Anda di halaman 1dari 14

Penel Gizi Makan 2021, 44(1):45-58 ISSN 02159717

e-ISSN 2338-8358
PENELITIAN GIZI DAN MAKANAN
(The Journal of Nutrition and Food Research)

FAKTOR GAYA HIDUP DAN PENYAKIT JANTUNG KORONER: REVIEW SISTEMATIK PADA
ORANG DEWASA DI INDONESIA
(LIFESTYLE FACTORS AND CORONARY HEART DISEASE: A SYSTEMATIC REVIEW AMONG
INDONESIAN ADULTS)

Wardah Hanifah, Wanda Septi Oktavia, dan Hoirun Nisa*

Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Banten, Indonesia
*E-mail : hoirun.nisa@uinjkt.ac.id

Diterima: 29-12-2020 Direvisi: 09-03-2021 Disetujui: 22-06-2021

ABSTRACT
Coronary heart disease (CHD) is a leading cause of death in Indonesia. The prevalence of coronary heart
disease shows an increase over time and with increasing age. Coronary Heart Disease has a long
developmental period so it can be prevented by modifying lifestyle from an early age. This systematic review
aimed to assess the influence of lifestyle on the incidence of CHD among Indonesian adults. Four databases
(Google Scholar, Sinta, Pubmed, and Science Direct) were searched for studies with Indonesian participants,
published from 2010 to 2020, and outcomes on CHD and its relationship to lifestyle factors. The search was
carried out in October-November 2020. Forty-three studies met inclusion criteria, of which 32 studies on
smoking, 15 studies on physical activity, 11 studies on diet, and 1 study on alcohol consumption. The results
showed that dietary patterns with excessive consumption of carbohydrates and fats increased the risk of CHD,
but consumption of vegetables and coffee could potentially lower the risk of CHD. Low physical activity
increased the risk of developing CHD. Risks of CHD among smokers were affected by age at initiation of
smoking, duration of smoking, number of cigarettes, how to smoke cigarettes, and type of cigarettes. This
systematic review concluded that lifestyle factors that increase the risks of CHD among Indonesian adults were
dietary patterns high in carbohydrate and fat consumption, low physical activity, and smoking.

Keywords: coronary heart disease, lifestyle, dietary pattern, physical activity, smoking

ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kronis penyebab kematian nomor satu di Indonesia.
Prevalensi PJK menunjukkan peningkatan seiring bertambahnya usia. Penyakit Jantung Koroner memiliki
masa perkembangan yang panjang sehingga dapat dicegah dengan memodifikasi gaya hidup sejak dini.
Tinjauan sistematis ini bertujuan untuk menilai pengaruh gaya hidup terhadap kejadian PJK pada orang
dewasa Indonesia. Empat database (Google Scholar, Sinta, Pubmed, dan Science Direct) digunakan untuk
mencari studi dengan peserta Indonesia, diterbitkan dari 2010 hingga 2020, dan hasil pada PJK dan
hubungannya dengan faktor gaya hidup. Pencarian dilakukan pada Oktober—November 2020. Empat puluh
tiga penelitian memenuhi kriteria inklusi. Jumlah artikel yang digunakan untuk setiap variabel gaya hidup yaitu
32 artikel mengenai merokok, 15 artikel mengani aktivitas fisik, 11 artikel mengenai pola makan, dan 1 artikel
mengenai konsumsi alkohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan dengan konsumsi karbohidrat
dan lemak berlebihan meningkatkan risiko PJK. Namun, konsumsi sayur dan kopi berpotensi menurunkan
risiko PJK. Aktivitas fisik yang rendah meningkatkan risiko PJK. Risiko PJK pada perokok dipengaruhi oleh usia
mulai merokok, lama merokok, jumlah rokok, cara merokok, dan jenis rokok. Tinjauan sistematis ini
menyimpulkan bahwa faktor gaya hidup yang meningkatkan risiko PJK pada orang dewasa Indonesia adalah
pola makan tinggi konsumsi karbohidrat dan lemak, aktivitas fisik rendah, dan merokok. [Penel Gizi Makan
2021, 44(1):45-58]

Kata kunci: penyakit jantung koroner, gaya hidup, pola makan, aktivitas fisik, dan merokok

45
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 45-58

P
PENDAHULUAN
enyakit tidak menular (PTM) merupakan menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada
penyebab kematian utama di dunia. wilayah tempat tinggal perkotaan, tetapi
Kategori utama dari penyakit tidak prevalensi PJK berdasarkan terdiagnosis
menular yaitu penyakit kardiovaskular dokter atau gejala lebih tinggi pada wilayah
(seperti serangan jantung dan stroke), kanker, tempat tinggal perdesaan5. Terjadinya PJK
penyakit pernapasan kronis (seperti penyakit dipengaruhi oleh berbagai faktor.
paru obstruktif kronik dan asma) dan diabetes1. Faktor risiko PJK dapat dibedakan
Kematian akibat penyakit tidak menular menjadi faktor risiko mayor dan faktor risiko
mencapai angka 71 persen atau sekitar 41 juta minor. Faktor risiko mayor yaitu umur, jenis
dari 57 juta kematian yang terjadi secara global kelamin, ras, merokok, hipertensi, serta
pada tahun 2016. Penyakit kardiovaskular diabetes mellitus sedangkan faktor risiko minor
merupakan jenis penyakit yang memiliki angka yaitu stres, diet dan nutrisi, serta alkohol3. Hal
kematian tertinggi diantara penyakit kanker, ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
penyakit pernapasan kronis dan diabetes pada penduduk Indonesia yang memperoleh
dengan angka sebesar 17,9 juta kematian2. hasil bahwa terdapat hubungan positif antara
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau faktor risiko hipertensi, diabetes mellitus,
yang biasa disebut dengan penyakit arteri kebiasaan merokok, obesitas sentral, serta
koroner merujuk pada proses patologis yang status sosial ekonomi rendah dengan kejadian
mempengaruhi arteri koroner yang biasanya PJK6.
disebabkan karena aterosklerosis. Terjadinya Penyakit jantung koroner masih menjadi
aterosklerosis disebabkan karena adanya plak masalah kesehatan yang harus segera diatasi
yang menyebabkan pengerasan dan untuk mencegah meningkatnya angka
penebalan dinding pembuluh darah. Selain itu, kematian. Penyakit tidak menular, salah
pembentukan plak juga dapat memperlambat satunya adalah PJK memiliki durasi
ataupun menghentikan aliran darah sehingga perkembangan penyakit yang lama. Oleh
jaringan yang mendapat suplai dari arteri akan karena itu, terjadinya PJK harus dicegah
mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi3. secara dini dengan memperhatikan faktor
Berdasarkan Statistik Penyakit Jantung risikonya. Hal ini dapat dilakukan dengan
dan Stroke, terdapat sekitar 15,5 juta orang memodifikasi gaya hidup menjadi lebih baik
dewasa di Amerika Serikat mengidap PJK, seperti pola makan yang baik, melakukan
termasuk didalamnya 7,6 juta dengan infark aktivitas fisik, dan tidak merokok. Review
miokardium dan 8,2 juta dengan angina pada sistematik ini dilakukan dengan tujuan untuk
tahun 2016. Orang dengan kadar kolesterol mengetahui bagaimana faktor gaya hidup
tinggi, tekanan darah tinggi, perokok, dan dengan kejadian PJK di Indonesia berdasarkan
penderita diabetes memiliki risiko kematian hasil penelitian yang dilakukan pada orang
lebih tinggi pada penyakit kardiovaskular dewasa di Indonesia.
aterosklerotis4. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa METODE
prevalensi jantung koroner berdasarkan
Metode yang digunakan dalam penelitian
wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia
ini adalah systematic review untuk melakukan
sebesar 0,5% dan berdasarkan terdiagnosis
tinjauan secara sistematik artikel yang telah
dokter atau gejala sebesar 1,5%. Sulawesi
diterbitkan sebelumnya terkait faktor gaya
Tengah merupakan provinsi dengan prevalensi
hidup yang mempengaruhi kejadian PJK di
jantung koroner tertinggi berdasarkan
Indonesia. Review sistematik dilakukan sesuai
terdiagnosis dokter, yakni sebesar 0,8 persen.
pedoman Cochrane library dan kriteria
Sementara itu, provinsi dengan prevalensi
PRISMA7. Pencarian literatur dilakukan pada
tertinggi jantung koroner menurut diagnosis
bulan Oktober—November 2020 dengan
atau gejala ditempati oleh Nusa Tenggara
batasan artikel terbit tahun 2011—2020 melalui
Timur5.
database elektronik Google Scholar, Sinta,
Prevalensi PJK berdasarkan wawancara
Pubmed, dan Science Direct. Pencarian artikel
yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis
internasional dan nasional dilakukan oleh
dokter atau berdasarkan gejala menunjukkan
peneliti dengan kata kunci “Penyakit Jantung
peningkatan seiring dengan bertambahnya usia.
Koroner”, “Coronary Heart Disease”, “Pola
Kelompok usia dengan prevalensi PJK tertinggi
makan, PJK, Indonesia”, “Aktivitas fisik, PJK,
yaitu pada kelompok usia 65—74 tahun.
Indonesia”, “Konsumsi alkohol, PJK, Indonesia”,
Perempuan menunjukkan prevalensi PJK yang
dan “Merokok, PJK, Indonesia”. Artikel yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Selain itu,
prevalensi PJK berdasarkan diagnosis dokter

