Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR

KEPENDIDIKAN

Disusun Oleh :
Muhammad Yasir Khahfi

210209502092

PTIK E

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN


KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
A. LATAR BELAKANG
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dan
bila kita kembali kepada hakikat pendidikan maka pendidikan pada esensinya juga bertujuan
untuk membantu manusia menemukan hakikat kemanusiaannya. Proses humanisasi ini
adalah proses pembebasan, yaitu pembebasan manusia dari belenggu stuktur sosial, hegemoni
kekuasaan, cara pikir yang salah, doktrin tertentu dan sebagainya. Namun dalam kehidupannya
manusia membuat rule , aturan atau landasan hukum agar pendidikan itu berjalan sistematis dan
memenuhi harapan daripada tujuan pendidikan itu sendiri.

Dalam negara hukum seperti negara kita Indonesia ini, setiap tindakan pemerintahan
baik dalam pengaturan maupun dalam pelayanan harus berdasarkan atas hukum (peraturan
perundang-undangan), karena dalam negara – negara terdapat prinsip wetmatigheid van bestuur
atau asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan
oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka segala macam aparat pemerintah
tidak memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum
warga masyarakatnya.

Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundang-undangan yang


bertingkat, mulai dari UUD 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Ketetapan, keputusan,
sampai peraturan daerah. Kesemuanya mengandung hukum yang patut ditaati, dimana UUD
1945 merupakan hukum yang tertinggi, sementara peraturan perundang-undangan yang lain
harus tunduk pada UUD 1945. Pendidikan sebagai salah satu bidang yang ditangani oleh
pemerintah, dalam pelaksanaannya tentunya harus berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan. Begitu luas cakupan bidang pendidikan membuat begitu banyaknya peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.

Di dalam pendidikan itu juga terdapat pendidikan pancasila , pancasila merupakan


dasar dan ideologi negara kita Indonesia. Dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila dapat menelusuri sejarah kita di masa lalu dan coba untuk melihat tugas-tugas yang
kita emban ke masa depan, yang keduanya menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan
mengamalkan Pancasila. Sejarah di belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan terhadap
Pancasila. Maka dari itu di perlukan nya pendidikan pancasila di antara masyarakat. Karena
itulah diperlukan nya pendidikan pancasila di antara masyarakat , untuk mengetahui dasar-dasar
negara dan untuk menumbuhkan rasa nasionalis di diri masyarakat . Maka dari itu di dalam
pendidikan pancasila itu memiliki landasan yuridis atau hukum yang mengaturnya di perundang-
undangan.

B. TUJUAN PENULISAN

 Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai pendidikan yang benar&layak.


 Untuk mengetahui arti penting sebuah landasan terutama landasan yuridis bagi negara.
 Untuk mengetahui penerapan penting landasan yuridis dalam pancasila.
 Untuk mengetahui dampak penerapan pendidikan pancasila.

C. SISTEMATIKA PENULISAN

COVER
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika
BAB II (PERMASALAHAN)
BAB III (PEMBAHASAN)
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB V (PENUTUPAN)
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PERMASALAHAN
Dari banyaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pendidikan di negara
Indonesia, dapat kita temukan permasalahan yang perlu dikupas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa pentingnya sebuah landasan bagi negara kita ?
2. Apa pengertian landasan yuridis?
3. Bagaimana Konsep Penerapan Pendidikan ?
4. Bagaimana penerapan landasan yuridis dalam pendidikan pancasila di Indonesia?
5. Bagaimana peranan pancasila dalam kehidupan ?
6. Bagaimana dampak setelah kita menerapkan pendidikan pancasila?

BAB III
PEMBAHASAN

A. Arti Penting Sebuah Landasan Bagi Negara


Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan.
Dalam bahasa inggris, landasan disebut dengan istilah foundation yang dalam bahasa
indonesia menjadi fondasi. Landasan sendiri, bagaikan sebuah pijakan atau pondasi saat
kita mendirikan sebuah bangunan, bayangkan apabila landasan itu dibentuk tanpa sesuatu
yang menguatkan. Dapat diperkirakan, bangunan itu akan mudah untuk roboh dan hancur
saat ada gangguan dari luar seperti angin atau badai. Sama seperti sebuah negara,
dibutuhkan landasan. Sebab tanpa landasan yang kuat negara akan mudah dihancurkan
oleh pihak luar. Oleh karena itu pancasila dijadikan dasar negara Indonesia, yang telah
disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan adanya pancasila, negara
Indonesia akan menjadi sebuah negara yang kuat dan tidak mudah dihancurkan oleh
negara lain. Bila rakyat dan pemerintah bekerjasama mengamalkan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan, maka akan tercapai tujuan bangsa Indonesia sesuai dengan pembukaan
UUD 1945.

B. Pengertian Landasan Yuridis


Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari. Sementara itu kata
hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah
disahkan oleh pemerintah bila dilanggar akan mendapat sanski. Hukum atau aturan baku
diatas tidak selalu dalam bentuk tertulis. Kadang kala dapat berupa adat istiadat, bila
hukum itu tertulis sudah jelas diyakini dan teruji kebenarannya untuk ditaati. Landasan
yuridis adalah landasan hukum yang mendasari semua kegiatan pendidikan mengenai hak-
hak yang penting seperti komponen struktur, kurikulum, pengelolaan, pengawasan dan
ketenangan. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan kehidupan.
Hubungan landasan yuridis dengan pendidikan itu sendiri sebagai berikut :
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan
perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, yang menurut
Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia,
Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang,
peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti
peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.

