1 PB
1 PB
ABSTRACT
Currently stroke is a major health problem in the world including in Indonesia. The prevalence of stroke in various
regions in Indonesia varies. Several factors are thought to play a role in this variation, including risk factors for
hypertension, prevalence of hypertension and prevalence of diabetes mellitus. This study aims to analyze the
relationship between the risk factors for hypertension (smoking, physical activity and salt consumption), the
prevalence of hypertension and the prevalence of diabetes mellitus with differences in the prevalence of stroke in
various provinces in Indonesia. This study used an analytic observational design with an ecological study approach.
Data were obtained from 440 districts and 33 provinces in Indonesia. taken in a probability proportional to size. The
samples were men and women aged 18 years and over. The independent variable was the prevalence of stroke, while
the dependent variable was the risk factors for hypertension (smoking, physical activity and consumption of vegetables
and fruits), the prevalence of hypertension and the prevalence of diabetes mellitus. The diagnosis of hypertension,
diabetes mellitus and stroke are made by a doctor. The data obtained were analyzed using multiple linear regression
analysis. The prevalence of hypertension was a factor associated with the prevalence of stroke (b = 0.811; 95% CI =
0.320-1.302; p = 0.002). R2 of the multiple linear regression model = 62%, and overall, the model is significantly
different (p = 0.002). The difference in stroke prevalence is related to hypertension prevalence.
379
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 3, Mei 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i3.33243
hipertensi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan dilakukan menggunakan SPSS.ver. 23. Penelitian ini
adanya hubungan antara hipertensi dengan kejadian telah mendapatkan persetujuan kelaikan etik dari
stroke. Hipertensi bisa meningkatkan risiko terjadinya Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Sebelas
stroke sebanyak 6 kali. Maret melalui Surat Keterangan Layak Etik No.
Diabetes melitus (DM) menjadi salah faktor 117/UN27.06.6.1/KEPK/EC/2020 tertanggal 10
risiko stroke selain hipertensi yang perlu juga Agustus 2020.
diperhatikan. Kejadian DM cukup tinggi, di berbagai
negara dan salah satu penyakit yang menjadi masalah HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan masyarakat. Penderita diabetes melitus bisa Prevalensi Stroke di berbagai provinsi di
menjadi stroke salah satunya adalah adanya suatu Indonesia bervariasi dari prevalensi terendah di Papua
proses aterosklerosis, dan kira-kira 30% pasien dengan 4,1, Maluku utara 4.6 dan Papua barat 6.4 dan
aterosklerosis otak terbukti adalah penderita diabetes. prevalensi tertinggi di Kalimantan timur 14.7
Terjadinya hiperglikemia menyebabkan kerusakan kemudian diikuti oleh Daerah Istimewa Yogyakarta
dinding pembuluh darah besar maupun pembuluh 14.6 dan Sulawesi Utara 14.2. Prevalensi rata–rata
darah perifer. Hiperglikemia juga dapat meningkatkan stroke (SD) di Indonesia sebesar 10.082 (2.709).
viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan Prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 13.21
naiknya tekanan darah atau hipertensi dan berakibat ditemukan di Sulawesi Utara sedangkan urutan kedua
terjadinya stroke iskemik.6–8 ditempati oleh Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk prevalensi sebesar 10.68. sedangkan prevalensi
menganalisis hubungan antara faktor prevalensi hipertensi terendah didapatkan di Papua sebesar 4.39.
hipertensi dan prevalensi diabetes melitus dengan Kemudian diikuti dengan Maluku dengan prevalensi
perbedaan prevalensi stroke di berbagai provinsi di hipertensi sebesar 5.01.
Indonesia. Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia ada 3
provinsi yang memiliki persentase tertinggi berkaitan
METODE PENELITIAN prevalensi DM yaitu DKI Jakarta, Daerah Istimewa
Jenis penelitian ini adalah penelitian Yogyakarta dan Kalimantan Timur, (3.4, 3.1, 3.1)
epidemiologi dengan menggunakan desain studi sedangkan Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi
ekologi. Unit observasi dan analisis pada penelitian ini dengan prevalensi DM terendah di indonesia dengan
adalah 33 provinsi yang ada di Indonesia (kelompok persentase.
atau agregat individu, komunitas atau populasi yang Rerata aktivitas fisik sedentary dalam % di
dibatasi secara geografik). Data berasal Riskesdas 33 provinsi di Indonesia bervariasi mulai dari 25.2 di
2018. Agregat data dari masing masing provinsi Provinsi Nusa Tenggara Timur sampai 47.8 di
meliputi faktor risiko hipertensi (merokok dan provinsi DKI Jakarta.
aktivitas fisik) prevalensi hipertensi. dan prevalensi Berdasarkan jumlah Penduduk yang
diabetes melitus. merokok di berbagai provinsi maka jumlah perokok
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel yang terendah adalah 18,8 yaitu di Papua dan tertinggi
dependent prevalensi stroke di 33 provinsi di tertinggi 28.1 di lampung.
