Anda di halaman 1dari 121

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN


METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh:

YOHANA UDUR HOTMAULI


NIM: 141000503

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN


METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN
KECAMATAN MEDAN MARELAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

YOHANA UDUR HOTMAULI


NIM. 141000503

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di
Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Yohana Udur Hotmauli
Nomor Induk Mahasiswa : 141000503
Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Pembimbing:

(Dr. Juanita, S.E., M. Kes.)


NIP. 196212231991032002

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)


NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 6 Februari 2019

i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 6 Februari 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes.


Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes.
2. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Februari 2019

Yohana Udur Hotmauli

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi yang


dapat dipakai dalam jangka waktu lama, efektif dan efisien untuk pencegahan
kehamilan, yang terdiri dari alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), susuk/implan,
metode operasi pria (MOP) dan metode operasi wanita (MOW). Rendahnya angka
pemakaian MKJP secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan angka
kelahiran, dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan laju
pertumbuhan penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang memengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasangan usia subur (PUS) yang merupakan
akseptor KB aktif. Besar sampel adalah sebanyak 100 orang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang adalah variabel pendidikan (2) (ρ=0,022), jumlah anak
(ρ=0,003), dan dukungan petugas kesehatan (ρ=0,030), sedangkan variabel umur,
status pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan dukungan pasangan tidak memiliki
pengaruh. Disarankan adanya penyuluhan dari pihak puskesmas baik melalui
media cetak, media elektronik, maupun secara langsung oleh petugas kesehatan
tentang metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
Kata kunci : MKJP, pendidikan, jumlah anak, dukungan

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Long Term Contraceptive Methods (LTCM) is a contraception methods which has


a long time effect, effective and efficientin preventing pregnancy, it consists of
Intra Uterin Device (IUD), implant, men sterilization, and women sterilization.
The low rate of use of long term contraceptive methods directly affects the
increase in birth rates, and indirectly affects the increase in the population grow
rate. The aim of this research was to know the factors which influenced the use of
long term contraceptive methods.This research was conducted with a quantitative
approach with a cross sectional design. The population of this study was all FAC
of active Birth Control Program participants. The sampel as many as 100 person.
This results show that the variables affecting the selection of contraceptives on
FAC were education (ρ=0,004), number of children (ρ=0,001),and health staff
support (ρ=0,031), while age, job status, knowledge, attitide, and partner support
variables have no effect.Counseling from the public health centre is recommended
both through print media, electronic media, and direcly by health workers about
long term contraceptive methods.

Keywords : LTCM, education, number of child, support

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2018”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dan

kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini

izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera

Utara sekaligus Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan,

dukungan, saran-saran beserta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
vii

4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan saran dan bimbingan

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Umi Salmah, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta saran yang membangun selama penulis

menjalani masa pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi di Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan

membantu peneliti selama menjalani masa pendidikan.

7. Kepala puskesmas beserta seluruh staf dan pegawai di Puskesmas Terjun

yang telah memberikan kesempatan, bantuan, bimbingan, dan masukan

kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian pada masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

8. Kedua orang tua penulis, Agustinus Nainggolan dan Rosida br. Siregar atas

segala kasih dan sayang yang telah penulis terima, dan kepada abang-abang

saya Ari dan Nelson, kepada kakak saya Tina, dan kepada adik-adik saya

Josua dan Vani, terima kasih atas semua doa dan dukungan yang penulis

terima selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh teman penulis, terima kasih atas doa, dukungan, motivasi serta

bantuan yang selalu mendorong penulis untuk selalu tekun dan semangat

selama menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


viii

10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pihak yang membacanya dan bagi

perkembangan pengetahuan di masa mendatang.

Medan, Februari 2019

Yohana Udur Hotmauli

Universitas Sumatera Utara


Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji Skripsi ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 6
Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8
Program Keluarga Berencana 8
Definisi program keluarga berencana 8
Tujuan program keluarga berencana 8
Sasaran program keluarga berencana 9
Kontrasepsi 9
Pengertian kontrasepsi 9
Tujuan penggunaan alat kontrasepsi 10
Jenis-jenis kontrasepsi 10
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang 11
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 11
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implan 13
Metode Operasi Pria (MOP)/Vasektomi 14
Metode Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi 15
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penggunaan MKJP 16
Umur 16
Status pekerjaan 16
Pendidikan 16
Jumlah anak 17

ix
Universitas Sumatera Utara
x

Pengetahuan 18
Sikap 18
Dukungan pasangan 18
Dukungan petugas kesehatan 18
Landasan Teori 19
Preferensi pemilihan alat kontrasepsi KB 19
Kerangka Konsep 20
Hipotesis Penelitian 20

Metode Penelitian 22
Jenis Penelitian 22
Lokasi dan Waktu Penelitian 22
Lokasi penelitian 22
Waktu penelitian 22
Populasi dan Sampel 22
Populasi 22
Sampel 22
Variabel dan Definisi Operasional 24
Metode Pengumpulan Data 25
Uji validitas 26
Reliabilitas 26
Metode Pengukuran 28
Umur 28
Status pekerjaan 29
Pendidikan 29
Jumlah anak 29
Pengetahuan 29
Sikap 30
Dukungan pasangan 30
Dukungan petugas kesehaan 31
Metode Analisis Data 31
Analisis univariat 31
Analisis bivariat 31
Analisis multivariat 32

Hasil Penelitian 33
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33
Analisis Univariat 33
Distribusi frekuensi karakteristik responden 33
Distribusi frekuensi pengetahuan 34
Distribusi frekuensi sikap 36
Distribusi frekuensi dukungan pasangan 39
Distribusi frekuensi dukungan petugas kesehatan 40
Distribusi frekuensi jenis kontrasepsi yang digunakan responden 41
Analisis Bivariat 42

Universitas Sumatera Utara


xi

Hubungan umur dengan penggunaan MKJP 42


Hubungan status pekerjaan dengan penggunaan MKJP 43
Hubungan pendidikan dengan penggunaan MKJP 44
Hubungan jumlah anak dengan penggunaan MKJP 44
Hubungan pengetahuan dengan penggunaan MKJP 45
Hubungan sikap dengan penggunaan MKJP 46
Hubungan dukungan pasangan dengan penggunaan MKJP 47
Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan penggunaan MKJP 47
Analisis Multivariat 48

Pembahasan 55
Variabel yang Memengaruhi Penggunaan MKJP 55
Variabel pendidikan 55
Variabel jumlah anak 57
Variabel dukungan petugas kesehatan 59
Variabel yang Tidak Memengaruhi Penggunaan MKJP 60
Variabel umur 60
Variabel status pekerjaan 61
Variabel pengetahuan 62
Variabel sikap 63
Variabel dukungan pasangan 64
Keterbatasan Penelitian 64

Kesimpulan dan Saran 66


Kesimpulan 66
Saran 67

Daftar Pustaka 68
Lampiran

Universitas Sumatera Utara


Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan 27


Pengetahuan

2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan Sikap 27

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan 28


Dukungan Pasangan

4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan 28


Dukungan Petugas Kesehatan

5 Sistem Skor pada Variabel Sikap 30

6 Distribusi Frekuensi dari Karakteristik Individu 34

7 Distribusi Jawaban Responden Instrumen Pengetahuan 35

8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan 36

9 Distribusi Jawaban Responden Instrumen Sikap 38

10 Distribusi Frekuensi Sikap 39

11 Distribusi Jawaban Responden Instrumen Dukungan Pasangan 39

12 Distribusi Frekuensi Dukungan Pasangan 40

13 Distribusi Jawaban Responden Instrumen Dukungan Petugas 41


Kesehatan

14 Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan 41

15 Distribusi Frekuensi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Responden 42

16 Tabulasi Silang antara Umur dengan Penggunaan Metode 43


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

17 Tabulasi Silang antara Status Pekerjaan dengan Penggunaan 43


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

xii
Universitas Sumatera Utara
xiii

18 Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Penggunaan Metode 44


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

19 Tabulasi Silang antara Jumlah Anak dengan Penggunaan Metode 45


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

20 Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Penggunaan Metode 46


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

21 Tabulasi Silang antara Sikap dengan Penggunaan Metode 46


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

22 Tabulasi Silang antara Dukungan Pasangan dengan Penggunaan 47


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

23 Tabulasi Silang antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan 48


Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

24 Hasil Seleksi Bivariat 48

25 Pengujian Multivariat (Model I) 49

26 Pengujian Multivariat (Model II) 50

27 Perubahan Nilai OR dari Model I dan Model II 50

28 Pengujian Multivariat (Model III) 51

29 Perubahan Nilai OR dari Model I dan Model III 51

30 Pengujian Multivariat (Model IV) 52

31 Perubahan Nilai OR dari Model I dan Model IV 52

32 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda (Model Akhir) 53

Universitas Sumatera Utara


Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep penelitian 20

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner 71

2 Data PUS Peserta KB Aktif menurut Kecamatan di Kota Medan 75

3 Master Data 76

4 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 80

5 Output Hasil Uji Statistik 83

6 Dokumentasi 97

7 Surat Permohonan Izin Penelitian 99

8 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Medan 100

9 Surat Izin Penelitian Puskesmas Terjun 101

10 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 102

xv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


CPR Contraseptive Prevalance Rate
DPPKB Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
IUD Intra Uterine Device
KB Keluarga Berencana
KR Kesehatan Reproduksi
MKJP Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
MOP Metode Operasi Pria
MOW Metode Operasi Wanita
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PUS Pasangan Usia Subur
Pustu Puskesmas Pembantu
Renstra Rencana Strategis
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia

xvi
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Yohana Udur Hotmauli berumur 22 tahun, dilahirkan di

Desa Sei Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau pada

tanggal 1 April 1996. Penulis beragama Katolik, anak keempat dari enam

bersaudara dari pasangan Bapak Agustinus Nainggolan dan Ibu Rosida br.

Siregar.

Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 025 Indra Sakti Kecamatan

Tapung Hilir, Kabupaten Kampar Tahun 2002-2008,sekolah menengah pertama di

SMP Swasta Assisi PematangsiantarTahun 2008-2011, sekolah menengah atas di

SMA RK Bintang Timur Pematangsiantar Tahun 2011-2014. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga mengikuti Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Santo Albertus Magnus

USU dan Resimen Mahasiswa (MENWA) USU.

Medan, Februari 2019

Yohana Udur Hotmauli

xvii
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Permasalahan kemiskinan dan kepadatan penduduk merupakan salah satu

dinamika penduduk yang melatarbelakangi dibentuknya program keluarga

berencana di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Program Keluarga

Berencana (KB) sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1953 yang saat itu masih

bergerak secara silent operation. Program KB kemudian diresmikan sebagai

program nasional pada tahun 1970 dan dibentuklah suatu badan yakni BKKBN

(Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang bertugas untuk

mengkoordinasi semua proses manajemen mulai dari perencanaan, pengawasan,

dan penilaian program.

