Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NN.S DENGAN DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER)

DI RUANG MAHONI RSUD KOTA TANGERANG

STASE KEPERAWATAB MEDIKAL BEDAH PROFESI

Oleh :

1. Hafni Yulfizar (21.14901.021)

2. Adhe Tri Putri (21.14901.022)

3. Siti Mahfudotul Allawiah (21.14901.023)

4. Erinada Niditya Putri (21.14901.028)

5. Zainal Arifin (21.14901.046)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus

dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina), terutama menyerang anak remaja dan

dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita (Effendy, 2016 ).

Prevalensi DBD di Dunia Menurut Word Health Organization (1995) populasi di

dunia diperkirakan berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama

yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga

diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun.

Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan

500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya

adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Data dari seluruh dunia

menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap

tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat

negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan

tertiggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Depkes, 2010).

Tanda dan gejala pada penyakit demam berdarah ini timbul secara mendadak

berupa suhu tinggi, nyeri pada seluruh tubuh, nyeri di belakang kepala hebat, suara

serak, batuk epitasis serta disuria, lemah, nafsu makan berkurang dapat juga disertai

muntah. Masa tunas 3-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Pada penyakit demam berdarah

yang berkelanjutan dapat menimbulkan terjadinya Dengue Syok Syndrome (DSS),

bahkan kematian demam berdarah (DHF) sangat beresiko. Maka setiap pasien yang

tersangka menderita DHF perlu dirawat di rumah sakit (Arif Mansjoer, 2000).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangsel, ada sebanyak 349 kasus DBD yang
terjadi (Dinas Kesehatan, 2021).

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas dan mengingat

pentingnya pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk dan penyakit DHF, sehingga

penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Nn.S Dengan Dhf (Dengue Haemoragic Fever) Di Ruang Mahoni RSUD Kota

Tangerang”

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami konsep tentang DHF (Dengeu Haemorrhagic Fever)

dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF (Dengeu

Haemorrhagic Fever) secara komprehensif.

2. Tujuan khusus

a. Mampu menyusun konsep dasar Dengue Hemorhagic Fever ( DHF )

b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami Dengue HemorrhagicFever (DHF) .

c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) .

d. Mampu menyusun intervensi keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) .

e. Mampu melakukan implementasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan

pada pasien yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami Dengue Hemorrhagic ( DHF )

C. Manfaat
1. Penulis

Penulis mengerti dan memahami tentang DHF (Dengeu Haemorrhagic Fever). serta

dapat menentukan masalah yang muncul dan memberikan tindakan keperawatan pada
pasien dengan DHF (Dengeu Haemorrhagic Fever).

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan karya tulis ilmiah ini bermanfaat dalam memajukan serta

memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan institusi kesehatan pada

umumnya institusi keperawatan.

3. Bagi institusi rumah sakit

Bagi institusi rumah sakit karya tulis ini bermanfaat untuk memberikan pedoman pada

perawat serta tim kesehatan yang lain dalam memberikan penanganan dan tindakan

pada pasien DHF (Dengeu Haemorrhagic Fever).


BAB II
Landasan Teori

A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam.(Sudoyo, 2006)

Demam berdarah dengue/ DBD ( Dengue Haemorrhagic Fever/DHF ) adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/

atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis

hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo Aru dalam Nurarif,

2015).

C. ETIOLOGI

Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara serologi terdapat 4 tipe

DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3

serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe

yang bersangkutan, sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,

sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama

hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia

(Sudoyo Aru dalam  Nurarif, 2015).

D. KLASIFIKASI

Derajat beratnya penyakit DHF secara klinis dibagi sebagai berikut :

1. Derajat I (ringan)

a. Demam didahului demam tinggi mendadak dengan terus menerus berlangsung 2-7 hari

kemudian turun dengan cepat.  

b. Manifestasi perdarahan ringan yaitu uji tourniquet (+) ditemukan pada hari pertama.
c. Hepatomegali, ditemukan pada permulaan penyakit pembesaran hati tidak sejajar

dengan  beratnya penyakit dan nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterik sebab

pembesaran hati dikaitkan dengan serotire virus dengue.

d. Trombositopenia  : Jumlah trombosit kurang dari 150.000/ul, biasanya hari ke-3 dan ke-

7, tanda dan gejala : anoreksia, mual, muntah, lemah sakit perut, diare, atau konstipasi

dan kejang.

2. Derajat II (sedang) Disertai perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lain yaitu petekie,

purpura, sianosis,  perdarahan sub konjungtiva, epistaksis, hematemesis melena,

hemokonsentrasi ( Ht lebih dari 20% yang merupakan indikator terjadinya renjatan).

3. Derajat III Ditemukan tanda-tanda dini renjatan yaitu ditemukan kegagalan sirkulasi dengan

tanda nadi cepat dan pulsasi lambat, TD menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin,

lembab dan  penderita gelisah.

