Proposal - Urgensi Pemidanaan Pemerkosaan Dalam Perkawinan (Marital Rape) Di Indonesia Dari Perspektif Feminism
Proposal - Urgensi Pemidanaan Pemerkosaan Dalam Perkawinan (Marital Rape) Di Indonesia Dari Perspektif Feminism
i
1
BAB 1 - PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-undang Dasar 1945 pada dasarnya mengandung 3 (tiga) pokok
materi muatan, yang salah satunya adalah jaminan terhadap hak asasi manusia dan
warga negara. Jaminan terhadap hak asasi manusia ini mempertegas peran negara
Indonesia untuk menegakkan supremasi hukum (El-Muhtaj, 2015). Penegasan
Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum berarti
menegaskan peran negara untuk menjamin warganya terhindar dari berbagai
tindak kekerasan termasuk pula melakukan penindakan hukum jika warganya
melakukan pelanggaran hukum (Nasution, 2014).
Telah diuraikan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
dan telah diratifikasi oleh Indonesia (ditandai dengan diterbitkannya UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM) bahwa setiap insan harus terhindar dari tindak
kekerasan. Namun hingga saat ini Indonesia masih memiliki banyak permasalahan
terkait hak asasi manusia. Salah satu permasalahan tentang hak asasi manusia
tersebut adalah peningkatan kekerasan pada perempuan.
Dalam Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan tahun 2020,
kekerasan pada Perempuan di ranah privat sebanyak 75% sedangkan pada ranah
publik sebanyak 25% (Komnas Perempuan, 2020). CATAHU Komnas
Perempuan melaporkan bahwa di ranah privat terjadi peningkatan dalam 5 tahun
terakhir dan di antaranya berupa kekerasan seksual. Kekerasan seksual di ranah
privat terjadi sebanyak 25 % dari 11.105 kasus. Peningkatan kekerasan pada
perempuan menandakan bahwa kehidupan perempuan belum aman dari tindak
kekerasan. Salah satu kekerasan seksual yang terjadi di ranah privat yaitu
pemerkosaan dalam perkawinan (marital rape). Pemerkosaan dalam perkawinan
merupakan perbuatan pemaksaan hubungan seksual dari suami terhadap istri yang
dengan adanya unsur pemaksaan, ancaman, kekerasan yang sangat berdampak
buruk terhadap istri dari segi fisik maupun psikis (Samsudin, 2010). CATAHU
Komnas Perempuan tahun 2020 mencatat kasus marital rape pada tahun 2019
mencapai 100 kasus (Komnas Perempuan, 2020).
Pemerkosaan dalam perkawinan ini belum terjangkau dalam sistem hukum
di Indonesia. Pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur
perihal pemerkosaan sebagai berikut: “Barangsiapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun”. Pasal 285 KUH Pidana tersebut hanya mengatur
pemerkosaan yang terjadi di luar perkawinan dan tidak mengatur tentang
pemerkosaan dalam perkawinan, khususnya yang dilakukan oleh suami kepada
isterinya.
Kekerasan seksual dalam ranah privat memang telah diatur dalam UU No.
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT).
Pengertian kekerasan seksual dalam ranah privat ini dijelaskan dalam Pasal 8
2
untuk mengatur hukum pidana materiil. Terkait delik pidana pemerkosaan, dalam
KUH Pidana hanya mengenal terjadinya pemerkosaan di ranah publik. Sedangkan
pada ranah privat, pemberian sanksi terhadap delik pidana pemerkosaan di atur
dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (PKDRT). Namun bila ditilik lebih dalam, pada kedua perundang-
undangan ini belum mampu sama sekali menjangkau kekerasan seksual berupa
pemerkosaan dalam perkawinan. Pemerkosaan dalam perkawinan sendiri adalah
pemaksaan aktivitas seksual dari suami kepada isterinya tanpa memperhatikaan
kondisi isteri (Sari dan Sularto, 2019). Perbuatan pemerkosaan dapat
dikategorikan sebagai delik pidana, namun karena perbuatan tersebut belum diatur
dalam peraturan perundang-undangan manapun dan hukum pidana mengenal
adanya asas legalitas menyebabkan perbuatan pemerkosaan dalam perkwinan
tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Tidak dimasukkannya
pengaturan pemerkosaan dalam perkawinan dalam pengaturan hukum
menunjukkan masih terjadinya bias hukum dalam system hukum di Indonesia,
khususnya dalam bidang hukum pidana. Terjadinya pemerkosaan dalam
perkawinan sebenarnya karena relasi kuasa yang timpang antara suami dan isteri.
Isteri tidak memiliki hak untuk menolak hasrat seksual suami. Dengan penelitian
ini, diharapkan mampu menunjukkan pentingnya pengaturan hukum terkait
pemerkosaan dalam perkawinan. Pada akhirnya diharapkan hasil penelitian ini
mampu mewujudkan sistem hukum di Indonesia yang berkeadilan dan tidak bias
gender.
kecilnya dan dari sistem patriarki yang masih sangat kental. Hal tersebut terbawa
sampai dia menikah, seperti contoh ketika sang suami menginginkan melakukan
hubungan seksual dan sang istri menolak karena beberapa alasan seperti sedang
tidak dalam mood, lelah, atau sakit. Suami yang beranggapan menguasai istrinya
sepenuhnya dan suami dapat melakukan apapun hal yang di inginkannya sehingga
istri tidak mempunyai hak untuk menolak karena suami merasa sudah
menikahinya dan sudah membelinya dengan mahar pernikahan. Dengan kondisi
tersebut, tubuh perempuan diperlakukan seperti boneka hidup yang tidak memiliki
otoritas atas tubuhnya sendiri bahkan dalam urusan seksual yang memperlukan
sebuah consent dan persetujuan dari kedua belah pihak (De Beauvoir, 2019).