Walaupun program KB sudah diresmikan secara nasional sejak 1970,

kepadatan penduduk di Indonesia masih menjadi masalah yang belum dapat

teratasi secara maksimal sampai saat ini. Hal ini dilihat dari populasi penduduk

Indonesia yang menempati posisi keempat terbanyak di dunia setelah China,

India, dan Amerika Serikat, yaitu sebanyak 257.912.349 jiwa atau sebesar 2,44%

dari 7,6 miliar jiwa total penduduk di dunia (PBB, 2017).

Salah satu yang menyebabkan program KB tidak menjawab permasalahan

kependudukan di Indonesia adalah capaian angka pemakaian kontrasepsi yang

belum mencapai target, yaitu sebesar 60,9% dari target yang ditetapkan 65,2%

(LAKIP BKKBN, 2016). Adapun faktor penghambat lain adalah turunnya angka

penggunaan MKJP dari data tahun 2007 ke tahun 2012, yakni dari 10,9% menjadi

10,6%. Berbeda dengan angka penggunaan non MKJP yang mengalami

1
Universitas Sumatera Utara
2

peningkatan dari 46,5 % pada tahun 2007 menjadi 47,3% pada tahun 2012 (SDKI

2007 dan 2012). Namun, hasil SDKI tahun 2017 memperlihatkan perubahan yang

positif, diketahui bahwa angka penggunaan MKJP mengalami peningkatan

menjadi 14% dan angka penggunan non MKJP mengalami penurunan menjadi

44% (SDKI, 2018).

Tingginya angka putus pakai (drop out) pada metode kontrasepsi secara

langsung berpengaruh pada peningkatan angka kelahiran. Hal ini secara tidak

langsung meningakatkan laju pertumbuhan penduduk. Penduduk Indonesia tahun

2010 sejumlah 237,64 juta jiwa dan pada tahun 2015 sejumlah 255,18 juta jiwa.

Artinya, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia selama 5 tahun terakhir sebesar

1,43% (BPS, 2015). Angka tersebut belum mencapai target yang ditetapkan yakni

sebesar 1,38% pada tahun 2015 (LAKIP BKKBN, 2016).

Sebagai langkah untuk mengatasi masalah kependudukan di Indonesia,

BBKBN mengambil tindakan untuk menggalakkan program KB di sepuluh besar

provinsi yang menyumbang populasi penduduk terbanyak di Indonesia (BKKBN,

2013). Kesepuluh provinsi tersebut termasuk diantaranya provinsi Sumatera

Utara. Sumatera Utara menempati posisi keempat dengan jumlah penduduk

terbanyak di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jumlah

penduduk Sumatera Utara tahun 2014 sebesar 13.766.851 jiwa dan tingkat

kepadatan penduduknya sebesar 192 per (BPS Sumut, 2014). Jumlah

penduduk tersebut meningkat di tahun 2016 menjadi 14.102.911 jiwa (Kemenkes

RI, 2017).

Universitas Sumatera Utara


3

Kota Medan memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi di

Provinsi Sumatera Utara yakni sebesar 8.265,33 jiwa per (BPS, 2014).

Pencapaian peserta KB aktif di Kota Medan sebesar 70,10% (2014), sebesar

74,57% (2015), sebesar 76,38% (2016), dan sebesar 76% (2017), dari jumlah PUS

yang diperkirakan akan mengikuti program KB (PUS proyeksi). Data di atas

menunjukkan peningkatan cakupan peserta KB aktif sejak 2014 hingga 2016

namun mengalami sedikit penurunan di tahun 2017. (DPPKB Kota Medan,

2014-2017). Artinya tujuan program KB dalam menurunkan populasi penduduk

belum tercapai secara maksimal.

Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan serta memiliki 80 unit puskesmas

yakni 39 puskesmas induk dan 41 puskesmas pembantu. Puskesmas Diketahui

bahwa dari 21 kecamatan di Kota Medan, Kecamatan Medan Marelan

menyumbang jumlah penduduk terbanyak sedangkan jumlah pengguna MKJP nya

rendah. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Marelan tahun 2015 adalah 162.267

jiwa atau sebesar 7,34% dari seluruh penduduk di Kota Medan (BPS Kota Medan,

2015). Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Kota Medan, sedangkan angka

pengguna MKJP tahun 2015 di Kecamatan Medan Marelan hanya sebesar 15,7%

dari total PUS yang diperkirakan akan mengikuti program KB atau disebut PUS

Proyeksi (DPPKB Kota Medan, 2015).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada lima

orang ibu di wilayah kerja Puskesmas Terjun pada Juli 2018, didapatkan tiga

orang ibu menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang MKJP dan belum

pernah mendapat informasi dari tenaga kesehatan mengenai metode kontrasepsi.

Universitas Sumatera Utara


4

Seorang ibu menyatakan sudah operasi tutup setelah melahirkan anak keduanya

(sekitar 1 tahun 8 bulan sebelum wawancara) namum , ibu tersebut tidak

mengetahui bahwa operasi tutup yang dimaksud merupakan salah satu jenis

metode kontrasepsi jangka panjang yaitu tubektomi.

Seorang ibu mengatakan bahwa suaminya tidak mengetahui saat ia

mengikuti program KB, ibu tersebut mengatakan bahwa KB merupakan urusan

istri, jadi suami tidak perlu turut berperan. Hal ini diasumsikan menunjukkan

rendahnya peran dan dukungan suami terhadap pengaturan jumlah anak dalam

keluarga. Seorang ibu mengatakan mengetahui bahwa metode kontrasepsi spiral

merupakan salah satu jenis MKJP, namun tidak mau menggunakannya karena

dianggap memiliki efek samping yang mengakibatkan kegemukan. Hal ini

diasumsikan menunjukkan sikap negatif terhadap penggunaan MKJP.

Berdasarkan uraian di atas, diasumsikan bahwa pengetahuan, sikap, dukungan

pasangan, dan dukungan petugas kesehatan mengenai MKJP memengaruhi

penggunaan MKJP bagi akseptor KB.

Penelitian yang dilakukan oleh Alfiah (2015), menyatakan bahwa

sebanyak 55,6% akseptor KB memiliki pengetahuan MKJP kurang baik, sebanyak

57,8% responden memiliki kepercayaan negatif dan sebagian responden memiliki

sikap positif. Penelitian tersebut sejalan penelitian Ismail (2016) menyatakan

bahwa pendapatan, pendidikan, usia perkawinan pertama, dan jumlah anggota

keluarga memiliki pengaruh secara signifikan terhadap fertilitas.

Setiasih, dkk (2013), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan pemilihan Metode Kontrasepsi ( p value = 0.034), ada

Universitas Sumatera Utara


5

hubungan antara sikap dengan pemilihan Metode Kontrasepsi (p value = 0.027),

ada hubungan Dukungan Petugas KB dengan pemilihan Metode Kontrasepsi (p

value = 0.049). Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi

MKJP non hormonal adalah sikap dengan OR 2,041.

Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka perlu dilakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan 2018.

Rumusan Masalah

1. Apakah variabel umur memiliki pengaruh terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang?

2. Apakah variabel status pekerjaan memiliki pengaruh terhadap penggunaan

metode kontrasepsi jangka panjang ?

3. Apakah variabel pendidikan memilki pengaruh terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang?

4. Apakah varibel jumlah anak memiliki pengaruh terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang?

5. Apakah variabel pengetahuan memiliki pengaruh terhadap penggunaan

metode kontrasepsi jangka panjang?

6. Apakah variabel sikap memiliki pengaruh terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang?

7. Apakah variabel dukungan pasangan memiliki pengaruh terhadap

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang?

Universitas Sumatera Utara


6

8. Apakah variabel dukungan petugas kesehatan memiliki pengaruh terhadap

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis

faktor apa saja yang memengaruhi PUS untuk menggunakan MKJP di wilayah

kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah variabel umur memiliki pengaruh terhadap

penggunaan MKJP.

2. Untuk mengetahui apakah variabel status pekerjaan memiliki pengaruh

terhadap penggunaan MKJP.

3. Untuk mengetahui apakah variabel pendidikan memiliki pengaruh terhadap

penggunaan MKJP.

4. Untuk mengetahui apakah variabel jumlah anak memiliki pengaruh terhadap

penggunaan MKJP.

5. Untuk mengetahui apakah variabel pengetahuan memiliki pengaruh terhadap

penggunaan MKJP.

6. Untuk mengetahui apakah variabel sikap memiliki pengaruh terhadap

penggunaan MKJP.

7. Untuk mengetahui apakah variabel dukungan pasangan memiliki pengaruh

terhadap penggunaan MKJP.

8. Untuk mengetahui apakah variabel dukungan petugas kesehatan memiliki

pengaruh terhadap penggunaan MKJP.

Universitas Sumatera Utara


7

Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor

yang memengaruhi penggunaan MKJP di daerah intervensi untuk dijadikan

bahan evaluasi dalam penentuan kebijakan-kebijakan terkait kesejahteraan

masyarakat agar pelaksanaan program lebih baik lagi.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi badan

pelaksana program dan tenaga kesehatan dalam rangka penguatan pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada masyarakat khususnya pelayanan KB.

3. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi masyarakat terkait faktor

yang memengaruhi penggunaan MKJP. Masyarakat diharapkan lebih

memahami dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat

khususnya pelayanan KB.

4. Penelitian ini dapat menambah bahan kepustakaan khususnya untuk peneliti

selanjutnya dan menambah pemahaman peneliti tentang faktor-faktor yang

memengaruhi penggunaan MKJP di wilayah intervensi.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Program Keluarga Berencana

Definisi program keluarga berencana. Keluarga Berencana (KB)

merupakan proses untuk mengatur kehamilan agar dapat mencapai keluarga yang

sejahtera. Program KB merupakan suatu program yang berupaya untuk mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui

promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas (PP nomor 87 tahun 2014).

Tujuan program keluarga berencana. Tujuan program keluarga

berencana dapat dibagi menjadi:

Tujuan umum. Memelihara kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak

dalam mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Adapun

langkah untuk mewujudkannya adalah dengan mengendalikan angka kelahiran

serta menjamin terkendalinya pertambahan jumlah penduduk.

Tujuan khusus. Tujuan khusus program KB meliputi:

1. Meningkatkan angka penggunaan alat kontrasepsi.

2. Menurunkan angka kelahiran.

3. Meningkatkan kesehatan keluarga melalui penjarangan kelahiran.

Tujuan program KB tersebut sejalan dengan target ke-3 Sustainable

Development Goals (SDGs), yaitu untuk memastikan kehidupan yang sehat dan

mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. Dalam hal ini program KB

dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi tingkat kemiskinan

perekonomian dunia.

8
Universitas Sumatera Utara
9

Tujuan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) dalam Rencana Strategis (RENSTRA) tahun 2015-2019 terkait KB :

1. Meningkatkan akses pelayanan KB dan KR (Kesehatan Reproduksi) yang

merata dan berkualitas.

