Anda di halaman 1dari 9

EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987992 03

MANAJEMEN PEMBELAJARAN INKLUSI


PADA ANAK USIA DINI

Oleh:
Anita Kresnawaty1, Rina Heliawati2
1
kresna_anita@yahoo.co.id
2
heliawatirina@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) perlu dilaksanakan sejak
dini, karena masa usia dini adalah masa dimana proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang pesat dalam rentang perkembangan
hidup manusia. Melalui pendidikan inklusif, anak yang mempunyai hambatan, belajar
bersama dengan anak pada umumnya dengan tujuan mengoptimalkan seluruh aspek
perkembangan anak. Masalahnya tidak semua sekolah dapat menyelenggarakan
pelayanan pendidikan terhadap ABK sesuai standar. Penelitian ini di fokuskan pada
manajemen pembelajaran anak usia dini berkebutuhan khusus di Pendidikan Anak Usia
Dini dilaksanakan. Tujuan penelitian diarahkan pada manajemen pembelajaran di
PAUD bagi ABK oleh Kepala sekolah dan guru. Manfaat penelitian ini diharapkan
Menambah khasanah ilmu manajemen pendidikan, khususnya dalam Manajemen
Pembelajaran pendidikan inklusif Pada Anak Usia Dini, Memberi masukan kepada
guru dalam upaya mengimplememtasikan manajemen pembelajaran Pendidikan inklusif
pada Anak Usia Dini. Prosedur penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Tekhnik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,
studi dokumentasi; data diuji dengan menggunakan metode trianggulasi sumber dan
ketekunan pengamatan untuk mengetahui keabsahan data. Temuan penelitian ini yaitu:
(1) Sekolah merumuskan perencanaan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus,
tetapi karena polanya terintegrasi dengan kurikulum anak pada umumnya maka
rumusannya mengacu pada pembelajaran pada umumnya. (2) Orang tua yang menutupi
hambatan yang di miliki anak, bahkan orangtua tidak mau menerima bahwa anaknya
memiliki kebutuhan khusus. (3) Tidak sejalannya pola bimbingan anak berkebutuhan
khusus di sekolah dengan di rumah. Dari hasil penelitian ini disarankan,(1)
Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran penting dalam mewujudkan sekolah
inklusi, terutama bagaimana mengembangkan budaya organisasi yang inklusif,
mendorong kinerja guru lebih tinggi dalam mengembangkan kurikulum anak
berkebutuhan khusus, memotivasi guru, melakukan kerjasama dengan berbagai pihak
(orangtua, para ahli, dan stakeholder lainnya). Kepala sekolah perlu merumuskan
peraturan sekolah tentang standar operasional prosedur untuk mendorong masyarakat
sekolah dengan orang tua murid guna meningkatkan kerjasama yang lebih kondusif bagi
sekolah inklusi. (2) Anak adalah titipan dari Allah SWT, tidak ada anak yang lahir ke
dunia tanpa dibekali potensi, di balik keterbatasan, pasti tersimpan kelebihan yang
tersembunyi. Untuk itu perlu dorongan dari orangtua dalam mengoptimalkan segala
aspek perkembangan anak berkebutuhan sejak dini.