Indonesia sedangkan variabel independen adalah Deskripsi dari, prevalensi hipertensi,
faktor risiko hipertensi (merokok dan aktivitas fisik), prevalensi diabetes dan faktor risiko hipertensi dengan
prevalensi hipertensi dan prevalensi diabetes melitus. di 33 provinsi di Indonesia bisa dilihat pada tabel 1.
Analisis data deskriptif dilakukan untuk Hubungan antara Prevalensi Hipertensi,
menggambarkan variabel prevalensi stroke di 33 Prevalensi DM dan Faktor Risiko Hipertensi dengan
provinsi di Indonesia, merokok, aktifitas fisik Prevalensi Stroke di Indonesia ditampilkan pada
sedentary, prevalensi diabetes melitus dan prevalensi gambar 1 dengan menggunakan grafik batang ganda.
hipertensi dalam bentuk distribusi frekuensi, rata, grafik menunjukkan bahwa prevalensi stroke
simpangan baku (SB) dan rentang. Dilakukan analisis meningkat searah dengan peningkatan prevalensi
regresi linier sederhana dan analisis regresi linier hipertensi dan DM sedang merokok dan aktivitas fisik
ganda antara faktor risiko hipertensi, prevalensi kurang tidak berhubungan dengan prevalensi stroke.
hipertensi dan prevalensi diabetes dengan prevalensi
stroke di 33 provinsi di Indonesia secara statistik
perbedaan bermakna bila nilai p <0,05. Semua analisis
380
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 3, Mei 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i3.33243
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Prevalensi Stroke, Prevalensi Hipertensi, Prevalensi DM dan Faktor Resiko
Hipertensi di 33 Provinsi di Indonesia
Karakteristik Rata-rata (SB) Rentang
Prevalensi Stroke 10.0824 (2.7091) 4.1 - 14.7
Prevalensi Hipertensi 8.1815 (1.8755) 4.39 - 13.21
Prevalensi DM 1.906 (.6267) 3.4 - 9.0
Kurang aktivitas fisik 34.879 (5.792) 25.2 - 47.8
Merokok 23.494 (2.6014) 18.8 - 28.1
16 16
14 14
12 12
10 10
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
1 3 5 7 9 111315171921232527293133 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33
60 30
50 25
40 20
30 15
20 10
10 5
0 0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 1 3 5 7 9 111315171921232527293133
Gambar 1. Hubungan antara Prevalensi Hipertensi, Prevalensi DM dan Faktor Risiko Hipertensi dengan
Prevalensi Stroke di Indonesia
381
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 3, Mei 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i3.33243
Hasil dari uji regresi linier berganda untuk (p=0.002). dimana setiap peningkatan 1% prevalensi
melihat hubungan antara prevalensi hipertensi, hipertensi akan meningkatkan prevalensi stroke
prevalensi diabetes melitus dan faktor risiko hipertensi sebesar 0.81 %.
dengan prevalensi stroke di 33 provinsi di Indonesia R kuadrat dari model sebesar 0.62 yang berarti bahwa
seperti pada table 2. memperlihatkan bahwa hanya prevalensi hipertensi berpengaruh terhadap perbedaan
satu faktor yang berhubungan secara bermakna dari prevalensi stroke sebesar 62%.