Indikator
Tahapan Prosedur Output
Capaian
pedoman
wawancara.
Tahap Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
Pengumpulan 1. Mengumpulkan 1. Semua data Semua data
data seluruh data sekunder penelitian telah
sekunder yang terkait terkumpul.
dibutuhkan terkumpul.
2. Melakukan 2. Data dari
wawancara semua key
semua key informant
informan. terkumpul.
Pengolahan Data 1. Melakukan Data telah Semua data
Primer pemilahan data. terpilahkan sesuai primer telah
2. Melakukan dengan kategori terolah
pemilahan
kategori data.
3. Melakukan
pemilahan secara
taksonomi
Analisis data 1. Melakukan Narasi data Semua data telah
penafsiran data. dinarasikan
2. Menarasikan
semua data.
Tahap Penulisan Laporan Penelitian dan Artikel Ilmiah
Penulisan 1. Menyusun 1. Laporan Laporan kemajuan
Laporan laporan Logbook. dan laporan akhir
Penelitian kemajuan 2. Laporan Akhir. penelitian
penelitian. terunggah dalam
2. Menyusun Simbelmawa.
laporan.
Penulisan Artikel 1. Menyusun Artikel ilmiah Artikel ilmiah
Ilmiah artikel ilmiah dipublikasikan
dari hasil dalam jurnal
penelitian. ilmiah
2. Mengunggah terakreditasi
artikel ilmiah nasional (SINTA).
dalam jurnal
ilmiah
terakreditasi
SINTA.
7
DAFTAR PUSTAKA
De Beauvoir, S. (2019) The Second Sex. Jilid 2. Yogyakarta: Narasi, Pustaka
Promethea.
El-Muhtaj, M. (2015) Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia dari UUD
1945 sampai dengan Perubahan UUD 1945 Tahun 2002. 5 ed. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Nasution, B. J. (2014) Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung: CV.
Mandar Maju.
Samsudin, T. (2010) “Marital Rape Sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia,” Al-
Ulum, 10(2), hal. 339–354. Tersedia pada:
http://jurnal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/57/37.
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Bernadeth Gisela Lema Udjan
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Hukum
4 NIM 202000020
5 Tempat dan Tanggal Lahir Surabaya, 07 Mei 2002
6 Alamat e-mail bernadeth.udjan@student.ukdc.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 082143473953
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RSH.
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Chris Ayu Berta Uli Sagala
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Hukum
4 NIM 19200029
5 Tempat dan Tanggal Lahir Pematangsiantar, 07 Februari 2000
6 Alamat e-mail chris.sagala@student.ukdc.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 081231824072
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Dem ikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RSH.
B. Riwayat Pendidikan
S1 – Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik - Universitas Airlangga, 1992
S2 – Magister Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik – Universitas 17
Agustus 1945
Penelitian
No. Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
1. Perlindungan Perempuan Korban Dikti 2016
Perdagangan Orang: Studi Sosio Legal
Kasus Perdagangan Orang di Kab.
Malang
2. Kelemahan Perlindungan Hukum Dikti 2018
Terhadap Perempuan Korban
Kekerasan Seksual di Ruang Publik
3. Peningkatan Kapasitas Aparatur Hibah Internal 2019
Pemerintah Daerah dalam Perencanaan UKDC
Pembangunan (Studi Kasus di
lingkungan Pemerintah Kota
Probolinggo)
4. Perlindungan Hak Masyraakat Adat Hibah Internal 2020
Tengger Mendapatkan Bagi Hasil UKDC
16
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RSH.
Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-RE / PKM-RSH saya dengan judul
“Urgensi Pemidanaan Pemerkosaan Dalam Perkawinan (Marital Rape) Di
Indonesia Dari Perspektif Feminisme Hukum” yang diusulkan untuk Tahun
Anggaran 2021 adalah asli karya kami dan belum pernah dibiayai oleh lembaga
atau sumber dana lain.
1. Untuk Suami.
2. Untuk Istri.
3. Untuk Aparat/Jaksa.
Islam :
• Berapa usia Anda?
22
Katolik/Kristen :
• Berapa usia Anda?
• Apakah Anda mengetahui tentang pemerkosaan dalam perkawinan atau
biasa disebut dengan marital rape?
• Jika Iya, maka bagaimana pendapat Anda mengenai hal tersebut?
• Jika tidak, maka kita akan menjelaskan secara singkat lalu bertanya
bagaimana pendapat narasumber/responden mengenai marital rape.
• Bagaimana perspektif hukum/aturan katolik/kristen terhadap kedudukan
dan posisi suami dan istri dalam pernikahan
23