2. Peningkatan pembinaan peserta KB, baik menggunakan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) maupun non-MKJP.

3. Meningkatkan pemahaman remaja mengenai KB dan KR.

4. Penguatan tata kelola, penelitian dan pengembangan bidang KB.

Sasaran program keluarga berencana. Menurut Handayani (2010),

sasaran program keluarga berencana dibagi menjadi dua yaitu sasaran secara

langsung dan sasaran tidak langsung. Adapun sasaran langsungnya adalah

pasangan usia subur (PUS), yakni untuk menurunkan angka kelahiran dengan

penggunaan alat kontrasepsi secara kontiniu. Sedangkan sasaran tidak

langsungnya adalah pelaksana dan pengelola program keluarga berencana (KB),

yakni untuk menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui pendekatan

kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera.

Kontrasepsi
Pengertian kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan upaya berupa

pemberian obat atau pemasangan suatu alat yang dilakukan untuk menghambat sel

sperma bertermu dengan sel telur yang matang dengan tujuan agar tidak terjadi

kehamilan yang tidak diinginkan (BKKBN, 2011).

Universitas Sumatera Utara


10

Tujuan penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan tujuannya,

pemakaian alat kontrasepsi dapat dikelompokkan sebagai berikut (Suwiyoga,

2001):

Untuk menunda kehamilan dan kesuburan. Alat kontrasepsi yang

dipakai dengan tujuan penundaan kehamilan harus reversibilitas, artinya dapat

mengembalikan kesuburan hingga hampir 100%. Efektivitas alat kontrasepsi yang

tinggi artinya tingkat kegagalan pada alat ini kecil jika digunakan oleh akseptor.

Untuk mengatur dan menjarangkan kehamilan. Alat kontrasepsi yang

digunakan untuk mengatur kehamilan memerlukan efektivitas yang cukup tinggi

untuk menghindari terjadinya kegagalan. Kegagalan pada alat kontrasepsi akan

mengakibatkan jarak kehamilan yang terlalu dekat dan berisiko untuk ibu.

Untuk mengakhiri kehamilan. Alat kontrasepsi yang digunakan untuk

mengakhiri kehamilan memerlukan efektivitas yang sangat tinggi. Hal ini

disebabkan karena jika terjadi kegagalan kontrasepsi akan terjadi kehamilan risiko

tinggi pada ibu yang terlalu tua. Selain itu penggunaan alat kontrasepsi ini

biasanya digunakan untuk akseptor yang tidak ingin memiliki anak lagi.

Jenis-jenis kontrasepsi. Kontrasepsi dapat dibedakan berdasarkan

kandungannya dan berdasarkan lama efektivitasnya.

Berdasarkan kandungannnya, kontrasepsi dibagi menjadi 2 yakni:

Kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi yang pemakaiannya memengaruhi

hormon tubuh terdiri dari pil KB, suntik KB, susuk/implan, dan IUD-mirena

(Intra Uterine Device-mirena) atau LNG-IUS (Levonogestrel-Intra Uterine

System).

Universitas Sumatera Utara


11

Kontrasepsi non hormonal. Kontrasepsi yang pemakaiannya tidak

memengaruhi hormon tubuh terdiri dari kondom, vasektomi/metode operasi pada

pria, tubektomi/metode operasi pada wanita, dan IUD-Tcu.

Berdasarkan lama efektivitasnya, terdiri dari 2 jenis yakni:

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), terdiri dari spiral/IUD,

tubektomi/metode operasi pada wanita, vasektomi/metode operasi pada pria, dan

susuk/implan.

Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), terdiri dari pil

KB, kondom, suntik KB, dan metode lain selain yang termasuk ke dalam jenis

MKJP.

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

MKJP adalah metode kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan dalam

jangka waktu yang relatif panjang (mencapai sepuluh tahun). Jenis kontrasepsi

yang tergolong ke dalam MKJP adalah susuk/implan, AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim) atau IUD (Intra Uterine Device) atau spiral, Tubektomi/Metode

Operasi Wanita (MOW), dan Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP).

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). AKDR/IUD/spiral adalah alat

kontrasepsi yang pemakaiannya dipasang ke dalam rahim. Penggunaan AKDR

bisa sampai 10 tahun. Penggunaannya dapat dihentikan dan dicopot sewaktu-

waktu jika ingin memiliki anak lagi (BKKBN, 2011).

Cara kerja AKDR. AKDR bekerja dengan cara: (1) Mencegah

kemampuan sel sperma agar tidak dapat mencapai tuba falopi, (2) Memengaruhi

Universitas Sumatera Utara


12

fertilitas, (3) Fungsi utama AKDR yakni untuk menghambat sel sperma bertemu

dengan ovum . (4) Mendukung pencegahan implantasi telur dalam uterus.

Keuntungan AKDR. Keuntungan menggunakan AKDR: (1) Efektifitas

yang tinggi (dari 1000 kehamilan, ada 6 kehamilan akibat kegagalan penggunaan

AKDR), (2) AKDR dapat bekerja langsung setelah dipasang, (3) Lama pemakaian

mencapai 10 tahun, (4) Tidak memerlukan kontrol bulanan, (5) Tidak menggangu

hubungan seksual dan pasangan merasa aman dari kemungkinan kehamilan yang

tidak direncanakan, (6) Tidak memengaruhi hormon dengan pemakaian salah satu

jenis AKDR (7) Tidak mengganggu produksi air susu ibu, (8) Reversibilitas

kesuburan setelah dilepas, (9) Pemakaian dapat diulang pasca melahirkan, (10)

Dapat dipakai hingga akseptor menopause (±1 tahun setelah haid terakhir), (11)

Tidak perlu mengonsumsi pil lain, (12) Dapat menghambat kehamilan ektopik.

Kontraindikasi AKDR. Kontraindikasi AKDR: (1) Hamil/ diduga hamil,

(2) Penderita infeksi alat kelamin dan semacamnya, (3) Memiliki riwayat radang

pada bagian pinggul, (4) Pasien post partum hemoragi, (5) Riwayat kehamilan

yang terjadi di luar rahim, (5) Pasien tumor ganas pada alat kelamin.

Efek samping AKDR. Efek samping yang biasanya ditemukan: (1)

Pendarahan dan kram dalam beberapa hari setelah pemasangan. Beberapa

mengalami keputihan berlebihan dan ada yang mengalami pergeseran alat

kontrasepsi saat senggama, (2) Beberapa merasa risih dan diduga beresiko

endometritis, (3) Siklus menstruasi tidak teratur (pada 3 bulan pertama dan

setelahnya mulai normal), (4) Masa menstruasi menjadi lebih lama, ada yang

mengalami nyeri berlebihan dari biasanya, (5) Perdarahan diluar siklus haid.

Universitas Sumatera Utara


13

Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)/Implan. AKBK/implan adalah

alat kontrasepsi yang berbentuk tabung-tabung kecil yang dipasang di bawah kulit

pada lengan atas. Pemakaian susuk KB/implan ini dapat diganti setiap 5 tahun, 3

tahun dan ada yang setiap tahun, tergantung jenisnya. Memiliki tingkat keamanan

yang relatif besar, harus dibuka setelah habis batas waktu pemakaian (BKKBN,

2011).

Cara kerjanya yaitu dengan menghambat proses pengentalan serviks,

menghambat pembentukan endometrium agar tidak terdapat bercak darah pada

awal kehamilan dan meminimalisir pergerakan sperma dan menghambat

pelepasan sel telur (ovum).

Keuntungan implan. Keuntungan menggunakan implan yaitu: (1) Hanya

sekali pemasangan untuk periode 5 tahun pemakaian, (2) Tidak memengaruhi

volume atau kualitas ASI, (3) Tidak memengaruhi blood pressure, (4) Tidak

memerlukan pemeriksaan panggul sebelum pemasangan, (5) Cocok bagi pasangan

yang tidak ingin menghentikan kesuburan untuk sementara waktu, (6) Cocok bagi

pasangan yang menyukai metode yang simpel, (7) Banyak digunakan oleh PUS di

daerah terpencil, (8) Tidak memengaruhi siklus menstruasi.

Kontraindikasi implan. Kontraindikasi menggunakan implan yaitu: (1)

Hamil/diduga hamil, (2) Post partum hemoragi yang tidak terdeteksi

penyebabnya, (3) Tumor/kanker, (4) Penyakit jantung, hipertensi, diabetes

melitus.

Universitas Sumatera Utara


14

Efek samping implan. Efek samping menggunakan implan adalah: (1)

Timbul rasa nyeri saat pemasangan, (2) Siklus menstruasi tidak teratur, pusing,

suatu waktu terjadi anemia akibat perdarahan terus-menerus.

Metode operasi pria (MOP)/Vasektomi. MOP/Vasektomi adalah suatu

cara pencegahan kehamilan melalui pemotongan dan pengikatan saluran

sperma/vas differens pria melalui operasi kecil. Relatif aman dan tidak

memengaruhi kemampuan seksual pada pria. Bersifat permanen, namun dapat

juga disambung kembali dengan teknologi kedokteran, dan tidak disarankan bagi

PUS yang baru menikah dan masih ingin punya anak lagi (BKKBN, 2011).

Keuntungan MOP. Menurut Meilani, dkk (2010), keuntungan

MOP/Vasektomi adalah: (1) Tidak memengaruhi kemampuan seksual dan

hormon, (2) Efektivitas dalam mencegah kehamilan tinggi, bersifat permanen, (3)

Tidak mengganggu keharmonisan suami-istri, (4) Keluhan yang muncul sedikit,

jadi lebih aman, (5) Praktis, hanya sekali tindakan operasi, (6) Efektif karena

tingkat kegagalannya rendah, (7) Ekonomis karena hanya perlu mengeluarkan

biaya untuk sekali operasi.

Kekurangan MOP. Menurut BKKBN (2008), kekurangan

MOP/Vasektomi adalah: (1) Harus melalui proses operasi, (2) Memiliki resiko

pendarahan dan infeksi, (3) Tidak dapat mencegah penyakit menular seksual

(PMS), (4) Untuk pemakaian pertama hingga ke 20 kali, masih harus

menggunakan kondom, (5) Alat kontrasepsi yang digunakan istri harus tetap

digunakan hingga 2 sampai 3 bulan setelah suami vasektomi, (6) Perlunya

istirahat total selama dan mengurangi pekerjaan berat selama semingggu.

Universitas Sumatera Utara


15

Kontraindikasi MOP. Kontraindikasi menggunakan vasektomi: (1) Tidak

disarankan bagi PUS yang masih ingin punya anak, (2) Tidak disarankan bagi

penderita pembekuan darah(3) Tidak disarankan bagi PUS yang dalam kondisi

tidak stabil, (4) Tidak disarankan bagi pederita radang/infeksi jamur pada

skrotum, adanya hernia, gangguan yang disebabkan oleh parasit yang menyerang

skrotum dan penyakit diabetes melitus.

