalam pertandingan lomba lari itu. Setelah
selesai sholat, aku pun memberi ibu makan dan memberi ibu obat.
“ Ibu makan dulu ya biar ibu ada tenaga dan bisa cepat sembuh. Ibu harus semangat ya!”
kataku.
“ Iya nak, ibu pasti bakalan semangat.”
Kemudian aku pun keluar dari kamar ibu dan bang Tohir memanggilku. Abang
meminta bantuanku untuk bangun besok pagi lebih awal membantunya membuat adonan
gorengan. Aku pun mengiyakan kemudian aku pun langsung tidur.
Keesokan paginya aku pun langsung bangun cepat dan membantu abang untuk
membuat adonan kue. Setelah selesai, aku pun langsung mandi dan bersiap siap untuk pergi
ke sekolah.
Sesampai di sekolah, aku pun langsung berbincang bincang di sekolah dengan Rizky
dan membuat janji untuk nanti latihan terakhir pulang sekolah di lapangan. Pada saat istirahat
aku diberitahu temanku bahwa aku dipanggil bu Rosida pulang sekolah di kantor guru.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku pun langsung pergi ke kantor guru untuk
menjumpai bu Rosida. Setelah sampai di kantor guru Bu Rosida pun menyapaku dan
memberikan pengarahan.
“ Selamat siang Zohri. Perlombaan lari sprint 100 m akan dilaksanakan besok,
Pertandingannya akan dilaksanakan di Kecamatan Pemanang tepatnya di lapangan Serba
guna. Sudah sejauh mana persiapan kamu nak?” kata Bu Rosida
“ Selamat siang Bu. Selama ini saya terus berlatih di lapangan dekat rumah bersama Rizky.”
jawabku
“ Bagus nak, semoga besok berhasil ya. Besok kamu datang jam 6.30 di sekolah ya nak.
Karena pertandingannya dilaksanakan pukul 11.00. Kita masih harus naik angkot untuk pergi
ke lapangan Serbaguna.” kata Bu Rosida
“ Baik bu, saya pasti akan datang tepat waktu dan tidak telat bu,” balasku
“ Jangan lupa untuk hari tidak usah terlalu cape dan diporsir latihannya agar kamu besok bisa
fit dan bugar ya!” kata bu Rosida
“ Baik bu, saya izin pamit ya bu.” jawabku
Kemudian aku pun bergegas untuk pulang ke rumah. Setelah sampai dirumah aku
langsung ganti baju. Kemudian aku membantu abang sebentar untuk menjual gorengan.
Setelah 1 jam kemudian, aku langsung berangkat ke lapangan untuk latihan. Pada saat di
lapangan aku belum melihat Rizki. Aku pun memulai pemanasan sendirian. Sesaat ketika aku
sudah melakukan pemanasan, Rizki pun datang.
Kemudian aku pun mulai berlatih, yaitu mulai berlari dari ujung ke ujung lapangan
dan Rizky menghitung waktu yang aku butuhkan untuk menempuh jarak tersebut. Setelah 4
kali melakukan latihan aku pun berhenti dan melakukan pendinginan. Waktu yang paling
cepat aku lakukan pada hari ini adalah 13 detik. Setelah selesai melakukan pendinginan, aku
dan Rizky berbincang bincang
“ Kamu sudah hebat, Ri. Besok kamu pasti bisa. Jangan pernah menyerah ketika anda masih
mampu berusaha lagi. Tidak ada kata berakhir sampai anda berhenti mencoba dan sebuah
permata tidak akan dapat dipoles tanpa gesekan, demikian juga seseorang tidak akan menjadi
sukses tanpa tantangan. Good luck besok ya, Ri.” kata Rizky
“ Terima kasih, ki. Aku janji besok aku bakalan melakukan yang terbaik, aku juga semakin
percaya akan kemampuanku dan doakan aku ya” jawabku.
Kemudian aku pun mengajak Rizky nanti untuk sholat bareng di masjid. Rizki pun
mau dan akhirnya kami pun pulang ke rumah masing masing dan datang ke masjid jam 7
malam. Aku pun pulang ke rumah dan ketika sampai di rumah aku pun langsung mandi, ganti
baju dan makan malam. Aku pun permisi ke bang Tohir untuk sholat di masjid.
Setelah itu aku pun bergegas untuk pergi ke masjid dan sesampai di masjid ternyata
Rizky sudah sampai deluan. Kami pun sholat bersama dan aku mendoakan agar ibu sehat,
keuangan keluarga lancar dan untuk pertandingan besok. Setelah selesai sholat di masjid aku
berbincang kepada Rizky dan setelah itu kami pulang ke rumah kami masing masing.
Setelah sampai dirumah, aku pun ke kamar ibu untuk melihat kondisi ibu. Ibu masih
terbaring lemas di tempat tidur, dan ternyata ibu pun masih belum makan. Aku langsung
mengambil nasi ibu dan menyuapi ibu kemudian memberikan obat kepada ibu untuk
diminum. Setelah selesai aku memberitahu kepada Ibu kalau besok aku mengikuti
perlombaan itu.
“ Bu, besok perlombaan lari sprint 100 m dilaksanakan, doakan aku ya bu agar aku dapat
melakukan yang terbaik besok.” kataku
“ Ya nak, ibu selalu mendoakan kamu. Kamu besok semangat ya. Apapun hasilnya ibu akan
tetap bangga kepadamu karna kamu telah melakukan yang terbaik, nak!” balas ibu
Kemudian aku pun keluar dari kamar ibu dan bertemu dengan abang. Aku berbincang
sebentar dengan abang, kemudian aku pun langsung tidur agar besok bisa fit.
Keesokan harinya, aku bangun, kemudian aku langsung mandi, berpakaian dan
sarapan. Jam 6 aku pun sudah berada di sekolah dan ternyata Bu Rosita pun sudah berada di
sekolah.
“ Bagaimana keadaan Zohri, apakah tadi sudah makan dari rumah?” tanya bu Rosita
“ Sehat bu, tadi saya sudah makan di rumah bu.” jawabku
“ Bagus nak, kamu siap siap ya, bentar lagi angkot datang dan kita berangkat.” kata Bu
Rosita
“ Baik bu.” jawabku
30 menit kemudian kami pun langsung berangkat ke lapangan Serba guna yang
berada di Kecamatan Pemanang. Setelah sampai disana kami pun langsung menuju ke meja
pendaftaran ulang. Setelah selesai melakukan pendaftaran ulang, aku dan Bu Rosita duduk di
kursi yang diberikan dan kami melihat lintasan lari itu.
Sebelum pertandingan dimulai, kami mendengarkan kata sambutan dari Gubernur
Nusa Tenggara Barat, Bupati Lombok Utara, dan camat Pemanang. Setelah itu kami
mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Kemudian kata sambutan dari panitia. Aku sangat
bosan mendengar kata sambutan itu.
Aku akan melawan 30 orang peserta lari dari sekolah yang ada di Kabupaten Lombok
Utara. Kami dibagi kedalam 2 kelompok dan 1 kelompok terdiri dari 15 orang.Aku terpilih
kedalam kelompok pertama. 3 orang pemenang dari setiap kelompok akan mengikuti laga
kedua untuk menentukan utusan Kabupaten Lombok Utara dalam lomba lari sprint 100
meter. Kemudian panitia memberikan perintah kepada seluruh peserta untuk melakukan
pemanasan. Bu Rosita pun memberikan semangat kepadaku
“ Semangat ya Zohri, kamu pasti bisa menang!” kata Bu Rosita
“ Iya bu. terimakasih ya bu.”
Ketika melakukan pemanasan, aku agak merasa khawatir melihat peserta lain dimana
badannya besar besar dan mereka juga menggunakan sepatu sport lari yang bagus sedangkan
aku hanya menggunakan sepatu sekolah. Tetapi hal itu tidak akan menyurutkan semangatku.
Aku yakin aku pasti bisa.
Setelah itu, panitia pun memanggil nama peserta satu persatu dari kelompok 1 karena
pertandingan akan segera dimulai dan akhirnya namaku dipanggil juga. Kemudian aku
langsung menuju ke lapangan berada dibelakang garis start. Kemudian wasit pun
memberikan aba – aba dan aku pun mulai start jongkok.
“ Bersedia……Siap…….Ya….!!!!”
Aku pun langsung berlari sekencang mungkin melewati peserta lainnya. Dengan
keringat yang terus mengucur dan jantung yang berdegub kencang dan aku pun berhasil
melewati garis finish. Ternyata aku keluar sebagai pemenang pertama dalam kelompok ini
dengan waktu 12,50 detik dan melaju ke final. Aku sangat senang dan para penonton pun
bertepuk tangan. Kemudian aku menjumpai bu Rosita.
“ Selamat Zohri kamu sudah lolos dari grup 1. Kamu sangat hebat bisa menjadi pemenang
pertama dan waktu yang kau buat pun sangat dikit,” kata Bu Rosita
“ Terimakasih bu, semoga bisa menang di final ya bu.” jawabku
“ Amin nak, nah kamu istirahat dulu karena kamu masih harus mengikuti final dan pasti
lawan kamu lebih susah, nak!” tanya bu Rosita
“ Baik bu.” jawabku
Kemudian kami pun menonton pertandingan dari babak penyisihan kelompok 2.
Panitia pun segera memanggil satu per satu nama peserta dan peserta pun mengambil posisi
dibelakang garis start dan kemudian wasit memberikan aba-aba
“ Bersedia………...Siap………Ya………!!!!”
Para peserta pun segera berlari dengan sekencang mungkin dan akhirnya pun panitia
mengumuman ketiga pemenang dari kelompok 2. Waktu yang paling cepat dilakukan oleh
pemenang pertama dari kelompok 2 adalah 12,95 detik.
Kemudian panitia pun memberikan waktu istirahat kepada para peserta yang melaju
ke final selama 30 menit. Kemudian aku bersama Bu Rosita pergi ke kantin untuk membeli
roti. Sesampai di kantin, Bu Rosita membelikan roti kepadaku dan kami makan bersama.
Setelah selesai makan roti kami pun kembali ke lapangan.
Kemudian panitia pun kembali memberikan pengarahan kepada peserta yang melaju
ke final.
“ Kepada peserta yang melaju ke final tetap semangat dan jangan pantang menyerah.
Pertandingan akan kita mulai sebentar lagi. Peserta tinggal 6 orang lagi. Nanti kita hanya
mengambil seorang yang menjadi pemenang dalam pertandingan ini untuk melaju ke tingkat
provinsi.” kata salah seorang pantia
Kemudian panitia pun memberikan arahan kepada 6 peserta untuk melakukan
pemanasan. Kemudian aku pun melakukan pemanasan bersama peserta lain. Ketika sudah
selesai melakukan pemanasan, Bu Rosida pun datang meneimuku.
