Oleh :
2021
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina), terutama menyerang anak remaja dan
dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita (Effendy, 2016 ).
dunia diperkirakan berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama
yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga
diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap tahun.
Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan
500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya
adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Data dari seluruh dunia
menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan
Tanda dan gejala pada penyakit demam berdarah ini timbul secara mendadak
berupa suhu tinggi, nyeri pada seluruh tubuh, nyeri di belakang kepala hebat, suara
serak, batuk epitasis serta disuria, lemah, nafsu makan berkurang dapat juga disertai
muntah. Masa tunas 3-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Pada penyakit demam berdarah
bahkan kematian demam berdarah (DHF) sangat beresiko. Maka setiap pasien yang
tersangka menderita DHF perlu dirawat di rumah sakit (Arif Mansjoer, 2000).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangsel, ada sebanyak 349 kasus DBD yang
terjadi (Dinas Kesehatan, 2021).
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas dan mengingat
pentingnya pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk dan penyakit DHF, sehingga
penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Nn.S Dengan Dhf (Dengue Haemoragic Fever) Di Ruang Mahoni RSUD Kota
Tangerang”
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami konsep tentang DHF (Dengeu Haemorrhagic Fever)
2. Tujuan khusus
C. Manfaat
1. Penulis
Penulis mengerti dan memahami tentang DHF (Dengeu Haemorrhagic Fever). serta
dapat menentukan masalah yang muncul dan memberikan tindakan keperawatan pada
pasien dengan DHF (Dengeu Haemorrhagic Fever).
Bagi institusi pendidikan karya tulis ilmiah ini bermanfaat dalam memajukan serta
Bagi institusi rumah sakit karya tulis ini bermanfaat untuk memberikan pedoman pada
perawat serta tim kesehatan yang lain dalam memberikan penanganan dan tindakan
A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/
atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo Aru dalam Nurarif,
2015).
C. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara serologi terdapat 4 tipe
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
D. KLASIFIKASI
1. Derajat I (ringan)
a. Demam didahului demam tinggi mendadak dengan terus menerus berlangsung 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan ringan yaitu uji tourniquet (+) ditemukan pada hari pertama.
c. Hepatomegali, ditemukan pada permulaan penyakit pembesaran hati tidak sejajar
dengan beratnya penyakit dan nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterik sebab
d. Trombositopenia : Jumlah trombosit kurang dari 150.000/ul, biasanya hari ke-3 dan ke-
7, tanda dan gejala : anoreksia, mual, muntah, lemah sakit perut, diare, atau konstipasi
dan kejang.
2. Derajat II (sedang) Disertai perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lain yaitu petekie,
3. Derajat III Ditemukan tanda-tanda dini renjatan yaitu ditemukan kegagalan sirkulasi dengan
tanda nadi cepat dan pulsasi lambat, TD menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin,
4. Derajat IV Renjatan dengan nadi tidak dapat diukur/diraba dan tekanan darah yang tidak
E. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia (virus berada
dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi
komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat
C3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan
reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan
Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan
terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga
disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel
yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein.
Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap
infeksi terjadi:
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a
dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
(protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2006)
F. MANIFESTASI KLINIS
5. Sakit kepala
8. Tanda-tanda renjatan (sianosis kulit lembab dan dingin tekanan darah menurun, gelisah,
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan luas Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya kelainan
2. Syok Akibat dari permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan berdampak pada
kapiler. Hal ini menyebabkan kebocoran plasma sehingga terjadi efusi pleura.
4. Penurunan kesadaran Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV yang
ditandai dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang sulit diukur. (Mansjoer,
2000)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Leukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative
(>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah
≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
9. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : Bila akan diberikan transfusi darah atau
komponen darah.
10. IgM : Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-
90 hari. IgG : Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
11. Uji HI : Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari perawatan
I. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Diit makanan lunak Bila belum ada nafsu makan di anjurkan untuk minum banyak 1,5-2
liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar ditambah garam saja.
dikepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NN.S DENGAN DHF
DI RUANG MAHONI RSU KOTA TANGERANG
I. PENGKAJIAN
A. DENTITAS DIRI KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB
B. ANAMNESA
- Alasan masuk RS : datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari sejak sebelum masuk
rumah sakit, mual, muntah 3kali, sakit seluruh badan
- Masuk dari IGD dibawa oleh keluarga
- Alat yang digunakan saat masuk : -
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama saat pengkajian : ( Keluhan yang dirasakan klien berupa data subjektif yang paling
prioritas /penting dan segera…) : muntah
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien mengalami DHF
3. Riwayat Kesehatan Lalu :
- Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami : tidak ada
- Imunisasi : lengkap
- Kecelakaan yang pernah dialami : tidak pernah
- Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit : tidak pernah
- Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ) : tidak ada alergi
- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas) , lamanya:
Obat- Obatan
(Resep/obat bebas) Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
- - - -
3. POLA ELIMINASI
- Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi 5x/hr, Warna kuning jernih, bau amoniak , tidak
ada nyeri saat BAK, kemampuan mengontrol BAK baik
- Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi 2 hari sekali
- Kemampuan perawatan diri : pasien bisa merawat dirinya sendiri
- Kebersihan diri : kebersihan diri pasien baik
- Penggunaan bantuan untuk ekskresi : tidak ada
- Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum, prostat) :
mual muntah, tidak ada nyeri tekan Bising usus : 12x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan leher
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, pertumbuhan rambut merata, rambut warna
hitam ( bersih tidak berketombe, dan tidak rontok), kepala bentuk mesosepal tidak ada
pembesaran. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, gerak leher normal
Mata (bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil, lapang pandang,
ketajaman penglihatan)
Mata sejajar, kelopak mata tidak jatuh, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil
bulat ukuran 3mm, lapang pandang baik, ketajaman penglihatan baik
Telinga (daun telinga, lubang, saluran, membran tympani, fungsi pendengaran)
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, terdapat serumen, fungsi pendengaran baik
Hidung dan sinus
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terlihat
menggunakan otot bantu pernafasan
Mulut, lidah, dan tonsil
Mukosa mulut tampak kering, tidak ada karies, tidak ada stomatitis
Payudara dan ketiak
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, payudara simetris
Abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Tidak ada asites, tidak ada benjolan, bising usus 12x/m, bunyi perkusi timfani, tidak ada nyeri
tekan
Endokrin
Tidak terdapat benjolan, tidak ada pembesaran pada JVP, tidak terdapat bunyi bruit
Imunologi
Pasien tidak memiliki alergi, imunisasi lengkap, demam, TD : 111/72 mmHg, N : 117 x/menit
S: 38˚C, CRT : <2 detik, JVP 4 cmH20, SpO2 : 100% RR:20x/m
Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Trombosit 99 10^3/uL 150-440
Hematokrit 29 % 35-47
Hemoglobin 9,8 g/dl 11,7-15,5
Demam
Hipertemi
DS : Infeksi virus dengue Nyeri Akut (D.0077)
- klien mengatakan
sakit seluruh badan
Respon imun
DO:
- tampak meringis Pelepasan neurotransmiter
- skala nyeri 4
Nyeri Akut
Rencana Keperawatan
1. 29 Risiko hipovolemi S:
- Memonitor tanda gejala hipovolemia (mis.
Desember (D.0034) b/d Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, - klien mengatakan mual
2021 kehilangan cairan tekanan darah menurun, tekanan nadi berkurang
secara aktif menyempit, turgor kulit menurun, membran - klien mengatakan
ditandai dengan mukosa kering, volume urin menurun, muntah berkurang
klien mengatakan hematokrit meningkat, haus, lemah) - klien mengatakan
mual, klien nafsu makan mulai
mengatakan - Memberikan asupan cairan oral meningkat
muntah, klien - Menganjurkan memperbanyak asupan cairan - klien mengatakan
mengatakan nafsu oral sudah tidak terlalu lemas
makan menurun, - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis RL O:
klien mengatakan masuk 3000cc - tampak lemas
lemas, tampak - mukosa bibir kering
lemas, mukosa A:
bibir kering Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
2 29 Hipertemi - Memonitor suhu tubuh S:
Desember (D.0130) b/d - Memonitor komplikasi akibat hipertemia - klien mengatakan
2021 proses penyakit - Menyediakan lingkungan yang dingin demam
ditandai dengan - Melonggarkan atau lepaskan pakaian
O:
klien mengatakan - Memberikan cairan oral
demam, S : 38C, - Mengganti linen setiap hari atau lebih sering - S : 38,2C
teraba hangat, jika mengalami hiperhidrosis (keringat - teraba hangat
tampak pucat berlebih)
- Menganjurkan tirah baring - tampak pucat
- Memberikan obat panas paracetamol A:
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit Masalah teratasi sebagian
intravena P:
Lanjutkan intervensi
3 29 Nyeri Akut - Mengidentifikasi skala nyeri S:
Desember (D.0077) b/d agen - Memonitor keberhasilan terapi komplementer - klien mengatakan sakit
2021 pencedera biologis yang sudah diberikan sakit seluruh badan
(inflamasi) - Memberikan teknik non farmakologis untuk berkurang
ditandai dengan mengurangi rasa nyeri teknik relaksasi nafas - klien mengatalan skala
klien mengatakan dalam nyeri 2
sakit seluruh - Mengontrol lingkungan yang memperberat
O:
badan, klien rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
- tampak meringis
mengatakan skala kebisingan)
A:
nyeri 4, tampak - Memfasilitasi istirahat dan tidur
Masalah teratasi sebagian
meringis - Menjelaskan strategi meredakan nyeri
P:
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa nyeri
Hari/ Diagnosis
No Tanggal Keperawatan Implementasi Evaluasi
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Nn. S dengan DHF di
ruang mahoni RSUD Kota Tangerang. Maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan
antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga
akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny.