KATA KUNCI
Pendidikan inklusi, potensi, AUD, pembelajaran, manajemen

Volume 3 Nomor 1 Page 15


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987992 03

LATAR BELAKANG berperan dalam tumbuh kembang anak,


Anak adalah manusia kecil yang mengingat bahwa setiap anak mempunyai
memiliki potensi yang masih harus karakteristik individual termasuk anak
dikembangkan. Anak memiliki yang membutuhkan perhatian khusus
karakteristik tertentu yang khas dan tidak mempunyai hak yang sama untuk
sama dengan orang dewasa, mereka selalu mendapatkan layanan seperti anak normal
aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu pada umumnya. Kemampuan anak untuk
terhadap apa yang dilihat, didengar, bersosialisasi atau bercampur dengan
dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah teman sebayanya atau keterampilan
berhenti bereksplorasi dan belajar. membawakan diri di tengah-tengah
Proses pembelajaran pada anak usia lingkungan belajar adalah sesuatu yang
dini hendaknya dilakukan dengan tujuan penting bagi anak. Pada kenyataannya di
memberikan konsep –konsep dasar yang berbagai lembaga pendidikan anak usia
memiliki kebermaknaan bagi anak melalui dini selalu saja terdapat anak-anak yang
pengalaman nyata yang memungkinkan membutuhkan perhatian khusus disebut
anak untuk menunjukkan aktivitas dan rasa sebagai anak berkebutuhan khusus yang
ingin tahu (curiousity) secara optimal. memerlukan layanan pendidikan.
Kemudian menempatkan posisi guru Pendidikan bagi anak berkelainan
sebagai pendamping, pembimbing serta tentu saja harus diformulasikan dengan
fasilitator bagi anak. perencanaan yang matang agar mereka
Berkaitan dengan hal tersebut maka tidak merasa kecil dalam mengikuti setiap
tugas seorang guru adalah mengamati jenjang pendidikan, terlebihorang otua
dengan meneliti perkembangan setiap yang memiliki anak berkebutuhan khusus
muridnya yang berhubungan dengan masa cenderung merasa malu dan terkesan
pekanya. Kemudian guru dapat menutupi kondisi anak.
memberikan stimulasi atau rangsangan Di tengah persoalan yang membelit
yang dapat membantu berkembangnya anak berkebutuhan khusus, paradigma
masa peka anak sesuai fungsinya. pendidikan inklusif agaknya bisa menjadi
Berdasarkan teori perkembangan solusi bagi mereka untuk mendapatkan
anak, di yakini bahwa setiap anak lahir pendidikan tanpa harus merasa kecil hati
dengan lebih dari satu bakat. Bakat ketika harus berkumpul dengan mereka
tersebut bersifat potensial, untuk itulah yang memiliki fisik atau kemampuan yang
anak perlu diberikan pendidikan yang normal. Untuk itu kebijakan pemerintah
sesuai dengan perkembangannya dengan dalam penuntasan Wajib Belajar
cara memperkaya lingkungan bermainnya. Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang
Itu berarti orang dewasa perlu memberikan dijabarkan dalam UU Sisdiknas nomor 20
peluang kepada anak untuk menyatakan Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
diri, berekspresi, berkreasi, bersosialisasi Nasional Pasal 32 telah mengatur
dan menggali sumber-sumber terunggul Pendidikan Khusus dan Pendidikan
yang tersembunyi dalam diri anak. Untuk layanan Khusus. Implementasinya
itu paradigma baru pendidikan bagi anak dijabarkan melalui Permendiknas nomor
usia dini haruslah berorientasi pada 70 tahun 2009 yaitu dengan memberikan
pendekatan berpusat pada anak (student kesempatan atau peluang kepada anak
centred). berkebutuhan khusus untuk memperoleh
Berdasarkan uraian tersebut dapat pendidikan di sekolah reguler (Sekolah
dipahami bahwa pendidik anak usia dini dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Page 16 Volume 3 Nomor 1