Metode operasi wanita (MOW)/Tubektomi. Tubektomi adalah suatu

cara pencegahan kehamilan melalui pemotongan saluran indung telur (tuba

fallopi) melalui operasi kecil. Tidak memengaruhi siklus haid, aman digunakan

untuk periode waktu yang lama. Bersifat permanen, jadi tidak disarankan bagi

PUS yang baru menikah dan masih ingin punya anak lagi (BKKBN, 2011).

Keuntungan MOW. Keuntungan tubektomi/MOW: (1) Hanya

memerlukan sekali konseling untuk memutuskan menggunakan tubektomi, (2)

Efektivitas mencapai100% dan efektif langsung setelah operasi, (3) Dapat

dilakukan pembedahan sederhana dengan anastesi lokal, (4) Tidak mempengaruhi

libido seksual, (5) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding), (6)

Tidak memiliki efek samping jangka panjang, (7) Mengurangi risiko kanker

ovarium, (8) Tidak ada kegagalan dari pihak pasien (patient’s failure).

Kontraindikasi MOW. MOW tidak dapat dilakukan kepada wanita yang:

(1) Hamil/diduga hamil, (2) Penyakit jantung, paru, dan infeksi akut, (3)

Pendarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya, (4) Tidak boleh

menjalani proses pembedahan, (5) Masih menginginkan anak lagi, (6) Belum

memberikan persetujuan secara tertulis.

Universitas Sumatera Utara


16

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penggunaan MKJP

Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian sebelumya, penulis

menduga bahwa faktor-faktor di bawah ini memengaruhi penggunaan MKJP:

Umur. Umur adalah satu dari beberapa faktor yang memengaruhi perilaku

individu dalam penggunaan alat kontrasepsi. Seorang perempuan bisa desebut

produktif untuk memperoleh keturunan saat ia berumur ≤ 30 tahun (BKKBN,

2010).

Hasil penelitian Fienalia (2012), menyebutkan bahwa terdapat hubungan

antara variabel umur ibu dengan penggunaan MKJP. Responden dengan usia ≥ 30

tahun mempunyai peluang sebesar 2,5 kali lebih banyak daripada responden

dengan usia kurang dari 30 tahun (< 30 tahun) untuk menggunakan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP).

Status pekerjaan. Pekerjaan memengaruhi seseorang dalam

menggunakan MKJP. Wanita yang bekerja cenderung lebih menyadari fungsi

metode kontrasepsi dan mengetahui jenis-jenis metode kontrasepsi jika

dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki pekerjaan.

Berdasarkan penelitian Anggraini (2015) diketahui bahwa responden yang

memiliki pekerjaan, mempunyai peluang 4,7 kali lebih besar untuk menggunakan

MKJP dibandingkan responden yang tidak memiliki pekerjaan.

Pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses penyampaian informasi

kepada orang lain dengan tujuan untuk mengubah pola pikir dan mencapai

perubahan tingkah laku.Tingkat pendidikan sangat memengaruhi seseorang dalam

bertindak dan mencari penyebab serta solusi dari apa yang terjadi dalam

Universitas Sumatera Utara


17

hidupnya. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung akan lebih bertindak

menggunakan logika dibandingkan seseorang dengan pendidikan rendah. Jadi,

orang yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau hal-

hal baru.

Hasil penelitian Gaol (2017) menyatakan bahwa variabel pendidikan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan KB Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dengan nilai Exp B=2.434 maknanya adalah

peserta KB yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 2 kali lebih besar akan

memanfaatkan pelayanan KB MKJP dari pada peserta KB yang memiliki

pendidikan rendah tentang pemanfaatan KB MKJP.

Jumlah anak. Jumlah anak yang dimiliki merupakan salah satu faktor

yang memengaruhi keputusan PUS untuk menggunakan suatu alat kontrasepsi.

Dimana diharapkan pasangan dengan anak yang jumlahnya lebih banyak, agar

lebih menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang dibandingkan pasangan

dengan anak yang jumlahnya lebih sedikit. BKKBN (2012) menerangkan bahwa

yang dimaksud dengan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anaknya

paling banyak 2 (dua) orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu keluarga

dengan jumlah anak lebih dari dua (>2) orang anak.

Fienalia (2012) menyatakan terdapat hubungan antara jumlah anak hidup

dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas. Penelitian

sejalan dengan penelitian Sari (2016) yang menyatakan ada hubungan antara

jumlah anak dengan minat ibu dalam menggunakan MKJP.

Universitas Sumatera Utara


18

Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melalui

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Naibaho (2018) menyatakan terdapat hubungan bermakna antara variabel

pengetahuan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi dan hasil uji statistik regresi

logistik biner menunjukkan bahwa variabel pengetahuan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap pemilihan jenis alat kontrasepsi.

Sikap. Sikap merupakan suatu respon tertutup seseorang terhadap sesuatu

objek, orang ataupun peristiwa. Respon tertutup yang dimaksud adalah respon

yang masih bersifat pasif atau masih dalam pandangan seseorang, belum

dilaksanakan.

Menurut penelitian yang dilakukan Preputri, dkk (2013), menunjukkan

adanya hubungan antara sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi. Sikap

menunjukkan perasaan setuju atau tidak setuju nya seseorang terhadap sesuatu,

dapat ditimbulkan dari kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap baik oleh

responden.

Dukungan pasangan. Dukungan adalah tindakan untuk menghargai,

mengapresiasi, memberi motivasi, dan melibatkan diri dalam permasalahan yang

dialami orang lain. Dalam pemilihan jenis kontrasepsi diperlukan dukungan dari

pasangan, keputusan terkait segala hal tentang anak merupakan hal yang perlu

diperundingkan bersama oleh suami dan istri dalam suatu keluarga.

Dukungan petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan seseorang

yang dianggap lebih memahami tentang permasalahan yang dialami pasiennya.

Jadi tidak jarang pasien atau keluarga pasien meminta saran dan dukungan

Universitas Sumatera Utara


19

tertentu dari petugas kesehatan untuk mengambil keputusan. Dalam hal pemilihan

alat kontrasepsi, akseptor KB memerlukan konseling dari petugas kesehatan untuk

membantu memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.

Landasan Teori

Preferensi pemilihan alat kontrasepsi KB. Preferensi atau dengan kata

lain yaitu kecenderungan, kesukaan/kesenangan, pilihan yang merupakan hak

untuk didahulukan dan diutamakan atau diprioritaskan. Preferensi pemilihan

kontrasepsi merupakan suatu pilihan atau kesukaan dalam memilih alat

kontrasepsi yang akan digunakan. Pemilihan alat kontrasepsi bukanlah sesuatu

yang dapat dilakukan dengan mudah, karena sebelum menggunakan suatu alat

kontrasepsi kita tidak akan mengetahui efek yang akan ditimbulkannya terhadap

tubuh kita. Disisi lain, setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap

suatu alat kontrasepsi sehingga tidak ada alat kontrasepsi yang cocok untuk semua

orang. Jadi, keputusan untuk menggunakan suatu alat kontrasepsi jenis tertentu

dapat dilakukan seseorang dengan mempertimbangkan kelebihan atau kekurangan

dari alat kontrasepsi tersebut. Dibalik itu semua, keputusan tersebut merupakan

hak seseorang untuk memilih apa yang dianggap baik bagi dirinya atau

pasangannya.

Universitas Sumatera Utara


20

Kerangka Konsep

Adapun susunan kerangka konsep penelitian ini adalah:

Variabel Independen

Karakteristik responden
Umur Variabel Dependen
Status pekerjaan
Pendidikan
Jumlah anak Jenis Kontrasepsi yang
digunakan akseptor KB aktif:

Pengetahuan  Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang (MKJP)
Sikap  Non Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (Non
Dukungan pasangan MKJP)

Dukungan petugas
kesehatan

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh umur terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

2. Ada pengaruh status pekerjaan terhadap penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang.

3. Ada pengaruh pendidikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

Universitas Sumatera Utara


21

4. Ada pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

5. Ada pengaruh pengetahuan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

6. Ada pengaruh sikap terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

7. Ada pengaruh dukungan pasangan terhadap penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang.

8. Ada pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain

cross sectional. Oleh karena itu, variabel dependen (penggunaan MKJP) dan

variabel independen (umur, status pekerjaan, pendidikan, jumlah anak,

pengetahuan, sikap, dukungan suami, serta dukungan petugas kesehatan)diamati

pada waktu yang sama untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang

memengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang pada akseptor KB.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas

Terjun Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

Waktu penelitian. Waktu penelitian terhitung mulai September sampai

dengan Oktober 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia subur (PUS)

yang merupakan Akseptor KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan yaitu sebanyak 19.670 orang terdiri dari 3.631 orang

peserta KB yang menggunakan MKJP dan 16.039 orang yang menggunakan KB

non MKJP (DPPKB Kota Medan, 2017).

Sampel. Sampel dalam penelitian adalah sebagian dari PUS Akseptor KB

aktifdan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Medan Terjun Kecamatan Medan

22
Universitas Sumatera Utara
23

Marelan pada tahun 2017. Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti

digunakan rumus Lemesow sebagai berikut:

n
Z (1 / 2 ) Po (1  Po )  Z (1  ) ) Pa (1  Pa )  2

Po  Pa 2
Dimana :
Z (1 / 2) = Deviat baku alpha. Untuk α = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96.

Z (1  ) = Deviat baku betha. Untuk β= 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282.

P0 = Proporsi akseptor KB MKJP di Puskemas Terjun, Kec. Medan Marelan

tahun 2017 =0,1846(18,46%) (DPPKB Kota Medan, 2017).

Pa = Perkiraan akseptor KB MKJP yang diteliti, sebesar = 0,3346(33,46 %).

P0  Pa = Beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,15.

Maka :

n
Z (1 / 2 ) Po (1  Po )  Z (1  ) Pa (1  Pa ) 
2

Po  Pa 2

n
1,96 0,1846 (10,1846) 1,282 0,3346( 1  0,3346) 
2

0,3346  0,1846 2

n ≥ 83
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui

jumlah sampel dari populasi 19.670 PUS akseptor KB aktif diperoleh sampel

penelitian minimal sebanyak 83 orang, namun untuk memenuhi syarat regresi

logistik yang mengharuskan sampel dengan jumlah relatif besar maka peneliti

menggenapkan jumlah sampel menjadi 100 orang. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai kriteria tertentu sampai

Universitas Sumatera Utara


24

memenuhi jumlah kuota yang telah ditentukan.Adapunkriteria sampel yang

diambil adalah PUS akseptor KB aktif(MKJP dan non MKJP) yang beradadi

wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan serta bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen (umur, status

pekerjaan, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap, dukungan pasangan, dan

dukungan petugas kesehatan) dan variabel dependen (penggunaan MKJP).

Adapun defenisi operasional dari setiap variabel di atas dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Umur adalah lamanya responden hidup sejak dilahirkan sampai pada saat

menjadi responden, dihitung dalam tahun.

2. Status pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden baik di dalam

maupun di luar rumah yang mendapat imbalan sesuai dengan hasil kerjanya.

3. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang dicapai oleh

responden.

4. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang pernah dilahirkan oleh responden

dan masih hidup sampai saat survei dilakukan.

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai

MKJP.

6. Sikap adalah reaksi/respon tertutup dari responden (suami/istri) mengenai

Alat Kontrasepsi MKJP.

Universitas Sumatera Utara


25

7. Dukungan pasangan adalah pendapat atau persepsi responden terhadap peran

pasangannya (suami/istri) dalam pemilihan metode kontrasepsi yang

digunakan.

8. Dukungan petugas kesehatan adalah pendapat atau persepsi responden

terhadap peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi dan

pelayanan kontrasepsi kepada responden.

9. Penggunaan MKJP adalah keputusan responden untuk menggunakan salah

satu jenis metode kontrasepsi jangka panjang (IUD, implant, MOW atau

MOP).

10. Penggunaan Non MKJP adalah keputusan responden untuk menggunakan

salah satu jenis non metode kontrasepsi jangka panjang (pil, suntik, atau

kondom).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui wawancara langsung dengan sejumlah PUS Peserta KB aktif yang

memakai alat kontrasepsi MKJP dan non-MKJP di wilayah kerja Puskesmas

Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan menggunakan instrumen berupa

kuesioner yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah melakukan pengumpulan

data melalui wawancara langsung, selanjutnya dilakukan uji validitas dan

reliabilitas terhadap data yang telah terkumpul.

Universitas Sumatera Utara


26

Uji validitas. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan dengan

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai pengetahuan

responden tentang kontrasepsi.

Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel pada analisis reliabilitasdengan melihat nilai

correlation corrected item, dengan ketentuan juka r hitung > r tabel, maka

dinyatakan valid dan sebaliknya (Hidayat, 2010).

Reliabilitas. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden

terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar dan

sesuai dengan kenyataan, maka beberapa kali diambil tetap akan sama

(Riwidikdo, 2009).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada akseptor KB di Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru sebanyak 30 orang dengan

asumsi karakteristik akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan

Medan Marelan dan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan

Medan Baru relatif sama. Hasil uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan Pengetahuan

Item r-hitung r-tabel (=0,3610) Validitas


1 0,592 Lebih dari Valid
2 0,592 Lebih dari Valid
3 0,592 Lebih dari Valid
4 0,575 Lebih dari Valid
5 0,542 Lebih dari Valid
6 0,563 Lebih dari Valid
7 0,545 Lebih dari Valid
8 0,567 Lebih dari Valid
9 0,620 Lebih dari Valid
10 0,609 Lebih dari Valid
Nilai Alpha 0,592 Realibel

Dari tabel di atas diketahui bahwa semua item pertanyaan pengetahuan

sudah valid dan nilai Alpha = 0,592, artinya sudah reliabel karena nilai alpha lebih

besar dari r-tabel (=0,3610).

Tabel 2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan Sikap

Item r-hitung r-tabel (=0,3610) Validitas


1 0,443 Lebih dari Valid
2 0,569 Lebih dari Valid
3 0,511 Lebih dari Valid
4 0,403 Lebih dari Valid
5 0,514 Lebih dari Valid
6 0,562 Lebih dari Valid
7 0,558 Lebih dari Valid
8 0,403 Lebih dari Valid
Nilai Alpha 0,537 Realibel

Dari tabel di atas diketahui bahwa semua item pertanyaan sikap sudah

valid dan nilai Alpha = 0,537, artinya sudah reliabel karena nilai alpha lebih besar

dari r-tabel (=0,3610).

Tabel 3

Universitas Sumatera Utara


28

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan Dukungan Pasangan

Item r-hitung r-tabel (=0,3610) Validitas


1 0,417 Lebih dari Valid
2 0,517 Lebih dari Valid
3 0,444 Lebih dari Valid
4 0,392 Lebih dari Valid
Nilai Alpha 0,516 Realibel

Dari tabel di atas diketahui bahwa semua item pertanyaan dukungan

pasangan sudah valid dan nilai Alpha = 0,516, artinya sudah reliabel karena nilai

alpha lebih besar dari r-tabel (=0,3610).

Tabel 4

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Pertanyaan Dukungan Petugas


Kesehatan

Item r-hitung r-tabel (=0,3610) Validitas


1 0,679 Lebih dari Valid
2 0,519 Lebih dari Valid
3 0,550 Lebih dari Valid
4 0,465 Lebih dari Valid
Nilai Alpha 0,692 Realibel

Dari tabel di atas diketahui bahwa semua item pertanyaan dukungan

petugas kesehatan sudah valid dan nilai Alpha = 0,692, artinya sudah reliabel

karena nilai alpha lebih besar dari r-tabel (=0,3610).

Metode Pengukuran

Umur. Umur dilihat melalui jawaban kuesioner pada bagian identitas

responden.Sesuai penelitian Fienalia (2012) variabel umur dikategorikan sebagai

berikut:

0 = <30 tahun

Universitas Sumatera Utara


29

1 = ≥30 tahun.

Status pekerjaan. Status pekerjaan dilihat melalui jawaban kuesioner

pada bagian identitas responden. Data berbentuk ordinal. Variabel status

pekerjaan dikategorikan sebagai berikut:

0 = tidak bekerja.

1 = bekerja.

Pendidikan. Pendidikan dilihat melalui jawaban kuesioner pada bagian

identitas responden.Data berbentuk ordinal. Variabel pendidikan dikategorikan

sebagai berikut:

0 = pendidikan dasar, yaitu responden dengan tingkat pendidikan terakhir

SD/Madrasah atau SMP/MTs.

1 = pendidikan menengah, yaitu responden dengan tingkat pendidikan terakhir

SMA/MA atau SMK/MAK

2 = pendidikan tinggi, yaitu responden dengan tingkat pendidikan terakhir

Diploma/S1/S2/S3/Spesialis.

Jumlah anak. Jumlah anak dilihat melalui jawaban kuesioner pada bagian

identitas responden. Variabel jumlah anak dikategorikan sebagai berikut:

0 = >2 orang.

1 = ≤ 2 orang.

Pengetahuan. Pengetahuan diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara

memberi skor pada 10 jawaban yang dipilih. Jika jawaban benar diberi skor 1 dan

jika salah diberi skor 0, lalu nilai tersebut dijumlahkan.Variabel pengetahuan

memiliki skor tertinggi 10 dan skor terendah 0.

Universitas Sumatera Utara


30

Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat dikategorikan tingkat

pengetahuan responden dengan kriteria berikut (Arikunto, 2006):

0 = Kurang (<=55%) dengan skor ≤ 5

1 = Cukup (56%-75%) dengan skor 6-7

2 = Baik (76%-100%) dengan skor 8-10

Sikap. Sikap diukur melalui jawaban kuesioner dengan cara memberi skor

pada 8 jawaban yang dipilih. Pertanyaan dibuat menjadi dua kategori, yaitu 4

untuk pertanyaan positif (favorable) dan 4 untuk pertanyaan negatif (unfavoreble).

Variabel sikap memiliki skor tertinggi 32 dan skor terendah 8.

Dengan sistem skor sebagai berikut:

Tabel 5

Sistem Skor pada Variabel Sikap

Favorable (+) Unfavorable (-)


1 = sangat tidak setuju 4 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju 3 = tidak setuju
3 = setuju 2 = setuju
4 = sangat setuju 1 = sangat setuju

Berdasarkan kategori di atas maka sikap responden dapat dikategorikan

sebagai berikut:

0 = negatif, jika skor diperoleh <16.

1 = positif, jika skor diperoleh ≥ 16.

Dukungan pasangan. Dukungan pasangan diukur melalui jawaban

kuesioner dengan cara memberi skor pada setiap jawaban yang dipilih. Jika

pasangan responden menyetujui dan turut serta dalam pemilihan kontrasepsi maka

Universitas Sumatera Utara


31

akan diberi skor 1, jika tidak maka akan diberi skor 0 kemudian dijumlahkan.

Variabel dukungan pasangan memiliki skor tertinggi 4 dan skor terendah 0.

Kategori dapat dilihat sebagai berikut:

0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh ≤ 2.

1 = mendukung, jika skor diperoleh >2.

Dukungan petugas kesehatan. Dukungan petugas kesehatan diukur

melalui jawaban kuesioner dengan cara memberi skor pada setiap jawaban yang

dipilih. Jika petugaas kesehatan menyetujui dan memberikan dorongan maka akan

diberi skor 1, jika tidak maka akan diberi skor 0 kemudian dijumlahkan. Variabel

dukungan petugas kesehatan memiliki skor tertinggi 4 dan skor terendah 0.

Kategori dapat dilihat sebagai berikut:

0 = kurang mendukung, jika skor diperoleh ≤ 2.

1 = mendukung, jika skor diperoleh > 2.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tiga tahap yakni:

Analisis univariat. Untuk menggambarkan masing-masing variabel

independen dan variabel dependen dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi.

Analisis bivariat. Untuk melihat hubungan masing-masing variabel

independen dengan variabel dependen, menggunakan uji chi square dengan

tingkat kemaknaan (level of significance) alpha = 0,05.

Universitas Sumatera Utara


32

Analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis yang

bertujuan untuk mempelajari hubungan beberapa variabel (lebih dari satu

variabel) independen dengan satu variabel dependen (Riyanto, 2012).

Model uji yang digunakan adalah uji regresi logistik ganda, karena jenis data

variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini merupakan data

kategorik.Analisis multivariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat

pengaruh variabel-variabel terhadap variabel dependen dengan menggunakan

analisis regresi logistik pada taraf kepercayaan 95%.

Persamaan analisis multivariat adalah sebagai berikut:

Y = a + B1X1 + B2X2 + ... + BnXn + e

Keterangan:

Y : variabel dependen

X : variabel independen

a : konstanta

b : koefisien regresi

e : komponen kesalahan

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu dari 21 kecamatan di

Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Marelan berbatasan

dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, Medan Labuhan di timur,

Medan Helvetia di selatan, dan Medan Belawan di utara. Pada tahun 2015, jumlah

penduduk Kecamatan Medan Marelan sebesar 162.267 jiwa, dengan luas

wilayahnya adalah 44,47 km2, yang terdiri dari 5 desa/kelurahan yaitu Labuhan

Deli, Paya Pasir, Rengas Pulau, Tanah Enam Ratus, dan Terjun. Puskesmas

Terjun terletak di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel dependen dan variabel independen, dalam penelitian ini meliputi: umur,

status pekerjaan, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap, dukungan

pasangan, dukungan petugas kesehatan, penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP), dan non metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP).