S dengan DHF, dalam penyususnan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut :
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Risiko hipovolemi (D.0034) b/d kehilangan cairan secara aktif d/d klean mengatakan
mual, muntah klien mengatakan muntah 3 kali, klien mengatakan nafsu makan
menurun, klien mengatakan lemas, tampak lemas, Hipovolemia adalah suatu kondisi
akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena
b) Hipertemi (D.0130) b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengatakan demam, S :
38C, teraba hangat, tampak pucat terjadi saat suhu tubuh naik melebihi suhu normal.
Kondisi ini terjadi akibat suhu lingkungan yang tinggi dan tubuh tidak lagi mampu
c) Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai dengan klien
mengatakan sakit seluruh badan, klien mengatalan skala nyeri 3, tampak meringis.
B. IMPLEMENTASI
a) Risiko hipovolemi b/d kehilangan cairan secra aktif d/d klean mengatakan mual,muntah 3
kali, klien mengatakan nafsu makan menurun, klien mengatakan lemas, mukosa bibir
kering.
Monitor tanda gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah), Hitung kebutuhan
cairan, Memberikan asupan cairan oral , Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral,
b) Hipertemi (D.0130) b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengatakan demam, S :
identifikasi hipertermia, monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit, monitor haluan
longgarkan pakaian atau lepaskan pakaian, berikan cairan oral, ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih), anjurkan tirah baring,
c) Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai dengan klien
mengatakan sakit seluruh badan, klien mengatalan skala nyeri 3, tampak meringis.
non farkmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya teknik relaksasi, nafas dalam,
kompres hangat atau dingin), control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan strategi
meredakan nyeri, ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri. kekuatan
dan tindakan ini adalah bekerja sama dalam mengurangi rasa nyeri. kelemahannya adalah
terkadang klean tidak bias diajak buat bekerjasama dan melakukan ajaran yang dilakukan.
C. EVALUASI
a) Risiko hipovolemi b/d kehilangan cairan secra aktif d/d klean mengatakan
kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah mual, muntah, nafsu makan mulai
meningkat
mual berkurang, klien mengatakan nafsu makan meningkat, klien mengatakn sudah
tidak lemas. obyektif : mukosa bibir lembab hal tersebut menandakan diagnose
b) Hipertemi (D.0130) b/d proses penyakit ditandai dengan klien mengatakan demam, S :
kriteria hasil untuk diagnose diatas adalah demam berkurang. setelah dilakukan
obyektif: suhu 37,6 oC teraba hangat. hal tersebut menandakan diagnose kedua teratasi
c) Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera biologis (inflamasi) ditandai dengan klien
mengatakan sakit seluruh badan, klien mengatalan skala nyeri 3, tampak meringis.
kriteria hasil untuk diagnose diatas adalah sakit seluruh badan berkurang skala nyeri 2
sakit seluruh badan berkurang, klien mengatakan skala nyeri 2 obyektifnya : tampak
meringis
hal tersebut menandakan diagnose ketiga teratasi sebagian sehingga tindakan perlu
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian dilakukan diruang mahoni RSUD Kota Tangerang penulis melakukan asuhan
keperawatan pada satu orang klien dengan DHF dengan masalah risiko hipovolemi berhubungan
dengan kehilangan cairan secara aktif berdasarkan fakta yang ada jika dibandingkan dengan teori
menurut penulis terdapat persamaan antara fakta dan teori selain itu penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1) setelah melakukan pengkajian pada satu orang klien yang menderita penyakit DHF dengan
masalah risiko hipovolemi didapatkan data pasien dalam keadaan lemah, mukosa bibir kering,
2) dari hasil pengkajian penulis menarik kesimpulan bahwa satu orang klien diatas mengalami
risiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif sesuai dengan batasan
karaktersitik yang terdapat dalam buku S3 dengan diagnose keperawatan risiko hipovolemi.
3) rencana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose DHF dengan masalah risiko
gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah), Hitung kebutuhan cairan, Berikan posisi
modified tredelenburg, Berikan asupan cairan oral , Anjurkan memperbanyak asupan cairan
B. Saran
Diharapkan pasien dan keluarga agar menambah pengetahuan dalam melakukan rehabilitasi pasca
prawatan yang berhubungan dengan penyakit DHF dan pemenuhan asupan cairan misalnya
menggunakan kelambu atau obat nyamuk agar terhidar dari gigitan nyamuk, menghindari
menggantung pakaian, meningkatkan asupan makanan dan cairan yang seimbang sesuai dengan