Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

DISLOKASI GENU
Disusun Sebagai Syarat Kelengkapan Program Dokter Internsip Oleh :

dr. Silvia Rizki Amanda

Dokter Pendamping :

dr. Nancy Kartini


dr. Helen Hartini Susilo

Rumah Sakit Umum Martha Friska


Kota Medan
Sumatera Utara
2020
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS

Pada hari ini tanggal : Jumat, 11 September 2020


Telah dipresentasikan laporan kasus oleh :
Nama : dr. Silvia Rizki Amanda
Dengan Judul : Dislokasi Genu
Nama Pendamping : dr. Nancy Kartini dan dr. Helen Hartini Susilo
Nama Wahana : Rumah Sakit Umum Martha Friska
No Nama Peserta Presentasi No Tandatangan

1 dr. Silvia Rizki Amanda 1

2 dr. Mazdalifah Harahap 2

3 dr. Fithratul Hayana 3

4 dr. Teuku Bentama Hakim 4

5 dr. Putra Jaya Salim 5

6 dr. Dewi Purwanti 6

7 dr. Ilham Dalimunthe 7

8 dr. Firman Erdona Sebayang 8

9 dr. Tri lidya anggraini 9

10 dr. Zahrifa Dwi Andina 10

11. dr. Azalia Karina 11

12 dr.Muhammad Reza Fahlevi 12


Fhonna

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya :


Pendamping Pendamping

(dr.Nancy Kartini) (dr.Helen Hartini Susilo)


BAB I
PENDAHULUAN

Dislokasi genu merupakan jejas traumatik dan dapat menimbulkan


kegawatdaruratan pada ekstermitas karena kerusakan potensial pada
neurovaskular, diasosiasikan dengan jejas ini. Dislokasi genu didefinisikan
sebagai disrupsi total pada artikulatio tibiofemoral dengan jejas bi-cruciate
total. Dislokasi genu merupakan salah satu jejas pada lutut yang paling serius
namun juga merupakan salah satu yang paling jarang. Karena reduksi spontan,
frekuensi sebenarnya dari dislokasi genu tidak diketahui. Dislokasi yang tidak
terjadi secara spontan umumnya memperlihatkan gambaran deformitas yang
sangat jelas. 4

Insidensi kejadian dislokasi genu terjadi pada 0,02% cedera orthopedi,


namun angka pastinya lebih besar karena seringnya terjadi kesalahan
diagnosis. Terjadi lebih banyak pada pria dengan perbandingan 4:1
dibandingkan dengan wanita. Dislokasi bilateral terjadi pada 5% kasus. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Kompleks lutut distabilisasi oleh 6 ligamen utama disertai beberapa otot dan
tendon. Pergerakan anterior dan posterior dibatasi oleh ligamentum cruciatum
anterior (LCA) dan ligamentum cruciatum posterior (LCP). Pada pergerakan
dengan gaya yang besar pada valgus dibatasi oleh ligamentum collateral medial
(LCM) sedangkan pada varus dibatasi oleh ligammentum collateral lateral (LCL).
Sedangkan meniscus lateral dan meniscus medial akan menstabilasasi pada
pergerakan rotational. Otot-otot yang membantu dalam menstabilisasi lutut antara
lain ialah musculus vastus lateralis, musculus vastus medialis, musculus vastus
intermedius, musculus rectus femoris, musculus biceps femoris, musculus semi
tendinosus, musculus semimebranosus, musculus satorius, musculus gracilis,
musculus iliotibial, musculus popliteus, dan musculus gastrocnemius. 3

Arteri poplitea melekat secara proximal pada adductor hiatus dan secara
distal melekat pada musculus soleus. Didalam fossa poplitea, arteri poplitea
bercabang menjadi 5 arteri genicularis yaitu sepasang arteri genicularis superior,
sepasang arteri genicularis inferior dan arteri genicularis media. Bersamaan
dengan arteri tibilasis anterior dan arteri femoralis lateralis akan menyuplai area
kolateral dan lutut. Arteri genicularis tidak bisa mengkompensasi apabila terjadi
ruptur pada arteri poplitealis. 3