4. Derajat IV Renjatan dengan nadi tidak dapat diukur/diraba dan tekanan darah yang tidak

dapat diukur.(Hendarwanto, 2000)

E. PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia (virus berada

dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan  pengaktifan complement sehingga terjadi

komplek imun Antibodi  –   virus  pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat

C3a, C5a,  bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di

Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan

reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan

peningkatkan permeabilitas dinding  pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma.

Adanya komplek imun antibodi –  virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi

gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan

perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan

terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga
disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik

sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel

yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein.

Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap

infeksi terjadi:

1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan

kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam

sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a

dan C5a, 2  peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat

sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan

plasma melalui endotel dinding itu.

2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya

perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding  pembuluh darah,

menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik,

Renjatan terjadi secara akut.


4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding

pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak

diatasi bisa terjadi anoksia  jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2006)
F. MANIFESTASI KLINIS

1. Demam tinggi ± 7 hari (38°C-40°C)

2. Adanya manifestasi perdarahan antara lain : perdarahan bawah kulit, petekie, ekimosis,

hematoma, epistaksis, hematemesis, melena, hematuri

3. Mual muntah tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi

4. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati

5. Sakit kepala

6. Pembengkakan sekitar mata

7. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening

8. Tanda-tanda renjatan (sianosis kulit lembab dan dingin tekanan darah menurun, gelisah,

nadi cepat dan lemah). (Mansjoer, 2000 :421)

G. KOMPLIKASI

1. Perdarahan luas Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya kelainan

fungsi trombosit sehingga akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

2. Syok  Akibat dari permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan berdampak pada

kebocoran  plasma. Volume plasma akan menurun sehingga terjadi hipovolemia dan

berakhir syok pada  penderita.

3. Efusi pleura Infeksi virus dengue mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding

kapiler. Hal ini menyebabkan kebocoran plasma sehingga terjadi efusi pleura.

4. Penurunan kesadaran Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV yang

ditandai dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang sulit diukur. (Mansjoer,

2000)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Leukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative

(>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah

total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.


2. Trombosit : Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

3. Hematokrit  : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit

≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

4. Hemostasis : Dilakukan pemeriksaan PT,APTT. Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada

keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

5. Protein/Albumin : Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

6. SGOT/SGPT : Dapat meningkat.

7. Ureum, Kreatinin : Bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.

8. Elektrolit : Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

9. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : Bila akan diberikan transfusi darah atau

komponen darah.

10. IgM : Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-

90 hari. IgG : Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi

sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.

11. Uji HI : Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari perawatan

uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. (Sudoyo, 2006)

I. PENATALAKSANAAN

1. Tirah baring

2. Diit makanan lunak  Bila belum ada nafsu makan di anjurkan untuk minum banyak 1,5-2

liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar ditambah garam saja.

3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis Untuk hiperpilaksia dapat diberikan kompres es

dikepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin

atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya pendarahan.

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi skunder 

Transfusi darah dilakukan pada :

1. Pasien dengan pendarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena


2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukan penurunan kadar Hb dan Ht.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NN.S DENGAN DHF
DI RUANG MAHONI RSU KOTA TANGERANG

I. PENGKAJIAN
A. DENTITAS DIRI KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB

Nama Klien : Nn. S Tanggal Masuk RS : 27 Desember 2021


Umur : 20 Tahun Diagnosa Medis : DHF
Jenis Kelamin : perempuan Sumber Informasi : Keluarga

Alamat klien : Batuceper Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2021


Status Perkawinan : belum menikah Ruang : Mahoni
Agama : Islam Keluarga dekat yang dapat-
segera dihubungi (PJ) : Ibu
Suku : Jawa Nama PJ : Ny.M
Pendidikan : SMA Pekerjaan PJ : Wiraswasta
Pekerjaan : Wiraswasta Alamat PJ : Batuceper
Telp PJ : 082122275314

B. ANAMNESA
- Alasan masuk RS : datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari sejak sebelum masuk
rumah sakit, mual, muntah 3kali, sakit seluruh badan
- Masuk dari IGD dibawa oleh keluarga
- Alat yang digunakan saat masuk : -

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama saat pengkajian : ( Keluhan yang dirasakan klien berupa data subjektif yang paling
prioritas /penting dan segera…) : muntah
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien mengalami DHF
3. Riwayat Kesehatan Lalu :
- Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami : tidak ada
- Imunisasi : lengkap
- Kecelakaan yang pernah dialami : tidak pernah
- Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit : tidak pernah
- Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ) : tidak ada alergi
- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas) , lamanya:

Obat- Obatan
(Resep/obat bebas) Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
- - - -

4. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada


Orang Tua : tidak ada
Saudara kandung : tidak ada
Anggota keluarga lain : tidak ada
Penyakit yang sedang diderita : tidak ada
Orang tua : tidak ada
Saudara kandung : tidak ada
Anggota keluarga lain : tidak ada
Riwayat penyakit genetic/keturunan/herediter : tidak ada

