Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH JENIS-JENIS KOMPLEMENTER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar “community nursing ”

Disusun oleh:

1. Adila Hardiani Razbi 4002190017


2. Asep Gunawan 4002190142
3. Dikna Febiana 4002190015
4. Eneng Egga 4002190014
5. Maharani Fitria 4002190046
6. M. Lutfi Hafid 4002190099
7. Putri Fitria Andini 4002190026
8. Qori Wahyunungsih 4002190106
9. Rahma Rozati 4002190013
10. Siti Robaeah 4002190131
11. Siska Mardiana 4002190140
12. Sheila Rizka Puspita 4002190032

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG MARET 2022


KATA PENGATAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami tim penyusun dapat menyelesaikan Makalah “Jenis-jenis Terapi
Komplementer”. Tak lupa atas bantuan Oktarian Pratama S.Kep.,Ners.,M.KM. selaku
fasilitator pada tutorial yang telah memberikan arahan mengenai pembuatan makalah ini.

Dengan kerjasama antar anggota kelompok, akhirnya kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Walaupun kami mendapat sedikit kesulitan saat menyusun makalah ini. Namun,
kesulitan itu dapat kami atasi berkat bantuan orangtua, dan teman-teman sekalian atas
bantuan sarana dan prasarana yang diberikan. Untuk itu kami ucapkan terimakasih.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman sekalian,
juga sebagai pengalaman untuk kami, dan juga pembelajaran kami ke depannya dalam
membuat makalah dan berdiskusi dengan kelompok.

Akhir kata, apabila ada kesalahan dalam penulisan, juga adanya kata yang kurang
berkenan, dan mungkin masih ada materi yang kurang jelas, kami memohon maaf dan
mohon untuk dimaklumi karena kami masih dalam proses belajar. Kami sangat berharap
atas saran dan kritik dari teman-teman sekalian. Terimakasih atas waktu dan kesempatan
yang diluangkan untuk membaca makalah kami.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................4
A. Latar Belakang ............................................................................................4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................4
C. Tujuan .........................................................................................................4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................6
A. Penjelasan Terapi Komplementer ...............................................................6
B. Landasan Hukum ........................................................................................7
C. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer ...............................................8
D. Jenis-jenis Terapi ........................................................................................8

BAB III
PENUTUP ............................................................................................................15
A. Kesimpulan ..............................................................................................15
B. Saran ..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16

DOKUMENTASI ................................................................................................17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Terapi alternatif komplementer merupakan kelompok dari macammacam
sistem pengobatan, praktik, perawatan dan produk yang secara umum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional (Perry, Potter, 2009). Pemanfaatan dari terapi
alternatif komplementer frekuensinya meningkat dengan pesat didunia.
Perkembangan frekuensi yang meningkat sudah tercatat di Negara Afrika dan dengan
kisaran populasi global sebanyak 20% - 80% (Amira & Okubadejo, 2007).
Umumnya masyarakat sekarang mulai berpindah memakai pengobatan
komplementer dibanding dengan pengobatan medis, sekalipun pengobatan medis
adalah pengobatan yang populer. Didukung dari data Kemenkes tahun 2011 dengan
pembuktikan 80% masyarakat Afrika memakai pengobatan alternatif dan
komplementer untuk perawatan kesehatan primer. Bahkan di Indonesia sendiri
terdapat 40% dari jumlah seluruh masyarakat dan 70% penduduk pedesaan di
Indonesia memakai pengobatan alternatif dan komplementer (Kamaluddin, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006),
Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai
pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80%
dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).
Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit,
terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative, dan kanker. WHO juga
mendukung upayaupaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat
tradisional.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat disimpulkan


yaitu “tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai terapi komplementer”

C. Tujuan

4
1. Tujuan umum
Mengindentifikasi tingkat pengetahuan
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui pengertian terapi komplementer
b) Menegetahui manfaat terapi konmplementer
c) Mengetahui jenis jenis terapi komplementer

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai
terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,
2004).
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan
terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga
sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan
yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan
spiritual).
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit
ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup
dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat,
seimbang, mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh.
Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder,
tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk
strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999).
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat
selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah.
Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit
kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya meng-

6
gunakan terapi modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300
dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin,
2007).