dengan prevalensi Stroke yaitu prevalensi hipertensi
Table 2. Hasil analisis regresi linier dan regresi ganda antara sistem kesehatan, faktor risiko hipertensi dan
prevalensi diabetes dengan prevalensi hipertensi di 33 provinsi di Indonesia
Regresi Linier Sederhana Regresi Linier Berganda
Variabel P P
B (CI 95%) B (CI 95%)
Prevalensi Hipertensi 1.106 (.773-1.441) 0.000 0.811 (.320-1.302) 0.002
Prevalensi DM 2.995 (1.873-4.111) 0.000 1.183 (-.286-2.651) 0.111
Kurang Aktivitas Fisik 0.044 (-.123-.212) 0.595*
Merokok 0.099(-.274-.472) 0.593*
R2=0.62 * Variables yang tidak memenuhi persyaratan p<0.05 dimasukan dalam model regresi berganda
Berdasarkan hasil dari penelitian ini terdapat kombinasi dari kedua faktor tersebut. Secara
hubungan yang bermakana secara statistik signifikan mikroskopik, hipertensi juga akan memicu terjadinya
antara prevalensi hipertensi dengan prevalensi stroke kelainan vaskulopati arteri kecil yang spesifik seperti
di Indonesia (p<0,005). lipohyalinosis yang akan menyebabkan terjadinya
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil infark lacunar.12 Perubahan ini, dapat digambarkan
penelitian yang dilakukan oleh.9 bahwa responden sebagai suatu renovasi vaskular, peradangan, stres
hipertensi yang mengalami stroke lebih besar oksidatif dan disfungsi barorefleks, dan lain-lain yang
dibandingkan dengan pasien hipertensi yang tidak dapat berkontribusi pada patogenesis stroke akibat
mengalami stroke. Dengan demikian hipertensi hipertensi.13
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Pada penelitian ini, faktor risiko stroke
kejadian stroke.9 Penelitian lain juga menyatakan berupa prevalensi diabetes melitus tidak berhubungan
bahwa tekanan darah tinggi merupakan salah satu secara bermakna dengan prevalensi stroke (p>0,005).
faktor risiko penentu yang sangat kuat untuk Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
menyebabkan terjadinya stroke.10 sebelumnya yang menyatakan bahwa diabetes melitus
Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya merupakah salah satu faktor risiko yang signifikan dari
stroke melalui berbagai macam mekanisme. Tekanan kejadian stroke.14
intraluminal yang tinggi akan menyebabkan terjadinya Kadar gula darah yang tinggi akan
perubahan pada fungsi endothelium dan otot polos menyebabkan gangguan pada profil lipid, yang
arteri intraserebral. Perubahan pada endothelium dapat memungkinkan kolesterol LDL semakin menumpuk
meningkatkan permeabilitas sawar darah otak dan di dinding pembuluh darah. Penimbunan lemak akan
menyebabkan terjadinya edema otak lokal dan multi terjadi dan juga terganggunya kelenturan pada dinding
fokal. Kerusakan endothelial juga dapat menyebakan pembuluh darah. Hal ini menimbulkan terganggunya
terbentuknya thrombus dan lesi iskemik. Lebih lanjut, aliran darah ke otak. Suplai oksigen dan nutrisi yang
hipertensi dapat mempercepat terjadinya proses kurang ke otak, kemudian terjadinya, kerusakan atau
artertiosklerotik, sehingga meningkatkan kematian sel otak, juga stroke, akan mudah terjadi.
kemungkinan lesi serebral berhubungan dengan Kadar gula yang berlebih atau diabetes melitus, akan
terjadinya stenosis dan pembentukan emboli yang mengganggu elastisitas pembuluh darah dan proses
berasal dari pembuluh darah ekstrakranial besar, aterosklerosis mendominasi terjadinya emboli yang
lengkung aorta, dan jantung.11 akan menyumbat dan menjadi stroke iskemik jika
Hipertensi memainkan peran penting dalam terkena di otak.15
patogenesis aterosklerosis pembuluh darah besar, Disamping itu apabila tubuh kehilangan
dimana aterosklerosis dapat menyebabkan terjadinya cairan akibat glikosuria maka darah mengalami
stroke iskemik dikarenakan oleh penyumbatan arteri kepekatan yang menyebabkan darah menggumpal atau
oleh thrombus, embolisme antara arteri, atau dengan kata lain mengalami trombosis. Trombosis itu
382
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 3, Mei 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i3.33243
sendiri adalah proses kompleks yang berhubungan sebesar 0.593 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa
dengan proses terjadinya aterosklerosis yang tidak terdapat hubungan yang bermakna secara
selanjutnya dapat mengakibatkan penyempitan statistic antara aktivitas fisik dan prevalensi stroke di
pembuluh darah yang mengarah ke otak.16 Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Diabetes melitus menyebabkan stroke penelitian yang dilakukan oleh Lee et al yang
melalui kemampuannya menebalkan pembuluh darah menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
otak yang besar. Penebalan akan menyebabkan aktivitas fisik dengan kejadian stroke. Menurut data
diameter pembuluh darah mengecil yang pada penelitian yang dilakukan oleh Lee et al menunjukkan
akhirnya menyebabkan terganggunya aliran darah ke bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan untuk
otak yang berujung pada kematian sel-sel otak.17 mengurangi perkembangan terjadinya stroke pada
Pada penelitian ini tidak memberikan hasil individu. Tetapi efek dari aktivitas fisik untuk
yang signifikan antara prevelansi DM dengan mengurangi perkembangan terjadinya stroke hanya
prevalensi stroke, karena data yang didapat dari dapat diperoleh pada individu yang memiliki berat
riskedas hanyalah data prevalensi DM di setiap badan, tekanan darah, serum kolesterol, dan toleransi
provinsi di Indonesia tanpa mengukur lamanya pasien glukosa yang normal. Terlepas dari pengaruh yang
menderita DM, sedangkan terjadinya risiko stroke menguntungkan dari variabel-variabel yang telah
pada penderita DM berhubungan dengan lamanya disebutkan, aktivitas fisik tidak memiliki hubungan
seseorang menderita DM. yang signifikan dengan insidensi kejadian stroke 18.