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987992 03

Sekolah Menengah Atas/ kejuruan) luar biasa yang dimiliki anak-anak pada
terdekat. Inilah yang disebut dengan istilah usia dini. Keterbatasan pengetahuan dan
“Pendidikan Inklusif”. informasi yang dimiliki guru,
Melihat gejala yang muncul di menyebabkan kemampuan yang dimiliki
masyarakat akan banyaknya masyarakat anak tidak berkembang. Guru sulit untuk
yang mempunyai anak berkebutuhan merencanakan, mendesain, dan
khusus pada usia dini, maka PAUD inklusi mengadakan pusat sumber belajar yang
dapat memenuhi akses kebutuhan sesuai dengan kurikulum yang tepat bagi
masyarakat, khususnya masyarakat yang anak berkebutuhan khusus.
memiliki anak berkebutuhan khusus. Sistem team teaching tentu saja
Setiap anak harus diperlakukan sama sangat diperlukan untuk menunjang
seperti kita memperlakukan orang dewasa koordinasi dan kerjasama antar anak agar
dan melayani sesuai kebutuhannya. Para semakin kompak dalam melaksanakan
pendidik usia dini perlu memperhatikan kegiatan belajar mengajar. Permasalahan
kebutuhan individual anak didiknya. sistem pengajaran juga belum memberikan
Termasuk kebutuhan belajar anak jaminan akan keberhasilan anak
berkebutuhan khusus (ABK ) atau anak berkebutuhan khusus dalam menangkap
berkelainan karena perkembangan yang materi, hal ini disebabkan kurangnya
terjadi pada masa ini akan membentuk pola fasilitas dan media pembelajaran.
tertentu dalam setiap tahapan kehidupan Sistem pendukung dalam
yang tidak saja untuk prilaku aktual semata pelaksanaan pendidikan inklusif harus
namun juga untuk pertumbuhan dan diakui masih belum memadai. Sistem
penyesuaian yang akan datang. Konsep pendukung tersebut dari orang tua yang
diri, tujuan hidup, serta aspirasi yang akan belum memiliki perhatian penuh kepada
dicapai sangat dipengaruhi oleh hubungan anak mereka untuk bersekolah di sekolah
anak dengan orang tua, teman sebaya, reguler karena takut cacian dari lingkungan
maupun kekuatan motivasi yang ia terima sekitar.
selama masa kanak-kanak. Pendidikan Anak Usia Dini inklusi
Permasalahan inti dari pendidikan diharapkan orang tua tidak lagi menutupi
inklusif pada anak usia dini menyangkut kondisi anak mereka karena dalam
persoalan proses pembelajaran. Pendidikan Anak Usia Dini inklusi
Pembelajaran pada hakikatnya adalah pembelajaran anak normal dan anak
proses interaksi antara peserta didik berkebutuhan khusus dikemas dalam satu
dengan lingkungannya sehingga terjadi interaksi pembelajaran. Pembelajaran
perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. semacam ini memungkinkan ABK untuk
Dalam interaksi tersebut banyak sekali berinteraksi dan bersosialisasi secara baik
faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dengan teman sebayanya sehingga
internal maupun faktor eksternal. Anak membantu untuk dapat berkembang lebih
usia dini yang berkebutuhan khusus masih baik dan belajar berbagai keterampilan
mengalami kesulitan dalam bekerjasama sosial. Anak normal akan belajar
dengan anak yang lain di setiap sentra atau menghargai perbedaan kondisi dan
pusat kegiatan belajar. Dalam keadaan serta kebutuhan teman yang
pembelajaran, tugas guru yang paling memiliki kebutuhan khusus dan
utama adalah mengondisikan lingkungan bertoleransi dengan mereka. Artinya,
agar menunjang terjadinya perubahan keberadaan anak di sekolah inklusi akan
prilaku bagi peserta didik. membentuk nilai-nilai saling menghargai
Sebagian besar guru tidak dan menyayangi yang pada akhirnya
memahami akan potensi atau kemampuan membentuk pribadi dan watak yang

Volume 3 Nomor 1 Page 17


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987990 03

berakhlak mulia, dan melalui pendidikan maka diperlukan program pembelajaran


inklusif secara tidak langsung akan adaptif atau di Indonesia dikenal sebagai
terbentuk pendidikan karakter bangsa. program pembelajaran individual
(Individualized Instructional Program),
KAJIAN TEORI yaitu program pembelajaran yang
1. Konsep Pendidikan Inklusi dirancang berdasarkan kebutuhan khusus
Pendidikan inklusif yaitu sekolah anak.
yang mengakomodasi pendidikan untuk 2. Manajemen Pembelajaran Pada
semua(education for all) yaitu semua anak Pendidikan Anak Usia Dini
bisa belajar di lingkungan yang sama baik Manajemen merupakan proses
anak normal maupun anak berkebutuhan perencanaan, pengorganisasian,
khusus (ABK) tanpa memandang kelainan pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
fisik maupun mental, tanpa adanya para anggota organisasi dan penggunaan
diskriminatif dari lingkungan belajar dan sumber daya organisasi lainnya agar
saling menghargai keanekaragaman yang mencapai tujuan organisasi yang telah
bertujuan untuk mewujudkan kesempatan ditetapkan.( Stoner, 1992:8). Dalam proses
yang seluas-luasnya kepada peserta didik manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok
yang berkebutuhan khusus memperoleh yang ditjampilkan oleh seorang manajer
pendidikan yang bermutu untuk atau pimpinan, yaitu perencanaan
mengembangkan bakat dan minatnya (planning), pengorganisasian (Organizing),
sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya, pemimpin (leading), dan pengawasan
yaitu pendidik, tenaga kependidikan, (Controling)
sarana dan prasarana, kurikulum, dan Pembelajaran merupakan
sistem penilaian dan evaluasinya pun harus implementasi dari rencana yang telah
dikemas sesuai dengan kebutuhan peserta dibuat, dan merupakan indikator utama
didik baik peserta didik pada umumnya yang sangat mempengaruhi efektif
maupun anak berkebutuhan khusus. tidaknya rencana pelaksanaan
Pendidikan inklusif tidak menuntut pembelajaran. (Mulyasa,2014:72).
anak dengan kebutuhan khusus Pembelajaran merupakan kegiatan yang
menyesuaikan diri dengan kehidupan didalam pelaksanaannya melibatkan guru
masyarakat normal, tetapi mampu dan siswa. Menurut Ambarita (2006:72) “
berpartisipasi aktif dalam kehidupan Manajemen pembelajaran adalah
masyarakat. Dalam pendidikan inklusif, kemampuan guru (manajer) dalam
pendidikan dipandang sebagai upaya mendayagunakan sumberdaya yang ada,
pemberdayaan semua potensi kemanusiaan melalui kegiatan menciptakan dan
secara optimum da terintegrasi agar semua mengembangkan kerjasama, sehingga
anak kelak dapat memberikan diantara mereka tercipta pembelajaran
kontribusinya dalam kehidupan untuk mencapai tujuan pendidikan di kelas
masyarakat untuk kemaslahatan hidup secara efektif dan efisien.
bersama. Kegiatan pembelajaran pada anak
Bertolak dari pandangan tersebut di usia dini pada hakikatnya adalah
atas, maka dalam pendidikan inklusif pengembangan kurikulum secara konkret
bukanlah anak yang dituntut menyesuaikan berupa seperangkat rencana yang berisi
diri dengan kurikulum tetapi kurikulumlah sejumlah pengalaman belajar melalui
yang harus menyesuaikan diri dengan bermain yang diberikan pada anak usia
kebutuhan anak demi pengembangan dini berdasarkan potensi dan tugas
semua potensi kemanusiaannya. perkembangan yang harus dikuasai dalam
Konsekuensi dari prinsip semacam itulah rangka pencapaian kompetensi yang harus