B. Mekanisme Cedera
Dislokasi pada genu secara mekanisme dapat dibagi menjadi kedalam
kategori kecepatan tinggi dan kecepatan rendah. Pada mekanisme cedera dengan
kecepatan tinggi umumnya terjadi mendadak dengan gaya yang kuat seperti
kecelakaan mobil. Pada dislokasi yang terjadi akibat kecepatan tinggi, dapat
menyebabkan kerusakan yang besar pada jaringan lunak seperti tendon, meniskus,
dan kartilago. Pada kecepatan tinggi juga dimungkinkan terjadinya kerusakan
neurovaskular. 3
Pada dislokasi genu dengan kecepatan rendah, umumya terjadi pada
keadaan olahraga dan umumnya terjadi pada atlit atletik. Pada dislokasi kecepatan
rendah jarang sekali terjadi kerusakan jaringan sekitar dan memiliki prognosis
yang lebih baik daripada dislokasi genu kecepatan tinggi. 3
Selain berdasarkan gaya yang terjadi, dislokasi genu umumnya
diklasifikasikan sesuai terjadinya pergesaran pada tibia. 5 tipe dari dislokasi genu
antara lain anterior, posterior, medial, lateral, dan rotasi. Pada tipe rotasi dapat
dibagi lagi menjadi anteromedial, posteromedial dan posterolateral. Dislokasi
posterolateral merupakan yang paling sulit untuk direduksi secara metode
tertutup. 3
Mekanisme paling sering dari dislokasi tipe anterior ialah hiperekstensi
yang sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas dan juga terjadi pada olahraga
seperti sepak bola atau rugby. Pada dislokasi posterior mekanisme tersering ialah
gaya langsung pada tibia ketika lutut fleksi yang memaksa tibia ke arah posterior
dari femur. Mekanisme ini umumnya terjadi ketika tibia menabrak dashbord
(dinding dalam mobil) atau atlit terjatuh saat lutut fleksi. 3
Pada dislokasi medial dan lateral terjadi karena gaya yang terjadi pada saat
varus dan valgus. Pada dislokasi rotational terjadi karena ada gaya rotasi yang
terjadi. Pada dislokasi posterolateral yang paling sulit dilakukan reduksi terjadi
karena adanya stress valgus disertai rotasi internal tibia yang membuat lutut
fleksi.3

C. Klasifikasi
Berdasarkan keterlibatan ligamen yang ruptur, dislokasi genu
diklasifikasikan menggunakan klasifikasi Schenck yaitu:
 KD I
Pada KD I terjadi keterlibatan LCA atau LCP
 KD II
Cedera hanya pada LCA dan LCP saja (2 ligamen)
 KD III
Cedera pada LCA, LCP dan LCM atau LCL (3 ligament)
 KD IV
Cedera pada 4 ligamen, pada klasifikasi ini paling sering terjadinya
keterlibatan cedera neurovaskular
 KD V
Pada klasifikasi ini terjadi cedera multiligamen dengan fraktur
periartikular. 3

D. Penegakan diagnosis
a. Penilaian awal
Rekognisi merupakan aspek paling penting ketika berhadapan dengan
dislokasi genu. Jika lutut secara spontan telah direduksi sebelum diperiksa akan
mudah sekali terlewatkan, dan bisa menyebabkan lewatnya pemeriksaan
ekstremitas secara menyeluruh. Pada saat berhadapan dengan suspek dislokasi
genu maka penilaian neurovaskular segera menjadi fokus utama. Jika dirasa aman,
maka alas kaki harus dilepaskan secara hati-hati untuk evaluasi neurovaskular
yang lebih akurat. Pasien akan datang dengan riwayat trauma dan deformitas pada
lutut dan disertai dengan keluhan nyeri pada lutut dan terjadi instabilitas dan tidak
bisa beraktivitas seperti biasa.3
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan deformitas umumnya pasien
mendengar seperti bunyi pop pada saat cedera. Nyeri cenderung membaur
terutama saat palpasi dan terjadi keterbatasan ROM. Pemeriksaan untuk melihat
keterlibatan ligamen diperlukan. Pemeriksaan lachman dan anterior drawer
dilakukan untuk memeriksa LCA. Pemeriksaan posterior drawer dan posterior
sag dilakukan untuk pemeriksaan LCP. Pada LCM dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan varus sedangkan pada pemeriksaan valgus untuk melihat kondisi
LCL. Pemeriksaan McMurray dilakukan untuk pemeriksaan meniscus. Pada
dislokasi posterolateral dapat ditemukan dimple sign. 3

c. Pemeriksaan vaskular
Pada pemeriksaan vaskular, prioritas utama ialah untuk menyingkirkan
cedera vaskular. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan setelah reduksi.
Pemeriksaan serial pada nadi dorsalis pedis dan posterior tibialis perlu dilakukan
baik pada ekstremitas yang cedera maupun yang sehat. Nadi yang teraba tidak
menyingkirkan cedera vaskular karena vaskularisasi dari kolateral dapat
memberikan kompensasi. Lakukan pemeriksa Ankle-Brachial Index (ABI). Jika
ABI > 0,9 maka dilakukan monitor secara serial, jika ABI < 0,9 maka lakukan
USG duplex atau CT angiography dan terjadi cedera arteri maka dilakukan
operasi vaskular. 2
Jika nadi tidak teraba maka lakukan reduksi segera dan nilai ulang, apabila
nadi tetap tidak teraba maka segera lakukan operasi eksplorasi. Waktu iskemi
lebih dari 8 jam akan meningkatkan risiko amputasi sampai 86%. Pemeriksaan
radiologi dikontraindikasi apabila menunda operasi.2
d. Radiologi
 X-ray: dilakukan sebelum dan setelah reduksi.
 CT scan: dilakukan apabila terdapat fraktur pada saat post reduksi.
 MRI: dilakukan untuk evaluasi keterlibatan jaringan lunak dan untuk
rencana operasi. 3

E. Tatalaksana
a. Non operatif
 Reduksi tertutup diikuti dengan penilaian vaskular
1. Dislokasi anterior: lakukan traksi dan translasi anterior
dari femur
2. Dislokasi posterior: traksi, ektensi dan translasi anterior
dari tibia
3. Dislokasi medial/lateral: traksi dan medial/lateral
translasi
4. Dislokasi rotasi: traksi ekstremitas dan rotasi
berlawanan arah dari deformitas
 Immobilisasi sebagai tatalaksana definitif
1. Dilakukan setelah reduksi tertutup berhasil tanpa ada
adanya gangguan vaskular
2. Beberapa kasus memerlukan operasi stabilisasi setelah
dilakukan reduksi
3. Outcome (hasil akhir) lebih buruk didapati apabila
tanpa tatalaksana non operatif.
4. Immobilisasi lama akan mengakibatkan penurunan
ROM dengan instabilitas persisten. 3
b. Operatif
 Reduksi terbuka
Indikasi dari reduksi terbuka:
1. Dislokasi yang tidak bisa dilakukan reduksi
2. Dislokasi posterolateral
3. Obesitas
4. Cedera vaskular
 Fiksasi eksternal
Indikasi fiksasi eksternal
1. Repair vaskular
2. Fraktur terbuka-dislokasi
3. Sindrom kompartemen
4. Obesitas
5. Pasien dengan politrauma
 Repair/rekonstruksi ligamen 3

F. Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah dislokasi genu dilakukan berdasarkan ligamen spesifk
yang cedera dan sesuai metode tatalaksana. Walaupun begitu, pasien dengan
dislokasi genu dihadapkan dengan program rehabilitasi yang lama dan berat.
Program rehabilitasi dilakukan 9 sampai 12 bulan. Bahkan dengan program
rehabilitasi yang komprehensif, kemungkinan atlit yang mengalami dislokasi genu
untuk kembali pada kondisi sebelum cedera sangat kecil.
Tatalaksana konservatif memperbolehkan rehabilitasi terbatas segera
dimulai. Latihan tubuh atas dan tengah dimulai dengan sepeda statis satu kaki
penguatan musculus quadriceps diperlukan untuk mencegah masalah
patellofemoral. ROM dibatasi dari 90 derajat untuk gerakan fleksi sampai 45
derajat untuk gerakan ekstensi untuk mengurangi peregangan pada ligamen yang
sedang dalam masa penyembuhan. 3
Pada masa 8 minggu setelah cedera, lutut hanya butuh proteksi minimal dan
pasien bisa mulai menggunakan mesin leg-pressing. Berenang dan sepeda statis
menggunakan 2 kaki sudah bisa dilakukan pada fase ini. 3

G. Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang bisa disebabkan oleh dislokasi genu,
antara lain:
a. Gangguan vaskular
 Insidensinya 5-15% pada seluruh kejadian, pada dislokasi
anterior atau posterior bisa mencapai 40-50%
 Faktor risiko terbesar ialah klasifikasi KDIV
 Terapi yang dilakukan ialah repair vaskular dan lakukan
profilaksis fasciotomi
b. Kekakuan (arthrofibrosis)
 Insidensinya 38%, merupakan komplikasi paling sering
 Sering diasosiasikan dengan mobilisasi yang tertunda
 Terapi yang dilakukan ialah lakukan rekonstruksi dan
pergerakan dini. Lakukan arthroscopic lysis dari adhesi
c. Instabilitas dan kelemahan
 Kejadian terjadi pada 37% kasus
 Tatalaksana yang bisa dilakukan ialah pemasangan penyangga
tulang dan lakukan revisi rekonstruksi
d. Cedera nervus peroneal
 Terjadi pada 25% kasus dengan 50% akan sembuh partial.
 Terjadi pada dislokasi posterolateral. 2,4
STATUS PASIEN
Bagian/perihal Keterangan
Judul kasus Dislokasi Genu
Identitas presentan dr. Silvia Rizki Amanda
Identitas pasien Pasien laki-laki 20 tahun, nyeri lutut, buruh pabrik
Data klinis pasien Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan lutut kanan
bengkak dan nyeri akibat terjatuh dari sepeda motor saat
berangkat kerja sekitar pukul 12.00. Pasien sulit berjalan
karena lutut sakit saat digerakkan.
 Pemeriksaan fisik: Keadaan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80x/menit
 Laju respirasi : 22x/menit
 Suhu : 36,5oC
 VAS Score : 4-5
 Look: pada lutut kanan tampak kemerahan
dan edema, deformitas (-)
 Feel: hangat(+), krepitasi (-)
 Move: ROM terbatas nyeri

Diagnosis pasien Susp. Dislokasi genu dextra


Manajemen pasien  Rawat jalan
 Ronsen genu dextra (AP/Lateral)
 Asam mefenamat 3x500mg
 Vit B comp 3x1 tab

Edukasi pasien dan  Istirahatkan lutut


keluarga  Jika nyeri tidak ada perbaikan segera periksa ke
dokter lagi.
Prognosis Dubia, menuju bonam
Pembahasan Ilmu terkait dislokasi genu dan kegawatan ekstremitas
Penutup Pelajaran yang dapat diambil: dalam menganamnesa,
memeriksa pasien harus dilakukan secara lengkap, dari
ujung kepala sampai ujung kaki, lalu dilakukan pemeriksaan
penunjang, diagnosis, terapi simptomatis, dan teurapetik.
Referensi Data penyakit dislokasi genu dan penatalaksanaannya
Daftar Pustaka
1. Boyce RH, Singh K, Obremskey WT (2015). "Acute Management of Traumatic
Knee Dislocations for the Generalist". The Journal of the American Academy of
Orthopaedic Surgeons. 23 (12): 761–8. doi:10.5435/JAAOS-D-14-00349
2. Darcy G, Edwards E, Hau R. (2018) “Epidemiology and outcomes of
traumatic knee dislocations: Isolated vs multi-trauma injuries.”
Injury2018;49(6):1183-1187. doi:10.1016/j.injury.2018.02.016
3. Henrichs, A. (2004) “A Review of Knee Dislocation” Journal of Athletic
Training 2004;39(4)
4. Kapur S, Wissman RD, Robertson M, Verma S, Kreeger MC, Oostveen RJ.
(2009) “Acute knee dislocation: review of an elusive entity.” Curr Probl
Diagn Radiol. 2009;38(6):237-250. doi:10.1067/j.cpradiol.2008.06.001
5. Moore, Keith L.; Dalley, Arthur F.; Agur, Anne M. R. (2006). “Clinically Oriented
Anatomy” Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Mayang Sukma Satria
    Belum ada peringkat
  • Februari
    Februari
    Dokumen1 halaman
    Februari
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Mayang Sukma Satria
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • MR Ruangan
    MR Ruangan
    Dokumen48 halaman
    MR Ruangan
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • HKLJ
    HKLJ
    Dokumen24 halaman
    HKLJ
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Morning Report Plummer (Habib)
    Morning Report Plummer (Habib)
    Dokumen37 halaman
    Morning Report Plummer (Habib)
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Uveitis
    Daftar Isi Uveitis
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Uveitis
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Cover Luka Bakar
    Cover Luka Bakar
    Dokumen1 halaman
    Cover Luka Bakar
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Intoksikasi Sianida: Pembimbing: Dr. Rita Mawarni, SP.F
    Intoksikasi Sianida: Pembimbing: Dr. Rita Mawarni, SP.F
    Dokumen39 halaman
    Intoksikasi Sianida: Pembimbing: Dr. Rita Mawarni, SP.F
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Panduan Praktik Klinis (Metastasis Neoplasma Ke Hepar)
    Panduan Praktik Klinis (Metastasis Neoplasma Ke Hepar)
    Dokumen3 halaman
    Panduan Praktik Klinis (Metastasis Neoplasma Ke Hepar)
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • NTAHAPA
    NTAHAPA
    Dokumen3 halaman
    NTAHAPA
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii 3.3
    Bab Iii 3.3
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii 3.3
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi KNF
    Daftar Isi KNF
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi KNF
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • PPT33
    PPT33
    Dokumen46 halaman
    PPT33
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen1 halaman
    Bab 1
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Abortus Imminens
    Abortus Imminens
    Dokumen1 halaman
    Abortus Imminens
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan
    Penatalaksanaan
    Dokumen23 halaman
    Penatalaksanaan
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • MANGGA
    MANGGA
    Dokumen8 halaman
    MANGGA
    mazdalifah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi 2
    Daftar Isi 2
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi 2
    mazdalifah
    Belum ada peringkat