D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN ( Model Gordon )


1. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN / MANAJEMEN KESEHATAN
 Persepsi terhadap penyakit : pasien belum terlalu memahami penyakit yang diderita
 Arti sehat dan sakit bagi pasien: Sehat adalah saat bisa melakukan aktivitas, sedangkan sakit
adalah ketika hanya bisa berbaring di tempat tidur
 Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini: pasien mengatakan dhf adalah penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk
 Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat pelayanan
kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi : pasien
olahraga ringan dirumah
 Pemeriksaan diri sendiri : payudara, riwayat medis keluarga, pengobatan yang
sudah dilakukan: tidak ada
 Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
 Tembakau : tidak merokok
 Alkohol : tidak minum alkohol
 Obat lain : tidak ada
 Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna) : tidak ada alergi
 Obat-obatan warung/tanpa resep dokter : saat sakit pasien mengunjungi puskesmas atau
klinik terdekat

2. POLA NUTRISI / METABOLISME


Kebiasaan jumlah makanan : makan 2 kali sehari namun tidak habis
Jenis dan jumlah (makanan dan minuman) : makanan (nasi, lauk, sayur) minuman (air putih, jus)
Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan :
pasien tidak menghabiskan makanan, nafsu makan menurun
Kepuasan akan berat badan : pasien memiliki BB 60 kg dan merasa berat badannya tidak ideal
Faktor pencernaan : nafsu makan menurun, mukosa mulut kering
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS) :
Diet/Suplemen Khusus :tidak menjalankan diet
Instruksi Diet Sebelumnya : tidak ada
Penurunan Sensasi Kecap : tidak ada
TB:148 cm BB saat ini: 60cm
Perubahan BB 6 bulan terakhir : tidak ada perubahan
Kesulitan Menelan (Disfagia) : tidak ada
Pantangan/Alergi : pasien tidak memiliki alergi

3. POLA ELIMINASI
- Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi 5x/hr, Warna kuning jernih, bau amoniak , tidak
ada nyeri saat BAK, kemampuan mengontrol BAK baik
- Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi 2 hari sekali
- Kemampuan perawatan diri : pasien bisa merawat dirinya sendiri
- Kebersihan diri : kebersihan diri pasien baik
- Penggunaan bantuan untuk ekskresi : tidak ada
- Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum, prostat) :
mual muntah, tidak ada nyeri tekan Bising usus : 12x/menit

4. POLA AKTIVITAS / OLAHRAGA


 Aktivitas kehidupan sehari-hari : pasien sudah tidak bekerja
 Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas : olahraga ringan dirumah sehari sekali
 Aktivitas menyenangkan : membaca Al Quran
 Keyakinan tentang latihan dan olahraga : pasien yakin dengan olahraga badannya tetap sehat
dan segar
 Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi) :
pasien sedikit dibantu oleh ibu
 Data pemeriksaan fisik (pernapasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, neurologi) :
Sistem Kardiovaskular (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
TD : 111/72 mmHg, N : 117 x/menit S: 38˚C, CRT : <2 detik, JVP 4 cmH20, SpO2 : 100% Sistem
Respirasi (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)::
RR :22 x/menit, pasien tidak mengalami sesak, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
retraksi dinding dada
• Sistem Muskuloskeletal (inspeksi, palpasi, perkusi):
Pasien tidak menggunakan alat bantu
Kekuatan Otot : 5555 5555
5555 5555
Keluhan saat beraktivitas: sesak saat berakitvitas berlebihan
Sistem Neurologi (saraf kranial, refleks, dll):
Saraf kranial normal, refleks baik
 Kemampuan Perawatan Diri :

Aspek dinilai Score


0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Toileting 
Mobilisasi di tempat 
tidur
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki Tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Pemeliharaan Rumah 
Total 18
Keterangan
0 = Mandiri 1 = Dengan Alat Bantu 2 = Bantuan Orang Lain mampu 3 = Bantuan
peralatan dan orang lain 4 = Tergantung / tidak

5. POLA ISTIRAHAT TIDUR


- Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur : 8 Jam/malam. Terkadang pasien tidur
siang. Pasien merasa segar setelah tidur
- Jam tidur 21.00 .dan bangun 05.00 , sebelum tidur pasien berdoa
- Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, music. dlll)
- Jadwal istirahat dan relaksasi : istirahat dan relaksasi biasanya dilakukan setelah mengerjakan
pekerjaan rumah
- Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll) : pasien bisa tidur walaupun
terkadang nyeri kepala
- Data pemeriksaan fisik (pasien tampak segar saat bangun)
- Masalah/Gejala gangguan pola tidur: tidak ada gangguan pola tidur