Page 18 Volume 3 Nomor 1


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987992 03

dimiliki oleh anak ( Sujiono dan Sujiono, b. Anak Usia Dini yang membutuhkan
2007:206). perhatian khusus
3. Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Pada kenyataannya, di berbagai
Berkebutuhan Khusus Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, baik
a. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus di TK, Kelompok Bermain, Taman
Anak berkebutuhan khusus (Heward) Penitipan Anak dan Satuan PAUD sejenis
adalah anak dengan karakteristik khusus lainnya selalu saja terdapat anak-anak yang
yang berbeda dengan anak pada umumnya membutuhkan perhatian khusus. Hal ini
tanpa selalu menunjukan pada dijelaskan oleh Jamaris (2006 :80-92) dan
ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Mulyono (2006:6-9), bahwa terdapat
Selanjutnya menurut Zainal Alimin, masalah-masalah perilaku psikososial,
alimin@upi.edu “Anak berkebutuhan berkesulitan belajar, ataupun anak dengan
khusus dapat diartikan sebagai seorang pemusatan gangguan perhatian/ hiperaktif.
anak yang memerlukan pendidikan yang Di sisi yang lain, Jamaris (2006 :94-100)
disesuaikan dengan hambatan belajar dan juga menjelaskan bahwa terdapat anak
kebutuhan masing-masing anak secara dengan tingkat intelegensi yang luar biasa,
individual. seperti anak tunagrahita, atau anak gifted
Dengan pengertian tersebut, dapat dan berbakat.
disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki METODE PENELITIAN
perbedaan dengan anak-anak secara umum Penelitian tentang “Manajermen
atau rata-rata anak seusianya. Anak Pembelajaran Pendidikan Inklusif pada
dikatakan berkebutuhan khusus jika ada Anak Usia Dini” merupakan Studi
sesuatu yang kurang atau bahkan lebih deskriptif dengan menggunakan
dalam dirinya. pendekatan kualitatif. Alasan pemilihan
Berdasarkan tinjauan secara psikologi pendekatan ini adalah karena objek yang
dan ilmu pendidikan, masa usia dini akan dikaji adalah manajemen
merupakan masa peletakkan dasar atau pembelajaran Inklusi. Hal ini untuk
pondasi awal bagi pertumbuhan dan memperoleh gambaran yang lebih
perkembangan anak. Apa yang diterima mendalam tentang, perencanaan,
anak pada masa usia dini, apakah itu pengorganisasian, pelaksanaan dan
makanan, minuman, serta stimulasi dari penilaian pendidikan Inklusif pada Anak
lingkungannya memberikan konstribusi Usia dini , untuk mencoba mengungkap
yang sangat besar pada pertumbuhan dan peristiwa secara keseluruhan dalam
perkembangan anak pada masa itu dan konteks alamiahnya dan berupaya untuk
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan memperoleh pemahaman holistik dan
serta perkembangan selanjutnya. menyeluruh.
Penulis dapat menyimpulkan Lingkup masalah yang akan dikaji
pengertian Anak berkebutuhan khusus adalah manajemen pembelajaran
Usia Dini adalah anak dengan karakteristik pendidikan inklusif pada anak usia dini di
khusus yang berbeda dengan anak pada Kota Bandung. Setiap fenomena yang
umumnya memerlukan pendidikan yang ditemukan ditulis dalam lembaran catatan
disesuaikan dengan hambatan belajar dan wawancara atau observasi atau dokumen.
kebutuhan masing-masing anak secara Fokus penelitian ini dibatasi:
individu sebagai pondasi awal 1. Kegiatan perencanaan pembelajaran
pertumbuhan dan perkembangan yang pendidikan inklusif
dapat memberikan pengaruh besar 2. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran
terhadap perkembangan selanjutnya. pendidikan inklusif

Volume 3 Nomor 1 Page 19


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987990 03

3. Kegiatan penilaian pembelajaran Reduksi data dilakukan untuk


pendidikan inklusif menelaah kembali seluruh catatan
Objek penelitian tentang Manajemen lapangan yang diperoleh melalui
pendidikan inklusif pada anak usia dini wawancara, observasi, dan studi
akan dilaksanakan di kota Bandung. Dasar dokumentasi, kemudian di rangkum.
pemilihan lokasi penelitian sekolah ini 2. Display data
telah memenuhi Standar dibuktikan dengan Data yang diperoleh disusun
hasil akreditasi. Penelitian menurut pokok permasalahan dan
menggunakan sejumlah prosedur dibuat dalam bentuk kumpulan
pengumpulan data yang meliputi: informasi, sehingga memudahkan
1. Observasi peneliti melihat data yang dibutuhkan.
Observasi yang dilakukan adalah
observasi partisipatif yaitu HASIL ANALISIS DAN
pengumpulan data yang fokus PEMBAHASAN
perhatiannya adalah pemahaman dan 1. Perencanaan Pembelajaran Anak
kemampuan peneliti dalam memaknai Berkebutuhan Khusus
suatu fenomena yang terjadi. Peneliti Perencanaan pembelajaran merupakan
dalam penelitian ini benar-benar suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan
menempatkan diri sebagai pengamat, dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran
yaitu hanya melakukan pengamatan, pembelajaran yang telah ditentukan.
pengambilan gambar (foto) dan Dalam merencanakan pembelajaran bagi
menyusun peristiwa-peristiwa yang ABK, setiap sekolah mempunyai kegiatan
terjadi. yang berbeda, masing-masing kepala
2. Wawancara sekolah melibatkan unsur-unsur sekolah.
Wawancara adalah teknik Kurikulum bagi anak berkebutuhan
percakapan atau Tanya jawab yang khusus direncanakan untuk
diarahkan untuk mendapatkan mempersiapkan pola pembelajaran yang
informasi tertentu. Wawancara sesuai dengan jenis hambatan. Sekolah
dilakukan dengan cara tatap muka merumuskan perencanan pembelajaran
secara langsung dengan pihak-pihak ABK, tetapi karena polanya terintegrasi
terkait dengan penelitian. Peralatan dengan sekolah umum maka rumusannya
yang digunakan adalah perekam suara. mengacu pada pembelajaran pada
3. Dokumentasi umumnya. Kurikulum bagi anak
Data sekunder yang berhasil berkebutuhan khusus di rumuskan sesuai
dikumpulkanoleh peneliti dibutuhkan aspek perkembangan sosialisasi, emosi,
untuk melengkapi data-data yang konsentrasi, motorik halus ,motorik kasar,
diperlukan sebagai informasi bahasa dan komunikasi, kemandirian, dan
pendukung dalam penelitian. Data- kognitif yang diturunkan dari indikator
data tersebut anatara lain materi bagi anak pada umumnya di sesuaikan
pembelajaran yang didokumentasiakan dengan jenis hambatan yang dimiliki anak
dalam CD/DVD, Internet, blog dan berkebutuhan khusus dengan tujuan
web. memberikan layanan bagi mereka dengan
Sesuai dengan data yang diperoleh di cara membantu menstimulasi setiap
lokasi peneliti ini menggunakan teknik hambatan yang mereka miliki.
analisis data kualitatif model interaktif, Kepala sekolah bersama Orto
yang terdiri: pedagogik dan Psikolog mengobservasi
1. Reduksi data anak yang mempunyai hambatan, setelah
itu melaksanakan assesmen untuk