46
Faktor gaya hidup dan penyakit jantung koroner... (Hanifah W; dkk )

telah didapat lalu diimpor ke perpustakaan 29.294 artikel setelah dilakukan pencarian dari
Zotero. seluruh database dan dilakukan screening
Jurnal yang diperoleh selanjutnya sehingga artikel yang diseleksi berjumlah 75
diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan artikel. Penulis pertama menyaring judul dan
eksklusi penelitian yaitu artikel penelitian yang abstrak dari artikel yang telah didapatkan.
dilakukan di Indonesia, melaporkan gaya hidup Selanjutnya, setiap penulis membaca teks
dan PJK, dipublikasikan pada tahun 2011— lengkap dari artikel dan mempertahankan
2020, merupakan artikel penelitian kuantitatif, artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan
dan artikel yang dapat diakses secara full. eksklusi melalui diskusi antara penulis. Pada
Artikel yang berupa hasil prosiding dan studi akhirnya diperoleh 43 artikel yang memenuhi
literatur dikeluarkan dalam penelitian ini. Artikel kriteria inklusi dan ekslusi. Tahapan pencarian
yang ditemukan dupikasi dihapus. Diperoleh literatur disajikan pada Gambar 1.

Pencarian pada Pencarian pada Situs Pencarian pada Pencarian pada


situs Sinta Google Scholar situs Pubmed situs Science
Penyakit jantung Direct
Pola makan, PJK, Pola makan, PJK,
koroner (n = 75) Indonesia (10.600) Indonesia (n=12) Pola makan, PJK,
Pola makan, PJK, Indonesia (n=931)
Aktivitas fisik, PJK, Aktivitas fisik, PJK,
Indonesia Indonesia (n=5.610) Indonesia (n=14) Aktivitas fisik, PJK,
Aktivitas fisik, PJK, Indonesia (n=819)
Konsumsi alkohol, Konsumsi alkohol,
Indonesia PJK, Indonesia PJK, Indonesia (n=3) Konsumsi alkohol,
(n=2.600) PJK, Indonesia
Konsumsi alkohol, Merokok, PJK,
PJK, Indonesia (n=496)
Merokok, PJK, Indonesia (n=20)
Indonesia (n=7.410) Merokok, PJK,
Merokok, PJK,
Indonesia Indonesia (n=704)

Hasil jurnal keseluruhan


(n = 29.294)

Penemuan double (n=12)


Screening Artikel yang dieksklusi
Tidak melaporkan gaya
(n = 75) (n =32) hidup & PJK (n=17)
Hasil conference (n=1)
Artikel yang termasuk Artikel tidak konsisten
inklusi (n = 43) (n=2)
Sinta (n=15)
Google Scholar (n= 28)
Pubmed (n=0)
Artikel akhir yang Science Direct (n=0)
sesuai dengan
kriteria inklusi
(n = 43)

Gambar 1
Tahapan Pencarian Artikel

47
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 45-58

HASIL persen artikel dilakukan pada tahun 2011—


2015. Pada sebagian besar artikel
Review sistematik ini dilakukan dengan
menggunakan sampel penelitian yang
menggunakan 43 artikel yang diterbitkan di 34
merupakan pasien PJK (74,4%), sebanyak
jurnal. Dari 34 jurnal pada review ini terdapat
16,3 persen artikel menggunakan sampel
65 persen jurnal sudah terakreditasi Sinta
bukan pasien PJK dan 9,3 persen artikel
Ristekdikti dan terdapat 35 persen jurnal tidak
menggunakan sampel pasien diabetes mellitus
terakreditasi Sinta Ristekdikti. Dapat diakses
dengan PJK. Artikel yang digunakan dalam
melalui website Sinta (Science and Technology
penelitian ini sebagian besar menggunakan
Index) Kementerian Riset dan Teknologi8.
desain studi cross sectional (48,8%) dan case
Pada Gambar 2 disajikan distribusi
control (41,9%) serta 9,3% menggunakan
provinsi atau tempat penelitian dari artikel yang
desain studi kohor. Gambar 3
digunakan, dengan provinsi tertinggi yaitu
mengilustrasikan distribusi variabel faktor risiko
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang
gaya hidup dari artikel yang digunakan dalam
masing-masing berjumlah 6 artikel, Provinsi
penelitian ini dengan sebanyak 32 artikel
DKI Jakarta yang berjumlah berjumlah 4 artikel,
membahas faktor risiko merokok, 15 artikel
dan Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera
membahas faktor risiko aktivitas fisik, 11 artikel
Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Barat
membahas faktor risiko pola makan, dan 1
yang berjumlah 3 artikel. Tabel 1 menunjukkan
artikel membahas faktor risiko konsumsi
bahwa sebanyak 74,4 persen artikel dilakukan
alkohol.
pada tahun 2016—2020 dan sebanyak 25,6

Gambar 2
Distribusi Tempat Penelitian

Tabel 1
Tahun Penelitian, Distribusi Partisipan dan Disain Studi pada Artikel

Variabel n %
Tahun Peneitian
2011—2015 11 25,6
2016—2020 32 74,4
Partisipan
Pasien PJK 32 74,4
Bukan Pasien PJK 7 16,3
Pasien DM dengan PJK 4 9,3
Desain studi
Cross sectional 21 48,8
Case control 18 41,9
Kohort 4 9,3