6. POLA KOGNITIF – PERSEPSI


- Status mental : pasien sadar
- Bicara: saat bicara normal
- Bahasa sehari – hari : bahasa yang digunakan bahasa indonesia
- Kemampuan membaca Bahasa Indonesia : kemampuan membaca baik
- Kemampuan memahami : kemampuan memahami baik
- Tingkat ansietas : pasien memiliki kecemasan ringan
- Keterampilan interaksi : keterampilan berinteraksi tepat
- Pendengaran : pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu dengar
- Penglihatan : penglihatan normal
- Vertigo : tidak memiliki vertigo
- Ketidaknyamanan / nyeri : pasien mengalami nyeri
- Pencetus nyeri: aktivitas
- Quality/ kualitas nyeri: pegal, linu
- Regio nyeri : seluruh badan
- Skala nyeri: 4
- Time/ waktu nyeri: 1-2 menit
- Penalaksanaan nyeri : tarik nafas dalam
- Tingkat kesadaran : composmentis GCS :15 , tidak ada tremor , kekuatan menggenggam
baik pegerakan ekstremitas baik, riwayat kejang tidak ada

7. POLA PERAN HUBUNGAN


- Pekerjaan : tidak bekerja
- Status Pekerjaan : pasien tidak bekerja
- Sistem Pendukung / Pentingnya keluarga: pasien memiliki sistem pendukung yaitu keluarga
- Masalah keluarga berkenaan dengan masalah di Rumah Sakit : tidak ada masalah
- Kegiatan Sosial / Hubungan dengan orang lain : pasien mengikuti kegiatan sosial seperti
pengajian
- Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran : pasien merasa puas saat menjalankan
perannya
- Struktur dan dukungan keluarga : keluarga pasien memberikan dukungan dengan cara
menemani pasien
- Proses pengambilan keputusan keluarga : pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala
keluaega
- Pola membersarkan anak : pasien belum memiliki anak
- Orang terdekat dengan klien : orang tua

8. POLA SEKSUALITAS / REPRODUKSI


- Tanggal Menstruasi Terakhir (TMA) : pasien terakhir menstruasi tanggal 27 Desember 2021
- Masalah menstruasi : tidak ada
- Pap Smear Terakhir : tidak ada
- Pemeriksaan payudara/testis mandiri bulanan : tidak ada
- Masalah seksualitas b.d penyakit dan efek terhadap kesehatan : tidak ada masalah seksualitas
- Jumlah anak, tidak ada jumlah suami/istri : pasien belum memiliki suami

9. POLA KOPING – TOLERANSI STRES


- Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini : pasien stres karena tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya
- Tingkat stress yang dirasakan : pasien merasakan sedikit stres tidak bisa melakukan aktivitas
- Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya : pasien membaca
komik dan mengobrol dengan keluarga
- Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress: saat merasa stress pasien beribadah
dan berdoa
- Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga : keluarga berperan sebagai dukungan
saat pasien mengalami stres
- Kehilangan / perubahan di masa lalu : tidak ada
- Penggunaan obat untuk menghilangkan stres : pasien tidak menggunakan obat
- Keadaan emosi dalam sehari-hari : pasien tampak santai

10. POLA KONSEP DIRI


- Body image : tidak terganggu
- Ideal diri : tidak terganggu
- Harga diri : tidak terganggu.
- Peran : tidak terganggu
- Identitas diri : tidak terganggu

11. POLA KEYAKINAN-NILAI


- Latar belakang budaya/etnik : pasien berlatar belakang budaya jawa
- Tujuan kehidupan bagi pasien : tujuan kehidupan adalah untuk menentukan identitas
dan jati diri
- Pentingnya agama/spiritualitas : pasien mengatakan ibadah tidak hanya dilakukan
ketika sakit saja tetapi setiap saat
- Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas : .saat sakit pasien tetap rajin melakukan
ibadah
- Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang dapat
mempengaruhi kesehatan : pasien tidak mempercayai mitos
- Agama : islam
- Pantangan keagamaan : tidak ada pantangan
- Pengaruh agama dalam kehidupan : saat menghadapi masalah pasien selalu berdoa dan
beribadah
- Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
 Kepala dan leher

Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, pertumbuhan rambut merata, rambut warna
hitam ( bersih tidak berketombe, dan tidak rontok), kepala bentuk mesosepal tidak ada
pembesaran. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, gerak leher normal
 Mata (bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil, lapang pandang,
ketajaman penglihatan)
Mata sejajar, kelopak mata tidak jatuh, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil
bulat ukuran 3mm, lapang pandang baik, ketajaman penglihatan baik
 Telinga (daun telinga, lubang, saluran, membran tympani, fungsi pendengaran)
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, terdapat serumen, fungsi pendengaran baik
 Hidung dan sinus
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terlihat
menggunakan otot bantu pernafasan
 Mulut, lidah, dan tonsil