Page 20 Volume 3 Nomor 1


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987992 03

menentukan perencanaan program Program Pembelajaran Individu


pembelajaran bagi ABK yang mengacu (PPI) dirumuskan dengan maksud agar
pada indikator perkembangan anak. guru mempunyai landasan acuan yang
Kurikulum ABK direncanakan untuk jelas dalam melaksanakan pembelajaran
mempersiapkan pola pembelajaran, bagi ABK. Kepala sekolah, ortopedagogik,
pembimbingan dan pengasuhan dengan dan guru menyusun program dan strategi
tahap awal yaitu melakukan observasi pembelajaran untuk anak berkebutuhan
untuk mengetahui hambatan apa yang khusus, yang terbagi menjadi dua program
dialami oleh anak tersebut kemudian yaitu : (1) program akademik, dan (2)
dilaksanakan asesmen, selanjutnya program non akademik. Program akademik
membuat perencanaan PPI (Program direncanakan dengan program penyesuaian
Pengajaran Individual) yang diturunkan Materi pengajaran, Metode pengajaran,
dari kurikulum reguler.” Standar prestasi/ indikator yang akan
Kepala sekolah, Ortopedagogik, dicapai. Program non akademik dengan
Psikolog, beserta guru merencanakan merencanakan home visit , program
program yang akan dikembangkan sesuai treathment, program bina diri, dan
dengan kebutuhan peserta didik. Program program penunjang yang dapat
yang direncanakan yaitu perencanaan mengoptimalkan seluruh aspek
program akademik dan program non perkembangan anak berkebutuhan khusus.
akademik. Program akademik 2. Pelaksanaan Pembelajaran Anak
direncanakan dengan program penyesuaian Berkebutuhan Khusus
Materi pengajaran, Metode pengajaran, Kegiatan yang diselenggarakan dalam
Standar prestasi/ indikator yang akan pembelajaran bagi ABK Pada Pendidikan
dicapai. Program non akademik dengan Anak Usia Dini yaitu memadukan
merencanakan home visit , program kegiatan-kegiatan siswa pada umumnya
treathment, program bina diri, dan dengan siswa ABK dalam satu kelas yang
program penunjang yang dapat sama, tetapi perbedaannya cenderung pada
mengoptimalkan seluruh aspek tingkat pencapaiannya, Kegiatannya
perkembangan anak berkebutuhan khusus. hampir sama dengan anak-anak pada
Pembelajaran bagi anak umumnya, hanya saja lebih dititikberatkan
berkebutuhan khusus tentunya ada pada perkembangan sosial dan
perbedaan dengan anak pada umumnya , perkembangan emosional. Kondisi
walaupun mereka bersatu dalam satu kelas, kegiatan anak berkebutuhan khusus diikut
namun ada perbedaan bagi mereka dalam sertakan bergabung dengan teman-
tingkat pencapaiannya. Tujuan /manfaat temannya secara klasikal dalam kelas pada
diterapkannya pembelajaran inklusi yaitu umumnya dengan tujuan untuk membantu
empati, personal approachment, menerima anak ABK bisa bekerjasama dan bermain
dan memahami tiap individu yang unik, bersama sesuai dengan tingkat
guru membantu stimulasi hambatan anak, perkembangannya, Pada pembelajaran
keberagaman itu indah. klasikal anak berkebutuhan khusus
Dengan dilaksanakannnya kelas yang ditempatkan pada lingkaran bersama anak
heterogen, sangat membantu sekali yang lainnya mengikuti kegiatan
terutama bagi anak-anak yang mempunyai pembelajaran, metode yang digunakan
hambatan pada aspek sosialisasi, anak pada oleh guru yaitu metode bercerita dan tanya
umumnya akan memberikan pengaruh jawab.
positif terhadap anak yang mempunyai Porsi belajar pada anak berkebutuhan
hambatan serta menjadi tutor sebaya bagi khusus lebih fleksibel daripada anak pada
mereka. umumnya. Kegiatan rutin sehari dalam

Volume 3 Nomor 1 Page 21


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987990 03

satu minggu anak berkebutuhan khusus agar mengetahui kondisi kebutuhan anak-
diberikan pola pembelajaran individual anak mereka.
yaitu Treathment oleh ortopedagogik dan Aspek yang dinilai bagi anak usia
psikolog dalam kegiatan pembelajaran dini berkebutuhan khusus yaitu :
individu. sosialisasi, emosi, konsentrasi, motorik
Hasil studi dokumentasi, tidak halus, motorik kasar, bahasa, kemandirian,
ditemukan media pembelajaran yang dan kognitif. Bentuk penilaian berupa
memang khusus untuk anak berkebutuhan narasi dalam indikator ketercapaian anak
khusus, Alat Permainan edukatif yang ada berkebutuhan khusus.
bersifat umum, namun guru bisa Sistem evaluasi dilaksanankan satu
menyesuaikan penggunaan media dengan bulan sekali bagi anak berkebutuhan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus. khusus, pelaksanaan evaluasi anak
Kegiatan pembelajaran di Berkebutuhan Khusus dilaksanakan
kembangkan agar pengalaman belajar anak seobjektif mungkin disesuaikan dengan
berkebutuhan khusus sesuai dengan perubahan hasil belajar anak berkebutuhan
perencanaan tujuan pembelajaran pada khusus.
Pendidikan Anak Usia dini, kegiatan
pembelajaran dititik beratkan untuk SIMPULAN
mengoptimalkan seluruh aspek Pendidikan inklusif merupakan suatu
perkembangan. Sekolah menerapkan pendekatan pendidikan yang inovatif dan
model inquiri, model ini memfasilitasi strategis untuk memperluas akses
setiap siswa untuk menciptakan makna dan pendidikan bagi semua kalangan termasuk
pengertian baru berdasarkan pengalaman, anak berkebutuhan khusus. Layanan
hasil pengamatan, dan interaksi sosial pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
dengan lingkungan rumah dan sekolah. hendaknya dilaksanakan sejak usia dini,
Proses pembelajarannya dilakukan karena masa usia dini adalah masa dimana
melalui eksplorasi berdasarkan tema, siswa anak mengalami perkembangan yang
di beri keleluasaan dan dikenalkan dengan pesat. Anak berkebutuhan khusus dapat
hal-hal baru untuk membuka wawasannya mengikuti pendidikan sejak dini untuk
dengan sumber belajar yang lebih variatif mengoptimalkan aspek perkembangan
dan menyenangkan (Fun learning). Selain yang dilakukan melalui pemberian
eksplorasi tema, menggunakan sistem rangsangan pendidikan untuk membantu
pembelajaran sentra, dimana setiap anak pertumbuhan dan perkembangan jasmani
akan di stimulasi berdasarkan sudut-sudut dan rohani agar anak memiliki kesiapan
kegiatan yang mampu mengembangkan dalam bersosialisasi dengan lingkungan.
seluruh aspek kemampuan dasarnya yaitu Pendidikan bagi anak berkebutuhan
bahasa, dramatisasi, kreatifitas, motorik, khusus harus di formulasikan dengan
kognitif, dan naturalnya perencanaan yang matang, manajemen
pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan
3. Penilaian Anak Berkebutuhan Khusus Khusus di Pendidikan Anak Usia Dini
Sistem penilaian yang diterapkan perencanaannya dalam posisi sebagai
dalam pembelajaran bagi anak ABK pada bagian terpadu dari sistem Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini, hampir sama Anak Usia Dini, Guru pada umumnya
dengan anak pada umumnya hanya tingkat merencanakan aktivitas yang bertujuan
kesulitannya saja yang disesuaikan dengan mengoptimalkan seluruh aspek
kondisi anak berkebutuhan khusus. perkembangan yang meliputi : Sosialisasi,
Evaluasi juga melibatkan orangtua siswa, Emosi, Konsentrasi, Motorik halus,
Motorik kasar, Bahasa dan komunikasi,
bina diri dan kognisi.Unsur utama dalam

Page 22 Volume 3 Nomor 1


EduChild: Jurnal Ilmiah Pendidikan ISSN 977 25987992 03

pengembangan program bagi anak usia Nurani Sujiono.Y, Sujiono. B, 2010.


dini adalah program kegiatan bermain, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
seharusnya sarat dengan aktivitas yang Jamak, Jakarta : PT Indeks
mengutamakan adanya kebebasan bagi Mudjito, Harizal, dan Elfindri.2012.
anak untuk bereksplorasi dan Pendidikan Inklusif, Jakarta:
berkreativitas. Baduose Media
Kurikulum yang flesibel dalam Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis
penerapan pendidikan inklusif tidak harus Sekolah. Bandung: PT Remaja
terlebih dahulu menekankan pada materi Rosdakarya.
pelajaran, tetapi yang penting adalah Moleong. 2000. Metodologi Penelitian
bagaimana memberikan perhatian penuh Kualitatif. Bandung: PT Remaja
pada kebutuhan anak didik. Pelaksanaan Rosdakarya.
kegiatan pembelajaran, Anak Sugiyono.2009. Metode Penelitian
Berkebutuhan Khusus digabung dengan Kualitatif Dan R & D, Bandung:
anak tanpa hambatan dalam kelas Alfabeta
umumdengan tujuan untuk membantu Suyadi, dan U, Maulidya. 2013. Konsep
ABK untuk mengembangkan kemampuan Dasar PAUD, Bandung: PT Remaja
sosialisasinya, mereka mampu Rosdakarya.
berinteraksi, dan saling menghargai Tadir Ilahi, M. 2013. Pendidikan Inklusif
perbedaan. Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta: Ar-
Materi yang diberikan guru harus Ruzz Media
mengacu dan sesuai dengan karakteristik Jurnal Inklusi. Kementerian Pendidikan
dan kebutuhan yang sesuai dengan dan Kebudayaan Badan
perkembangan anak.Sistem penilaian di Pengembangan Sumber Daya
susun melalui proses analisis sintesis, Manusia Pendidikan Dan
interpretasi, dan komunikasi. Dalam proses Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu
analisis dan sintesis, guru mengumpulkan Pendidikan Pusat Pengembangan
data hasil asesmen perkembangan untuk Dan Pemberdayaan Pendidikan Dan
semua aspek perkembangan dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-
mengamati karakteristik perkembangan Kanak Dan Pendidikan Luar Biasa
yang terlihat pada anak, selanjutnya guru (PPPPTK TK DAN PLN ) Bandung-
membuat sebuah interpretasi dari Tahun 2012.
karakteristik perkembangan yang
menonjol, keterlambatan perkembangan,
atau hambatan pada anak berkebutuhan
khusus secara individu. Interpretasi yang
dilakukan guru di dasarkan pada indikator
perkembangan yang telah ditetapkan untuk
semua aspek perkembangan sesuai standar
perkembangan anak berkebutuhan khusus
berdasarkan jenis hambatannya.

DAFTAR PUSTAKA
David Smith, J. 2013. Sekolah Inklusif
Konsep dan Penerapan
Pembelajaran Inklusif. Bandung :
Nuansa Cendikia

Volume 3 Nomor 1 Page 23

Anda mungkin juga menyukai