Distribusi frekuensi karakteristik responden. Responden dalam

penelitian ini adalah PUS Akseptor KB aktif yang berumur antara 15-49 tahun

dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan,

diperoleh gambaran karakteristik responden secara umum tentang umur, status

pekerjaan, pendidikan, dan jumlah anak. Hasil penelitian menunjukkan dari 100

responden (100%), berdasarkan umur, terdapat 16 responden (16%) berada dalam

33
Universitas Sumatera Utara
34

kelompok umur < 30 tahun dan 84 responden (84%) berada dalam kelompok

umur ≥ 30 tahun. Berdasarkan status pekerjaan, terdapat 54 responden (54%)

tidak bekerja dan 46% responden (46%) bekerja. Berdasarkan pendidikan,

terdapat 37 responden (37%) pendidikan dasar, 41 responden (41%) pendidikan

menengah, dan 22 responden (22%) pendidikan tinggi. Berdasarkan jumlah anak,

terdapat 26 responden (26%) memiliki anak ≤ 2 orang dan 74 responden (74%)

memiliki anak > 2 orang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi dari Karakteristik Individu

Karakteristik Individu n %
Umur
<30 tahun 16 16
≥30 tahun 84 84
Status Pekerjaan
Tidak bekerja 54 54
Bekerja 46 46
Pendidikan
Pendidikan dasar 37 37
Pendidikan menengah 41 41
Pendidikan tinggi 22 22
Jumlah Anak
> 2 orang 74 74
≤ 2 orang 26 26
Jumlah 100 100

Distribusi frekuensi pengetahuan. Berdasarkan penelitian mengenai

pengetahuan, diketahui bahwa dari 100 responden (100%), diperoleh sebanyak 92

responden (92%) mengetahui pengertian alat kontrasepsi. Sebanyak 67 responden

(67%) mengetahui yang termasuk dalam metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP). Sebanyak 73 responden (73%) mengetahui lokasi pemasangan

IUD/spiral pada tubuh. Sebanyak 44 responden (44%) mengetahui keuntungan

Universitas Sumatera Utara


35

menggunakan alat kontrasepsi IUD/spiral. Sebanyak 76 responden (76%)

mengetahui lokasi pemasangan implan pada tubuh. Sebanyak 79 responden (79%)

mengetahui keuntungan menggunakan alat kontrasepsi implan. Sebanyak 67

responden (67%) mengetahui pengertian metode operasi pria (MOP)/vasektomi.

Sebanyak 49 responden (49%) mengetahui kekurangan dari metode kontrasepsi

vasektomi/metode operasi pria (MOP). Sebanyak 85 responden (85%) mengetahui

lama masa pemakaian sebuah implan. Sebanyak 69 responden (69%) mengetahui

kekurangan metode kontrasepsi tubektomi/metode operasi wanita (MOW).

Tabel 7

Distribusi Jawaban Responden Instrumen Pengetahuan

Jawaban
Total
Pertanyaan Benar Salah
n % n % n %
Menurut ibu apa yang dimaksud dengan alat 92 92 8 8 100 100
kontrasepsi?
Manakah yang termasuk metode kontrasepsi 67 67 33 33 100 100
jangka panjang (MKJP)?
Dimanakah lokasi pesangan IUD/spiral pada 73 73 27 27 100 100
tubuh yang ibu ketahui?
Menurut ibu apakah keuntungan menggunakan 44 44 56 56 100 100
alat kontrasepsi IUD/spiral?
Dimanakah lokasi pemasangan alat kontrasepsi 76 76 24 24 100 100
implan pada tubuh?
Menurut ibu, apakah keuntungan menggunakan 79 79 21 21 100 100
alat kontrasepsi implan?
Menurut ibu, apa yang dimaksud dengan 67 67 33 33 100 100
metode operasi pria (MOP)/vasektomi?
Menurut ibu, apa kekurangan dari metode 49 49 51 51 100 100
kontrasepsi vasektomi/metode operasi pria
(MOP)?
Berapa lamakah masa pemasangan sebuah 85 85 15 15 100 100
implan yang ibu ketahui?
Apakah kekurangan metode kontrasepsi 69 69 31 31 100 100
tubektomi/metode operasi wanita (MOW)
yang ibu ketahui?

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan

pengkategorian berdasarkan jawaban responden, diperoleh sebanyak 40 responden

(40%) berada pada kategori pengetahuan baik, sebanyak 45 responden (45%), dan

15 responden (15%) berada pada kategori pengetahuan kurang baik. Secara rinci

dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Jumlah
Pengetahuan
n %
Baik 40 40
Cukup 45 45
Kurang 15 15
Jumlah 100 100

Distribusi frekuensi sikap. Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap

dari 100 responden, diperoleh sebanyak 9 responden (9%) sangat setuju, 28

responden (28%) setuju, 46 responden (46%) tidak setuju, dan 17 responden

(17%) sangat tidak setuju dengan pepatah yang mengatakan banyak anak, banyak

rejeki. Sebanyak 3 responden (3%) sangat tidak setuju, 20 responden (20%) tidak

setuju, 61 responden (61%) setuju, dan 16 responden (16%) sangat setuju dengan

pendapat bahwa memiliki dua orang anak sudah cukup, baik laki-laki maupun

perempuan. Sebanyak 4 responden (4%) sangat tidak setuju, 22 responden (22%)

tidak setuju, 57 responden (57%) setuju, dan 17 responden sangat setuju bahhwa

metode operasi pria (MOP)/vasektomi sangat diperlukan agar suami menjadi ikut

berperan dalam upaya perencanaan jumlah anak. Sebanyak 4 responden (4%)

sangat tidak setuju, 21 responden (21%) tidak setuju, 61 responden (61%) setuju,

dan 14 responden (14%) sangat setuju bahwa pemakaian metode kontrasepsi

Universitas Sumatera Utara


37

jangka panjang (MKJP) sangat diperlukan dalam pembatasan jumlah anak.

Sebanyak 1 responden (1%) sangat tidak setuju, 6 responden (6%) tidak setuju, 65

responden (65%) setuju, dan 28 responden (28%) sangat setuju dengan pernyataan

bahwa ibu perlu berkonsultasikepada petugas kesehatan mengenai jenis alat

kontrasepsi yang tepat untuk digunakan. Sebanyak 4 responden (4%) sangat

setuju, 34 responden (34%) setuju, 44 responden (44%) tidak setuju, dan 18

responden (18%) sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa jarak usia antar

anak pertama dan anak seterusnya sebaiknya kurang dari dua tahun. Sebanyak 3

responden (3%) sangat setuju, 37 responden (37%) setuju, 46 responden (46%)

tidak setuju, dan 14 responden (14%) sangat tidak setuju bahwa pemasangan IUD

dianggap tabu karena langsung dipasang di leher rahim. Serta sebanyak 9

responden (9%) sangat setuju, 32 responden (32%) setuju, 39 responden (39%)

tidak setuju, dan 20 responden (20%) sangat tidak setuju dengan pernyataan

bahwa program KB sebaiknya dihapuskan karena bertentangan dengan nilai

agama. Secara rinsi dapat dilihat pada tabel 9.

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 9

Distribusi Jawaban Responden Instrumen Sikap

Jawaban
Sangat
Sangat Tidak Total
Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
n % n % n % n % n %
Bagaimana pendapat ibu terhadap
pepatah yang mengatakan 9 9 28 28 46 46 17 17 100 100
“banyak anak banyak rejeki”?
Memiliki 2 orang anak sudah
cukup, baik laki-laki maupun 3 3 20 20 61 61 16 16 100 100
perempuan.
Metode Operasi Pria
(MOP)/Vasektomi sangat
diperlukan agar suami menjadi 4 4 22 22 57 57 17 17 100 100
ikut berperan dalam upaya
perencanaan jumlah anak.
Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
4 4 21 21 61 61 14 14 100 100
sangat diperlukan dalam
pembatasan jumlah anak.
Ibu perlu berkonsultasi kepada
petugas kesehatan mengenai
1 1 6 6 65 65 28 28 100 100
jenis alat kontrasepsi yang
tepat untuk digunakan.
Jarak usia antara anak pertama
dan anak seterusnya sebaiknya 4 4 34 34 44 44 18 18 100 100
kurang dari dua tahun.
Pemasangan IUD dianggap tabu
karena langsung dipasang di 3 3 37 37 46 46 14 14 100 100
leher rahim.
Program KB sebaiknya
dihapuskan karena
9 9 32 32 39 39 20 20 100 100
bertentangan dengan nilai
agama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan

pengkategorian berdasarkan jawaban responden, sebanyak 99 responden (99%)

berada pada kategori sikap positif dan 1 responden (1%) berada pada kategori

sikap negatif. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 10.

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Sikap

Jumlah
Sikap
n %
Positif 99 99
Negatif 1 1
Jumlah 100 100

Distribusi frekuensi dukungan pasangan. Berdasarkan hasil penelitian

mengenai dukungan pasangan, diketahui bahwa dari 100 responden (100%),

diperoleh sebanyak 77 responden (77%) mengatakan responden ber KB atas per-

setujuan/pilihan pasangan (suami/istri). Sebanyak 79 responden (79%) mengatak-

an bahwa pasangannya turut dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi. Sebanyak 49

responden (49%) mengatakan bahwa pasangannya (suami/istri) menyarankan

untuk memeriksakan alat kontrasepsi yang digunakan juga mengalami keluhan.

Serta sebanyak 46 responden (46%) mengatakan bahwa pasangannya (suami/istri)

ikut menemani ke fasilitas kesehatan saat ingin mendapat pelayanan kontrasepsi.

Tabel 11

Distribusi Jawaban Responden Instrumen Dukungan Pasangan

Jawaban
Total
Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
Apakah ibu/bapak ber KB atas
77 77 23 23 100 100
persetujuan/pilihan pasangan (suami/istri)?
Apakah suami/istri turut dalam pemilihan jenis
79 79 21 21 100 100
alat kontrasepsi?
Apakah suami/istri menyarankan untuk
memeriksakan alat kontrasepsi yang
49 49 51 51 100 100
ibu/bapak gunakan jika mengalami
keluhan?
Apakah suami/istri ikut menemani ke fasilitas
kesehatan saat ingin mendapat pelayanan 46 46 54 54 100 100
kontrasepsi?

Universitas Sumatera Utara


40

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan

pengkategorian berdasarkan jawaban responden, terdapat 58 responden (58%)

berada pada kategori pasangan mendukung dan 42 responden (42%) berada pada

kategori pasangan kurang mendukung. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12

Distribusi frekuensi Dukungan Pasangan

Jumlah
Dukungan Pasangan
n %
Mendukung 58 58
Kurang Mendukung 42 42
Jumlah 100 100

Distribusi frekuensi dukungan petugas kesehatan. Berdasarkan hasil

penelitian mengenai dukungan petugas kesehatandari 100 responden (100%),

diperoleh sebanyak 60 responden (60%) mengatakan bahwa petugas kesehatan

menyarankan responden untuk menggunakan alat kontrasepsi. Sebanyak 57

responden (57%) mengatakan bahwa petugas kesehatan memberikan

kesempatan/kebebasan kepada responden untuk memilih jenis alat kontrasepsi

sesuai kebutuhan. Sebanyak 58 responden (58%) mengatakan bahwa petugas

kesehatan ramah/sabar saat responden mengalami keluhan dengan alat kontrasepsi

yang digunakan. Serta sebanyak 59 responden (59%) mengatakan bahwa petugas

kesehatan pernah memberikan informasi mengenai kelebihan/kekurangan dari

masing-masing jenis kontrasepsi kepada responden. Secara rinci dapat dilihat

pada tabel 13.

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 13

Distribusi Jawaban responden Instrumen Dukungan Petugas Kesehatan

Jawaban
Total
Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
Apakah petugas kesehatan menyarankan
bapak/ibu untuk menggunakan alat 60 60 40 40 100 100
kontrasepsi?
Apakah petugas kesehatan memberikan
kesempatan/kebebasan kepada ibu/bapak
57 57 43 43 100 100
untuk memilih jenis alat kontrasepsi sesuai
kebutuhan?
Apakah petugas kesehatan ramah/sabar saat
ibu/bapak mengalami keluhan dengan alat 58 58 42 42 100 100
kontrasepsi yang digunakan?
Apakah petugas kesehatan pernah memberikan
informasi mengenai kelebihan/kekurangan
59 59 41 41 100 100
dari masing-masing jenis kontrasepsi kepada
ibu/bapak?

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan

pengkategorian berdasarkan jawaban responden, terdapat 50 responden (50%)

berada pada kategori mendukung dan 50 responden (50%) berada pada kategori

kurang mendukung. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan.

Jumlah
Dukungan Petugas Kesehatan
n %
Mendukung 50 50
Kurang Mendukung 50 50
Jumlah 100 100

Distribusi frekuensi jenis kontrasepsi yang digunakan responden.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai jenis kontrasepsi dari 100 responden

(100%), diperoleh sebanyak 24 responden (24%) menggunakan alat kontrasepsi

Universitas Sumatera Utara


42

jenis MKJP sedangkan 76 responden (76%) menggunakan alat kontrasepsi jenis

Non-MKJP. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Responden

Jumlah
Jenis Kontrasepsi
n %
MKJP 24 24
Non-MKJP 76 76
Jumlah 100 100

Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel

independen (meliputi umur, status pekerjaan, pendidikan, jumlah anak,

pengetahuan, sikap, dukungan pasangan, dan dukungan petugas kesehatan)

dengan variabel dependen (penggunaan MKJP). Untuk mengetahui

kemaknaannya dilakukan analisis bivariat dengan uji chi square. Dikatakan ada

hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p<0,05. Hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen dengan hasil sebagai berikut:

Hubungan umur dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 16 responden

yang berusia <30 tahun, terdapat 6 (37,5%) responden menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP. Sementara dari 84 responden berusia ≥ 30 tahun terdapat

18 (21,4%) yang menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Hasil uji statistik chi

square antara variabel umur dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) menunjukkan nilai p = 0,204, yang α = 0,05 maka tidak ada

hubungan antara umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Universitas Sumatera Utara


43

(MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Secara

rinci dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16

Tabulasi Silang antara Umur dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Umur MKJP Non-MKJP Total Signifikan
n % n % n %
< 30 tahun 6 37,5 10 62,5 16 100
0,204
≥ 30 tahun 18 21,4 66 78,6 84 100

Hubungan status pekerjaan dengan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 54

responden yang tidak bekerja terdapat 8 (14,8%) responden menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP. Sementara dari 46 responden yang bekerja terdapat 16

(34,8%) responden menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Hasil uji statistik

chi square antara variabel status pekerjaan dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) menunjukkan nilai p = 0,036, yang α = 0,05

maka ada hubungan antara status pekerjaan dengan penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17

Tabulasi Silang antara Status Pekerjaan dengan Penggunaan Metode


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Status Pekerjaan MKJP Non-MKJP Total Signifikan
n % n % n %
Tidak bekerja 8 14,8 46 85,2 54 100
0,036
Bekerja 16 34,8 30 56,2 46 100

Universitas Sumatera Utara


44

Hubungan pendidikan dengan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 37

responden yang berpendidikan rendah terdapat 5 (13,5%) responden

menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Kemudian dari 41 responden yang

berpendidikan menengah terdapat 4 (9,8%) responden menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP. Sementara dari 22 responden berpendidikan tinggi

terdapat 15 (68,2%) responden menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Hasil

uji statistik chi square antara variabel pendidikan dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) menunjukkan nilai p = 0,0001, yang α = 0,05

maka ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18

Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Pendidikan MKJP Non-MKJP Total Signifikan
n % n % n %
Rendah 5 13,5 32 84,5 37 100
Menengah 4 9,8 37 90,2 41 100 0,0001
Tinggi 15 68,2 7 31,8 22 100

Hubungan jumlah anak dengan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 26

responden yang memiliki anak berjumlah ≤ 2 orang terdapat 18 (69,2%)

responden menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Sementara dari 74

responden yang memiliki jumlah anak > 2 orang terdapat 6 (8%) responden

Universitas Sumatera Utara


45

menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Hasil uji statistik chi square antara

variabel jumlah anak dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP) menunjukkan nilai p = 0,0001, yang α = 0,05 maka ada hubungan antara

jumlah anak dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di

wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Tabel 19

Tabulasi Silang antara Jumlah Anak dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Jumlah Anak MKJP Non-MKJP Total Signifikan
n % n % n %
> 2 orang 6 8 68 92 74 100
0,0001
≤ 2 orang 18 69,2 8 30,8 26 100

Hubungan pengetahuan dengan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 15

responden yang berpengetahuan kurang terdapat 3 (20%) responden

menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Kemudian dari 45 responden yang

berpengetahuan cukup terdapat 10 (22,2%) responden menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP. Sementara dari 40 responden berpengetahuan baik

terdapat 11 (27,5%) responden menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Hasil

uji statistik chi square antara variabel pengetahuan dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) menunjukkan nilai p = 0,787, yang α = 0,05

maka tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun

Kecamatan Medan Marelan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 20.

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 20

Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Pengetahuan MKJP Non-MKJP Total Signifikan
n % n % n %
Kurang 3 20 12 80 15 100
Cukup 10 22,2 35 77,8 45 100 0,787
Baik 11 27,5 29 72,5 40 100

Hubungan sikap dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 1 responden

dengan sikap negatif tidak ada (0%) responden yang menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP. Sementara dari 99 responden dengan sikap positif

terdapat 24 (24,2%) responden yang menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP.

Hasil uji statistik chi square antara variabel sikap dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) menunjukkan nilai p = 1,000, yang α = 0,05

maka tidak ada hubungan antara sikap dengan penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21

Tabulasi Silang antara Sikap dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Sikap MKJP Non-MKJP Total Signifikan
n % n % n %
Negatif 0 0 1 100 1 100
1,000
Positif 24 24,2 75 75,8 99 100

Universitas Sumatera Utara


47

Hubungan dukungan pasangan dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui

bahwa dari 42 responden yang pasangannya kurang mendukung terdapat 11

(26,2%) menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Sementara dari 58

responden yang pasangannya mendukung terdapat 13 (22,4%) menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP. Hasil uji statistik chi square antara variabel dukungan

pasangan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

menunjukkan nilai p = 0,842, yang α = 0,05 maka tidak ada hubungan antara

dukungan pasangan dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Secara

rinci dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22

Tabulasi Silang antara Dukungan Pasangan dengan Penggunaan Metode


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Dukungan Pasangan MKJP Non-MKJP Total Signifikan
n % n % n %
Kurang Mendukung 11 26,2 31 73,8 42 100
0,842
Mendukung 13 22,4 45 77,6 58 100

Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hasil tabulasi silang dapat diketahui

bahwa dari 50 responden yang berada pada kategori petugas kesehatan kurang

mendukung terdapat 7 (14%) menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP.

Sementara dari 50 responden yang berada pada kategori petugas kesehatan

mendukung terdapat 17 (34%) menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Hasil

uji statistik chi square antara variabel dukungan petugas kesehatan dengan

Universitas Sumatera Utara


48

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) menunjukkan nilai p =

0,035, yang α = 0,05 maka ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan

dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja

Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan, dapat dilihat pada tabel 23

Tabel 23

Tabulasi Silang antara Dukungan Petugas Kesehatan dengan Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Jenis Kontrasepsi
Dukungan Petugas
MKJP Non-MKJP Total Signifikan
Kesehatan
n % n % n %
Kurang Mendukung 7 14 43 86 50 100
0,035
Mendukung 17 34 33 66 50 100

Analisis Multivariat

Hasil seleksi bivariat antara variabel independen dengan variabel

dependen diperoleh variabel umur, status pekerjaan, pendidikan, jumlah anak, dan

dukungan petugas kesehatan menghasilkan p value < 0,25, sedangkan variabel

pengetahuan, sikap, dan dukungan pasangan p valuenya > 0,25. Hasil seleksi

bivariat dapat dilihat pada tabel 24.

Tabel 24

Hasil Seleksi Bivariat

Variabel P value
Umur 0,185
Status pekerjaan 0,019
Pendidikan 0,0001
Jumlah anak 0,0001
Pengetahuan 0,788
Sikap 0,457
Dukungan pasangan 0,663
Dukungan petugas kesehatan 0,018

Universitas Sumatera Utara


49

Setelah dilakukan seleksi bivariat dengan analisis regresi logistik

sederhana terhadap variabel independen didapatkan variabel umur, status

pekerjaan, pendidikan, jumlah anak, dan dukungan petugas kesehatan memiliki

nilai p value < 0,25, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan ke analisis

multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Selanjutnya dilakukan

pengujian multivariat untuk melihat variabel yang memengaruhi penggunaan

MKJP. Hasil pengujian multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda dapat

dilihat pada tabel 25.

Tabel 25

Pengujian Multivariat (Model 1)

Variabel B Wald P value Exp (B)


Umur -0,555 0,381 0,537 0,574
Status pekerjaan 1,406 2,532 0,112 4,081
Pendidikan (1) -0,656 0,539 0,463 0,519
Pendidikan (2) 1,988 5,217 0,022 7,301
Jumlah anak -2,250 9,087 0,003 0,105
Dukungan petugas kesehatan 1,645 4,711 0,030 5,179
Constant -1,462 1,417 0,234 0,232

Pada hasil analisis model I, diketahui nilai p value dari variabel umur,

pekerjaan, pendidikan (1) adalah > 0,05 dan nila p value yang terbesar adalah

variabel umur yaitu 0,574 sehingga dikeluarkan dari model. Hasil pengujian

multivariat dengan mengeluarkan variabel umur dapat dilihat pada tabel 26.