48
Faktor gaya hidup dan penyakit jantung koroner... (Hanifah W; dkk )

Gambar 3
Distribusi Variabel Faktor Risiko Gaya Hidup

BAHASAN asupan lemak oleh WHO yakni kurang dari


30% total energi sehari13. Penelitian pada
Pola Makan Dan Penyakit Jantung Koroner
penderita diabetes mellitus yang mengonsumsi
Perubahan gaya hidup mempengaruhi makanan berlemak ataupun makanan yang
pola perilaku masyarakat, salah satunya yaitu mengandung kolesterol setiap hari juga
pola makan. Pola makan yang tidak baik dilaporkan berisiko dua hingga tiga kali lebih
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat besar untuk terkena PJK14. Lemak merupakan
menimbulkan PJK9. Hal tersebut sesuai komponen yang memiliki pengaruh besar
dengan penelitian yang dilakukan di salah satu terhadap pengaturan metabolisme kolesterol.
wilayah Indonesia, yaitu Banda Aceh, yang Kadar lemak yang tinggi pada makanan dapat
melaporkan bahwa terdapat hubungan pola meningkatkan kadar kolesterol total dalam
makan tidak sehat dengan kejadian PJK darah dan membentuk endapan pada dinding
dengan nilai OR = 1,92 (P= 0,001 ; 95% pembuluh darah sehingga menyebabkan
CI=1,29—2,86)10. Asupan karbohidrat lebih dari penyempitan pembuluh darah atau biasa
60% dari total energi memiliki risiko kejadian disebut aterosklerosis. Aterosklerosis yang
PJK 2,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan terdapat pada pembuluh darah jantung dapat
asupan <60% dari total energi11. Pasien rawat menyebabkan PJK. Obesitas juga merupakan
jalan PJK di RSUD Kota Mataram salah satu efek dari konsumsi lemak berlebih
menunjukkan rata-rata asupan karbohidrat karena kadar pada lemak lebih besar 2 kali
sebesar 79,9% yang termasuk ke dalam kadar energi pada karbohidrat12. Makanan
kategori diatas kebutuhan. Jumlah karbohidrat tinggi kolesterol mengakibatkan
berlebih yang masuk ke dalam tubuh akan hiperkolesterolemia yang dipengaruhi oleh
disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak
tubuh yang berlebih mempengaruhi kadar trans. Asam lemak trans terbentuk dari
kolesterol total dalam darah yang mana hal makanan yang digoreng lebih dari 2 kali dan
tersebut merupakan salah satu faktor risiko dapat berakibat pada peningkatan kadar LDL
terjadinya PJK12. dan penurunan kadar HDL kaitannya dengan
Makanan yang berlemak atau risiko penyakit jantung, stroke, serta diabetes
berkolesteorol memiliki hubungan dengan mellitus9. Meningkatkan asupan lemak tak
risiko PJK. Pada review sistematik ini, ada 4 jenuh serta mengurangi asupan garam dan
artikel penelitian yang menganalisa hubungan natrium dapat dilakukan untuk mengurangi
antara konsumsi makanan risiko terjadinya PJK13.
berlemak/berkolesterol dengan kejadian PJK, Hasil yang menunjukkan tidak ada
dimana 2 penelitian melaporkan hubungan perbedaan antara konsumsi makanan
antara konsumsi makanan berlemak/berkolesterol dengan kejadian PJK
berlemak/berkolesterol dengan kejadian PJK. pada review ini dilaporkan pada dua penelitian.
Penelitian studi kohort prospektif yang Penelitan yang dilakukan di wilayah Banda
dilakukan di Bogor menemukan bahwa rata- Aceh menunjukkan hasil yang berbeda dengan
rata persentase asupan lemak pada penelitian sebelumnya, dimana hubungan
perempuan dengan PJK yaitu lebih dari 30%. antara konsumsi lemak dengan PJK tidak
Jumlah tersebut telah melebihi anjuran terkait

49
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 45-58

ditemukan dengan perolehan nilai P>0,05 konsumsi kopi dengan kejadian PJK. Studi
(P=0,29)15. Selain itu, hasil penelitian yang analisis lanjut yang dilakukan pada 5 kelurahan
dilakukan pada salah satu RS di Kota di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor
Semarang dengan desain kasus kontrol juga diperoleh nilai AOR=0,76 (P=0,002; 95%
menunjukkan hasil yang tidak berhubungan CI=0,64—0,91) terkait hubungan antara
antara konsumsi lemak dengan PJK 16. Tidak konsumsi kopi dengan kejadian penyakit stroke
ditemukkannya hubungan antara konsumsi atau PJK. Penelitian tersebut menunjukkan
makanan berlemak/berkolesterol dengan bahwa konsumsi kopi merupakan faktor
kejadian PJK pada kedua penelitian tersebut protektif terhadap timbulnya PJK, dimana
dimungkinkan dapat terjadi karena pada dua orang yang mengonsumsi kopi dapat
penelitian tersebut, wawancara mengenai mencegah terjadinya PJK dibandingkan orang
kebiasaan konsumsi makanan yang yang tidak mengonsumsi kopi19. Hasil
mengandung kolesterol terbatas hanya pada penelitian tersebut berbeda dengan penelitian
jenis makanan yang mempunyai kandungan yang dilakukan di Klinik Jantung RSUD Dr.
kolesterol lebih dari 300mg/dl yang dikonsumsi Soedarso Pontianak yang menunjukkan bahwa
setiap hari dan terbatas pada jenis lauk pauk tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
saja16. konsumsi kopi dengan kejadian PJK (P= 0,626).
Kurangnya konsumsi buah dan sayur Hal tersebut mungkin dikarenakan kopi
memiliki peran penting dalam kejadian memiliki kandungan anti oksidan 30% lebih
timbulnya PJK. Sebanyak 4 penelitian pada banyak dibandingkan teh. Anti oksidan
review ini yang membahas terkait konsumsi berfungsi sebagai penangkal radikal bebas
buah dan sayur dengan kejadian PJK, dan 3 yang masuk ke dalam tubuh serta dapat
penelitian tersebut menunjukkan adanya berperan sebagai anti kanker dengan
hubungan antara konsumsi buah dan sayur mencegah perkembangan sel kanker dalam
dengan kejadian PJK. Penelitian yang tubuh9.
dilakukan pada salah satu rumah sakit di
Surabaya dengan desain studi kasus kontrol Aktivitas Fisik Dan Penyakit Jantung Koroner
menunjukkan bahwa 63,41% penderita PJK Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai
kurang mengonsumsi buah dan sayur17. Selain gerakan tubuh yang dimunculkan oleh otot-otot
itu, penelitian terkait perilaku vegetarian pada skeleton serta mengakibatkan pengeluaran
kelompok usia 20—34 tahun yang dilakukan di energi 20. Aktivitas fisik merupakan salah satu
Jakarta Utara terkait risiko PJK menunjukkan faktor risiko PJK yang dapat diubah
nilai R=- 0,525 dan P=0,000 yang dapat (modifiable). Berbagai kegiatan dapat
diartikan dengan adanya hubungan signifikan dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
antara pola makan vegetarian dengan dengan beraktivitas fisik seperti senam, lari,
penurunan risiko PJK dibandingkan dengan bersepeda, dan lainnya. Aktivitas fisik juga
yang tidak memiliki pola makan vegetarian18. dapat menjadi acuan dalam upaya pencegahan
Semakin banyak konsumsi buah dan sayur PJK non farmakologikal penting yang perlu
maka akan semakin bermanfaat terhadap diperhatikan21.
kesehatan jantung. Serat yang terdapat dalam Pada review ini, terdapat 15 artikel
buah dan sayur berfungsi menghambat penelitian yang membahas terkait aktivitas fisik
absorbsi lemak dan secara tidak langsung dengan kejadian PJK, dimana 11 artikel
dapat menurunkan kadar kolesterol sehingga melaporkan hubungan dan 4 artikel lainnya
risiko PJK juga menurun17. Diet vegetarian juga tidak menemukan hubungan antara aktivitas
bermanfaat dalam mengendalikan berat badan, fisik dengan kejadian PJK. Salah satu
kandungan lipid dalam darah, serta tekanan penelitian yang dilakukan di Indonesia
darah yang berhubungan dengan kejadian dan mengemukakan hasil bahwa subjek yang tidak
kematian PJK18. melakukan aktivitas berat atau hanya
Konsumsi kopi masih menjadi perdebatan melakukan aktivitas berat kurang dari 80 menit
di kalangan para peneliti kaitannya dengan disetiap minggunya berisiko lebih besar
kejadian PJK. Terdapat penelitian yang mengalami PJK dibandingkan subjek yang
menunjukkan bahwa kopi memiliki pengaruh lebih aktif [2,63 (95% CI=2,44—2,86) ; P=0,00]
terhadap timbulnya jantung koroner namun 21
. Hal serupa juga ditunjukkan oleh penelitian
terdapat pula penelitian yang menunjukkan yang dilakukan pada salah satu RS di Jakarta
tidak adanya hubungan dengan penyakit dengan hasil penelitian berupa adanya
tersebut. Dari 4 artikel pada review ini yang hubungan antara perilaku olahraga yang
membahas terkait konsumsi kopi dengan kurang baik dengan risiko terjadinya PJK yang
kejadian PJK ditemukan bahwa 2 artikel lebih besar, yakni sekitar 6 kali lebih besar 22.
melaporkan adanya hubungan antara Studi kasus kontrol yang dilakukan di BLU

50
Faktor gaya hidup dan penyakit jantung koroner... (Hanifah W; dkk )

RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado hipertensi, obesitas, dan diabetes mellitus.
menunjukkan perilaku aktivitas fisik yang tidak Individu dengan intensitas aktivitas fisik yang
baik berisiko lebih besar terhadap kejadian PJK tinggi cenderung memiliki bentuk badan yang
dengan hubungan yang signifikan (OR 4,4 ; lebih kurus dibanding orang yang kurang
95% CI = 1,869—10,356) 23. aktivitas fisik. Hal itu dikarenakan aktivitas fisik
Penderita diabetes mellitus dengan yang tinggi dapat meningkatkan pengeluaran
riwayat aktivitas fisik rendah memiliki risiko tenaga, meningkatkan laju metabolisme
3,077 kali lebih besar untuk mengalami PJK istirahat, serta mempercepat mobilisasi
dengan hubungan signifikan (P=0,043) simpanan lemak sehingga karbohidrat dan
dibanding penderita diabetes mellitus dengan lemak akan lebih banyak dibakar untuk
riwayat aktivitas fisik tinggi14. Faktor aktivitas menghasilkan energi9. Berbagai penelitian
olahraga sebagai salah satu jenis aktivitas fisik telah membuktikan bahwa aktivitas fisik dapat
juga memiliki hubungan dengan kejadian bermanfaat dalam hal penurunan kejadian
jantung koroner pada penderita diabetes stroke, hipertensi, kegemukan, serta PJK16.
mellitus tipe 2 yang diteliti pada salah satu Melakukan olahraga dengan intensitas sedang
rumah sakit di Padang, Sumatera Barat24. selama 30 menit sehari dapat menurunkan
Penelitian yang dilakukan terkait faktor-faktor risiko terjadinya PJK30. Aktivitas latihan fisik
yang memengaruhi terjadinya PJK juga akan memengaruhi perubahan pada sistem
menunjukkan adanya pengaruh aktivitas fisik kardiovaskular, yakni terkait peningkatan curah
dengan kejadian jantung koroner (P=0,000) jantung dan redistribusi aliran darah. Pengaruh
dimana individu yang rutin melakukan aktivitas positif lainnya dari olahraga secara teratur
fisik cenderung memiliki risiko lebih rendah yakni pada penurunan kadar kolesterol dan
terhadap kejadian PJK25. Hasil serupa juga lemak darah, penurunan tekanan darah sistolik,
ditemukan pada penelitian dengan desain studi peningkatan kadar HDL lipoprotein, serta
kasus kontrol yang dilakukan di RSUD Dr. perbaikan sirkulasi koroner31. Selain itu,
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan terkait aktivitas fisik atau olahraga secara teratur juga
faktor aktivitas fisik dan risiko PJK (P= 0,040) memiliki pengaruh pada peningkatan aliran
yang menunjukkan bahwa orang yang tidak darah serta membantu memecahkan
memiliki aktivitas fisik memiliki risiko 4,263 kali metabolisme lemak dan kolesterol dalam
lebih besar (OR=4,263) untuk mengalami PJK tubuh23.
dibandingkan dengan orang yang memiliki Olahraga sangat bermanfaat untuk
aktvitas fisik26. menyehatkan badan. Sebaliknya, kurang
Orang yang kurang aktivitas fisik dapat berolahraga atau kurang aktivitas fisik dapat
memengaruhi aliran darah di pembuluh darah menimbulkan berbagai macam penyakit.
kolateral dan arteri koroner menjadi menurun Kegiatan olahraga sebaiknya dilakukan
sehingga dapat menyebabkan aliran darah ke sebanyak 3—5 kali dalam seminggu. Hal
jantung berkurang. Penelitian terkait gaya tersebut dapat menghindari penumpukan
hidup yakni pada perilaku aktivitas fisik yang kolesterol pada pembuluh darah yang
dilakukan pada pasien rawat jalan di RS PTPN merupakan risiko dari PJK24. Penelitian yang
X Jember menunjukkan adanya hubungan dilakukan di RSU Meuraxa Banda Aceh
antara aktivitas fisik dengan insiden PJK menunjukkan hasil yang tidak sejalan dengan
(P=0,009) 27. Hasil uji statistik terkait aktivitas penelitian sebelumnya. Hasil penelitian
fisik dengan kejadian PJK diperoleh nilai P = menunjukkan tidak adanya hubungan yang
0,022 (< 0.05) dan nilai OR = 13,333 yang bermakna antara aktivitas fisik dan PJK15. Hal
berarti responden dengan aktivitas fisik kurang serupa juga terjadi pada penelitian kasus
memiliki risiko 13 kali lebih besar menderita kontrol yang dilakukan di Kabupaten Cirebon
PJK28. Selain itu, penelitian yang dilakukan dengan hasil tidak ada hubungan bermakna
pada pasien jantung koroner pada salah satu antara aktivitas fisik dan PJK32. Penilaian
rumah sakit di Sulawesi Tengah menunjukkan aktifitas fisik pada 15 artikel pada review
nilai P < 0,05 yang menunjukkan adanya sistematik ini menggunakan metode
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian wawancara dengan instrumen kuesioner,
PJK dimana orang dengan aktivitas fisik yang namun jumlah partisipan penelitian yang
tidak teratur atau ringan dapat menimbulkan dilaporkan sangat bervariasi. Hasil penelitian
PJK. Seseorang yang kurang aktivitas fisik yang melaporkan tidak adanya hubungan
menyebabkan pembakaran lemak dan kalori antara aktifitas fisik dengan PJK pada
yang ada dalam tubuh menjadi lebih sedikit 29. penelitian dalam review ini dapat terjadi karena
Pengaruh aktivitas fisik dengan kejadian jumlah partisipan yang terbatas sehingga tidak
PJK dapat berkaitan dengan faktor risiko dapat mendeteksi adanya hubungan pada
penyebab penyakit tersebut lainnya seperti penelitian yang dilakukan. Selanjutnya,

51
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 45-58

penelitian tidak mempertimbangkan rendah memiliki profil kardiovaskular yang lebih


perhitungan kekuatan uji untuk aktifitas fisik baik dan penurunan risiko PJK dibandingkan
dan PJK karena merupakan hasil sekunder dan kelompok yang tidak memiliki varian genetik38.
dipandang sebagai temuan eksplorasi. Konsumsi alkohol yang berlebih meningkatkan
serum CRP (C-Reactive Protein) yang dapat
Konsumsi Alkohol Dan Penyakit Jantung menimbulkan peradangan dan risiko terjadinya
Koroner PJK36. Selain itu, sebuah penelitian
Dampak dari akibat penyalahgunaan melaporkan bahwa mekanisme yang dapat
alkohol adalah kerusakan organ hati, saluran meningkatkan risiko kardiovaskular akibat
pencernaan, neurologis, dan kardiovaskular33. konsumsi alkohol adalah melalui tekanan darah.
Dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan Hal ini termasuk gangguan sel yang
eksklusi dalam memilih artikel penelitian, menyebabkan penumpukan plak di arteri,
ditemukan hanya ada satu artikel yang gangguan pada fungsi arteri-vaskular, dan
menjelaskan hubungan konsumsi alkohol dan ketidakseimbangan hormon dalam mengontrol
PJK. Penelitian dengan desain studi case cairan tubuh serta regulasi tekanan darah39.
control tersebut ditemukan tidak ada hubungan Mengurangi konsumsi alkohol dapat
antara konsumsi alkohol dengan PJK menurunkan tekanan darah pada individu yang
(P=0,616). Kelompok kasus PJK lebih banyak minum >2 minuman beralkohol per hari. Minum
yang tidak mengonsumsi alkohol/NAPZA alkohol dalam porsi besar dapat meningkatkan
(92,9%) dibandingkan kelompok yang kadar serum kolesterol dan trigliserida secara
mengonsumsi alkohol/NAPZA (7,1%)16. Belum klinis37.
banyaknya penelitian konsumsi alkohol dengan
PJK dapat disebabkan karena sebagian besar Merokok Dan Penyakit Jantung Koroner
masyarakat Indonesia tidak mengkonsumsi Berdasarkan hasil pencarian artikel
alkohol. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan didapatkan 32 artikel yang membahas tentang
bahwa hanya terdapat 3% sampel yang merokok dan PJK yang disesuaikan dengan
mengonsumsi minuman beralkohol34. kriteria inklusi dalam penelitian ini. Dari 32
Penelitian di Tabari, Iran juga artikel terdapat 24 artikel (73%) menunjukkan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan adanya hubungan antara perilaku merokok
(P=0,796) antara konsumsi alkohol dengan dengan kejadian PJK sedangkan terdapat 8
PJK dengan kelompok yang mengkonsumsi artikel (27%) menunjukkan tidak ada hubungan
alkohol lebih banyak yang tidak mengalami antara perilaku merokok dengan kejadian PJK.
PJK (91,3%)35. Jumlah responden dan kadar Hal ini menunjukkan bahwa hubungan merokok
alkohol yang dikonsumsi memengaruhi dengan kejadian PJK telah banyak dilaporkan.
kekuatan hubungan antara konsumsi alkohol Umumnya individu yang memiliki kebiasaan
dengan PJK. Konsumsi alkohol dapat merokok lebih banyak yang mengalami PJK.
memberikan efek yang menguntungkan Merokok merupakan faktor risiko yang paling
terhadap jantung yaitu dapat mengurangi berpengaruh selain dari faktor tekanan darah
peradangan kronis dan meningkatkan setelah dilakukan uji regresi logistik dengan
vasodilatasi melalui regulasi resistensi insulin, nilai p=0,99532. Dari 59 perokok, 80%
meregulasi HDL (High Density Lipoprotein) dan diantaranya mengalami PJK25. Subyek
menghambat LDL (Low Density Lipoprotein) merokok lebih banyak yang mengalami PJK
yang menurunkan kejadian hiperkolesterolemia, (45,0%) dibandingkan yang tidak mengalami
menghambat glukoneogenesis hepatik yang PJK (31,7%)15. Penelitian yang dilakukan40 juga
menurunkan hiperglikemia dan menunjukkan hal serupa yaitu kejadian PJK
hyperinsulinemia, mengurangi serum fibrinogen lebih tinggi pada responden yang merokok
yang menurunkan hiperkoagulabilitas36. (80,8%) dibandingkan yang tidak merokok
Konsumsi alkohol dalam porsi sedang yaitu (10,5%).
20—30 gram untuk pria dan 10—15 gram Sebuah penelitian di Indonesia
untuk wanita dapat mengurangi risiko PJK36. menunjukkan bahwa individu yang memiliki
Namun, jika mengonsumsi secara berlebihan kebiasaan merokok berpeluang untuk
dapat memberi efek buruk bagi kesehatan. mengalami PJK (OR=1,61; P=0,0001)41.
Sebuah penelitian dengan randomisasi Penelitian yang dilakukan di daerah lain di
mendelian menunjukkan bahwa terdapat Indonesia juga menunjukkan hal serupa. Studi
hubungan positif antara konsumsi alkohol case control di RSUD Kota Semarang
dengan penyakit arteri koroner yang diprediksi menunjukkan bahwa kebiasaan merokok
secara genetik (OR=1,16 ; 95%CI=1,00—1,36; berhubungan signifikan dengan PJK
P=0,052)37. Individu dengan varian genetik (P=0,027)42. Penelitian yang dilakukan di Kota
terkait non-minum dan konsumsi alkohol yang Padang dengan desain studi cross sectional

52
Faktor gaya hidup dan penyakit jantung koroner... (Hanifah W; dkk )

comparative juga menunjukkan hal serupa bahwa paparan asap rokok berat (p=0,03)
dimana merokok merupakan faktor risiko mempengaruhi PJK dibandingkan paparan
kejdian PJK pada penderita diabetes mellitus asap rokok ringan. Perokok pasif akan
tipe 2 (p=0,000)43. Hal ini juga didukung menghirup asap rokok yang mengandung
sebuah penelitian44 di RSUP Prof. Dr. R. D. nikotin dan tar yang mengandung lebih banyak
Kandou Manado yang menunjukkan bahwa racun dibandingkan dengan asap yang dihirup
individu yang memiliki kebiasaan merokok oleh perokok aktif17. Selain tidak
berpeluang 5,850 kali lebih besar untuk memperhatikan adanya perokok pasif, tidak
mengalami PJK (OR=5,850, P=0,000). Bukti ini berhubungannya merokok dengan PJK
semakin diperkuat dengan adanya penelitian disebabkan karena subjek penelitian lebih
pada pasien PJK di RSUD Prof. Dr. W. Z. banyak perempuan dimana umumnya perokok
Johanes Kupang tahun 2019 yang didominasi oleh laki-laki dan desain penelitian
menunjukkan bahwa orang yang merokok yang digunakan belum dapat menjawab
berpeluang 2,835 kali lebih besar untuk hubungan sebab akibat16,55.
mengalami PJK dibandingkan orang yang tidak Selain itu, umur mulai merokok, lama
merokok45. Faktor merokok merupakan faktor merokok, jumlah batang rokok, cara menghisap
risiko PJK terbesar (P=0,013) setelah faktor rokok, dan jenis rokok diketahui juga dapat
hiperkolesterol (P=0,012) pada pasien PJK di berkontribusi untuk meningkatkan peluang
Poli Klinik Jantung RS Waled46. Sebuah terjadinya PJK58,59. Semakin muda usia mulai
penelitian yang dilakukan di DKI Jakarta merokok menyebabkan semakin sulit untuk
menunjukkan hasil yang konsisten dengan berhenti merokok. Rata-rata tertinggi usia mulai
P=0,00047. merokok di Indonesia terdapat dalam kelompok
Seseorang yang merokok akan menghirup umur 15—19 tahun 60. Usia remaja termasuk
asap dari pembakaran rokok yang dalam kelompur umur 15—19 tahun61.
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen Umumnya usia awal merokok berada pada
yang masuk sehingga mendorong jantung usia remaja. Remaja yang mulai mencoba
untuk bekerja lebih berat. Karbon monoksida merokok dipengaruhi oleh lingkungan teman-
(CO) membentuk carboxyhaemoglobin (COHb) temannya yang disebabkan rasa penasaran
yang menyebabkan berkurangnya daya ikat terhadap rokok tanpa mengetahui efek yang
hemoglobin sehingga disfungsi pada pembuluh ditimbulkannya58.
darah. Asap rokok yang terhirup dapat Semakin lama merokok maka semakin
merangsang produksi adrenalin dan berisiko untuk mengalami penyakit jantung. Hal
noradrenalin yang membuat jantung berdenyut ini dibuktikan dengan penelitian62 yang
lebih keras sehingga tekanan darah akan menunjukkan bahwa responden yang lama
meningkat. Selain itu, juga terjadi gangguan merokok ≥10 tahun lebih banyak yang
pada aliran darah dan oksigenisasi akibat mengalami PJK (54,7%) dibandingkan
adanya zat dari tembakau yang berupa asam responden yang merokok < 10 tahun (5,7%).
nikotinat yang memicu pelepasan katekolamin. Semakin lama individu merokok maka peluang
Merokok dapat memicu terbentuknya trombus untuk mengalami PJK semakin besar
atau penggumpalan darah dan pengapuran (P=0,003)59. Merokok dapat meningkatkan
dinding pembuluh darah. Trombus yang LDL-kolesterol yang dapat memperbesar
terbentuk dapat menghambat aliran darah peluang terjadinya aterosklerosis atau
akibat terjadinya adhesi trombosit. Merokok pengapuran pembuluh darah yang disebabkan
juga dapat meningkatkan kolesterol dan asam karena menghisap rokok dalam jangka waktu
lemak bebas yang menyebabkan pembuluh lama. Aterosklerosis terjadi karena adanya
darah di jantung menyempit. Perokok memiliki penumpukan zat dari rokok yang tidak bisa
kadar kolesterol darah HDL yang rendah dimetabolisme oleh tubuh yang akan
dimana hal ini menunjukkan bahwa terjadi meningkatkan lipolisis, fibrinogen, dan
penurunan unsur pelindung PJK26,48–54. menurunkan pelepasan NO63. Selain itu,
Namun, berbagai penelitian menunjukkan semakin lama merokok maka semakin banyak
tidak ada hubungan antara merokok dengan bahan kimia yang masuk ke tubuh yang
PJK14–16,55–57. Tidak berhubungannya merokok menyebabkan iritasi bahkan peradangan yang
dengan PJK dapat disebabkan karena dalam semakin lama akan semakin sulit
penelitian tersebut tidak memperhatikan disembuhkan58. Merokok merupakan faktor
paparan asap rokok karena perokok pasif risiko utama penyakit kardiovaskular dan
berisiko juga untuk mengalami PJK. Peluang dengan berhentinya merokok dapat
untuk mengalami penyakit pada perokok pasif mengurangi risiko kejadian serangan jantung63.
yaitu sebesar 70%16. Hal ini sesuai dengan Disarankan kepada perokok untuk segera
penelitian yang dilakukan17yang menunjukkan berhenti merokok karena kematian akibat PJK

53
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 45-58

akan berkurang sebanyak 50% pada tahun dilakukan dapat mengurangi risiko PJK melalui
pertama berhenti merokok dan kembali seperti proses pembakaran lemak dan kalori dalam
saat tidak merokok setelah berhenti merokok tubuh, curah jantung, serta redistribusi aliran
10 tahun59. darah. Perilaku merokok memengaruhi kadar
Semakin banyak rokok yang dikonsumsi oksigen dalam tubuh, penggumpalan darah
maka akan memperbesar peluang terjadinya dan pengapuran dinding pembuluh darah,
PJK. Penderita PJK lebih banyak yang serta pengaruh zat lain dari tembakau yang
menghisap rokok > 4 batang setiap harinya memicu jantung untuk bekerja lebih keras.
(75,57%) dibandingkan pada subjek yang
bukan penderita PJK15. Hal ini dibuktikan dari SARAN
penelitian58 yang menunjukkan bahwa
Menerapkan gaya hidup sehat sebagai
intensitas merokok berhubungan dengan PJK
upaya pencegahan kejadian PJK dengan
dengan P=0,001. Semakin tinggi jumlah rokok
mengurangi konsumsi karbohidrat berlebih,
yang dihisap maka peluang untuk mengalami
makanan berlemak dan berkolesterol tinggi,
PJK semakin besar (P=0,002)59. Semakin
memperbanyak konsumsi buah dan sayur,
banyak rokok yang dikonsumsi maka semakin
aktivitas fisik yang cukup dan tidak merokok.
banyak karbon monoksida yang masuk yang
dapat menimbulkan timbunan lemak semakin
RUJUKAN
banyak sehingga semakin berkurang jumlah
oksigen yang masuk ke jantung yang akan 1. World Health Organization [WHO]. Non
menimbulkan PJK58. Communicable Diseases. 2018 [cited 14
Jenis rokok yang digunakan juga Oktober 2020]. Available from:
mempengaruhi kejadian PJK. Penelitian58 https://www.who.int/news-room/fact-
menunjukkan bahwa jenis rokok berhubungan sheets/detail/noncommunicable-diseases
dengan PJK (P<0,05). Rokok kretek 2. World Health Organization [WHO]. Non
merupakan jenis rokok yang banyak digunakan communicable Diseases Country Profiles
di Indonesia yang mengandung tembakau, 2018. Geneva: World Health Organization,
cengkeh, tar dan zat kimia lain. Pemerintah 2018. [cited 14 Oktober 2020]. Available
telah membuat aturan mengenai batas aman from: https://apps.who.int/iris/handle/
kandungan zat kimia pada jenis rokok kretek 10665/274512
yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah 3. Wihastuti TA, Andarini S, Heriansyah T.
Nomor 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Patofisiologi Dasar Keperawatan
Rokok bagi Kesehatan. Batas kandungan tar Penyakit Jantung Koroner: Inflamasi
dalam sebuah batang rokok yaitu 20 mg dan Vaskular. Malang: Universitas Brawijaya
batas kandungan nikotin dalam sebuah batang Press, 2016. 118 hlm.
rokok yaitu 1,5 mg. Rokok yang berlabel 4. Lemos J de, Omland T. Chronic Coronary
‘rendah tar’ masih dalam batas aman karena Artery Disease: A Companion to
mengandung 14 mg tar dan 1 mg nikotin dalam Braunwald’s Heart Disease. Philadelphia:
setiap batangnya58. Namun, merokok Elsevier Health Sciences, 2017. 530 hlm.
merupakan kebiasaan yang harus dihentikan 5. Indonesia, Badan Penelitian dan
karena banyak penelitian yang telah Pengembangan, Kementerian Kesehatan
menjelaskan hubungan antara merokok dan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
PJK. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kemenkes RI, 2013.
KESIMPULAN 6. Ghani L, Susilawati M, Novriani H. Faktor
Risiko Dominan Penyakit Jantung
Penyakit jantung koroner merupakan
Koroner Di Indonesia. Buletin Penelitian
kondisi patologis yang disebabkan oleh
Kesehatan; 2016;44(3): 153–64.
aterosklerosis. Pola makan buruk
7. Rethlefsen ML, Kirtley S, Waffenschmidt
berhubungan dengan risiko kejadian PJK
S, Ayala AP, Moher D, Page MJ, dkk.
melalui berbagai proses. Asupan karbohidrat
PRISMA-S: an extension to the PRISMA
berlebih dan makanan yang berlemak atau
Statement for Reporting Literature
kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko
Searches in Systematic Reviews.
PJK. Buah dan sayur mengandung serat yang
Systematic Reviews. 26 Januari
bermanfaat untuk menurunkan risiko
2021;10(1):39.
terjadinya PJK jika dikonsumsi dalam jumlah
8. Science and Technology Index [SINTA].
cukup. Konsumsi kopi dapat menjadi faktor
[sitasi 26 Januari 2021]. Dalam:
protektif PJK karena mengandung anti oksidan
https://sinta.ristekbrin.go.id/
untuk menangkal radikal bebas yang masuk
ke tubuh. Aktivitas fisik yang cukup dan rutin