Mukosa mulut tampak kering, tidak ada karies, tidak ada stomatitis
 Payudara dan ketiak
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, payudara simetris
 Abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Tidak ada asites, tidak ada benjolan, bising usus 12x/m, bunyi perkusi timfani, tidak ada nyeri
tekan
 Endokrin
Tidak terdapat benjolan, tidak ada pembesaran pada JVP, tidak terdapat bunyi bruit
 Imunologi
Pasien tidak memiliki alergi, imunisasi lengkap, demam, TD : 111/72 mmHg, N : 117 x/menit
S: 38˚C, CRT : <2 detik, JVP 4 cmH20, SpO2 : 100% RR:20x/m
 Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Trombosit 99 10^3/uL 150-440
Hematokrit 29 % 35-47
Hemoglobin 9,8 g/dl 11,7-15,5

 Pengobatan (nama, dosis, rute)


Nama Dosis Rute
Paracetamol 500mg Oral
Ondansetron 8mg intravena
Omeprazole 40mg intravena
Sucralfate 100ml Oral
Zinc 20mg oral

 Kesimpulan Keadaan Pasien


Pasien dengan diagnosa DHF datang dengan keluhan demam sejak 3 hari sejak sebelum
masuk rumah sakit, mual, muntah 3 kali, sakit seluruh badan, hasil lab menunjukan
trombosit 99 10^3/uL, hematoktrit 29% dan hemoglobin 9,8 g/dl
 Analisis Data

Data Intrepretasi Data Dan Masalah Keperawatan


Kemungkinan Penyebab
DS : Gigitan nyamuk aedes aegepty Risiko hipovolemi ( D.0034 )
- klien mengatakan
mual Beredar dalam aliran darah
- klien mengatakan
muntah 3 kali
- klien mengatakan Infeksi virus dengue
nafsu makan menurun
- klien mengatakan
lemas Hipertermi

DO: Permeabilitas membrane


- tampak lemas meningkat
- mukosa bibir kering
- S : 38 C kebocoran plasma ke
ekstravaskuler

Risiko ketidakseimbangan cairan

DS : Gigitan nyamuk aedes aegepty Hipertemi (D.0130)


- klien mengatakan
demam
Beredar dalam aliran darah
DO:
- S : 38C
Infeksi virus dengue
- teraba hangat
- tampak pucat
Respon imun

Demam

Hipertemi
DS : Infeksi virus dengue Nyeri Akut (D.0077)
- klien mengatakan
sakit seluruh badan
Respon imun
DO:
- tampak meringis Pelepasan neurotransmiter
- skala nyeri 4

Impuls nyeri masuk ke


talamus
Nyeri otot

Nyeri Akut

 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Risiko hipovolemi (D.0034) b/d kehilangan cairan secara aktif ditandai dengan klien mengatakan
mual, klien mengatakan muntah 3 kali, klien mengatakan nafsu makan menurun, klien
mengatakan lemas, tampak lemas, mukosa bibir kering
2. Hipertemi (D.0130) b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengatakan demam, S : 38C,
teraba hangat, tampak pucat
3. Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai dengan klien mengatakan
sakit seluruh badan, klien mengatalan skala nyeri 3, tampak meringis

 RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

 Rencana Keperawatan

Tgl Diagnosa SLKI SLKI


Keperawatan

28/12/ Risiko Setelah dilakukan tindakan selama 3


2021 hipovolemi
x 24 jam diharapkan status cairan
(D.0034) b/d
kehilangan adekuat
cairan secara 1. Manajemen Hipovolemia (I.01026)
aktif ditandai 1. Status cairan (L.03028)
Obsevasi
dengan klien
mengatakan Indikator Saat Ini Target - Monitor tanda gejala hipovolemia (mis.
mual, klien Membran Skala 3 Skala 5 Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
mengatakan mukosa sedang membaik lemah, tekanan darah menurun, tekanan
muntah 3kali, nadi menyempit, turgor kulit menurun,
Kadar Hb Skala 3 Skala 5 membran mukosa kering, volume urin
klien
sedang membaik menurun, hematokrit meningkat, haus,
mengatakan
nafsu makan Kadar Ht Skala 3 Skala 5 lemah)
menurun, klien sedang membaik Terapeutik
mengatakan - Hitung kebutuhan cairan
lemas, tampak
lemas, mukosa - Berikan posisi modified tredelenburg
bibir kering - Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. RL)
28/12/ Hipertemi Setelah dilakukan tindakan selama 3
2021 (D.0130) b/d
x 24 jam diharapkan Termoregulasi
proses penyakit
ditandai dengan adekuat
klien 1. Manajemen Hipertemia (I.03115)
mengatakan 1. Termoregulasi (L.14134) Observasi
demam, S : - Identifikasi penyebab hipertemia
38C, teraba Indikator Saat Ini Target - Monitor suhu tubuh
hangat, tampak Suhu - Monitor kadar elektrolit
Skala 2 Skala 4
pucat - Monitor haluan urine
tubuh Cukup cukup
- Monitor komplikasi akibat hipertemia
memburuk membai
k Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
Suhu Skala 2 Skala 4 - Longgarkan atau lepaskan pakaian
kulit Cukup cukup - Berikan cairan oral
memburuk membai - Ganti linen setiap hari atau lebih sering
k jika mengalami hiperhidrosis (keringat
Pucat Skala 3 Skala 4 berlebih)
sedang cukup - Berikan oksigen, jika perlu
menurun Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
28/12/ Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan selama 3
2021 (D.0077) b/d
x 24 jam diharapkan Tingkat nyeri
agen pencedera
biologis menurun
(inflamasi) 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
ditandai dengan 1. Tingkat Nyeri (L.08066) Observasi
klien - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
mengatakan Indikator Saat Ini Target frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
sakit seluruh - Identifikasi skala nyeri
Keluhan Skala 3 Skala 5
badan, klien - Identifikasi faktor yang memperberat dan
nyeri sedang menurun
mengatakan memperingan nyeri
Meringis Skala 3 Skala 5 - Monitor keberhasilan terapi
skala nyeri 4,
sedang menurun komplementer yang sudah diberikan
lemas, tampak
meringis Nafsu Skala 3 Skala 5 Terapeutik
makan sedang membaik - Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri(mis. Teknik
relaksasi nafas dalam, kompres
hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/ Diagnosis
No Tanggal Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. 28 Risiko hipovolemi - Memonitor tanda gejala hipovolemia (mis. S:


Desember (D.0034) b/d Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, - klien mengatakan mual
2021 kehilangan cairan tekanan darah menurun, tekanan nadi - klien mengatakan
secara aktif menyempit, turgor kulit menurun, membran muntah berkurang
ditandai dengan mukosa kering, volume urin menurun, - klien mengatakan nafsu
klien mengatakan hematokrit meningkat, haus, lemah) makan menurun
mual, klien - klien mengatakan lemas
mengatakan - Memberikan asupan cairan oral O:
muntah, klien - Menganjurkan memperbanyak asupan cairan - tampak lemas
mengatakan nafsu oral - mukosa bibir kering
makan menurun, - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis RL A:
klien mengatakan masuk 3000cc Masalah teratasi sebagian
lemas, tampak P:
lemas, mukosa Lanjutkan intervensi
bibir kering
2 28 Hipertemi - Mengidentifikasi penyebab hipertemia S:
Desember (D.0130) b/d - Memonitor suhu tubuh - klien mengatakan
2021 proses penyakit - Memonitor komplikasi akibat hipertemia demam
ditandai dengan - Menyediakan lingkungan yang dingin
O:
klien mengatakan - Melonggarkan atau lepaskan pakaian
demam, S : 38C, - Memberikan cairan oral - S : 37,7C
teraba hangat, - Mengganti linen setiap hari atau lebih sering - teraba hangat
tampak pucat jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih) - tampak pucat
- Menganjurkan tirah baring A:
- Pemberian obat penurun panas paracetamol Masalah teratasi sebagian
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit P:
intravena Lanjutkan intervensi
3 28 Nyeri Akut - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
Desember (D.0077) b/d agen frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - klien mengatakan s sakit
2021 pencedera biologis - Mengidentifikasi skala nyeri seluruh badan
(inflamasi) - Mengidentifikasi faktor yang memperberat - klien mengatalan skala
ditandai dengan dan memperingan nyeri nyeri 3
klien mengatakan - Memonitor keberhasilan terapi komplementer
O:
sakit seluruh badan yang sudah diberikan
- tampak meringis
, klien mengatakan - Memberikan teknik non farmakologis untuk
A:
skala nyeri 3, mengurangi rasa nyeri dengan cara teknik
Masalah teratasi sebagian
tampak meringis relaksasi nafas dalam
P:
- Mengontrol lingkungan yang memperberat
Lanjutkan intervensi
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hari/ Diagnosis
No Tanggal Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. 29 Risiko hipovolemi S:
- Memonitor tanda gejala hipovolemia (mis.
Desember (D.0034) b/d Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, - klien mengatakan mual
2021 kehilangan cairan tekanan darah menurun, tekanan nadi berkurang
secara aktif menyempit, turgor kulit menurun, membran - klien mengatakan
ditandai dengan mukosa kering, volume urin menurun, muntah berkurang
klien mengatakan hematokrit meningkat, haus, lemah) - klien mengatakan
mual, klien nafsu makan mulai
mengatakan - Memberikan asupan cairan oral meningkat
muntah, klien - Menganjurkan memperbanyak asupan cairan - klien mengatakan
mengatakan nafsu oral sudah tidak terlalu lemas
makan menurun, - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis RL O:
klien mengatakan masuk 3000cc - tampak lemas
lemas, tampak - mukosa bibir kering
lemas, mukosa A:
bibir kering Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
2 29 Hipertemi - Memonitor suhu tubuh S:
Desember (D.0130) b/d - Memonitor komplikasi akibat hipertemia - klien mengatakan
2021 proses penyakit - Menyediakan lingkungan yang dingin demam
ditandai dengan - Melonggarkan atau lepaskan pakaian
O:
klien mengatakan - Memberikan cairan oral
demam, S : 38C, - Mengganti linen setiap hari atau lebih sering - S : 38,2C
teraba hangat, jika mengalami hiperhidrosis (keringat - teraba hangat
tampak pucat berlebih)
- Menganjurkan tirah baring - tampak pucat
- Memberikan obat panas paracetamol A:
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit Masalah teratasi sebagian
intravena P:
Lanjutkan intervensi
3 29 Nyeri Akut - Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember (D.0077) b/d agen - Memonitor keberhasilan terapi komplementer - klien mengatakan sakit
2021 pencedera biologis yang sudah diberikan sakit seluruh badan
(inflamasi) - Memberikan teknik non farmakologis untuk berkurang
ditandai dengan mengurangi rasa nyeri teknik relaksasi nafas - klien mengatalan skala
klien mengatakan dalam nyeri 2
sakit seluruh - Mengontrol lingkungan yang memperberat
O:
badan, klien rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
- tampak meringis
mengatakan skala kebisingan)
A:
nyeri 4, tampak - Memfasilitasi istirahat dan tidur
Masalah teratasi sebagian
meringis - Menjelaskan strategi meredakan nyeri
P:
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa nyeri
Hari/ Diagnosis
No Tanggal Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. 30 Risiko hipovolemi - Memonitor tanda gejala hipovolemia (mis. S:


Desember (D.0034) b/d Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, - klien mengatakan
2021 kehilangan cairan tekanan darah menurun, tekanan nadi mual berkurang
secara aktif menyempit, turgor kulit menurun, membran - klien mengatakan
ditandai dengan mukosa kering, volume urin menurun, tidak muntah
klien mengatakan hematokrit meningkat, haus, lemah) - klien mengatakan
mual, klien nafsu makan mulai
mengatakan - Memberikan asupan cairan oral meningkat
muntah, klien - Menganjurkan memperbanyak asupan cairan - klien mengatakan
mengatakan nafsu oral sudah tidak lemas
makan menurun, - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis RL O:
klien mengatakan masuk 3000cc - mukosa bibir lemba
lemas, tampak A:
lemas, mukosa Masalah teratasi
bibir kering sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
2 30 Hipertemi - Memonitor suhu tubuh S:
Desember (D.0130) b/d - Memonitor komplikasi akibat hipertemia - klien mengatakan
2021 proses penyakit - Menyediakan lingkungan yang dingin demam berkurang
ditandai dengan - Melonggarkan atau lepaskan pakaian
O:
klien mengatakan - Memberikan cairan oral
demam, S : 38C, - Mengganti linen setiap hari atau lebih sering - S : 37,6C
teraba hangat, jika mengalami hiperhidrosis (keringat - teraba hangat
tampak pucat berlebih) A:
- Menganjurkan tirah baring Masalah teratasi
- Memberikan obat panas paracetamol sebagian
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit P:
intravena Lanjutkan intervensi
3 30 Nyeri Akut - Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember (D.0077) b/d agen - Memonitor keberhasilan terapi komplementer - klien mengatakan
2021 pencedera biologis yang sudah diberikan sakit badan sudah
(inflamasi) - Memberikan teknik non farmakologis untuk berkurang banyak
ditandai dengan mengurangi rasa nyeri teknik relaksasi nafas
O:
klien mengatakan dalam
- tampak segar
sakit seluruh badan - Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
- skala nyeri 1
, klien mengatakan nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
A:
skala nyeri 4, - Memfasilitasi istirahat dan tidur
Masalah teratasi
tampak meringis - Menjelaskan strategi meredakan nyeri
P:
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa nyeri
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Nn. S dengan DHF di

ruang mahoni RSUD Kota Tangerang. Maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan

antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga

akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny.

S dengan DHF, dalam penyususnan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang

meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut :

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan yang sering muncul

a) Risiko hipovolemi (D.0034) b/d kehilangan cairan secara aktif d/d klean mengatakan

mual, muntah klien mengatakan muntah 3 kali, klien mengatakan nafsu makan

menurun, klien mengatakan lemas, tampak lemas, Hipovolemia adalah suatu kondisi

akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena

kehilangan cairan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga dapat

menimbulkan syok hipovolemia

b) Hipertemi (D.0130) b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengatakan demam, S :

38C, teraba hangat, tampak pucat terjadi saat suhu tubuh naik melebihi suhu normal.

Kondisi ini terjadi akibat suhu lingkungan yang tinggi dan tubuh tidak lagi mampu

beradaptasi terhadap perubahan ekstrem tersebut. Suatu kondisi disebut

sebagai hipertermia bila suhu tubuh berada di atas 40 derajat Celsius.

c) Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai dengan klien

mengatakan sakit seluruh badan, klien mengatalan skala nyeri 3, tampak meringis.

Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

B. IMPLEMENTASI

a) Risiko hipovolemi b/d kehilangan cairan secra aktif d/d klean mengatakan mual,muntah 3

kali, klien mengatakan nafsu makan menurun, klien mengatakan lemas, mukosa bibir

kering.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah :

Monitor tanda gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,

tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa

kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah), Hitung kebutuhan

cairan, Memberikan asupan cairan oral , Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral,

Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis RL masuk 3000cc.

b) Hipertemi (D.0130) b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengatakan demam, S :

38C, teraba hangat, tampak pucat

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah :

identifikasi hipertermia, monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit, monitor haluan

urine, monitor komplikasi akibat hipertermia, sediakan lingkungan yang dingin

longgarkan pakaian atau lepaskan pakaian, berikan cairan oral, ganti linen setiap hari atau

lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih), anjurkan tirah baring,

kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit.

c) Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai dengan klien

mengatakan sakit seluruh badan, klien mengatalan skala nyeri 3, tampak meringis.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah :

identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala


nyeri, monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah diberikan, berikan teknik

non farkmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya teknik relaksasi, nafas dalam,

kompres hangat atau dingin), control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya

suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan strategi

meredakan nyeri, ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri. kekuatan

dan tindakan ini adalah bekerja sama dalam mengurangi rasa nyeri. kelemahannya adalah

terkadang klean tidak bias diajak buat bekerjasama dan melakukan ajaran yang dilakukan.

C. EVALUASI

a) Risiko hipovolemi b/d kehilangan cairan secra aktif d/d klean mengatakan

mual,muntah 3 kali, klien mengatakan nafsu makan menurun, klien mengatakan

lemas, mukosa bibir kering.

kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah mual, muntah, nafsu makan mulai

meningkat

setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil subyektif kalien mengatakan

mual berkurang, klien mengatakan nafsu makan meningkat, klien mengatakn sudah

tidak lemas. obyektif : mukosa bibir lembab hal tersebut menandakan diagnose

pertama teratasi sehingga tidak perlu dilanjutkan.

b) Hipertemi (D.0130) b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengatakan demam, S :

38C, teraba hangat, tampak pucat

kriteria hasil untuk diagnose diatas adalah demam berkurang. setelah dilakukan

tindakan keperawatan diperoleh hasil subyektif : pasien mengatakan demam berkurang

obyektif: suhu 37,6 oC teraba hangat. hal tersebut menandakan diagnose kedua teratasi

sehingga tidak perlu dilanjutkan.

c) Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai dengan klien
mengatakan sakit seluruh badan, klien mengatalan skala nyeri 3, tampak meringis.

kriteria hasil untuk diagnose diatas adalah sakit seluruh badan berkurang skala nyeri 2

setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil subyektif : klien mengatakan

sakit seluruh badan berkurang, klien mengatakan skala nyeri 2 obyektifnya : tampak

meringis

hal tersebut menandakan diagnose ketiga teratasi sebagian sehingga tindakan perlu

dilanjutkan sampai pasien tidak terasa nyeri kembali.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Penelitian dilakukan diruang mahoni RSUD Kota Tangerang penulis melakukan asuhan

keperawatan pada satu orang klien dengan DHF dengan masalah risiko hipovolemi berhubungan

dengan kehilangan cairan secara aktif berdasarkan fakta yang ada jika dibandingkan dengan teori

menurut penulis terdapat persamaan antara fakta dan teori selain itu penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1) setelah melakukan pengkajian pada satu orang klien yang menderita penyakit DHF dengan

masalah risiko hipovolemi didapatkan data pasien dalam keadaan lemah, mukosa bibir kering,

mual dan muntah.

2) dari hasil pengkajian penulis menarik kesimpulan bahwa satu orang klien diatas mengalami

risiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif sesuai dengan batasan

karaktersitik yang terdapat dalam buku S3 dengan diagnose keperawatan risiko hipovolemi.

3) rencana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose DHF dengan masalah risiko

hipovolemi, sesuai dengan S3 mengenai Manajemen Hipovolemia yakni : Monitor tanda

gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah

menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume

urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah), Hitung kebutuhan cairan, Berikan posisi

modified tredelenburg, Berikan asupan cairan oral , Anjurkan memperbanyak asupan cairan

oral, Kolaborasi pemberian cairan IV.

B. Saran

Bagi Pasien dan keluarga

Diharapkan pasien dan keluarga agar menambah pengetahuan dalam melakukan rehabilitasi pasca

prawatan yang berhubungan dengan penyakit DHF dan pemenuhan asupan cairan misalnya

melakukan pencegahan penyebaran penyakit dengan melakukan menguras kamar mandi ,


menutup genagan air, mengubur sampah, menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air,

menggunakan kelambu atau obat nyamuk agar terhidar dari gigitan nyamuk, menghindari

menggantung pakaian, meningkatkan asupan makanan dan cairan yang seimbang sesuai dengan

kebutuhan tubuh agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai