Anda di halaman 1dari 16

TEORI PRECAUTION ADOPTION PROCESS MODEL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Perubahan Perilaku

KELOMPOK 4

Muhammad Anwarul ‘Izzat 102114153017


Ana Rizqy Soliha 102114153019
Risah Bellah 102114153022
Eky Setiyo Kurniawan 102114153034

PROGRAM MAGISTER
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA

1
2022KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhlukNya pun
tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari-Nya.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata
Kuliah Teori Perubahan Perilaku dengan topik “Teori Precaution Adoption Process Model”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih begitu
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun struktur penulisannya, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian
hari.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Surabaya, Maret 2022


Tim Penyusun

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Tujuan...................................................................................................................................4
1.3 Manfaat.................................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.3 Sejarah Teori Precaution Adoption Process Model (PAPM)...............................................5
2.2 Definisi Teori Precaution Adaption Process Model (PAPM)...............................................5
2.3 Tahapan Precaution Adaption Process Model (PAPM).....................................................6
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Precaution Adoption Process Model (PAPM).......................9
BAB 3 APLIKASI TEORI PRECAUTION ADOPTION PROCESS MODEL................11
3.1 Aplikasi Teori Precaution Adoption Process Model.........................................................11
BAB 4 PENUTUP...................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari dalam diri maupun dari luar (lingkungannya) (Notoatmodjo, 2010). Perilaku
kesehatan dapat dibahas berdasarkan beberapa teori perilaku seperti Health Belief Model
(HBM), Transtheoretical Theory, Theory of Planned Behavior (TPB) serta The Precaution
Adoption Process Model (PAPM). Penelitian ini akan didasarkan pada teori PAPM karena
teori ini menonjolkan proses yang tidak ditekankan dalam teori perilaku lainnya.
Teori PAPM menjelaskan tujuh tahap perubahan perilaku dimulai
dari kurangnya kewaspadaan sampai seseorang mengadopsi dan atau
mempertahankan perilaku sehat. PAPM ini berfungsi sebagai model yang menjelaskan
bagaimana individu mengambil keputusan untuk bertindak. Model ini merupakan sebuah
model yang menjelaskan secara kualitatif langkah-langkah perilaku sehat apa yang akan ia
lakukan. Tujuan PAPM dari definisi ini merujuk pada identifikasi tahap dalam berperilaku
sehat dan proses tahapan berperilaku.
Sehingga penting bagi kita yang berada di ranah Kesehatan Masyarakat,
khususnya di bidang ilmu perilaku untuk mempelajari lebih mendalam tentang teori The
Precaution Adoption Process Model (PAPM). Dengan demikian hal tersebut akan
membantu kita untuk bisa lebih mendalami dan memahami tentang perubahan perilaku di
tingkat individu, khususnya perilaku yang berkaitan dengan upaya pencegahan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk membahas mengenai teori perubahan perilaku Precaution
Adoption Process Model (PAPM).

1.3 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai konsep teori Precaution
Adoption Process Model (PAPM) serta aplikasinya pada kasus Kesehatan Masyarakat.

4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.3 Sejarah Teori Precaution Adoption Process Model (PAPM)
Pada tahun 1977, Irving Janis dan Leon Mann mencoba menjelaskan respon
individu terhadap ancaman dengan mengusulkan kategori yang berlainan yang
ditentukan oleh keyakinan individu tersebut perihal kemampuan mereka dalam
mengatasi ancaman tersebut.
Precaution Adoption Process Model (PAPM) pertama kali didiskusikan pada
tahun 1988 dan baru dipublikasikan pada tahun 1992 yang memiliki perbedaan
beberapa hal dengan versi aslinya (Weinstein, Sandman, & Blalock, Chapter 6: The
Precaution Adoption Process Model, 2008). Sebelumnya, Precaution Adoption
Process Model hanya memiliki 5 tahap, yaitu (1) Unaware of The Issue, (2) Aware of
The Issue but Not Personally Engaged, (3) Engaged and Deciding What To Do, (4)
Planning to Act but Not Yet Having Acted, dan (5) Acting. Lalu, Weinsten dan
Sandman (1992) melakukan penyempurnaan dengan menambahkan tahapan ke-tujuh
yaitu maintenance untuk menunjukkan pengulangan yang mungkin terjadi setelah
perubahan perilaku yang pertama kali dilakukan. Teori Precaution Adoption Process
Model saat ini mengidentifikasi 7 tahapan yaitu, (1) Unaware of Issue, (2) Unengaged
by Issue, (3) Deciding about Acting, (4) Decided Not to Act, (5) Decided to Act, (6)
Acting, (7) Maintenance (Weinstein & Sandman, A Model of the Precaution Adoption
Process: Evidence From Home Radon Testing, 1992).

2.2 Definisi Teori Precaution Adaption Process Model (PAPM)


Teori Precaution Adoption Process Model (PAPM) menjelaskan bagaimana
individu memutuskan untuk mengambil tindakan serta bagaimana ia menerjemahkan
keputusan tersebut ke dalam sebuah tindakan. Model ini digunakan ketika individu
mengalami masalah kesehatan yang sangat serius dan rentan terhadap masalah
kesehatan tersebut (Weinstein, Sandman, & Blalock, Chapter 6: The Precaution
Adoption Process Model, 2008).
Model PAPM menjelaskan bagaimana individu memutuskan untuk melakukan
sesuatu dan bagaimana proses individu merubah keputusan menjadi perilaku nyata.
Dalam mengadopsi (merubah cara) untuk suatu tindakan pencegahan atau
pemberhentian dari perilaku berisiko membutuhkan langkah-langkah yang dilakukan

5
dengan sengaja yang tidak mungkin terjadi di luar kesadaran. PAPM dapat berlaku
untuk berbagai jenis aksi (tindakan) yang bukan untuk pengembangan bertahap dari
pola perilaku yang bersifat kebiasaan, seperti olahraga dan diet, dimana pertimbangan
akan kesehatan akan memainkan peran kecil (walaupun hal ini akan berlaku untuk
permulaan program olahraga atau diet yang baru).
PAPM juga menjelaskan bagaimana suatu perilaku beresiko bermula, yang
sepertinya lebih cenderung pada “keinginan” dari individu tersebut untuk melakukan
perilaku beresiko, bukan rencana dari individu tersebut untuk melakukan perilaku
beresiko (Gibbons, Gerard, Blanton & Russel, 1998).
PAPM berbentuk sebuah set yang di dalamnya ada beberapa tahap. Tahap-tahap
ini berkaitan dengan proses psikologis/kondisi mental individu, bukan kondisi
eksternal individu seperti perilaku di masa lalu atau masa kini. Tahap-tahap PAPM
mengarah pada perilaku yang jelas di mata orang awam, seperti seberapa sering
mereka mengonsumsi daging merah, bukan pada perilaku yang jelas di mata seorang
profesional seperti berapa persen lemak yang dikonsumsi seseorang dalam dietnya.
Pada permukaannya, PAPM mirip dengan model lain, yaitu Trans Theoretical
Model. Namun yang membuat sama hanyalah nama tahapnya. Namun, makna nama
yang diberikan tetap berbeda pada kedua model tersebut.

2.3 Tahapan Precaution Adaption Process Model (PAPM)


(PAPM) menetapkan tujuh tahapan berbeda dalam perjalanan dari kurangnya
kesadaran menjadi adopsi dan/atau pemeliharaan perilaku. Berikut tahapan dari
PAPM:
1. Unware yaitu tahapan dimana individu belum memiliki pengetahuan atau
informasi mengenai suatu penyakit.
2. Unengaged yaitu tahapan dimana individu sudah mengetahui sedikit mengenai
penyakit. Hal ini dipengaruhi oleh media massa yang mampu memberikan
informasi kepada masyarakat atau tidak. Konten informasi yang diberikan oleh
media massa juga memengaruhi tahapan berperilaku sehat. Tahap 2 ke 3 juga
dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam mengalami penyakit atau tidak.
3. Undecided yaitu tahap dimana individu ingin tahu lebih lanjut dan mulai membuat
langkah. Variabel berperilaku seperti untung, rugi, kerentangan, dan lain
sebagainya dalam berperilaku.

6
4. Decided not to act yaitu tahap dimana individu menganggap isu mengenai
kesehatan atau penyakit itu tidak penting. Hal ini dipengaruhi tahap sebelumnya
ketika individu memiliki kepercayaan bahwa ia tidak rentan mengalami sakit
maka ia akan memilih untuk tidak melangkah lagi.
5. Decided to act yaitu tahap dimaana perlunya melakukan intervensi kesehatan. Hal
ini terjadi karena kepercayaan individu bahwa dirinya rentang mengalami
penyakit, ketakutan akan terkena penyakit, serta rekomendasi dari orang lain.
6. Acting yaitu tahap dimana individu  beraksi atau melakukan intervensi kesehatan.
Individu yang memutuskan mengambil aksi tersebut benar-benar memulai
langkah awal pencegahan.
7. Maintenance yaitu tahap dimana individu melakukan perilaku sehat secara
berkala.

PAPM menegaskan bahwa tahapan-tahapan ini mewakili pola perilaku, keyakinan,


pengalaman dan faktor-faktor yang menghasilkan transisi antar tahap bervariasi
tergantung pada transisi sedang dipertimbangkan (Weinstein & Sandman, 1992;
Weinstein, Sandman, & Blalock, 2008).
PAPM sebagai cara untuk fokus pada proses psikologis dalam individu
(DiClemente, Crosby, & Kegler, 2009). PAPM terdiri dari tahapan-tahapan yang
digunakan sebagai upaya untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana
seseorang sampai pada keputusan untuk mengambil tindakan dan bagaimana dia
menerjemahkan keputusan itu ke dalam tindakan. Adopsi tindakan pencegahan baru
atau penghentian perilaku berisiko memerlukan langkah-langkah yang disengaja yang
tidak mungkin terjadi di luar kesadaran.
Tahap 1: Pada beberapa titik awal waktu, orang tidak menyadari masalah
kesehatan. Banyak penelitian kesehatan berhubungan dengan bahaya yang sudah
dikenal, seperti merokok, AIDS, dan diet tinggi lemak. Dalam kasus seperti itu,

7
menanyakan seseorang tentang keyakinan dan rencananya cukup masuk akal;
kebanyakan orang telah mempertimbangkan relevansi ancaman ini dengan kehidupan
mereka sendiri (DiClemente, Crosby, & Kegler, 2009). Tetapi jika orang belum
pernah mendengar tentang bahaya atau tindakan pencegahan potensial, mereka tidak
dapat membentuk opini tentangnya. Secara manusiawi tidak mungkin membentuk
opini tentang sesuatu yang benar-benar tidak Anda sadari.
Tahap 2: (Tidak Terlibat) Versus Tahap 3 (Memutuskan Bertindak). Jika seseorang
telah menyadari bahaya dan mulai membentuk opini tentangnya, mereka tidak lagi
berada di Tahap 1. Namun, ada banyak sekali masalah dalam kehidupan kita sehari-
hari yang bersaing untuk mendapatkan perhatian kita, yang membuat kita sulit untuk
sepenuhnya menyadarinya. berpendidikan. Oleh karena itu, kebanyakan orang hanya
tahu sedikit tentang bahaya dan tidak pernah benar-benar mempertimbangkan apakah
mereka perlu melakukan sesuatu atau tidak. Banyak yang percaya bahwa kondisi
kesadaran ini sangat umum karena kurangnya keterlibatan pribadi. PAPM
menunjukkan dan menyarankan bahwa penting untuk membedakan antara orang-
orang yang tidak pernah memikirkan suatu tindakan dan mereka yang telah
memikirkan tindakan tersebut, tetapi ragu-ragu (DiClemente, Crosby, & Kegler,
2009). Pembedaan ini penting karena individu yang berpikir tentang akting cenderung
lebih berpengetahuan. Demikian juga, sikap berdasarkan pengalaman dengan suatu
masalah lebih dapat memprediksi perilaku masa depan daripada sikap yang dihasilkan
di tempat, tanpa pengalaman seperti itu (Fazio & Zanna, 1981). Oleh karena itu,
apakah seseorang telah atau belum berpikir untuk mengambil tindakan tampaknya
menjadi perbedaan penting.
Tahap 3 (Memutuskan Tentang Bertindak) Versus Tahap 4 (Memutuskan untuk
Tidak Bertindak) dan Tahap 5 (Memutuskan Untuk Bertindak): Penelitian telah
mengungkapkan perbedaan penting antara orang yang belum membentuk opini dan
mereka yang telah mengambil keputusan. Mereka yang telah sampai pada posisi pasti
pada suatu isu-terutama isu mengenai perilaku mereka sendiri- memiliki tanggapan
yang berbeda terhadap informasi dan lebih tahan terhadap persuasi daripada orang-
orang yang tidak pernah membentuk opini (Anderson, 1983; Brockner & Rubin,
1985; Cialdini, 1988; Jelalian & Miller, 1984, Nisbett & Ross, 1980). Kecenderungan
untuk berpegang pada posisi sendiri telah disebut bias konfirmasi, ketekunan
keyakinan, dan pelestarian hipotesis. Itu memanifestasikan dirinya dalam berbagai
cara. Menurut Klayman (1995), ini termasuk terlalu percaya diri dalam keyakinan

8
seseorang, mencari bukti baru yang bias mendukung keyakinan seseorang, interpretasi
bias data baru, dan penyesuaian yang tidak memadai dari keyakinan seseorang. Untuk
alasan yang tepat ini, PAPM berpendapat bahwa dianggap penting ketika orang
mengatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk bertindak atau telah memutuskan
untuk tidak bertindak, dan bahwa implikasi dari seseorang yang mengatakan bahwa
dia memutuskan untuk bertindak tidak sama dengan mengatakannya. adalah "sangat
mungkin" dia akan bertindak (DiClemente, Crosby, & Kegler, 2009).
Tahap 5: (Memutuskan untuk Bertindak) Versus Tahap 6 (Bertindak): Selama fase
motivasi awal, orang mengembangkan niat untuk bertindak, berdasarkan keyakinan
tentang risiko, hasil, dan self-efficacy. Setelah tujuan telah ditetapkan dalam fase
motivasi, orang memasuki fase kemauan di mana mereka merencanakan detail
tindakan, memulai tindakan, dan menangani kesulitan melakukan tindakan itu dengan
sukses. Penelitian menunjukkan bahwa ada kesenjangan penting antara niat untuk
bertindak dan melaksanakan niat ini, dan bahwa membantu orang mengembangkan
rencana implementasi tertentu dapat mengurangi hambatan ini. PAPM menyarankan
bahwa informasi implementasi terperinci yang mungkin tidak menarik bagi orang-
orang pada tahap awal, dan bahkan bagi mereka yang mencoba memutuskan apa yang
harus dilakukan, seringkali penting untuk membantu mereka melakukan transisi dari
keputusan ke tindakan (DiClemente, Crosby, & Kegel, 2009).
Tahap 6 (Bertindak) Versus Tahap 7 (Pemeliharaan): Tahap 6 adalah di mana
orang percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku mereka
dan secara aktif terlibat dalam mengambil langkah-langkah untuk mengubah perilaku
buruk mereka dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda (DiClemente,
Crosby, & Kegler, 2009). Pemeliharaan adalah tahap di mana orang telah membuat
modifikasi nyata yang spesifik dalam gaya hidup mereka dan bekerja untuk mencegah
kekambuhan; namun, mereka tidak menerapkan proses perubahan sesering yang
dilakukan orang dalam Action. Sementara dalam tahap Pemeliharaan, orang-orang
kurang tergoda untuk kambuh dan tumbuh semakin percaya diri bahwa mereka dapat
melanjutkan perubahan mereka (DiClemente, Crosby, & Kegler, 2009).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Precaution Adoption Process Model (PAPM)


1. Kelebihan
PAPM mampu mengidentifikasi pada setiap tahapan, sehingga pada setiap
tahapannya dapat diintervensi. Model ini mampu menjelaskan tahapan dalam

9
berperilaku sehat yang lebih lengkap dengan komponen pada pembentukan
perilaku.
2. Kekurangan
Pada semua tahapan PAPM hanya dapat diketahui dengan cara introspeksi diri
individu itu sendiri. Sehingga tidak mempertimbangkan faktor eksternal seperti
pengalaman masa lalu dan lebih mempertimbangkan pada faktor internal (Weinstein
N. D., 1988). Menjelaskan langkah dalam mengambil keputusan dalam berperilaku,
tidak menjelaskan terjadinya suatu keadaan dimana individu tidak lagi melakukan
atau berhenti berperilaku sehat secara berkala.

10
BAB 3
APLIKASI TEORI PRECAUTION ADOPTION PROCESS MODEL
3.1 Aplikasi Teori Precaution Adoption Process Model
Judul : Mal Orang Sehat (MOS) SEbagai Penerapan Paradigma
Sehat dan Respon Masyarakat Berdasarkan Precaution
Adoption Process Model Di Puskesmas Sobo, Kabupaten
Banyuwangi.
Penulis : Khansa Fatihah Muhammad, Ratna Dwi Wulandari
Tahun : 2021

11
12
Langkah-langkah Precaution Adoption Process Model (PAPM) ;
1. Unware : Seseorang sama sekali belum mengetahui adanya awareness
dan pengetahuan terkait dan pengetahuan pelayanan MOS, karena seseorang tersebut
belum pernah mendapatkan informasi terkait MOS dari Puskesmas, atau sumber
informasi lainnya seperti keluarga atau orang terdekat.
2. Unengaged : Dimana seseorang telah mengetahui adanya hal
terkait kesehatan, dalam hal ini yaitu pelayanan MOS, tetapi belum melakukan
tindakan apapun dan belum membuat keputusan terhadap kunjungan sehat melalui
pelayanan MOS.
3. Undecided : Dimana seseorang belum memiliki keputusan akhir terhadap
tindakan perilaku, dalam hal ini yaitu untuk melakukan kunjungan sehat atau tidak.
Seseorang dalam stage 3 masih memiliki beberapa pertimbangan untuk melakukan
tindakan perilaku, dalam hal ini yaitu dalam melakukan kunjungan sehat, seperti
pertimbangan terkait jenis pelayanan MOS yang sekiranya akan dikunjungi, atau
pertimbangan terhadap hal yang dapat menghalangi seseorang untuk melakukan
kunjungan sehat.
4. Decided not to act  : Dimana seseorang memutuskan untuk tidak melakukan
tindakan apapun terhadap awareness yang dimiliki terkait sebuah tindakan perilaku,
dalam hal ini yaitu untuk melakukan kunjungan sehat. Hal ini dapat dipengaruhi
beberapa hal, salah satunya seperti masyarakat yang merasa belum membutuhkan
melakukan kunjungan sehat, adanya halangan dari segi akses ke Puskesmas, atau hal
lainnya.
5. Decided to act  : Dimana seseorang telah memiliki keputusan untuk melakukan
kunjungan sehat, tetapi baru memiliki rencana terhadap jenis pelayanan MOS yang
akan dikunjungi, dan belum melakukan kunjungan sehat tersebut.
6. Acting  : Seseorang sudah melakukan kunjungan sehat, tetapi tidak
berencana untuk kembali melakuan kunjungan sehat dalam 6 bulan kedepan.
7. Maintenance : Seseorang sudah melakukan kunjungan sehat dan berencana
untuk kembali melakukan kunjungan sehat dalam 6 bulan kedepan, setelah terakhir
kali seseorang tersebut melakukan kunjungan sehat.

13
14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari beberapa bab diatas kesimpulan dalam makala ini
adalah teori PAPM menjelaskan tujuh tahap perubahan perilaku dimulai dari kurangnya
kewaspadaan sampai seseorang mengadopsi dan atau mempertahankan perilaku sehat.
PAPM ini berfungsi sebagai model yang menjelaskan bagaimana individu mengambil
keputusan untuk bertindak. Model ini merupakan sebuah model yang menjelaskan
secara kualitatif langkah-langkah perilaku sehat apa yang akan ia lakukan. Tujuan
PAPM dari definisi ini merujuk pada identifikasi tahap dalam berperilaku sehat dan
proses tahapan berperilaku. Pada permukaannya, PAPM mirip dengan model lain, yaitu
Trans Theoretical Model. Namun yang membuat sama hanyalah nama tahapnya.
Namun, makna nama yang diberikan tetap berbeda pada kedua model tersebut. Terdapat
7 tahapan dalam teori PAPM, antara lain yaitu unware, unengaged, undecided, decided
not to act d,ecided to act, acting dan maintenance.

15
DAFTAR PUSTAKA

Conner, M., & Norman, P. (2005). Predicting Health Behaviour (2nd ed.). New York: Open
University Press.
Weinstein, N. D. (1988). The Precaution Process. Health Psychology, 7(4), 3.
Weinstein, N. D., & Sandman, P. M. (1992). A Model of the Precaution Adoption Process:
Evidence From Home Radon Testing. Health Psychology, 170-180.
Weinstein, N. D., Sandman, P. M., & Blalock, S. J. (2008). Chapter 6: The Precaution
Adoption Process Model. Health Behavior and Health, 123–147.
Weinstein, N.D., Sandman, P.M., & Blalock, S.J. (2008). Chapter 6:
The Precaution Adoption Process Model. In Health Behavior and Health Education.
John Wiley & Sons, Inc.: San Francisco, CA.

16

Anda mungkin juga menyukai