OLEH :
KELOMPOK 6
MAKSI 2
Dosen pengampu :
Dr. H. Musrifu, S.Ag., M.Ag.
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-
NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Profil
Kepimimpinan/Pemimpin yang Berkehormatan dan Kebajikan”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. H. Musrifu, S.Ag., M.Ag.
selaku Dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan Islami yang membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Kepiawaian, Kredibilitas Dan
Kepribadian Pemimpin Perspektif Islam.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat diterima, dan bermanfaat bagi kami
serta bagi para pembaca pada umumnya. Amin…….
Penyusun,
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
C. Tujuan..................................................................................................... 2
A. Kesimpulan............................................................................................. 15
B. Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari dalam hidup ini. Sudah
merupakan fitrah manusia untuk selalu membentuk sebuah komunitas. Dan dalam
sebuah komunitas selalu dibutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang
dijadikan rujukan ketika komunitas tersebut. Pemimpin adalah orang yang
memberikan visi dan tujuan. Dalam suatu kelompok katakanlah organisasi, bila tidak
mempunyai tujuan sama saja dengan membubarkan organsasi tersebut. Hal tersebut
bahkan berlangsung dari lembaga pendidikan sampai ke dalam tataran Negara. Dan
hanya pemimpinlah yang mampu mengatur dan mengarahkan semua itu. Sejarah teori
kepemimpinan menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan Islam adalah
model terbaik. Model kepemimpina yang disebut sebagai Prophetic Leadership
merupakan orang teragung sepanjang sejarah kemanusiaan yaitu Rasullullah Saw.
Dalam kehidupan Rasulullah Saw kita menemukan banyak sekali keistimewaan dan
pelajaran. Dalam hal kepemimpinan Rasullah saw membangun kepercayaan dan
kehormatan dari kaumnya. Sebelum menjadi nabi, Rasullullah Saw sudah mempunyai
gelar al-amin yang artinya dapat dipercaya. Sebuah gelar yang tidak bisa dikatakan
biasa karena menununjukkan kredibilitas beliau di mata kaumnya. Dalam daya
kepemimpinan beliau ketika menyelesaikan kasus pengembalian Hajar Aswad ke
dalam Ka’bah setelah direnovasi karena banjir. Semua orang bergembira karena
beliaulah yang terpilih menjadi hakim pada perkara tersebut. Dan cara
penyelesaiannya pun sungguh cerdas dan menyenangkan semua pihak.
Setelah menjadi pemimpin tertinggi Negara Islam madinah pun Rasullullah
Saw tetap menunjukkan daya kepemimpinan yang luar biasa. Berkali-kali beliau
memimpin sendiri pasukan perang untuk menghadapi orang-orang kafir,
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di tubuh umat yang semakin kompleks,
menjadi pemimpin bagi beragam suku arab dan agama yang ada di madinah kala itu.
Dan semua kualitas tersebut menjadikan Rasullullah Saw sebagai pemimpin terhebat
sepanjang sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Profil Kepimimpinan/Pemimpin yang Berkehormatan dan
Kebajikan?
2. Bagimana Kepimimpinan/Pemimpin yang Berkehormatan?
3. Bagaimana Kepimimpinan/Pemimpin yang Berkebajikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Profil Kepimimpinan/Pemimpin yang Berkehormatan dan
Kebajikan?
2. Mengetahui Kepimimpinan/Pemimpin yang Berkehormatan?
3. Mengetahui Kepimimpinan/Pemimpin yang Berkebajikan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemimpin dalam Islam berarti umara yang sering disebut juga dengan
ulul amri. Ulil amri, umara atau penguasa adalah orang yang mendapat amanah
untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu adalah orang
yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang
tidak mau mengurus kepentingan rakyat, maka ia bukanlah pemimpin (yang
sesungguhnya). Pemimpin sering juga disebut khadimul ummah (pelayan
umat).6 Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan diri pada
posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta dilayani. Dengan demikian,
hakikat pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang sanggup dan bersedia
menjalankan amanat Allah SWT untuk mengurus dan melayani
umat/masyarakat.
3
Secara terminologis, kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga apa yang menjadi
ajakan dan seruan pemimpin dapat dilaksanakan orang lain guna mencapai tujuan
yang menjadi kesepakan antara pemimpin dengan rakyatnya. Kepemimpinan
(style of the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku pemimpinnya
(leader behavior). Perpaduan antara “leader behavior” dan “leader style”
merupakan kunci keberhasilan pengelolaan organisasi; atau dalam skala yang
lebih luas adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan Negara. Banyak
pakar manajemen yang mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan.
Dalam hal ini dikemukakan George R. Terry yang artinya sebagai berikut:
“Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang
agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela”. 7 Dari
bebeeapa defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kepemimpinan
ada keterkaitan antara pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh
pemimpin tersebut. Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan
orang-orang dan dapat mengarahkannya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin, maka
ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur lingkungan kepemimpinannya.
Sementara dari segi ajaran Islam, kepemimpinan berarti kegiatan menuntun,
membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah SWT.
Kegiatan ini bermaksud untuk menumbuh kembangkan kemampuannya sendiri
di lingkungan orang-orang yang dipimpin dalam usahanya mencapai ridha Allah
SWT selama kehidupannya di dunia dan di akhirat.
4
B. Prinsip-prinsip Kepemimpinan dalam Islam
Jika kita merujuk pada tujuan semua agama langit (al-dian al-samawi)
dan diutusnya para Rasul, maka akan diketahui bahwa maksud dari semua itu
adalah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, menciptakan kesajahteraan,
dan menyebarluaskan ajaran Islam di muka bumi. Demikian pula jika
dibandingkan para pembawa agama langit (risalah al-din al-samawi) yang agung
itu, pasti akan didapatkan bahwa fondasi dan sumber agama mereka itu satu.
Sebagaimana Firman Allah dalam (QS. 3 Ali-Imran:19), yang artinya:
Olehnya itu, Allah swt., telah mengutus Rasul ke dunia ini yang bermula
dari Nabi Adam as., sampai Nabi Muhammad saw. Mereka silih berganti
memimpin manusia sebagai umat-Nya. Rasul-rasul yang telah terpilih
mempunyai sifat-sifat kepimpinan yang telah digariskan oleh Allah SWT yaitu
siddiq (benar) amanah (jujur), tabligh (menyampaikan) dan fathanah (bijaksana).
Keempat sifat itu perlu kepada seorang yang hendak memegang jabatan
atau tugas sebagai seorang Rasul atau sebagai pemimpin dalam masyarakat yang
berwibawa kepada umatnya. Oleh karena itu, maka prinsip-prinsip
kepemimpinan dalam Islam antara lain:
5
1. Amanah.(jujur)
Ibnu Jarir berpendapat bahwa ayat ini ditujukan kepada pemimpin umat
agar menunaikan hak-hak umat dan menyelesaikan perkara yang diserahkan
kepadanya ditangani dengan baik dan adil. Al-Maraghi mengaitkan amanah
dalam ayat ini, dengan sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang
berasal dari Allah SWT., seperti tugas-tugas keagamaan maupun oleh sesama
manusia. Dengan demikian kata amanah, dalam al-Qur’an mencakup amanah
kepada Allah, sesama manusia, dan kepada diri sendiri.
2. Kompeten
6
memiliki jiwa kepemimpinan. Berkaitan dengan ayat di atas, bahwa amanah
harus diserahkan kepada ahlinya (ahliha), yakni pemiliknya, dan ketika
memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, ini mengindikasikan bahwa
perintah berlaku adil ditujukan kepada manusia secara keseluruhan. Dengan
demikian, baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa
membedakan agama, keturunan, dan ras.
3. Inspiratif
4. Sabar
7
5. Rendah hati (tawadhu)
6. Musyawarah (mufakat)
8
7. Mampu berkomunikasi dengan rakyatnya
Kapasitas ilmiah serta empati dan rasa sensitivitas yang baik akan
mereka yang dipimpinnya, pada akhirnya akan melahirkan seorang pemimpin
yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada rakyatnya. Komunikasi yang
baik kepada rakyatnya bukanlah sekadar kemampuan retorika yang baik, tetapi
juga kemampuan memilih hal yang akan dilempar kepada public serta timing
yang tepat dalam melemparkannya. Kematangan seorang pemimpin akan
membuatnya mampu berkomunikasi yang jauh dari sikap emosional. Dan yang
terpenting dari semua itu adalah sang pemimpin akhirnya mampu mengambil
sebuah kebijakan yang tepat dalam sebuah kondisi yang memang dibutuhkan
oleh rakyat yang dipimpinnya.
1. Beriman dan takwa kepada Allah SWT serta berakhlak yang mulia
Rasulullah saw., dan umat Islam meyakini, bahwa tanpa akidah sebuah
negara tidak akan mampu eksis dan bertahan hidup untuk selama-lamanya.
Apatah lagi kalau seorang pemimpin yang tidak beriman. Oleh karena itu,
Rasulullah saw., menempatkan akidah sebagai unsur utama bagi tata
pemerintahan, disamping sebagai landasan dakwahnya.
9
dan bumi tidak sanggup untuk memikul tanggungjawab ini, akhirnya diambil
oleh manusia yang kebanyakan jahil dalam urusan ini. Sebagaimana firman Allah
SWT :-
Kegiatan ini terjadi karena kebijakan dan intruksi dari khalifah. Oleh
karena seorang pemimpin harus mempunyai ide dan berfikiran terkini serta
berstrategi, mampu menghadapi tantangan.
10
3. Mengetahui peranan, akan tanggungjawab sebagai seorang pemimpin dan
setia tunduk kepada hukum agama dan hukum budaya masyarakat
Sangatlah jarang kita ketahui, mungkin tidak ada sama sekali pemimpin
sekarang ini yang mencontoh tauladan Nabi Muhammad dalam memimpin orang
lain, karena hatinya telah di butakan dengan uang. Tidak sedikit sekarang orang
yang ingin manjadi pemimpin cuma ingin mencari uang contohnya, banyak kita
ketahui di Indonesia ini bahwa pejabat-pejabat hanya sibuk korupsi, tidak
mementingkan masyarakat, orang-orang seperti itu sangatlah hina di sisi Allah
swt., kelak.
11
D. Tipe pemimpin yang berkebajikan
1. Beriman dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan
pribadi
12
miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang-orang yang meminta-
minta, dan juga memberi-untuk tujuan memerdekakan hamba sahaya.
Negara berkebajikan yang ingin kita capai adalah bukan hanya hebat
pencapaian ekonomi semata-mata, karena kita juga tidak ingin melahirkan
masyarakat yang hanya melihat pembangunan material yang bertaburan di sana-
sini tetapi jiwa mereka kosong sehingga melahirkan berbagai penyakit
kemanusiaan dalam masyarakat.
13
3. Ta’awun (kerja sama)
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A.Gaffar. Berpolitik untuk Agama, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra,
2002.
16