C. Konsep Penerapan Pendidikan


Menurut pasal 31 ayat (1) menyebutkan : setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Oleh karena apabila suatu hal seseorang atau sekelompok
masyarakat tidak bisa mendapatkan kesempatan belajar, maka mereka bisa menuntut
haknya itu kepada pemerintah. Atas dasar itulah pemerintah menciptakan sekolah-sekolah
yang bisa melayani kebutuhan warna negaranya tanpa kecuali apakah warga negara
tersebut normal ataupun tidak normal dilihat dari aspek fisik dan mentalnya, baik yang
tinggal diperkotakan maupun yang diperkotakan, baik yang miskin maupun yang kaya.
Sekolah-sekolah yang dimaksud antara lain SD Kecil, SD Pamong, SMP Terbuka Sistem
Belajar Jarak Jauh untuk mengatasi warga negara yang mengalami sekulitan mendapatkan
pendidikan karena aspek geografis (termaktub dalam pasal 5 ayat 3), dan sekolah luar
biasa untuk memenuhi warga negara yang mempunyai kebutuhan khusus (pasal 5 ayat 2).
Namun demikian dengan amandemen UUD 1945, pasal 31 ayat (2), dan Undang-Undang
Sisdiknas pasal (1) bahwa sampai dengan pendidikan dasar, pendidikan tidak hanya
merupakan hak tapi sekaligus merupakan kewajiban warga negara. Hal tersebut logis dan
dapat dipahami sebab keberhasilan proses pendidikan tidak hanya ditentukan oleh
pemerintah tapi juga warga masyarakat. Sekalipun pemerintah telah dengan sungguh-
sungguh menangani pendidikan dan menyediakan biaya pendidikan dan cukup tetapi
kalau masyarakat tidak ikut serta (terutama dalam hal kesadaran dan motivasi belajar)
maka pembangunan di bidang pendidikan tidak dapat berhasil dengan baik. Lebih-lebih di
era globalisasi yang menurut kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing
yang tinggi adalah logis apabila warga negara diwajibkan untuk menempuh pendidikan
dasar.
Setelah membahas landasan hukum dalam pendidikan yang dijabarkan dari UUD
tahun 1945 dan beberapa peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya, maka
dampak terhadap konsep dan pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai konsekuensi dari beragamnya potensi dan kebutuhan peserta didik maka
proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik sehingga
pendidikan dalam pembelajaran dituntut untuk aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM)
b. Dibutuhkan beragam jenis sekolah, sekolah umum dan kejuruan, sekolah untuk siswa
normal dan sekolah untuk siswa berkebutuhan khusus, serta beragam jurusan. Sistem
pendidikan menganut double track, bukan singlet track.
c. Untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya diperlukan perhatian yang
sama terhadap pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomor pada semua
tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendisain kurikulum
sedemikian rupa sehingga struktur kurikulum mencakup mata pelajaran-mata
pelajaran yang mencakup ketiga ranah / domain tersebut. Dan dalam proses
pembelajaran ketiga aspek tersebut disampaikan secara terintegratif.
d. Pendidikan harus berakar pada kebudayaan nasional, maka dibutuhkan kurikulum
yang mampu pengembangan budaya luhur bangsa.
e. Pendidikan dasar merupakan hak dan sekaligus kewajiban warga negara, maka
kebijakan pemerintah tentang wajib belajar disertai dengan program-program
pendukungnya seperti pemerataan kesempatan pendidikan dengan membangun
sekolah-sekolah dengan berbagai model adalah kebijakan yang bagus yang berlu
didukung oleh semua pihak.