54
Faktor gaya hidup dan penyakit jantung koroner... (Hanifah W; dkk )

9. Yadi A, Hernawan AD, Ridha A. Faktor Penyakit Jantung Koroner (Baseline Data
Gaya Hidup dan Stres yang Berisiko Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak
terhadap Kejadian Penyakit Jantung Menular). Gizi Indonesia. 2014;37(1):29–
Koroner pada Pasien Rawat Jalan. 40.
JUMANTIK: Jurnal Mahasiswa dan 20. Ekasari MF, Riasmini NM, Hartini T.
Peneliti Kesehatan. 2014;1(1):87-102. Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia
10. Marniati M, Notoatmodjo S, Kasiman S, Konsep an Berbagai Intervensi. Malang:
Rochadi RK. Gaya Hidup Penderita Wineka Media; 2019. 128 hlm.
Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit 21. Setyaji DY, Prabandari YS, Gunawan
Zainoel Abidin Banda Aceh. Journal of IMA. Aktivitas Fisik dengan Penyakit
Healthcare Technology and Medicine. Jantung Koroner di Indonesia. Jurnal Gizi
2019;5(2):193–203. Klinik Indonesia. 2018;14(3):115–21.
11. Darjoko ST, Wahyuningsih T, Sudikno S. 22. Karyatin. Faktor-faktor yang
High Carbohydrate Intake Increases Risk Berhubungan dengan Kejadian Penyakit
of Coronary Heart Disease in Adults: A Jantung Koroner. Jurnal Ilmiah
Prospective Cohort Study. Universa Kesehatan. 2019;11(1):37–43.
Medicina. 14 Mei 2019;38(2):90–9. 23. Tappi VE, Nelwan JE, Kandou GD.
12. Sari N, Suhaema, Cahyaningrum A, Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan
Salam A. Karakteristik Dan Pola Riwayat Keluarga dengan Kejadian
Konsumsi Zat Gizi Pasien Penyakit Penyakit Jantung Koroner di Badan
Jantung Koroner Rawat Jalan Di RSUD Layanan Umum Rumah Sakit Umum
Kota Mataram. Jurnal Gizi Prima (Prime Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Nutrition Journal). 2019;3(1):54–62. Kesmas. 2018;7(4):1-9.
13. Uyun LN, Rahayu LS. Analisis Asupan 24. Mangguang MD, Hardian S. Modifiable
Zat Gizi Makro dan Insiden Penyakit Risk Factor of Coronary Heart Disease
Jantung Koroner pada Penduduk Usia Incident on Patients with Diabetes
25-44 Tahun di Bogor (Studi Kohor PTM Mellitus Type 2. International Journal of
Balitbangkes 2011-2014). ARGIPA (Arsip Public Health Science (IJPHS). 1
Gizi dan Pangan). 2017;2(1):1–8. September 2016;5(3):341–6.
14. Utami NL, Azam M. Kejadian Penyakit 25. Syafrul SA, Ginting D, Sinaga J. Analisis
Jantung Koroner Pada Penderita Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Diabetes Mellitus. Higeia Journal of Terhadap Terjadinya Penyakit Jantung
Public Health Research and Development. Koroner di Poli Jantung RSUD Pirngadi
2019;3(2):311–23. Medan Tahun 2017. Jurnal Riset Hesti
15. Iskandar I, Hadi A, Alfridsyah A. Faktor Medan. 2018;3(1):41-9.
Risiko Terjadinya Penyakit Jantung 26. Shoufiah R. Hubungan Faktor Resiko dan
Koroner pada Pasien Rumah Sakit Karakteristik Penderita dengan Kejadian
Umum Meuraxa Banda Aceh. AcTion: Penyakit Jantung Koroner. Mahakam
Aceh Nutrition Journal. 2017;2(1):32–42. Nursing Journal. 2016;1(1):17–26.
16. Tsani FR. Hubungan Antara Faktor 27. Ningsih H, Marchianti ACN, Ma’rufi I.
Lingkungan dan Perilaku dengan Psychology and Lifestyle Related to
Kejadian Penyakit Jantung Koroner (Studi Coronary Heart Desease Incidence.
Kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang). Health Notions. 2018;2(12):1225–30.
Unnes Journal of Public Health. 28. Yulendasari R, Andoko A. Hubungan
2013;2(3):1-9. Antara Aktivitas Fisik Dan Riwayat
17. Anggraini DD, Hidajah AC. Hubungan Keluarga Dengan Kejadian Jantung
antara Paparan Asap Rokok dan Pola Koroner Di Puskesmas Banjarsari Kota
Makan dengan Kejadian Penyakit Metro Tahun 2020. Jurnal Ilmu
Jantung Koroner pada Perempuan Usia Kesehatan Indonesia (JIKMI).
Produktif. Amerta Nutrition. 2018;2(1):10– 2020;1(2):1-7.
6. 29. Nurhayati. Hubungan Aktivitas Fisik dan
18. Andrianto A, Gunadi RI, Shonafi K, Bagus Kadar Kolesterol Total dengan Kejadian
R. The Relationship Between Vegetarian Jantung Koroner di RSUD Undata
Diet and The Risk of Coronary Heart Provinsi Sulawesi Tengah. Infokes. 2 Juli
Disease. Cardiovascular and 2018;8(02):24–30.
Cardiometabolic Journal (CCJ). 30. Waspadji S. Pengkajian status gizi studi
2020;1(1):1-5–5. epidemiologi. Jakarta: FKUI; 2003.
19. Tuminah S, Riyadina W. Hubungan 31. Karmilawati, Hernawan AD, Alamsyah D.
Konsumsi Kopi Terhadap Strok Atau Faktor Resiko Kejadian Penyakit Jantung

55
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 45-58

Koroner pada Pekerja Sektor Formal Daerah Kota Semarang). Unnes Journal
(Studi Kasus Pada Pasien Rawat Jalan di of Public Health. 2015;4(2):53-164.
Rsud Dr. Seodarso Pontianak). Jurnal 43. Yuliani F, Oenzil F, Iryani D. Hubugan
Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan. Berbagai Faktor Risiko Terhadap
2018;4(2):1-14. Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada
32. Sarumpaet, Iskandar dan Aksamalika, I Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal
Gusti Ayu Nita. Faktor Risiko Kejadian Kesehatan Andalas. 2014;3(1):37–40.
Penyakit Jantung Koroner di RSUD 44. Priscilia PCS, Nelwan JE, Langi FFLG.
Waled Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & dengan Kejadian Penyakit Jantung
Kesehatan. 2016;3(3):1-10. Koroner Pada Pasien yang Berkunjungin
33. Purbayanti D, Saputra NAR. Efek di Instalasi Cardiovascular and Brain
Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Centre (CVBC) RSUP Prof. Dr. R. D.
Terhadap Kadar Trigliserida. Jurnal Surya Kandou Manado. Jurnal KESMAS.
Medika. 2017;3(1):1–7. 2015;7(4):1-6.
34. INdonesia, Badan Penelitian dan 45. Johanis IJ, Hinga IAT, Sir AB. Faktor
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Risiko Hipertensi, Merokok dan Usia
Kesehatan RI. Laporan Nasional Terhadap Kejadian Penyakit Jantung
Riskesdas 2018. Jakarta: Balitbangkes, Koroner Pada Pasien di RSUD Prof. Dr.
Kementerian Kesehatan, 2019. W. Z. Johannes Kupang. Media
35. Ghaemian A, Nabati M, Saeedi M, Kesehatan Masyarakat. 2020;2(1):33–40.
Kheradmand M, Moosazadeh M. 46. Wirandoko IH. Hubungan Faktor-Faktor
Prevalence of Self-Reported Coronary Risiko dengan Kejadian Penyakit Jantung
Heart Disease and Its Associated Risk Koroner di Klinik Jantung Rumah Sakit
Factors in Tabari Cohort Population. BMC Waled. Jurnal Logika. 2016;18(3):76–82.
Cardiovasc Disord. 19 Mei 2020;20:238. 47. Muhafilah I, Saputri VF. Faktor-faktor
36. Mathews MJ, Liebenberg L, Mathews EH. Risiko yang Berhubungan dengan
The Mechanism by Which Moderate Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Alcohol Consumption Influences Pada Usia Dewasa di RS Haji Jakarta.
Coronary Heart Disease. Nutrition Journal. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2018;10(1):68–
2015;14(33):1–12. 77.
37. Larsson SC, Burgess S, Mason AM, 48. Alkhusari, Handayani M, Saputra MAS,
Michaëlsson K. Alcohol Consumption and Rhomandhon M. Analisis Kejadian
Cardiovascular Disease. Circulation: Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik
Genomic and Precision Medicine. Jantung. Jurnal ’Aisyiyah. 2020;5(2).
2020;13(3):121–7. 49. Mangguang MD, Hardian S. Modifiable
38. Fan AZ, Ruan WJ, Chou SP. Re- Risk Factor of Coronary Heart Disease
examining the relationship between Incident on Patients with Diabetes
alcohol consumption and coronary heart Mellitus Type 2. International Journal of
disease with a new lens. Prev Med. Public Health Science. 2016;5(3):341-6.
2019;118:336–43. 50. Nelwan EJ, Widjajanto E, Andarini S,
39. Piano MR. Alcohol’s Effects on the Djati SM. Modified Risk Factors for
Cardiovascular System. Alcohol Res. Coronary Heart Diasease (CHD) in
2017;38(2):219–41. Minahasa Ethnic Group From Manado
40. Irawati S, Sari RP, Arianti D. Faktor-faktor City Indonesia. J Exp Life Sci.
yang Berhubungan dengan Penyakit 2016;6(2):88–94.
Jantung Koroner di Poliklinik Jantung 51. Patriyani REH, Purwanto DF. Faktor
RST. DR. Reksodiwiryo Padang Tahun Dominan Risiko Terjadinya Penyakit
2018. Jurnal Ilmu Kesehatan. Jantung Koroner (PJK). Jurnal
2018;2(2):143–54. Keperawatan Global. 2016;1(1):23–30.
41. Lannywati G, Susilawati MD, Novriani H. 52. Sudayasa IP, Subijakti S, Sahrul WOA.
Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung Analisis Faktor Risiko Merokok, Stres dan
Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Riwayat Keluarga yang Berhubungan
Kesehatan. 2016;44(3):53–164. dengan Kejadian Penyakit Jantung
42. Farahdika A, Azam M. Faktor Risiko yang Koroner. Medula. 2014;1(2):48–56.
Berhubungan dengan Penyakit Jantung 53. Wardani T, Laila S, Candra A. Hubungan
Koroner Pada Usia Dewasa Madya (41— Faktor Risiko Hiperlipidemia dan Merokok
60 Tahun) (Studi Kasus di RS Umum Terhadap Penyakit Jantung Koroner di

56
Faktor gaya hidup dan penyakit jantung koroner... (Hanifah W; dkk )

Rumah Sakit Meuraxa. Kandidat. 59. Savia FF, Suarnianti, Mato R. Pengaruh
2020;2(1):74–81. Merokok Terhadap Terjadinya Penyakit
54. Yadi A, Hernawan AD, Ridha A. Faktor Jantung Koroner (PJK) di RSUP Dr.
Gaya Hidup dan Stres yang Berisiko Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal
Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Ilmiah Kesehatan. 2013;1(6).
Koroner Pada Pasien Rawat Jalan. 60. Indonesia, Badan Penelitian dan
Jumantik. 2014;1(1):87–102. Pengembanagan Kesehatan,
55. Pradono J, Werdhasari A. Faktor Kementerian Kesehatan RI. Laporan
Determinan Penyakit Jantung Koroner Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:
Pada Kelompok Umur 25—65 Tahun di Badan Penelitian dan Pengembanagan
Kota Bogor, Data Kohor 2011—2012. Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI,
Buletin Penelitian Kesehatan. 2019.
2018;46(1):23–4. 61. Indonesia, Kementerian Kesehatan.
56. Ratna LI. Pengaruh Kolesterol Total, InfoDATIN: Situasi Kesehatan
Merokok, Tekanan Darah, High Density Reproduksi Remaja. Jakarta: Pusat Data
Liprotein, Umur Terhadap Penyakit dan Informasi Kementerian Kesehatan,
Jantung Koroner Pada Pasien Diabetes 2013.
Melitus Tipe 2 di RSUD Budhi Asih 62. Rahim AT, Kundre RM, Malara RT.
Periode Juli 2015 - Maret 2016. Jurnal Hubungan Kebiasaan Merokok dengan
Inohim. 2017;5(2):65–73. Kejadian Penyakit Jantung Koroner di
57. Rosmala F. Faktor-faktor Resiko yang Instalasi CVBC RSUP Prof DR. R.D
Berhubungan dengan Penyakit Jantung Kandou Manado. Journal Keperawatan.
Koroner di RSUD Kota Banjar. Jurnal 2016;4(2):1–6.
Kesehatan Mandiri I Aktif STIKes Bina 63. AR Djunaidi, Indrawan B. Hubungan Usia
Putera Banjar. 2018;2:61–6. dan Merokok Pada Penderita Penyakit
58. Hattu DAM, Weraman P, Folamauk CLH. Jantung Koroner di Poli Penyakit Dalam
Hubungan Merokok dengan Penyakit RS MH Palembang Periode Tahun 2012.
Jantung Koroner di RSUD Prof. DR. W. Z. Syifa’MEDIKA. 2014;5(1).
Johannes Kupang. Timorese Journal of
Public Health. 2019;1(4).

57
Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2021 Vol. 44 (1): 45-58

[ dikosongkan ]

58

Anda mungkin juga menyukai