“ Ayo semangat Zohri. Tinggal selangkah lagi kamu bakal menjadi pemenang. Lakukan yang
terbaik nak!” kata Bu Zohri
“ Siap dilaksanakan bu!”
Kemudian panitia pun memanggil nama keenam peserta satu persatu dan namaku pun
akhirnya dipanggil. Aku pun segera masuk ke lapangan dan mengambil posisi di belakang
garis start dan segera mengambil posisi start jongkok. Wasit pun masuk ke lapangan dan
memberikan aba-aba.
“ Bersedia………...Siap………Ya………!!!!”
Aku segera berlari melewati pemain lain dan berusaha semaksimal mungkin. Aku pun
berhasil melewati garis finish dan kemudian panitia membacakan nama pemenang dan aku
akhirnya keluar menjadi pemenang dalam pertandingan lomba lari sprint 100 m se-
Kabupaten Lombok Utara. Aku merasa sangat senang sekali dan masih merasa tidak percaya
kalo aku bisa melalui ini semua dan menjadi pemenang.
Kemudian aku berlari mengelilingi lapangan dan para penonton bertepuk tangan
kepadaku. Aku berhasil menang dengan waktu 12 detik. Aku sangat bangga pada diriku.
Setelah itu aku menemui bu Rosida yang menunggu di lapangan.
“ Kamu hebat Zohri. Ibu bangga kepadamu. Kamu telah mengharumkan dan membanggakan
nama sekolah kita dan selamat juga karena kamu akan mewakili Kabupaten Lombok Utara di
tingkat provinsi.” kata bu Rosida
“ Terimakasih banyak bu, ini semua juga karena dukungan dari ibu, keluarga dan teman
teman. Aku pasti akan lebih semangat di pertandingan tingkat provinsi bu.” jawabku
Kemudian tibalah pada saat yang ditunggu ialah pembacaan nama pemenang dan
penyerahan hadiah. Namaku dipanggil dan aku pun maju ke depan. Aku merasa sangat
bahagia. Kemudian Bupati pun mengucapkan selamat kepadaku dan mengatakan kepadaku
bahwa perjuangan akan semakin berat karena mewakili kabupaten Lombok Utara di provinsi
Nusa Tenggara Barat. Bupati memberikan semangat kepadaku. Kemudian bupati
menyerahkan hadiah kepadaku berupa medali emas dan uang tunai sebesar Rp.5.000.000,- .
Setelah pengarahan dan penyerahan hadiah para peserta lain pun datang
menyalamiku.
“ Congratulations. You are the best, keep struggle!” kata salah seorang peserta
“ Kamu hebat, Zohri. Semoga kamu nanti bisa berhasil ya di tingkat kabupaten.” kata peserta
lain.
Seluruh peserta yang mengikuti lomba ini juga mendapat hadiah dari panitia berupa
uang tunai sebesar Rp100.000,-.
Setelah itu pun aku dipanggil dan diberitahu bahwa pertandingan tingkat provinsi
akan dilaksanakan 1 bulan lagi. Ternyata aku masih banyak waktu untuk berlatih dan menjadi
yang terbaik. Aku tak sabar untuk menceritakan hal ini kepada bang Tohir dan ibu. Bang
Tohir dan Ibu pasti sangat bangga kepadaku.
Setelah acara penutupan, aku dan bu Rosida pun pergi mencari angkot untuk pulang
kerumah. Setelah sampai di rumah aku pun langsung berlari dan berteriak memanggil abang
dan ibu. Kemudian aku masuk ke kamar bu
“ Bu, bu, bu…. Lihat nih aku bawa apa bu ? ” kataku sambil menunjukkan medali.
“Wah, itu medali ya nak? Kamu menang ya lomba tadi?” balas ibu
“ Iya bu, aku tadi berhasil menang bu. Terus aku dapat uang juga bu Rp.5.000.000,- tadi bu,”
jawabku sambil memeluk ibu
“ Wahh,, kamu hebat sekali nak. Ibu bangga sama kamu. Kamu dah membanggakan keluarga
dan sekolah. Medalinya disimpan ya dan uangnya ditabung juga untuk keperluan sekolah
kamu ya nak!” kata ibu sambil batuk batuk.
“ Kondisi ibu gimana? Kok ibu makin sering batuk – batuk?” tanyaku. Kemudian pun dari
mulut ibu keluar darah lagi
“ Ibu gapapa kok nak, palingan bentar lagi juga sembuh. Kamu mandi dulu sana ya terus
suapin ibu ya nak!” jawab ibu
“ Iya bu, sebentar aku mandi ya bu.”
Setelah selesai mandi, aku pun menyimpan uang itu. Kemudian aku kembali ke kamar
Ibu. Setelah itu aku pun menyuapi ibu dan memberi obat kepada ibu untuk diminum. Setelah
itu ibu tidur dan aku pun keluar dari kamar ibu dan menemui bang Tohri yang sedang
menonton di ruang tengah.
Kemudian aku pun memberitahu kepada abang kalau aku tadi berhasil menang di
pertandingan itu. Setelah itu aku pun berdiskusi kepada abang mengenai kondisi ibu yang
sudah semakin parah.
“ Bang, tadi aku ke kamar ibu dan aku lihat ibu batuk batuk terus dan keluar darah. Aku
yakin sakit ibu itu sudah parah. Aku dapat uang 5 juta dari lomba tadi bang. Bagaimana kalau
kita bawa ibu ke rumah sakit, bang?’
“ Gimana ya dek, uang ke rumah sakit itu harus banyak tapi kondisi ibu sudah semakin parah.
Uang abang pun hanya ada 1 juta. Kalau gitu besok kita bawa ibu kerumah sakit tapi setelah
kamu pulang sekolah ya dek!” kata abang
Setelah itu, aku pun tidur. Keesokan paginya aku kembali bersiap siap untuk pergi ke
sekolah. Sesampai di sekolah aku pun langsung mencari Rizky tapi aku tidak melihatnya dari
tadi. Ternyata Rizki sudah 2 hari ini tidak datang ke sekolah karna sakit. Aku pun berencana
untuk mengunjunginya nanti malam.
Kemudian bel masuk sekolah berbunyi dan kami pun seperti biasa berbaris. Setelah
itu Bu Rosida memberikan pengarahan kepada seluruh siswa dan kemudian memberikan
pengumuman kepada seluruh siswa dan guru kalau aku kemarin berhasil memenangkan
pertandingan lomba lari sprint 100 m se-Kabupaten Lombok Utara.
“ Kepada Zohri, dipersilahkan maju ke depan!” Kata Bu Rosida dari podium
Kemudian aku pun berjalan ke depan. Saat aku maju jalan ke depan, semuanya
bertepuk tangan. Aku pun merasa senang. Setelah sampai di depan lapangan para guru dan
siswa pun menyampaikan selamat kepadaku. Mereka juga mengatakan kalau aku harus
semangat karena masih ada perlombaan di tingkat provinsi 1 bulan lagi. Kemudian aku
disuruh untuk menyampaikan sepatah dua kata tentang pengalaman kemarin dalam mengikuti
lomba itu. Setelah itu aku dipersilahkan untuk kembali ke barisan dan kami pun masuk ke
dalam kelas masing masing.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku pun langsung berlari pulang kerumah karena
akan membawa ibu ke rumah sakit. Sesampainya di rumah, aku langsung ganti baju dan
makan. Setelah selesai makan, aku pergi menjumpai bang Tohir yang sedang bersiap siap
juga.
“ Dek, kamu tolong cariin becak ya, ibu tadi muntah darah. Kita harus cepat bawa ibu ke
rumah sakit!” Kata abang
Kemudian aku pun langsung berlari mencari becak. Setelah dapat, aku pun langsung
mengarahkan becak ke rumah. Setelah itu aku dan bang Tohir pun menggendong ibu untuk
masuk ke becak. Kemudian kami pun pergi ke RSUD Lombok Utara. Setelah sampai, ibu
pun langsung diperiksa oleh dokter. Aku dan abang pun menunggu di dalam rumah sakit.
Di rumah sakit aku terus merenung dan ingin menangis tapi malu dilihat banyak
orang. Kemudian setelah diperiksa, aku dan abang dipanggil dokter. Dokter pun mengatakan
kalau sakit ibu sudah sangat parah dan harus di rawat atau opname di rumah sakit.Ibu
menderita bronkitis dan radang paru paru dimana infeksi yang menimbulkan peradangan
pada kantung udara atau kedua paru paru, yang dapat berisi cairan.
“ Adik – adik, sakit ibu kalian sudah sangat parah. Ibu harus dirawat inap disini agar
pengobatannya lebih maksimal. Sakit ibu kalian tidak main main dik. Ibu sudah kekurangan
darah karena selama ini terus batuk berdarah dan harus segera diberi transfusi darah
sekarang!” kata dokter
“ Waduh dok, tapi kami tidak punya uang untuk membayar nanti dok. Apakah tidak ada
alternatif lain atau kami bisa berobat jalan saja dok?” balas abang dengan wajah sedih
“ Bagaimana ya? Kalau berobat jalan pasti nanti pengobatannya tidak maksimal, tapi
sekarang ibu kalian harus menerima donor darah karena kadar eritrositnya sudah sangat
rendah.” balas dokter lagi.
“ Kalau boleh tau nanti biayanya kena berapa ya dok?” kata abang lagi.
“ Untuk donor darah kemungkinan akan kena Rp500.000 dan untuk pengobatan dan jasa
dokter akan kena Rp.2.500.000 dik dan setelah itu ibu boleh diberi obat herbal atau nanti
kalau obatnya sudah habis datang lagi!” kata dokter
“ Oke dok, tolong lakukan yang terbaik ya dok!” kataku dengan wajah sedih
Kemudian dokter pun segera melakukan transfusi darah ke ibu dan kami pun
menunggu di rumah sakit. Perutku sudah sangat lapar namun aku tahan karena aku sudah
tidak punya uang lagi untuk membeli obat. Kemudian abang mengajak aku sholat di mushola
rumah sakit. Kami pun sholat dan mendoakan ibu agar pengobatannya berjalan dengan lancar
dan ibu dapat sembuh.
Setelah 1 jam menunggu, akhirnya transfusi darah ibu selesai juga. Kemudian aku dan
Bang Tohir masuk ke ruangan ibu dan aku melihat kondisi ibu yang sudah sangat lemas.
Sambil memegang tangan ibu aku pun memberikan semangat kepada ibu sambil menangis.
“ Ibu harus semangat ya. Ibu pasti melawan sakit ini dan harus kuat ya. Kami masih
memerlukan bimbingan dari ibu!” kataku
Kemudian ibu pun tidur dan aku dan bang Tohir menjaga juga diruangan. 2 jam
kemudian, dokter pun datang mengecek kondisi ibu dan ternyata kadar eritrosit ibu sudah
kembali normal. Kemudian dokter pun sudah memperbolehkan ibu untuk pulang kerumah.
Setelah dokter pergi meninggalkan ruangan, aku dan abang pun langsung berberes.
Kemudian abang pergi ke administrasi untuk membayar biaya pengobatan ibu
sedangkan aku pergi ke apotik di rumah sakit untuk mengambil obat obat ibu. Hari sudah
malam, aku pun pergi keluar untuk mencari becak jalan kami pulang ke rumah. Setelah
memanggil becak, aku, abang dan Ibu pun pulang kerumah.
Sesampai dirumah, aku dan bang Tohir pun mengangkat ibu dari becak dan membawa
ibu ke kamar. Setelah itu, aku pun membantu abang untuk membersihkan rumah sebentar dan
aku pun mandi. Setelah selesai mandi, aku pun kembali ke kamar ibu. Aku menyuapi ibu dan
memberi obat ibu untuk diminum. Aku kembali menyemangati ibu. Setelah itu, aku pun
keluar dari kamar dan tidur.
Disaat ingin tidur, aku lupa pergi ke rumah Rizky untuk melihat keadaannya karena
tadi pulang pun sudah larut malam. Aku pun berencana untuk menjenguk Rizky besok siang
pulang sekolah. Aku pun tidur. Keesokan harinya, aku pun langsung bangun, mandi,
berpakaian dan sarapan. Setelah itu aku pergi ke sekolah dan ternyata Rizky belum datang
juga.
Bel pulang sekolah pun berbunyi dan aku pun langsung bergegas untuk pulang
kerumah dulu ganti baju. Setelah sampai di rumah, aku pun langsung ganti baju, makan siang
dan melihat kondisi ibu. Saat tiba di kamar ibu, aku melihat juga kondisi ibu yang tetap
lemas. Kemudian aku menyuapi ibu dan memberi obatnya lagi. Setelah itu, aku pun langsung
siap siap pergi kerumah Rizky.
Aku pun mulai berjalan ke arah rumah Rizky. Namun di tengah perjalanan, aku pun
teringat kalau tidak mungkin aku tangan kosong pergi ke rumah Rizky padahal Rizky sedang
sakit. Aku berpikir untuk membawa buah tangan ke rumah Rizky tetapi uangku hanya 25
ribu. Kemudian aku bergegas pergi ke pasar untuk membeli buah kepada Rizky. Sesampai di
pasar, aku berjalan melihat buah apa yang cocok dibawakan buat Rizky. Kemudian aku pun
melihat pedagang jeruk didepanku.
“ Pak, jeruknya berapa sekilo?” tanyaku
“ Dua belas ribu saja dek, kamu mau berapa kilo?” balas penjual itu
“ Tolong buat 2 kg ya pak. Tolong dipilihin yang manis manis ya pak karena jeruk ini buat
orang sakit.” kataku kepada pedagang itu.
Bapak itu pun langsung memilih dan menimbang jeruk. Kemudian bapak itu
memberikan bungkusan jeruk kepadaku dan aku pun langsung membayarnya. Setelah itu aku
pun langsung bergegas ke rumah Rizky. Aku yakin Rizky pasti senang dengan kedatanganku
dan aku tidak sabar untuk mengestau kemenanganku kepada Rizky. Sesampai dirumah
Rizky, aku langsung mengetuk pagarnya dan ternyata ibunya Rizky yang membukakan pintu.
Kemudian ibu Rizky mempersilahkan aku masuk ke rumah dan kemudian aku menjumpai
Rizky yang ternyata sedang menonton di ruang tamu.
“ Hai ky, kamu sakit ya? Kok beberapa hari ini aku gak lihat kamu datang ke sekolah?”
tanyaku sambil duduk dengan Rizky.
“ Hai Ri, iya aku beberapa hari ini sakit demam. Aku merasa sangat pusing dan tak sanggup
pergi ke sekolah. Eh, btw perlombaan kamu gimana? Kamu menang ga kemarin? Aku dari
kemarin nunggu kabar dari kamu.” balas Rizky.
“ Aku menang kemarin, Ky. Aku dapat medali emas dan uang. Aku pun menjadi utusan
lomba lari sprint 100 m di tingkat provinsi. Lombanya 1 bulan lagi. Btw, nih aku bawa buah
untuk kamu. Kamu makan ya!” kataku sambil memberikan bungkusan buah jeruk yang aku
beli tadi kepada Rizky
“ Wahh,,, kamu sangat hebat, Ri. Aku sangat bangga punya teman kek kamu. Semangat terus
berlatih ya. Kalau kamu butuh teman untuk berlatih, kamu panggil aku ya, pasti aku temani.
Makasih juga untuk buahnya ya, Ri. Kelihatannya enak, nanti aku makan ya, Ri!” balas
Rizky lagi.
Kemudian Rizky pun mengajak aku untuk menonton bersama. Kami menonton film
The Avengers di tv. Kemudian saat mengganti siaran, tiba tiba muncul pertandingan lomba
lari sprint. Kami pun menonton bersama hingga pertandingan itu berakhir. Aku pun menjadi
semangat melihat pemenang dari lomba tersebut dan pada saat penyerahan hadiah aku
membayangkan kalau aku berada di posisi dia dan memenangkan pertandingan dan mendapat
hadiah. Pasti ibu, abang, guru dan teman teman sangat bangga kepadaku
Setelah siap menonton tv bersama Rizky, aku pun kembali berbincang bincang
dengan Rizky. Aku pun mengestau kepada Rizky kondisi ibu dan mengestau kalau
sebenarnya kemarin aku akan pergi kerumahnya tapi tidak jadi karena membawa ibu
kerumah sakit.
“ Btw Ky, kemarin aku membawa ibu kerumah sakit karena kondisi ibu sudah sangat parah
dan butuh transfusi darah.” kataku kepada Rizky
“ Trus gimana Ry? Tante sekarang dimana? Ibu dirawat di rumah sakit kah sekarang?” balas
Rizky.
“ Ibu sudah pulang dari rumah sakit kemarin. Aku dan abang ga punya uang untuk
membiayai rumah sakit ibu nantinya.” jawabku kepada Rizky.
Sesaat kami sedang berbincang, dari meja makan ibu Rizky memanggil aku dan
Rizky dan mengajak aku makan malam bersama.
“ Rizky..Zohri kita makan malam dulu yuk Dah jam 7 nih, sudah waktunya untuk makan.
Zohri temani Rizky makan malam dulu ya.” kata ibu Rizki.
“ Tidak usah tante, nanti jadi ngerepotin tante, aku dah siap ngobrol sama rizky, aku pulang
aja ya tan.” kataku kepada ibu Rizki
“ Gak ngerepotin kok Nak Zohri, sekalian biar Rizky ada kawan makannya. Mau kan nak?
kata ibu Rizky.
“ Iya Ri, kita makan disini aja kawani aku. Ambil piringmu, Ri. Ibu juga masak makanannya
banyak!” kata Rizky
“ Ohh, oke Ry, makasih banyak ya tante, Zohri.” balasku.
Kemudian aku, Rizky dan ibu Rizky makan bersama di meja makan. Ibu Rizky
memasak banyak sekali makanan dan ada juga makanan kesukaanku ayam goreng. Aku pun
segera menyantap makananku. Setelah aku dan Rizky selesai makan, Rizky pun meminum
obatnya. Kemudian aku pun kembali mengucapkan terimakasih kepada Rizky dan ibunya.
Aku pun berpamitan, tetapi sesaat aku mau keluar pintu, ibu Rizky memberikanku bungkusan
makanan untuk dibawa kerumah. Aku pun menolaknya tetapi ibu Rizky memaksa dan aku
pun menerimanya. Aku pun mengucapkan terimakasih banyak karena keluarga Rizky sudah
sangat baik kepadaku. Kemudian aku pun berlari pulang kerumah.
Sesampai di rumah, aku pun langsung ke kamar ibu. Ibu pun menanyaiku aku
darimana dan aku memberitahu kepada ibu kalau aku barusan menjenguk Rizky karena Rizky
sudah 3 hari sakit. Kemudian aku memberitahu kepada ibu kalau aku tadi makan di rumah
Rizky dan aku juga diberikan bungkusan makanan. Kemudian aku pun menyuapi ibu dan
memberikan obat ibu. Setelah itu pun aku mandi, ganti baju dan aku langsung tidur.
Keesokan paginya, aku pun bangun, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Sesampai di sekolah aku sudah melihat Rizki sudah sampai deluan di sekolah. Kemudian
akupun mengajak Rizky untuk nanti latihan di lapangan siang hari pulang sekolah. Rizki pun
mau. Kemudian bel masuk sekolah pun berbunyi dan kami pun mulai belajar.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Kemudian aku pun bergegas untuk pulang rumah.
Sesudah sampai di rumah, seperti biasa aku ganti baju, makan siang dan menyuapi ibu makan
dan memberi obat kepada ibu. Setelah itu aku pun membantu bang Tohir menggoreng pisang
goreng dan bakwan. Setelah selesai menggoreng, aku pun pergi ke lapangan untuk latihan lari
bersama Rizki.
Setelah sampai di lapangan, aku pun langsung memulai pemanasan. Kemudian pada
saat aku latihan, tiba tiba datang seseorang yang menjumpai kami. Kemudian kami saling
berbincang dan memperkenalkan diri. Ternyata dia juga adalah atlet lari sprint pada tahun
2009 dan pernah juga mewakili Kabupaten Lombok Utara dan Provinsi Nusa Tenggara Barat
namun kalah pada saat seleksi nasional. Dia juga tinggal di dekat lapangan tempat kami
sering berlatih lari.
Kemudian setelah aku memberitahu kepadanya kalau aku akan mewakili Kabupaten
Lombok Utara dalam pertandingan lari sprint 100 m nanti dia pun memberikan semangat
kepadaku. Dia juga memberikan tips dan cara cara yang dapat dilakukan pada saat
bertanding. Dia mengajarkan aku bagaimana cara mengatur pernapasan pada saat berlari,
teknik berlari agar bisa cepat. Sesudah itu dia izin pergi dan aku pun langsung memulai
latihan lari bersama Rizky.
Seperti biasa aku akan berlari dari ujung lapangan ke ujung lapangan yaitu 100 m dan
Rizky akan menghitung waktu yang saya butuhkan untuk menempuh jarak itu. Waktu yang
paling cepat aku butuhkan tadi adalah 11,9 detik. Aku merasa sangat senang. Aku semakin
yakin kalau aku nanti bisa menang di tingkat provinsi bahkan nasional. Kemudian aku
beristirahat sebentar, minum dan kembali melanjutkan latihan berlari.
Setelah selesai melakukan pemanasan, aku dan Rizky bersiap siap untuk kembali
pulang ke rumah. Namun pada saat akan berjalan tiba – tiba tetanggaku datang berteriak dan
memanggilku
“ Zohri,,,Zohri..Cepat pulang. Ibu kamu tadi batuk dan keluar darah yang sangat banyak dari
mulutnya dan sekarang tak sadarkan diri. Kamu pulang sekarang ya!” kata tetanggaku sambil
berlari.
Aku pun langsung merasa lemas dan langsung izin dari Rizky dan berlari pulang ke
rumah. Sesampai di rumah, aku pun melihat ibu sudah dalam kondisi yang lemas dan di
bajunya banyak sekali darah. Kemudian bang Tohir memanggilku dan menyuruhku untuk
mencari becak. Aku pun segera berlari untuk mencari becak ke simpang.
Kemudian setelah dapat, aku dan Bang Tohir langsung mengangkat ibu ke dalam
becak agar segera ke rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit, aku pun langsung
memanggil suster dan ibu pun langsung dibawa ke ruangan IGD. Kemudian ibu pun langsung
diobati oleh dokter. Setelah itu aku pun berdiskusi dengan Bang Tohir.
“ Dek, gimana ini. Ibu udah masuk IGD, dan pasti biaya rumah sakit nanti lebih mahal dek.
Sedangkan abang hanya megang uang 1 juta dan sisa uang menang lomba kamu kmrn 1,5
juta lagi.” kata abang dengan wajah pusing
“ Waduh, gimana ini bang? Aku juga gak punya uang lagi bang. Ibu harus sembuh bang. Ibu
pasti bisa sehat bang!” jawabku sambil menahan rasa ingin nangis.
“ Dek, kamu mau ga sekarang pulang ke rumah lalu minjam uang ke tetangga kita, bu Fahmi.
Dia kan orang kaya dan tidak pelit juga. Nanti kamu pinjam uang 2 juta untuk pengobatan
ibu. Kamu mau ga dek?” tanya Bang Tohir kepadaku
“ Iya bang, kalau gitu aku pulang dulu ya bang untuk minta pinjaman, nanti aku datang lagi.”
jawabku.
“ Oke dek, jangan lupa nanti sekalian tolong bersihkan kamar ibu ya, soalnya tadi sarung
bantal ibu udah kena darah.” kata abang lagi
Kemudian aku pun langsung berlari lagi pulang kerumah. Aku tidak punya uang lagi
untuk naik becak atau angkot pulang kerumah. Sesampai dirumah aku pun langsung
membersihkan rumah dan menyiapkan baju ibu yang akan kubawa nanti ke rumah sakit.
Setelah itu, aku pun langsung bergegas ke rumah bu Fahmi untuk mencari pinjaman buat
biaya perobatan ibu.
Kemudian setelah sampai di rumah Bu Fahmi aku pun langsung mengetuk pintu
rumahnya dan dibukakan. Setelah itu akupun dipersilahkan masuk kedalam rumahnya. Aku
pun langsung menceritakan kondisi ibu yang sudah lemah di rumah sakit dan mengutarakan
maksudku untuk meminjam uang sebesar 2 juta untuk biaya perobatan ibu. Aku pun berjanji
akan mengembalikan uang tersebut dalam 1 bulan kemudian. Setelah bu Fahmi berpikir
sekian lama, akhirnya Bu Fahmi pun mengiyakan dan memberikan uang 2 juta kepadaku.
Aku pun sangat senang dan mengucapkan terimakasih kepada Bu Fahmi.
Setelah selesai meminjam uang dari Bu Fahmi aku pun langsung pulang kerumah.
Perutku terasa sangat lapar dan aku pun makan nasi dengan sisa gorengan abang tadi yang
tidak habis. Setelah selesai makan, aku pun langsung berlari ke rumah sakit sambil
menenteng tes yang berisi pakaian ibu. Sesampainya di rumah sakit, aku pun langsung
mencari bang Zohri dan menyerahkan uang 2 juta tersebut kepada abang.
Setelah 30 menit menunggu di rumah sakit, tiba tiba kami dipanggil untuk masuk ke
ruangan dokter. Setelah sampai di ruangan dokter, dokter pun mengatakan bahwa kadar
eritrosit ibu sudah sangat rendah dan paru paru ibu yang berfungsi hanya sebelah karena
sebelah lagi sudah bolong dibuat virus itu dan sekarang kondisi ibu sudah tidak sadarkan diri.
Aku dan abang pun langsung merasa syok dan nangis. Kemudian kami pun menanyakan apa
yang harus kami lakukan agar ibu masih tetap selamat dan dokter pun mengatakan bahwa dia
akan kembali melakukan transfusi darah
Kemudian kami pun keluar dari ruangan dokter dan berada di depan ruangan ibu. Aku
kemudian masuk ke dalam ruangan ibu. Aku tak kuasa menahan tangisku dan memberikan
semangat kepada ibu, tapi tak guna lagi karena ibu sudah tidak sadarkan diri. Kemudian
abang dan datang dan mengajak untuk sholat bersama.
“ Dek, kita sholat dulu yok. Kita doakan agar ibu tetap sehat dan kuat melawan sakitnya.”
ajak abang
“ Ayok bang.” jawabku
Kemudian kami pun pergi ke mushola rumah sakit untuk mendoakan agar ibu tetap
sehat saja. Setelah melakukan sholat, aku dan abang kembali ke depan ruangan ibu. Namun
setelah kami sampai di ruangan ibu, aku dan abang sangat terkejut karena ibu kembali harus
diberi penangan khusus karena kondisinya yang sudah sangat kritis.
Aku kembali menangis. Aku belum kuat bila ibu telah pergi. Aku masih butuh ibu.
Tak lama kemudian dokter pun memberikan kabar kepada aku dan Abang bahwa ibu telah
tiada. Aku dan abang pun menangis sejadi jadinya dan langsung masuk menerobos ke
ruangan dan memeluk ibu. Aku terus berteriak memanggil nama ibu sambil memeluknya.
Hatiku terasa hancur lebur. Aku sudah kehilangan penyemangatku. Sungguh aku langsung
merasa tak sanggup menjalani kehidupan bila tak ada ibu. Abang pun datang juga
memelukku dan memberikan ku semangat.
“ Kamu yang sabar ya dek. Ibu memang sudah tiada di dunia ini tapi ibu ada selalu dalam
hati kita. Ingat kamu masih ada pertandingan. Kamu harus bisa memenangkan pertandingan
tersebut dan ibu pasti akan merasa bangga dari surga sana dek. Kamu harus semangat ya!”
kata abang.
“ Iya bang.” jawabku sambil menangis.
Aku masih belum percaya kalau ibu sudah meninggalkan aku. Kemudian kami segera
mengurus jenazah ibu dan membayar segala administrasi rumah sakit. Kemudian kami pun
pulang kerumah bersama jenazah ibu dan dirumah sudah banyak tetangga juga yang ikut
merasakan kesedihan kami akibat kepergian ibu.
Keesokan harinya kami akan menguburkan jenazah ibu. Rencananya ibu akan
dikebumikan nanti siang jam 12.00. Kami pun mensholatkan jenazah ibu. Kemudian kami
pun pergi ke kuburan. Setelah selesai penguburan, kami pun langsung pulang kerumah dan di
rumah masih banyak tetangga dan memberikan kata penguatan dan penyemangat kepada
kami.
Hingga saat ini aku masih merasa sedih. Dalam hatiku, aku harus bisa membanggakan
ibu walaupun ibu sudah tiada. Dari dulu aku bermimpi untuk mendirikan rumah mewah
untuk ibu namun ibu sudah pergi deluan meninggalkanku. Seharian ini aku hanya merenung
dan memikirkan ibu. Kemudian aku pun tidur.
Keesokan harinya aku bangun dan langsung berangkat ke sekolah. Di sekolah aku
hanya merenung. Pulang sekolah pun Rizky datang menemuiku dan mengajakku untuk
mengobrol. Kami pun mengobrol di dalam kelas.
“ Zohri, turut berdukacita ya atas kepergian ibu kamu. Aku tau hal ini sangat berat sama
kamu. Tapi kamu harus semangat. Kamu tidak boleh menyerah. Ini harus menjadi motivasi
kamu untuk sukses. Ingat 2 minggu lagi pertandingan tingkat provinsi akan segera
dilakukan.” kata Rizky menyemangatiku
“ Terimakasih ya Ky, tapi aku masih belum sanggup terima semua ini. Aku masih butuh
waktu Ky.” jawabku kepada Rizky
“ Iya Ri, tapi jangan berlarut ya. Kamu harus lebih giat latihan. Kapan pun kau membutuhkan
bantuanku, kamu bisa panggil aku.” kata Rizky
“ Terimakasih ya Ky, kamu memang sahabat terbaikku.” kataku sambil memeluk Rizky.
Kemudian aku pun langsung bergegas pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, aku
langsung ganti baju, makan siang dan langsung membantu abang menjual gorengan. Setelah
selesai menggoreng, aku pun berdiskusi dengan abang.
“ Bagaimana nih bang. Kita masih punya hutang 2 juta ke Bu Fahmi sedangkan uang kita
sudah habis semua untuk pengobatan ibu.” kataku kepada abang.
“ Abang juga tidak tau lagi dek. Yang penting sekarang kita harus lebih keras berusaha dan
bekerja ya dek!” jawab abang.
Ternyata secara tiba tiba Rizky dan ibunya datang ke rumahku dan mendengar
percakapanku tadi dengan abang. Aku segera mempersilahkan bu Rizky dan Rizky untuk
masuk ke rumah.
“Nak Zohri, tadi tante udah dengar semuanya. Kalian punya hutang ya 2 juta untuk biaya
pengobatan ibu kemarin?” tanya ibu Rizky.
“ Iya tante. Uangnya sudah habis semua untuk pengobatan ibu dan kami tidak punya uang
lagi untuk membayar hutang itu.” jawabku.
“ Gimana kalau tante bantu membayar hutang kalian? Tante baru punya rejeki sedikit dan
cukup untuk membayar hutang kalian.” kata ibu Rizky.
“ Tidak usah tante. Selama ini tante sudah sangat baik kepada keluarga kami. Nanti
merepotkan tante.” jawabku kepada Ibu Rizky.
“ Tidak ada yang repot kok. Tante malah merasa bersyukur bisa membantu kamu dan
abangmu. Nanti tante segera bayar ke bu Fahmi ya.” balas ibu Rizky.
“Terimakasih banyak tante. Aku janji suatu saat aku pasti bakal balas kebaikan tante!” kataku
dan abang.
Aku pun semakin semangat untuk kembali berlatih persiapan lomba lari sprint tingkat
provinsi. Aku yakin aku pasti bisa dan ibuku pasti bangga kepadaku………

Anda mungkin juga menyukai