Anda di halaman 1dari 6

CJR - CASE STUDY

Evaluasi Hasil Belajar

Dosen Pengampu:
Ressy Dwitias Sari, S.T., M.T.I.

DISUSUN OLEH :

Nama : Putri Permata Sari Panggabean


NIM : 5203151034
Kelas : PTIK B 2020

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas CJR-Case Study Evaluasi Hasil
Belajar ini dengan baik dan tanpa kendala apapun. Penulisan Case Study ini bertujuan
untuk melengkapi tugas mata perkuliahan Evaluasi Hasil Belajar. Besar harapan saya jika CJR-
Case Study ini dapat bermanfaat bagi semuanya agar bisa menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca dalam pemahaman Kurikulum Prototipe.

Pada kesempatan kali ini, tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ressy
Dwitias Sari, S.T., M.T.I. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar
yang mana telah memberikan tugas ini kepada saya, sehingga saya dapat belajar dan lebih
memahami mengenai materi Kurikulum Prototipe dalam mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar .

Dalam penulisan CJR-Case Study ini saya sadar masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang saya miliki masih
sangat sedikit mengenai pembahasan ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diperlukan untuk membuat CJR-Case Study ini menjadi lebih baik lagi.

Medan, Maret 2022

Penulis, Putri Permata Sari Panggabean


Sejak tahun 2020 pendidikan mengalami perubahan yang sangat mengejutkan dengan
adanya pandemi covid-19.Adanya pandemi Covid-19 mengakibatkan pendidikan di Indonesia
mengalami berbagai problematika, dikarenakan peserta didik maupun pendidik yang tidak bisa
melaksanakan proses belajar mengajar seperti biasanya sehingga pembelajaran pun dirasa
kurang efektif. Kurikulum prototipe merupakan salah satu upaya transformasi pendidikan di
Indonesia. Kurikulum ini merupakan bentuk pemulihan proses pembelajaran selama pandemi
Covid-19.

Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung


pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Pada tahun 2021-2022 kurikulum prototipe hanya diberlakukan secara terbatas dan bertahap
pada SP (Sekolah Penggerak) dan SMK PK (Pusat Keunggulan). Akan tetapi, pada tahun 2022-
2024 kurikulum prototipe nantinya akan dilaksanakan di semua jenjang pendidikan TK, SD,
SMP dan SMA/SMK. Lalu bagaimana agar sekolah dapat beralih ke kurikulum prototipe? Apa
saja yang dibutuhkan sekolah?

Bagaimana Agar Sekolah Dapat Beralih Ke Kurikulum Prototipe


Kriteria sekolah yang ingin beralih dan menerapkan Kurikulum Prototipe hanya ada
satu,yakni sekolah yang berminat menerapkan Kurikulum Prototipe untuk memperbaiki
pembelajaran. Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP)
Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan bahwa tidak ada seleksi untuk menetapkan
sekolah yang boleh menerapkan kurikulum prototipe ini. Namun proses yang akan dilakukan
Kemendikbudristek adalah pendaftaran dan pendataan.

Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan Kurikulum Prototipe akan diminta


untuk mempelajari materi mengenai konsep Kurikulum Prototipe yang telah dipersiapkan oleh
Kemendikbudristek. Setelah mempelajari materi tersebut dan sekolah memutuskan untuk
mencoba menerapkan, maka sekolah akan diminta mengisi formulir pendaftaran dan sebuah
survei singkat, jadi prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan bukan seleksi.

Tidak ada keterbatasan dalam penerapan Kurikulum Prototie di semua jenjang


pendidikan. Kurikulum Prototipe dapat diterapkan di masing-masing sekolah, tidak terbatas
baik itu sekolah yang memiliki fasilitas yang bagus atau fasilitas yang belum memadai ataupun
sekolah yang berada di perkotaan.
Akan tetapi ada 2 skema dalam menerapkan Kurikulum Prototipe di sekolah, yaitu :

1. Sekolah yang sudah terbiasa beradaptasi dengan materi dan kerangka kurikulum Prototipe
akan disarankan untuk mengadopsi kurikulum prototipe secara penuh kemudian diberi
penguatan dan rekognisi formal.
2. Sekolah yang belum terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum Prototipe akan
disarankan untuk mencoba menerapkan secara parsial. Di tahun pertama sekolah perlu
mempelajari dan menerapkan beberapa komponen dari kurikulum prototipe dengan tetap
menggunakan kurikulum 2013.