Berdasarkan hasil dari uji statistic dalam Menurut Willey et al aktivitas fisik dengan
penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan intesitas sedang hingga berat (seperti jogging, tenis,
bermakna antara kurangnya aktivitas fisik dan atau berenang) berhubungan dengan penurunan risiko
merokok dengan prevalensi stroke di Indonesia stroke iskemik, sedangkan aktivitas fisik yang ringan
(p>0,05). Pada pengujian data dengan regresi linear (seperti berjalan) tidak berhubungan dengan
sederhana, hasil untuk prevalensi stroke antara pasien penurunan risiko stroke iskemik. Pada penelitian ini
yang merokok dengan pasien yang tidak merokok juga ditemukan bahwa penurunan risiko stroke
memberikan nilai signifikansi sebesar 0,595 (p>0,05) iskemik pada individu yang melakukan aktivitas fisik
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan sedang hingga berat hanya terjadi pada pria.19
yang bermakna secara statistik antara merokok dan Sedangkan menurut Williams risiko terjadinya stroke
prevalensi stroke di Indonesia. secara substansial akan berkurang pada individu yang
Hubungan antara banyaknya rokok yang melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang
dikonsumsi dan peningkatan risiko stroke tidak selama 30 menit setiap hari dalam satu minggu.20
meyakinkan. Beberapa peneliti menyimpulkan
hubungan yang biasa saja, khususnya pada perokok KESIMPULAN
yang mengkonsumsi lebih dari 20 rokok/hari. Terdapat hubungan signifikan antara
Walaupun belum terdapat hubungan yang begitu jelas prevalensi hipertensi dengan prevalensi stroke di 33
antara jumlah rokok dengan stroke, tetapi berhenti provinsi di Indonesia, dimana setiap peningkatan 1%
merokok terbukti menurunkan insiden stroke prevalensi hipertensi akan meningkatkan prevalensi
(Pradipta, 2010). Pada penelitian ini, merokok tidak stroke sebesar 0.81 %. Saran untuk pemegang
berpengaruh terhadap kejadian stroke kemungkinan kebijakan, dalam rangka menurunkan prevalensi
karena berkaitan dengan jumlah batang rokok yang stroke maka program pengendalian hipertensi menjadi
dihisap setiap hari dan juga berkaitan dengan berapa salah satu program prioritas.
lama responden mulai merokok. Kebiasaan merokok
juga terkait langsung dengan kadar kolesterol dalam UCAPAN TERIMAKASIH
darah. Merokok bisa mengurangi kadar HDL dan Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan
meningkatkan kadar LDL (ASH, 2011 dalam dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
Khairatunnisa), sehingga pengaruh merokok terhadap langsung, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih
stroke tidak terjadi secara langsung, melainkan kepada :
melalui peningkatan kadar kolesterol darah. 1. Kementerian Kesehatan Indonesia yang telah
Pada pengujian data dengan regresi linear menyediakan data riset kesehatan dasar yang dapat
sederhana, hasil untuk prevalensi stroke antara pasien diakses secara terbuka.
yang beraktivitas fisik dengan pasien yang tidak 2. Ketua LPPM UNS, yang telah menyetujui
beraktivitas fisik memberikan nilai signifikansi pelaksanaan penelitian mandiri.
383
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 3, Mei 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v10i3.33243
384