D. Penerapan Landasan Yuridis Dalam Pendidikan


Sebuah pendidikan dapat berjalan lancar apabila segala aspek menyangkut
pendidikan itu terpenuhi. Dari segi pendanaan, fasilitas tempat belajar, guru atau dosen
pemberi materi, dan juga buku penunjang pendidikan tersebut. Bila salah satu aspek ada
yang tertinggal maka dapat dipastikan proses belajar tidak dapat berjalan seimbang.
Berikut akan dibahas tentang penunjang jalannya pendidikan :
1. Pendanaan Pendidikan
Walaupun dalam amandemen UUD RI 1945 pasal 31 ayat (4) telah menegaskan
bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan akantetapi dengan
berbagai alasan dan pertimbangan sampai saat ini APBN kita belum mencapai 20%. Di
daerah alokasi dana pendidikan yang masuk dalam APBD sangat bervariatif, tetapi
kebanyakan belum sampai 20% dari APBD. Yang memprihatinkan ada beberapa daerah
yang menggratiskan biaya pendidikan namun tidak diberangi dengan penambahan
anggaran di APBD dengan cukup. Menurut Sutjipto (2008:2) keadaan seperti ini akan
memperlebar disparitas mutu pendidikan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain
sehingga menjadi tempat persemaian yang subur dari masalah-masalah sosial di masa
depan. Pasal inilah yang sampai sekarangterus diperjuangkan oleh banyak pihak agar
pemerintah dan pemerintah daerah segera merealisasikannya.
Justru yang terjadi di hampir mayoritas pemerintah daerah berlomba-lomba untuk
memperjuangkan wacana pendidikan gratis. Namun dengan masuknya ranah politik dalam
dunia pendidikan nampaknya wacana itu menjadi nilai tawar dalam realisasinya antara
warga masyarakat dengan penguasa pemerintah daerah. Mestinya kebijakan pendidikan
gratis tidak hanya sekedar retorika politik guna melanggengkan kekuasaan, akan tetapi
perlu didukung dengan reliasasi anggaran pendidikan sesuai dengan amanat undang –
undang dasar yaitu minimal 20% dari APBN/APBD.
2. Kompetensi Guru / Konselor
Dalam proses belajar dan pembelajaran guru merupakan salah satu faktor utama
yang mengkondisikan terciptanya suasana yang kondusif. Proses transformasi ilmu dan
pengetahuan akan berjalan sesuai fungsinya apabila guru menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya secara profesional. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan dedikasi
dalam menjalankan profesinya. Guru sebagai sebuah profesi pada masa sekarang ini
terjadi penguatan dalam kedudukan sosial dan eksternal, bahkan terjadi penguatan
kedudukan dalam hal proteksi jabatan dan diperkuat oleh Undang-Undang danstatus
hukum. Oleh karena itu secara logis muncul pula harapan dan keinginan agar terjadi
penguatan serupa dalam posisi internal profesi guru, dimana peningkatan kualifikasi dan
kompetensi guru bisa menjamin mutu pendidikan.
Hal lain yang tak kalah penting untuk dikaji adalah pengakuan eksistensi
konselor. Meskipun secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,
pamong, tutor pamong belajar, widyaiswara, instruktur sebagaimana disebutkan dalam
pasal 1 ayat 6 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Juga
tercantum PP Nomor 28 Tahun 1990 pasal 27 ayat (2) dengan sebutan guru pembimbing.
Akan tetapi dari pasal-pasal tersebut, pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi
antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya itu, ternyata tidak dilanjutkan dengan
spesifikasi konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang cermat, karena yang diatur dalam
pasal-pasal berikutnya hanyalah konteks tugas dan ekspektasi kinerja dari mayoritas
pendidik yang menggunakan pembelajaran sebagai kontek layanan. Hal tersebut dapat
dicermati pada pasal 39 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang berbunyi :
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
Dengan spesifikasi kontek tugas dan ekspektasi kinerja yang hanya merujuk
kelompok pendidik yang menggunakan materi pembelajaran, maka konteks tugas dan
ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks
layanan yang merupakan sosok layanan ahli yang unik yang berbeda dari sosok layanan
ahli keguruan meskipun sama-sama bertugas dalam setting pendidikan, tidak ditemukan
pengaturannya dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Banyak terjadi kejanggalan dan ketidakjelasan kebijakan dari pemerintah pusat tentang
profesi bimbingan dan konseling. Ketidakjelasan semakin dirasakan justru pada saat kita
sedang berupaya mereformasi pendidikan kita. Contoh kasus terbaru, ketika digulirkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga saat ini sama sekali belum
memberikan kejelasan tentang bagaimana bimbingan dan konseling seharusnya
dilaksanakan. Dalam dokumen KTSP, kita hanya menemukan secuil informasi yang
membingungkan tentang bimbingan dan konseling yaitu berkaitan dengan kegiatan
Pengembangan Diri. Begitu juga, dalam kebijakan sertifikasi guru, banyak konselor dan
pengawas satuan pendidikan yang kebingungan untuk memahami tentang penilaian
perencanaan dan pelaksanaan konseling, karena format penilaian yang disediakan tidak
sepenuhnya cocok untuk digunakan dalam penilaian perencanaan dan pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Tentunya masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang
dirasakan di lapangan, baik yang bersifat konseptual-fundamental maupun teknis
operasionalnya.
Ketidakjelasan kebijakan tentang profesi bimbingan dan konseling pada tataran
pusat ini akhirnya mengimbas pula pada kebijakan pada tataran di bawahnya (messo dan
mikro), termasuk pada tataran operasional yang dilaksanakan oleh para konselor di
sekolah. Jadi, kalau ada pertanyaan mengapa Bimbingan dan Konseling di sekolah kurang
optimal, maka kita bisa melihat sumber permasalahannya, yang salah-satunya adalah
ketidakjelasan dalam kebijakan pemerintah terhadap profesi bimbingan dan konseling.
Jika ke depannya, bimbingan dan konseling masih tetap akan dipertahankan sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional, kiranya perlu ada komitmen dan good will dari
pemerintah untuk secepatnya menata profesi konseling, salah satunya dengan berupaya
melibatkan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) selaku wadah yang
menaungi para konselor dan para pakar konseling untuk duduk bersama merumuskan
bagaimana sebaiknya kebijakan konseling untuk hari ini dan ke depannya.
3. Desentralisasi Pendidikan
Pemberian aksentuasi kepada pemerintah daerah dalam Undang-Undang
Sisdiknas, diharapkan nantinya pengembangan pendidikan di tingkat lokal akan lebih
efektif jika dikembangkan oleh pemerintah daerah bersama kelompok masyarakat. Sebab
jenis kompetensi yang dibutuhkan oleh masing-masing daerah, berbeda satu sama lain.
Itulah sebabnya pasal 50 ayat (4) disebutkan bahwa pemerintah kabupaten / kota
berkewajiban mengelola satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Jika setiap
pasal dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan
konsekuen, maka lambat laun kemelut-kemelut yang mengitari dunia pendidikan kita
selama ini dapat di atasi dan diantisipasi. Oleh karena itu, untuk merealisasikan semua itu
memerukan dukungan dan kerja sama dari semua pihak, baik yang terlibat langsung
maupun tidak. Selain itu, otonomi juga berimplikasi pada pengembangan pendidikan
keagamaan di Indonesia. Otonomi pendidikan ini lebih ditekankan pada pembentukan
strategi dalam menghadapi tantangan modernitas. Munculnya otonomi daerah sekaligus
otonomi pendidikan memberikan kerja keras bagi pemerintah daerah dalam menentukan
arah pendidikan ke depan.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal otonomi pendidikan adalah
mewujudkan organisasi pendidikan di seluruh kabupaten / kota yang lebih demokratis,
transparan, efisien, accountable, serta mendorong partisipasi masyarakat. Dalam konteks
otonomisasi pendidikan, pembelajaran yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
hendaknya sudah menjadikan pemerintah pada posisi sebagai fasilitator dan bukan
pengendali. Sehingga, pemetaan utama pembelajaran adalah guru sebagai pengajar dan
murid sebagai yang belajar. Murid atau peserta didik hendaknya diberi hak untuk
mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan pilihannya dan diperlakukan sesuai dengan
potensi dan prestasinya. Semangat desentralisasi pendidikan yang sementara ini dianggap
merupakan konsep yang baik dalam pengelolaan pendidikan perlu didukung dan dimaknai
secara benar. Pemerintah daerah sebagai pihak yang menerima pelimpahan wewenang
tidak hanya mengedepankan haknya tetapi juga yang lebih penting adalah melaksanakan
kewajiban yang melekat pada wewenang yang diberikan dengan kesungguhan hati.
Managemen berbasis sekolah sebagai bentuk pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat
sekolah juga harus selalu didorong untuk dapat terwujud.

Peranan Pancasila Dalam Pembangunan Pendidikan wajib belajar 9 tahun di


Negara Indonesia :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Berdasarkan filsafat pancasila bahwa pancasila sila ke-1 peranannya yaitu sebagai
basis kemanusiaan/penjelmaan dari sila ke-2, 3, 4, dan 5. Yang memiliki makna
ketuhanan yang berkemanusiaan yang membangun, memelihara dan mengembangkan
persatuan Indonesia yang berkerakyatan dan berkeadailan. Peranan sila pertama dengan
dunia pendidikan sangat erat kaitannya. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa akan
diajarkan berbagai macam ilmu mulai dari penjaskes, Pkn (pancasila dan
Kewarganegaraan), kesenian, biologi, fisika dan lainnya salah satunya agama. Dalam
pendidikan agama akan dibahas lebih dalam lagi mengenai ajaran agama tentunya sesuai
dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa. Sehingga ditegaskan bagi setiap
warga Indonesia terutama bagi warga yang sudah berkeluarga itu mengharuskan untuk
menyekolahkan anaknya. Karena sekolah sebagai salah satu sarana untuk pengembangan
diri. Tetapi masih saja banyak warga Indonesia yang tidak menjalankan perintah ini
dengan alasan tidak mampu dalam membiayai anaknya. Oleh sebab itu keseimbangan
antara pendidikan dunia maupun agama itu sangatlah berarti dalam kehidupan setiap
manusia. Sehingga dengan tolak ukur bahwa pendidikan itu sangat penting bagi suatu
bangsa maka pemerintahan melaksanakan sekolah gratis wajar 9 tahun.
Negara Indonesia adalah Negara berkembang sehingga harus belajar banyak
pengalaman dari Negara yang sudah maju seperti Amerika, Jepang, Rusia, Inggris dan
Negara lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa Negara-negara tersebut memiliki
kemajuan teknologi yang sudah sangat canggih. Hal tersebut tak luput dari sumber daya
manusianya yang berkualitas. Sehingga peran pendidikan sangat penting karena sebagai
sarana dalam mengembangkan potensi dari setiap warga Negara. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia mengadakan program wajib belajar 9 tahun bagi warganya, yang
tentunya tujuan dari kegiatan ini yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga dapat mengankat derajat bangsa Indonesia menjadi lebih tinggi.
Peran dari bidang pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
serta menjadikan siswanya memiliki akhlak yang baik. Karena seperti yang kita ketahui
bahwa soft skill saat ini sangat diutamakan dalam dunia pekerjaan. Tentunya soft skill
adalah tolak ukur utama yang mendukung akademis kita. Ilmu yang kita dapat dalam
pendidikan (wajar 9 tahun) sangat bermanfaat dalam kehidupan kita di masa yang akan
datang. Tentunya jika kita lulus dengan akademis yang bagus maka kita akan terpakai
oleh perusahaan. Namun sekarang ini indikasi yang dinilai oleh setiap perusahaan adalah
soft skill kita selanjutnya baru akademis. Dapat dianalogikan bahwa jika kita rajin maka
kesuksesaan mudah untuk diraih dan sebaliknya jika kita malas maka kesuksesaan akan
lebih susah untuk diraih. Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena
memberikan peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, orang lain ataupun
Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang lain kita
bias mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih awam dan untuk
Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik Negara kita di dunia
internasional.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Pendidikan memainkan peranan penting dalam pengembangan kemampuan dan
pembentukan karakter yang menjadi landasan utama bagi terciptanya manusia Indonesia
yang mampu hidup dalam zaman yang selalu berubah.Sistem pendidikan nasional harus
dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar
masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar,
yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta menggunakan bahasa
Indonesia, yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperanserta dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maka diharapkan Setiap warga negara mengetahui hak dan kewajiban pokoknya
sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan diri
sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memperkuat
persatuan dan kesatuan serta upaya pembelaan negara. Pengetahuan dan kemampuan ini
harus dapat diperoleh dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi makna pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1)
yang menyatakan, bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran". Warga
negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap manapun dalam perjalanan
hidupnya, meskipun sebagai anggota masyarakat ia tidak diharapkan untuk terus-menerus
belajar tanpa mengabdikan kemampuan yang diperolehnya untuk kepentingan masyarakat.
Pendidikan dapat diperoleh, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah.
Pembelajaran pancasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena
mengingat pancasila menrupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung
makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan
sarat dengan ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah yaitu program wajub
belajar 9 tahun dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-dasar Pancasila.
Pembelajaran di sekolah dapat memberikan informasi bagaimana melaksanakan
kewajiban dan Hak-hak yang dimiliki sesuai dengan koridor yang seharusnya. Manusia itu
dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus
dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan
memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.

3. Sila Persatuan Indonesia


Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat
sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Kesatuan Yang Maha
Esa dan Kemanusian Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Persatuan dalam sila ketiga ini meliputi
makna persatuan dan kesatuan dalam arti idiologis, ekonomi, politik, sosial budaya dan
keamanan. Nilai persatuan ini dikembangakan dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia
yang senasib. Nilai persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang
bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Perwujudan Persatuan Indonesia
adalah manifestasi paham kebangsaan yang memberi tempat bagi keberagaman budaya
atau etnis yang bukannya ditunjukkan untuk perpecahan namun semakin eratnya
persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa bangga. Kita ketahui bersama bahwa Negara
Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang. Dibutuhkan sumber daya masyarakat
yang bagus untuk membuat Indonesia menjadi semakin berkembang. Dibutuhkan pula
persatuan yang erat antar sesama warganegara. Dengan adanya pendidikan maka dapat
dijadikan sarana untuk meningkatkan persatuan dengan pola pikir pancasila yang selalu
diterapkan dilingkungan pendidikan. Sila “Persatuan Indonesia” harus dijadikan sebagai
dasar persatuan dikalangan intelektual dan harus selalu diterapkan dalam lingkungan
pendidikan, terutama saat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang dicanangkan dalam program Wajib Belajar 9 Tahun.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


atau Perwakilan
Wajib belajar 9 tahun yang merupakan salah satu program yang gencar di
galangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Diwajibkan setiap
warga Negara untuk bersekolah selama 9 tahun, pada jenjang pendidikan dasar yaitu dari
tingkat kelas 1 sekolah dasar (SD) / Madrasah Diniyah (MI) hingga kelas 9 sekolah
menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS). Seperti kita ketahui
bersama Pendidikan merupakan satu aspek penting untuk membangun bangsa. Hampir
semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam
Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan
Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara. Mendiknas
menargetkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh anak Indonesia, tanpa kecuali.
Berdasarkan sila keempat Pancasila “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” :
Semua kebijakasanaan pemerintah harus berdasarkan kebutuhan rakyat. Semua
kebijaksanaan yang pemerintah buat harus berdasarkan kesepakatan rakyat (yang diwakili
oleh wakil rakyat di parlemen).
Salah satu kebijaksanaan tersebut adalah Program Wajib Belajar 9 tahun yang
telah diberlakukan pada tahun 2009. Banyak pendapat pro-kontra yang tersebar di tengah-
tengah masyarakat luas. Program Wajib Belajar 9 Tahun harus merupakan program
bersama antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Upaya-
upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui gerakan nasional dengan
pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal formal perlu dilakukan untuk
menyadarkan mereka yang belum memahami pentingnya pendidikan dan menggalang
partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program nasional tersebut. Sebagai
masyarakat yang baik kita harus ikut berpartisipasi dan ikut serta dalam mendukung wajib
belajar 9 tahun, karena program ini sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang
berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Seiring perkembangan jaman, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
semakin tidak dapat dikendalikan juga. Pendidikan menjadi hal terpenting yang harus
diperhatikan oleh setiap orang tua, agar anak-anak mereka menjadi anak-anak yang
mampu bersaing dengan lingkungan yang ada saat ini. Tapi terkadang masalah ekonomi
menjadi hambatan bagi para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Dalam
hal ini, peran serta pemerintah sangat diperlukan. Salah satu program pemerintah dalam
meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan program wajib belajar
9 tahun ( WAJAR 9 tahun ). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan di
Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memberikan bantuan-bantuan bagi dalam bidang
pendidikan, seperti memberikan BOS ( Biaya Operasional Siswa ). Hal ini diharapkan
agar setiap warga negara Indonesia bisa mendapatkan pendidikan seperti yang tertera pada
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 sampai 5, yang berbunyi :
1. “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan “.
2. “ Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya “.
3. “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
“.
4. “ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah “.
5. “ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan manusia “.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diwajibkannya Program WAJAR 9 tahun ini,
semakin memperjelas mengenai peranan sila ke-5 Pancasila dalam mewujudkan salah satu
tujuan negara, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
pendidikan secara layak dan adil untuk setiap warga Negara Indonesia.

E. Peran Pancasila dalam Kehidupan di Indonesia


Di dalam suatu kehidupan perlu adanya suatu dasar yang digunakan untuk
bertumpu atau digunakan untuk berpedoman. Seperi salah satunya di Indonesia,
masyarakat Indonesia mempunyai dasar yakni Pancasila. Nilai – nilai yang terkandung
dalam Pancasila memiliki rti yang sangat mendalam baik itu secara historis maupun
pengalamannya dalam bermasyarakat. Nilai – nilai ini bagi Indonesia merupakan landasan
atau dasar, cita – cita dalam melakukan sesuatu juga sebagai motivasi dalam
perbuatannya, baik dalam kehidupan sehari – hari dalam masyarakat maupun dalam
kehidupan kenegaraan. Pancasila sebagai sumber dasar filsafah serta ideologi Bangsa dan
Negara Indonesia tidak terbentuk serta merta dan mendadak serta diciptakan oleh
seseorang begitu saja berdasarkan pertimbangan dan pemikirannya sendiri seperti yang
terjadi pada ideologi lain yang ada di Negara lain didunia. Seluruh aspek kehidupan
masyarakat Indonesia dijadikan suatu tinjauan dalam pembentukan Pancasila. Hal itu
dikarakan Pancasila merupakan suatu sumber negara ataupun sumber nilai yang nantinya
akan dianut oleh segenap rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupannya dan juga
sebagai berometer dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak terkecuali dalam bergaul
dengan dunia Internasional. Sehingga dalam pembentukan Pancasila harus mencerminkan
kehidupan seluruh bangsa Indonesia.
Ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, maka satu hari berikutnya tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila secara
formal telah ditetapkan sebagai dasar Negara, sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Selain dijadikan sebagai dasar Negara Pancasila juga berfungsi
sebagai pandangan hidup bangsa dan ideology. Ketiga fungsi tersebut menjadi fungsi
yang sangat sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Meskipun demikian yang
sering menjadi persoalan adalah bagaimana mengamalkan dan mengimplementasikan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengamalan dan implementasi
ketiga fungsi Pancasila tersebut menjadi lebih penting dalam menghadapi era globalisasi
saat ini. Pengamalan dan implementasi Pancasila membutuhkan kajian yang lebih kritis,
mendalam dan rasional. Hal ini disebabkan Pancasila masih bersifat abstrak dan tematis
(Driyarkara).
Pancasila sebagai dasar mempunyai arti bahwa Pancasila dijadikan sebagai
pedoman dan sekaligus landasan dalam penyelenggaraan Negara. Fungsi ini telah
diimplementasikan dalam UUD 1945 yang kemudian menjadi sumber tertib hukum di
Indonesia. Dalam struktur hukum di Indonesia, UUD 1945 menjadi hukum tertulis
tertinggi, yang menaungi peraturan perundang-undangan dibawahnya, seperti undang-
undang. Fungsi Pancasila dalam dalam tata hukum di Indonesia menjadi sumber dari
segala sumber tertib hukum. Nilai-nilai Pancasila harus menjiwai dalam setiap peraturan
perundang-undangan di Indonesia, atau dengan kata lain peraturan perundang-undangan
di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa mempunyai arti bahwa Pancasila menjadi pedoman bagi setiap
perilaku bangsa Indonesia. Perilaku setiap warga Negara dan bangsa Indonesia harus
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia mempunyai kepribadian dan
jati diri sendiri yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perilaku yang
nampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak inilah
yang dimaksud karakter. Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang
memungkinkan dan mempermudah tindakan moral (Jack Corley dan Thomas Philip.
2000). Atau dengan kata lain karakter adalah kualitas moral seseorang. Oleh karena itu,
karakter bangsa Indonesia akan ditentukan oleh implementasi fungsi Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa.
Implementasi fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup, juga akan menentukan
keberhasilan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara. Jika setiap warga negara telah
melaksanakan Pancasila sebagai pandangan hidup (mempunyai karakter/moral Pancasila),
ketika yang bersangkutan diberi amanah menjadi penyelenggara Negara tentu akan
menjadi penyelenggara Negara yang baik, paling tidak akan berusaha untuk menghindari
tindakan-tindakan yang melanggar norma-norma hukum maupun norma moral.
Pancasila memiliki peranan yang tidak begitu sesederhana pengertiaannya.
Pancasila sangat luas peranannya, sehingga coba kita ikhtisarkan sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
4. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi
Negara Republik Indonesia.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
8. Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia.
Dengan peranan Pancasila sebagai kepribadian bangsa, maka dapat dikatakan
bahwa bangsa Indonesia mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dengan negara lain.
Jiwa bangsa Indonesia mempunyai arti statis dan dinamis. Jiwa ini keluar dalam wujud
sikap mental, tingkah laku, dan amal/perbuatan bangsa Indonesia. Namun kenyataan itu
berbalik 1800, yang terlihat bangsa ini sedang mengalami krisis identitas. Sikap ikut-
ikutan atau penjiplakan menjadi kebiasaan yang tak terelakan lagi. Di era reformasi
Pancasila tenggelam, baik dalam tataran pelaksanaan maupun pembicaraan di kedai-kedai
kopi pinggir jalan. Para pemimpin tidak bangga membawa/membicarakan Pancasila.
Bahkan, membawa/membicarakan Pancasila dianggap menjadi beban psikologis dalam
pentas reformasi yang hingga kini belum menunjukkan perubahan jelas seperti yang
diinginkan masyarakat. Maka, lahirlah istilah-istilah orde baru, orde reformasi, dan
sebagainya, di masyarakat. Bagi sebagian pemimpin, masyarakat yang membicarakan
Pancasila takut dijuluki pengikut/penerus orde baru.
Guna mewujudkan identitas yang khas, masyarakat Indonesia hendaknya
berupaya sungguh-sungguh dalam mengarahkan akal pikiran dan kecenderungan dengan
satu arah yang dibangun di atas satu azas, yaitu Pancasila. “Azas tunggal” yang digunakan
dalam pembentukan identitas merupakan hal yang penting diperhatikan. Kelalaian dalam
hal ini akan menghasilkan identitas yang tidak jelas warnanya. Mengembangkan identitas
ini bisa dilakukan dengan cara membakar semangat masyarakat untuk serius dan sungguh-
sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan nilai-nilai Pancasila, serta mengamalkannya
dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dalam kehidupan di
Indonesia Pancasila juga berperan dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Apalagi
untuk sekarang ini ilmu dan teknologi di Indonesia sudah sangat maju. Kepemilikan iptek
untuk memudahkan kehidupan manusia dan mengangkat derajat manusia, oleh karena itu
kepemilikan tersebut harus diiringi dengan cara mengunakan yang tepat. Dalam kondisi
ini maka diperlukan suatu platform yang mampu dijadikan sebagai ruhnya bagi
perkembangan iptek di Indonesia. Bangsa Indonesia,dalam seluruh dimensi hidupnya,
termasuk dibidang iptek,tergantung pada kuat tidaknya memegang ruh bangsanya,yaitu
Pancasila. Pancasila berperan memberikan beberapa prinsip etis kepada ilmu,
sebagai berikut:
a. Martabat manusia sebagai pribadi,sebagai subjek tidak boleh diperalat untuk
kepentingan iptek,riset.
b. Prinsip”tidak merugikan”,harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan.
c. Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan dari kesulitan-kesulitan
hidupnya.
d. Harus dihindari adanya monopoli perkembangan iptek.
e. Diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara ilmuan dan agamawan,yaitu bahwa
iman memancar dalam ilmu sebagai usaha memahami”sunnatullah”,dan ilmu
menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman.
F. Dampak Menerapkan Pendidikan Pancasila
Pendidikan sangat penting bagi kelangsungan masa depan tiap manusia,
pendidikan yang baikakan mencetak generasi bangsa yang baik pula. Pendidikan layaknya
agen, dimana agen tersebut siap membentuk karakter siswa dan memberikan pengetahuan
sesuai minat dan bakat siswa. Tiap Negara menerapkan system pendidikan yang berbeda-
beda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan dari pemerintah masing-masing.
Seperti Negara Indonesia, yang menerakan system pendidikan berlandaskan pancasila,
dari landasan yuridis dimana mengatur mengenai pentingnya sebuah pendidikan, dan
memberikan kejelasan mengenai pendidikan di mata hukum.
Tiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Apabila Negara kita
selalu bertindak sesua idengan landasan yang telah dipegang secara turun temurun sesuai
dengan kepribadian bangsa, maka dapat dipastikan jalannya pendidikanakan dapat
terkendali, terbentuk pula generasi yang sesuai dengan kebutuhan bangsa, serta tiada lagi
system pendidikan dimana hanya berat sebelah dimata para siswa. Bila tiap guru, dosen,
murid, bahkan petinggi Negara selalu mendasarkan pengambilan keputusan dan sikap
berdasar pancasila. Maka hukum ada untuk mengatur tanpa menghukum mereka, sebab
para rakyat telah pahamdan mematuhi hukum yang ada.

BAB IV

A. KESIMPULAN
Pelaksanaan atau penerapan dari peraturan perundangan mengenai pendidikan di
negara kita belum berjalan seturut dengan 5 sila dasar pancasila. Maksudnya adalah banyak
dari peraturan perundangan mengenai pendidikan yang masih belum 100% terpenuhi atau
terjalankan. Pendidikan di Indonesia masih terbilang minim. Banyak calon generasi penerus
bangsa yang bahkan sampai sekarang belum bisa merasakan bangku pendidikan. Peraturan
perundangan di Indonesia mengenai pendidikan juga masih belum berjalan lurus. Banyak
penyimpangan di dunia pendidikan akibat peraturan perundangan yang disalah-gunakan oleh
lembaga-lembaga tinggi di Indonesia. Akibatnya tentu berdampak pada calon generasi
penerus bangsa yang mengunyah bangku pendidikan di Indonesia.

B. SARAN

Supaya yuridis pendidikan di Indonesia seturut dengan 5 sila pancasila, maka harus
ada keseimbangan antara masyarakat dan pemerintah yang membuat peraturan perundangan
mengenai pendidikan. Dalam hal ini berarti masyarakat harus pandai menuntut haknya
secara benar di hadapan pemerintah tanpa harus melakukan orasi liar yang merugikan
banyak pihak. Begitu pula dengan pemerintah, pemerintah harus bisa meminimalisasi
konsekuen dari peraturan perundangan mengenai pendidikan yang telah dibuat. Bukan
hanya semata-mata karena kepentingan pribadi, namun peraturan perundangan yang dibuat
pemerintah tentu harus berdampak baik bagi masyarakat Indonesia. Supaya yuridis
pendidikan di Indonesia berjalan sesuai UUD 1945 dan Pancasila.

BAB V
PENUTUP
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses menemukan identitas seseorang. Proses
pendidikan adalah proses yang berjalan dalam suasana kedamaian dalam kehidupan manusia
tanpa kekerasan. seperti yang dimaksudkan oleh Paulo freire, proses pendidikan secara hirarki
diharapkan untuk mencapai koentisasi humanisasi, yakni pembebasan dalam memanusiakan
manusia, atau pendidikan seutuhnya.
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu dan martabat manusia Indonesia dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menurut pasal 4 menyatakan tentang tujuan Pendidikan Nasional, yaitu
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
bangsa”. Dalam rangka pelaksaan pembangunan nasional, sebagai pengalaman Pancasila di
bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan : pertama, pembentukkan manusia
Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu bermandiri; kedua,
pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang
terwujud dalam ketahanan nasional yang teguh mengandung makna terwujudnya kemampuan
bangsa menangkal setiap ajaran, paham, dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Sebagaimana bisa kita pahami bahwa pendidikan di manapun dan kapanpun merupakan
upaya khas manusia, sehingga pendidikan itu pada prinsipnya dilaksanakan dari, oleh dan untuk
manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karenanya basis pendidikan seharusnya
diorientasikan kepada harkat dan martabat manusia yang bersifat komprehensif dan universal.
Kalau semua penyelenggara negara ( legislatif dan eksekutif ) memahami konsep ini secara lebih
mendalam maka produk – produk hukum yang berkaitan dengan pendidikan akan tercipta secara
baik dan sesuai dengan sasaran dan pengelola pendidikan. Di sisi lain pemerintah ( eksekutif )
sebagai pelaksana dan penegak hukum yang diciptakan oleh legislatif akan melaksanakan dan
menerapkannya secara konsekwen tanpa ada penyimpangan.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas. 2008, Penataan Pendidikan Profesional Konselor
dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung : BK UPI.

Made Pidarta. 2004, Managemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta

Made Pidarta. 2007, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Bercorak Indonesia,


Jakarta : Rineka Cipta

Muhammad Ali. 2007, Guru Dalam Proses BelajarMengajar, Jakarta : Rineka Cipta

Nana Syaodih S. 2009, LandasanPsikologi Proses Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta

Prayitno, 2009, DasarTeoridanPraksisPendidikan, Jakarta :KompasGramedia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan


Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/peranan-pancasila/ (30/12/2010 20:40)


http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=5&vnomor=14 (28/09/2010 17:38)
Undang-Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1)
Ineu’s, 2012, Pengertian Landasan, Bandung ; Blogger Buzz.

Anda mungkin juga menyukai

  • Algoritma 14
    Algoritma 14
    Dokumen17 halaman
    Algoritma 14
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Algoritma
    Algoritma
    Dokumen14 halaman
    Algoritma
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Tugas OAK
    Tugas OAK
    Dokumen9 halaman
    Tugas OAK
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Organisasi
    Organisasi
    Dokumen2 halaman
    Organisasi
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Pengantar Pendidikan
    Pengantar Pendidikan
    Dokumen2 halaman
    Pengantar Pendidikan
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Tugas PAI Materi1
    Tugas PAI Materi1
    Dokumen2 halaman
    Tugas PAI Materi1
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Notulensi Diskusi Kelompok
    Notulensi Diskusi Kelompok
    Dokumen2 halaman
    Notulensi Diskusi Kelompok
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • HAM DAN RULE OF LAW
    HAM DAN RULE OF LAW
    Dokumen61 halaman
    HAM DAN RULE OF LAW
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS
    ANALISIS
    Dokumen32 halaman
    ANALISIS
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • EKSTERNAL MEMORI
    EKSTERNAL MEMORI
    Dokumen51 halaman
    EKSTERNAL MEMORI
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Materi VSGA
    Materi VSGA
    Dokumen2 halaman
    Materi VSGA
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat
  • Materi VSGA
    Materi VSGA
    Dokumen2 halaman
    Materi VSGA
    PTIK EMuhammad Yasir Khahfi
    Belum ada peringkat