B. Dasar Hukum Terapi Komplementer


Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik,
hal ini karena bentuk terapi yang dapat mempengaruhi individu (pikiran, badan, dan
jiwa dalam kesatuan fungsi).
Organisasi kesehatan dunia (WHO, 2002) Mendefinisikan terapi
komplementer adalah praktik kesehatan dengan pendekatan pengetahuan dan
keyakinan tentang pengelolaan tanaman, hewan, mineral, dan spiritual yang
dikombinasi untuk mempertahankan kesejahteraan dan mencegah penyakit
Berdasarkan Permenkes RI nomor: 1109/Menkes/Per/2007 adalah:
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind , mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan
yoga ).
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur, naturopathic,
hemeopati, aromaterapi, ayurveda.
3. Cara penyembuhan manual: kiropraktik, healing touch, tuina, shiatsu, oscopati,
pijat urut.
4. Pengobatan farmakologi dan biologi: jamu, herbal, gurah.
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makronutrien,
mikronutrien
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan titik2 terapi ozon, hiperbarik
Undang-undang keperawatan nomor 38 tahun 2014 tentang praktik
keperawatan pasal 30 ayat 2 huruf m yang berbunyi “dalam menjalankan tugas
sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat, perawat
berwenang melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif,
alat penjelasannya pasal 30 ayat 2 huruf m tersebut adalah melakukan
penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif merupakan bagian dari
penyelenggaraan praktik keperawatan dengan memasukkan atau mengintegrasikan
terapi komplementer dan alternatif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Keterbatasan pengobatan konvensional menjadi salah satu alasan terapi komplementer
dan alternatif menjadi salah satu pilihan dalam mengobati atau menyehatkan
masyarakat Indonesia. Pengembangan terapi komplementer dan alternatif harus

7
menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan khususnya perawat. Wewenang perawat
dalam memberikan terapi komplementer dan alternatif tidak lepas dari kultur atau
budaya dan sumber daya alam atau SDM negara Indonesia yang memiliki beragam
kepercayaan atau normal serta ribuan tanaman obat yang bisa digunakan dalam
pengobatan alternatif di masyarakat. Kekayaan alam dan budaya masyarakat
Indonesia harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya khususnya dalam bidang
kesehatan.

C. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer


Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat
dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan
informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan,
perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti
yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum
pendidikan (Crips& Taylor, 2001). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya
dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-
based practice.
Pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila
isu ini berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai
pengetahuan dan kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara
bersama-sama dapat meningkat (HH, TH). Perawat secara holistik harus bisa
mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas (cara menyatakan sikap
terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-hari dan praktek
keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk
menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai
alat atau media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah
kesehatan. Terapi komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis
conventional.

D. Jenis-jenis Terapi Komplementer


1. Akupuntur

8
Akupuntur adalah pengobatan tradisional Tiongkok yang menggunakan
penyisipan jarum tipis ke kulit pada titik-titik tertentu di tubuh Anda. Pengobatan
ini paling sering digunakan untuk mengurangi nyeri karena menstimulasi
penghilang rasa sakit alami yang ada pada tubuh. Contohnya, nyeri akibat
kemoterapi, sakit kepala, nyeri punggung dan leher, serta nyeri saat menstruasi.
Praktisi akan memanaskan ujung jarum atau mengaliri aliran listrik lingan ke
jarum dan memasukkan jarum akupuntur ke dalam titik-titik tubuh melalui kulit.
Prosesnya bisa saja tidak sakit, tapi juga bisa menimbulkan sensasi nyeri ringan
ketika jarum menusuk ke kulit lebih dalam.
Setelah itu, praktisi akan membiarkan jarum yang menusuk kulit pasien
selama 10 hingga 20 menit dan kemudian mencabutnya.

2. Ayurveda
Ayurveda adalah konsep pengobatan alami dari India yang dicapai dengan
menjaga keseimbangan tubuh, pikiran, dan lingkungan.
Tujuan dari terapi komplementer ini adalah membantu seseorang mengurangi
gejala dan rasa cemas, meningkatkan keharmonisan dalam hidup, serta
meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit. Dalam pengobatan ini,
herbal, rempah, dan ekstrak minyak digunakan secara esktensif.

9
3. Homeopati
Homeopati adalah pengobatan yang pertama kali muncul akhir tahun 1700-an
di Jerman, yang konsepnya adalah meningkatkan pemulihan tubuh secara alami
terhadap penyakit.
Dalam pengobatan ini, praktisi akan menggunakan pil atau larutan yang
mengandung sedikit bahan aktif (biasanya ekstrak tumbuhan atau mineral) untuk
mengobati penyakit.
Perawatan homeopati bertujuan untuk menjaga kesehatan dan membantu
pengobatan penyakit jangka panjang, seperti alergi, eksim, dan rematik. Bisa juga
untuk mengatasi cedera ringan, seperti keseleo atau otot-otot tubuh yang
menegang. Pengobatan komplementer ini tidak cocok sebagai perawatan
pendamping untuk kondisi yang darurat seperti penyakit jantung, kanker, atau
infeksi yang parah.

4. Naturopati
Menurut American Association of Naturopathic Physicians (AANP),
naturopati adalah sistem perawatan kesehatan yang meliputi praktik diagnosis,
pengobatan, pencegahan penyakit. Konsep pengobatan ini berkembang di abad
ke-19 di Eropa.

10
Teknik pengobatannya menggunakan metode modern dan tradisional, yang
bisa mencakup perubahan gaya hidup, pengurangan stres,psikoterapi dan
konseling, penggunaan obat herbaldan suplemen, termasuk homeopati.

5. Chiropratic
adalah pengobatan untuk mengatasi disfungsi sendi di tulang belakang
bagian bawah yang dapat menghasilkan nyeri punggung bagian
bawah.Chiropractors memanipulasi tulang belakang untuk mengobati dan merinci
posisi vertebra yang berubah serta kehilangan fungsional berikutnya. Hal ini
terjadi sebagai akibat dari vertebra yang keluar dari posisinya dibandingkan
dengan vertebra lainnya. Penyesuaian chiropractic biasanya
melibatkan chiropractor yang menerapkan kecepatan tinggi, dorongan lengan tuas
pendek ke tulang belakang, dengan tujuan mengurangi tekanan pada sendi dan
memberikan pereda nyeri.

6. Reiki

Reiki adalah bentuk terapi Jepang yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat


energi dan meningkatkan relaksasi dan kesejahteraan. Dikembangkan pada akhir
11
abad ke-19, reiki diterapkan melalui sentuhan lembut non-invasif dan non-
manipulatif. Filosofi yang mendasari reiki adalah bahwa jika energi seseorang
rendah, mereka cenderung tidak sehat atau stres. Namun, jika tinggi, mereka lebih
mampu bahagia dan merasa baik. Reiki tidak akan menyembuhkan penyakit atau
penyakit, tetapi dapat membantu tubuh Anda merasa lebih rileks dan damai.

7. Pengobatan Herbal
Obat herbal memiliki asal-usul dalam budaya kuno. Ini melibatkan
penggunaan tanaman obat untuk mengobati penyakit dan meningkatkan
kesehatan umum dan kesejahteraan. Beberapa herbal memiliki bahan yang
potensial dan harus dikonsumsi dengan tingkat kehati-hatian yang sama
seperti obat-obatan farmasi. Faktanya, banyak obat-obatan farmasi
didasarkan pada versi buatan manusia dari senyawa alami yang ditemukan
pada tumbuhan. Misalnya, obat jantung digitalis berasal dari tanaman
foxglove .

8. Relaksasi Napas Dalam


Berdasarkan 5 jurnal yang membahas tentang Teknik Relaksasi Nafas Dalam.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Wijayanti dan
Dirdjo 2015).

12
Menurut (Ruhman, 2017) adanya pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam
terhadap perubahan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi, yaitu
pada kasus seorang pasien dilakukan intervensi selama 10- 15 menit, setelah itu
peneliti meminta pasien istrahat sekitar 30-35 menit, selanjutnya peneliti mengkaji
ulang nyeri dan hasilnya pasien mengatakan nyerinya berkurang dan hasil ini
dibuktikan dengan observasi wajah pasien sudah lebih nyaman dan terasa rileks,
pasien mengaatkan skala nyeri dari 6 (nyeri sedang) menurun menjadi 3 (nyeri
ringan).
9. Rose Aromaterapi
Aromaterapi merupakanterapi dengan menggunakan bau-bauan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan (Craig hospital, 2013). Rose Aroma terapi dapat
menurunkan tekanan darah karena mekanisme kerja aromaterapi melalui
sirkulasi dan sistem penciuman. Ketika aromatherapi itu dihirup melalui hidung,
molekul aromatik masuk melalui membran rongga hidung dan kemudian
keolfaktori.

10. Terapi Musik


Terapi musik ini adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan holistik yang
dapat iterapkan kepada klien. Terapi musik adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kualiotas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri
dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang di organisir sedemikian rupa
hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Terapi
musik dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu: terapi musik aktif dan terapi musik
pasif.

13
11. Terapi Pemijatan

Pijat adalah bentuk sentuhan terstruktur atau terapeutik. Jenis terapi


komplementer ini sering ditawarkan sebagai bagian dari perawatan kanker di
pusat kanker,rumah sakit, layanan kesehatan masyarakat dan beberapa operasi
dokter umum. Terapi ini dapat dilakukan oleh terapis pijat spesialis, fisioterapis,
perawat atau terapis komplementer. Seorang terapis pijat dapat memijat seluruh
tubuh, atau fokus pada satu area seperti tangan, wajah, bahu atau kaki. Ini berarti
tidak harus selalu melepas pakaian untuk dipijat.

12. Guided Imagery

14
Berdasarkan 2 jurnal literatur yang membahas tentang terapi Guided Imagery.
Guided imagery merupakan imajinasi yang dirancang secara khusus untuk
mencapai efek positif. Dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan maka
akan terjadi perubahan aktifitas motorik sehingga otot-otot yang tegang menjadi
relaks, respon terhadap bayangan menjadi semakin jelas.Hal tersebut terjadi
karena rangsangan imajinasi berupa hal-hal yang menyenangkan akan dijalankan
kebatang otak menuju sensor thalamus untuk diformat. Sebagian kecil rangsangan
itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus, sebagian lagi dikirim ke korteks
serebi. Sehingga pada korteks serebi akan terjadi asosiasi pengindraan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kehidupan, kesehatan merupakan aspek penting yang harus di
perhatikan. Karena itu setiap manusia akan berusaha untuk menjaga kesehatannya
dengan cara modern maupun dengan cara tradisional. Didalam perawatan kesehatan
ada kalanya dilakukan dengan cara modern dan tradisional secara berdampingan.
Seperti terapi komplementer. terapi komplementer adalah praktik kesehatan dengan
pendekatan pengetahuan dan keyakinan tentang pengelolaan tanaman, hewan,
mineral, dan spiritual yang dikombinasi untuk mempertahankan kesejahteraan dan
mencegah penyakit. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan
pengobatan holistik, hal ini karena bentuk terapi yang dapat mempengaruhi individu
(pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi).

B. Saran

15
Bagi Profesi Keperawatan Dapat menerapkan dan megajarkan terapi
komplementer ini tubuh dan pikiran (mind , mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan
yoga ).kepada pasien dalam meringankan dan menurunkan nyeri/stress secara
berkelanjutan dan menjadikan terapi klasik sebagai salah satu intevensi pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

 Andrew, M., Angone, K. M . ,& jhonson. P.H., 1999. Nurse s Handbook of


alternative And Complementary Therapies Pennsylvania : springhaouse
 Gusti, 2016 prinsip keperawatan holistikdalam terapi komplementer diakses dari :
https://gustinerz.com/prinsip-keperawatan-holistik-dalam-terapi-komplementer/
 Setiana Andarwulan, terapi komplementer kebidanan. Guepedia. 2021. ISBN : 978-
623-96866-6-6.
 Dr. Saut,2018 “peran perawat dalam terapi komplementer” diakses dari
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-komplementer-dalam-keperawatan/
 Nurgiwiati, E. (2015). Terapi Alternatif & Komplementer dalam Bidang
Keperawatan. Bogor : In Media.

 Zulfa Rudaida.(2018).TERAPI KOMPLEMENTE.Mojokerto. ISBN. 978-602-


51139-8-7

16
 Elly . Trisnawati , Ikhlas M. J , 2019 . TERAPI KOMPLEMENTER TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI; A LITERATUR RIVIEW .
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta
 https://scholar.google.co.id/scholar?
q=jurnal+terapi+komplementer&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart -
d=gs_qabs&u=%23p%3D_SLnQHOseLsJ

DOKUMENTASI

17

Anda mungkin juga menyukai