Kebutuhan Yang Diperlukan Sekolah Dalam Menerapkan Kurikulum Prototipe


Sekolah yang memiliki guru penggerak atau sekolah yang sudah menjadi sekolah
penggerak tidak begitu mengalami kesulitan ketika kurikulum ini diterapkan. Kegiatan calon
guru penggerak saat ini telah melibatkan kepala sekolah dan warga sekolah yang dipantau
oleh pengajar praktik dan dipaparkan di setiap lokakarya. Bagaimana dengan sekolah yang
belum memiliki guru penggerak atau bukan sekolah penggerak? Lalu Apa saja kebutuhan
yang diperlukan sekolah dalam menerapkan kurikulum prototipe?

1. Mempelajari Regulasi
Sekolah harus mempelajari regulasi tentang tentang penerapan kurikulum yang akan
diterapkan di tahun 2022 ini. Persiapan sebagai sekolah pengguna pada tahap kompleksitas
sederhana menjadi pilihan utama.

2. Mempersiapkan Guru Informatika


Sekolah harus melakukan analisis konteks terkait kondisi sekolah. Ketersediaan guru
informatika di jenjang SMP sebagai mata pelajaran wajib harus diperhitungkan. Hal ini
dikarenakan pada Kurikulum prototipe dijadikan mata pelajaran wajib karena kompetensi
teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu dimiliki oleh peserta didik
pada abad 21. Penyerapan guru melalui Program PPPK (Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja) sangat membantu sekolah dalam penyediaan guru. Guru informatika juga
tidak harus berlatar belakang pendidikan informatika yang terpenting kapabel.

3. Menganalisis Materi Esensial


Penyediaan waktu cukup untuk kompetensi penunjang keterlaksanaan program wajib
seperti pembelajaran berbasis projek untuk semua jenjang. Perhitungan waktu-waktu
wajib di kegiatan pembelajaran harus diutamakan. Selebihnya disesuaikan dengan
karakteristik jenjang sekolah dan siswa.

4. Mempertimbangkan kondisi dan keterlibatan siswa


Pembelajaran berdiferensiasi patut disiapkan sekolah dalam mengatasi masalah ini.
Pembelajaran karakter Profil Pelajar Pancasila pada PTM terbatas secara ketat diharapkan
perlahan dapat memulihkan pembiasaan yang selama ini tidak terlaksana selama
pembelajaran daring sehingga diharapkan siswa tidak kehilangan kesempatan belajar
melalui pengalaman langsung.

Kesimpulan :
Berdasarkan penjelasan di atas yang bereferensi dari 2 jurnal, dapat saya simpulkan bahwa
kurikulum Prototipe merupakan sebuah opsi yang diberikan oleh pemerintah guna untuk
melakukan pemulihan pembelajaran yang terjadi selama masa pandemi Covid-19. Dimana
dengan adanya pandemi Covid-19 mengakibatkan pendidikan di Indonesia mengalami
berbagai problematika dan proses belajar pun dirasa kurang efektif. Kurikulum prototipe ini
adalah kurikulum yang menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)
untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Pada tahun 2022-2024 kurikulum Prototipe akan dilaksanakan di semua jenjang pendidikan
TK, SD, SMP dan SMA/SMK. Tidak seperti pada tahun 2021-2022 yang hanya diberlakukan
secara terbatas dan bertahap pada SP (Sekolah Penggerak) dan SMK PK (Pusat Keunggulan).
Dalam peralihan ke kurikulum Prototipe tidak ada seleksi untuk menetapkan sekolah boleh
atau tidak dalam menerapkan kurikulum prototipe ini. Sekolah yang ingin beralih ke
Kurikulum Prototipe terlebih dahulu harus mempelajari mengenai apa itu kurikulum Prototipe
berdasarkan materi yang telah di persiapkan oleh Kemendibuk-Ristek. Setelah itu sekolah akan
diminta mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei singkat.

Kurikulum Prototipe yang akan diterapkan oleh Kemendikbud-Ristek pada tahun ajaran
2022/2023 memiliki tujuan yang sangat baik yaitu menginginkan pembelajaran lebih aktif dan
adaptif dengan memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menjalankan proses pembelajaran
yang berorientasi pada proyek pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan
dukungan dan kerjakeras dari berbagai pihak guna mewujudkan pendidikan Indonesia yang
lebih baik lagi dan lebih maju lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Faiz, A., Parhan, M. and Ananda, R. (2023) ‘Paradigma Baru dalam Kurikulum Prototipe’,
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 4(1), pp. 1544–1550.

Suryadien, D., Rusmiati, D. and Dewi, A. A. (2022) ‘Rencana Implementasi Kurikulum


Prototipe Pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia’, Jurnal PGMI Universitas
Garut, 01(01), pp. 27–34.

Rozandy, M. P. . and Koten, Y. P. (2021) ‘Scratch Sebagai Problem Solving Computational


Thinking dalam Kurikulum Prototipe’, Jurnal IN CREATE, 8, pp. 11–17.

Anda mungkin juga menyukai