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 26

Pengujian Multivariat (Model II)

Variabel B Wald P value Exp (B)


Status pekerjaan 1,267 2,304 0,129 3,551
Pendidikan (1) -0,642 0,525 0,469 0,526
Pendidikan (2) 2,053 5,695 0,017 7,794
Jumlah anak -2,298 9,532 0,002 0,100
Dukungan petugas kesehatan 1,637 4,759 0,029 5,141
Constant -1,815 2,799 0,094 0,163

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda dengan mengeluarkan

variabel umur sepeti tampak pada model II, selanjutnya dilakukan perbandingan

perubahan nilai OR antara model I dan model II, yang dapat dilihat pada tabel 27.

Tabel 27

Perubahan Nilai OR dari Model I dan Model II

Variabel OR Variabel OR Saat Variabel Perubahan


Lengkap Umur dikeluarkan OR (%)
Status pekerjaan 4,081 3,551 12,99
Pendidikan (1) 0,519 0,526 1,35
Pendidikan (2) 7,301 7,794 6,75
Jumlah anak 0,105 0,100 4,76
Dukungan petugas kesehatan 5,179 5,141 0,73

Menurut Riyanto (2012), jika diperoleh nilai perubahan OR >10% maka

variabel tersebut dimasukkan kembali ke dalam model. Diketahui bahwa pada

saat variabel umur dikeluarkan dari model, nilai perubahan OR dari variabel

pekerjaan >10%, maka variabel umur dimasukkan kembali ke dalam model.

Selanjutnya variabel pendidikan dikeluarkan dari model, sehingga diperoleh hasil

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 28

Pengujian Multivariat (Model III)

Variabel B Wald P value Exp (B)


Umur -0,803 0,982 0,322 0,448
Status pekerjaan 0,585 0,704 0,401 1,794
Jumlah anak -3,215 22,116 0,000 0,040
Dukungan petugas kesehatan 1,564 5,004 0,025 4,779
Constant 0,218 0,059 0,808 1,243

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda dengan mengeluarkan

variabel pendidikan sepeti tampakpada model III, selanjutnya dilakukan

perbandingan perubahan nilai OR antara model I dan model III, yang dapat dilihat

pada tabel 29.

Tabel 29

Perubahan Nilai OR dari Model I dan Model III

Variabel OR Variabel OR Saat Variabel Perubahan


Lengkap Umur dikeluarkan OR (%)
Umur 0,574 0,448 21,95
Status pekerjaan 4,081 1,794 56,04
Jumlah anak 0,105 0,040 61,90
Dukungan petugas kesehatan 5,179 4,779 7,72

Diketahui bahwa pada saat variabel pendidikan dikeluarkan dari model,

terdapat beberapa variabel dengan nilai perubahan OR >10% maka variabel

pendidikan dimasukkan kembali ke dalam model. Selanjutnyavariabel pekerjaan

dikeluarkan dari model, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


52

Tabel 30

Pengujian Multivariat (Model IV)

Variabel B Wald P value Exp (B)


Umur -0,213 0,065 0,798 0,808
Pendidikan (1) -0,195 0,057 0,811 0,823
Pendidikan (2) 1,849 4,893 0,027 6,354
Jumlah anak -2,775 15,493 0,000 0,062
Dukungan petugas kesehatan 1,444 4,051 0,044 4,239
Constant -0,603 0,324 0,569 0,547

Berdasarkan hasil pada model IV, selanjutnya dilakukan perbandingan

perubahan nilai OR antara model I dan model IV, yang dapat dilihat pada tabel 31

Tabel 31

Perubahan Nilai OR dari Model I dan Model IV

Variabel OR Variabel OR Saat Variabel Perubahan


Lengkap Umur dikeluarkan OR (%)
Umur 0,574 0,808 40,76
Pendidikan (1) 0,519 0,823 58,57
Pendidikan (2) 7,301 6,354 12,97
Jumlah anak 0,105 0,062 40,95
Dukungan petugas 5,179 4,239 18,15
kesehatan

Diketahui bahwa pada saat variabel status pekerjaan dikeluarkan dari

model, nilai perubahan OR pada semua variabel yang berada dalam model >10%

maka variabel status pekerjaan dimasukkan kembali ke dalam model.

Dikarenakan terdapat nilai perubahan OR >10% pada setiap pengeluaran variabel,

maka model yang digunakan sebagai model terakhir adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 32

Hasil Uji Regresi Logistik Ganda (Model Akhir)

Variabel Bebas B P value Exp (B)


Umur -0,555 0,537 0,574
Status Pekerjaan 1,406 0,112 4,081
Pendidikan (1) -0,656 0,463 0,519
Pendidikan (2) 1,988 0,022 7,301
Jumlah Anak -2,250 0,003 0,105
Dukungan Petugas Kesehatan 1,645 0,030 5,179
Constant -1,462 0,234 0,232

Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa ada tiga variabel bebas

yang berpengaruh terhadap variabel terikat (penggunaan MKJP) yaitu pendidikan

(2) (ρ=0,022), jumlah anak (ρ= 0,003), dan dukungan petugas kesehatan (ρ=

0,030) karena nilai ρ<0,05, sedangkan variabel umur (ρ= 0,537), status pekerjaan

(ρ= 0,112), dan pendidikan (1) (ρ= 0,463) tidak memiliki pengaruh yang

bermakna terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

karena nilai ρ>0,05. Pendidikan (2) adalah variabel yang paling berpengaruh

terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) karena Exp (B)

pendidikan (2) merupakan yang paling besar dari pada Exp (B) jumlah anak dan

Exp (B) dukungan petugas kesehatan.

Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Y = a + B1X1 + B2X2 + ... + BnXn + e

Pengunaan MKJP = -1,462 + 7,301 X1 (Pendidikan (2)) + 0,105 X2 (Jumlah

anak) + 5,175 X3 (Dukungan Pasangan)

Berdasarkan persamaan di atas, didapatkan OR dari variabel pendidikan

(2) adalah 7,301 artinya responden yang berada pada kategori pendidikan dasar

Universitas Sumatera Utara


54

mempunyai peluang untuk menggunakan alat kontrasepsi non-MKJP sebesar 7,3

kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berada pada kategori

pendidikan tinggi setelah dikontrol variabel umur, status pekerjaan, jumlah anak,

dukungan petugas kesehatan. Didapatkan OR dari variabel jumlah anak adalah

0,105 artinya responden yang memiliki jumlah anak > 2 orang mempunyai

peluang untuk menggunakan alat kontrasepsi non-MKJP sebesar 0,1 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki jumlah anak ≤ 2 orang.

Didapatkan OR dari variabel dukungan petugas kesehatan 5,179 artinya

responden yang berada pada kategori kurang mendukung mempunyai peluang 5,1

kali lebih besar untuk menggunakan alat kontrasepsi non-MKJP daripada

responden yang berada pada kategori mendukung.

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik ganda

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan, jumlah anak dan

dukungan petugas kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), sedangkan variabel

umur, status pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan dukungan pasangan tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan.

Variabel yang Memengaruhi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang (MKJP)

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang

memengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah

Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan yaitu variabel pendidikan,

jumlah anak, dan dukungan petugas kesehatan.

Variabel pendidikan. Hasil uji statistik regresi logistik ganda

menunjukkan bahwa variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Gaol (2017) yang menunjukkan bahwa

variabel pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan

pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja

Puskesmas Hutapaung Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.

55
Universitas Sumatera Utara
56

Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan

untuk menentukan jumlah anak.

Pendidikan responden yang tinggi dapat menggambarkan pola pikir yang

lebih luas sehingga memudahkan responden dalam menerima gagasan baru dan

mengambil keputusan yang rasional. Pendidikan responden yang tinggi

berpengaruh juga terhadap pemahamannya tentang program KB yang secara tidak

langsung dapat memengaruhi dalam memilih metode atau alat kontrasepsi yang

akan digunakan. Pendapat ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh Pandiangan (2018) yang mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan

variabel pendidikan terhadap penggunan alat kontrasepsi IUD.

Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu dan

pasangan untuk menentukan jumlah anak. Responden yang memiliki pendidikan

tinggi cenderung memiliki pola pikir bahwa semakin banyak jumlah anak maka

semakin banyak pula kebutuhan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan anak

tersebut. Orang dengan tingkat pendidikan tinggi mengetahui bahwa kebutuhan

anak bukan hanya terbatas pada kebutuhan sandang dan pangan saja tetapi juga

kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Untuk memperoleh

pendidikan yang lebih tinggi tentu diperlukan dana yang lebih banyak pula. Hal

ini yang menjadi pertimbangan responden untuk menggunakan alat kontrasepsi

jenis MKJP untuk membatasi jumlah anaknya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada responden, diketahui bahwa

reponden yang berpendidikan rendah maupun menengah cenderung tidak

mengetahui manfaat atau keuntungan dari metode kontrasepsi jangka panjang,

Universitas Sumatera Utara


57

yakni tidak memerlukan kontrol bulanan sehingga tidak perlu mengeluarkan dana

yang lebih besar untuk biaya kontrol. Sebagian responden merasa takut untuk

menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang karena memerlukan tindakan

operatif (seperti metode operasi wanita dan operasi pria). Beberapa responden

merasa khawatir terhadap efek samping yang timbul setelah menggunakan metode

kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Ditemukan beberapa responden menganggap

alat kontrasepsi implan, yang dimasukkan ke bawah kulit, memengaruhi hormon

sehingga menimbulkan kenaikan berat badan.

Pada penelitian ini variabel pendidikan (2) memiliki angka Exp (B)

sebesar 8,9 sehingga paling berpengaruh terhadap penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) dikarenakan angka Exp (B) pendidikan (2) merupakan

yang paling besar daripada angka Exp (B) jumlah anak dan dukungan petugas

kesehatan.

Variabel jumlah anak. Hasil uji statistik regresi logistik ganda

menunjukkan bahwa variabel jumlah anak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Fienalia (2012) yang menyatakan adanya hubungan

yang signifikan antara jumlah anak hidup dengan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang.

Jumlah anak memengaruhi kemauan responden untuk menggunakan suatu

jenis alat kontrasepsi tertentu. Hal ini dikarenakan semakin besar jumlah anak

yang dimiliki responden, maka kebutuhan hidupnya menjadi semakin banyak

pula. Jika responden merupakan keluarga yang kurang mapan secara ekonomi, hal

Universitas Sumatera Utara


58

ini tentu dapat menjadi masalah apabila jumlah anak tidak dikendalikan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016), bahwa

jumlah anak memiliki hubungan dengan rendahnya minat ibu terhadap

penggunaan MKJP di BPS Sri Romdhati Semin Gunungkidul.

Didapatkan bahwa responden yang memiliki jumlah anak ≤ 2 orang,

umumnya merupakan responden yang telah menggunakan alat kontrasepsi jenis

MKJP. Hal ini berarti, jumlah anak yang sedikit merupakan hasil dari penggunaan

kontrasepsi jenis MKJP tersebut. Namun, dalam penelitian ini masih banyak

ditemukan PUS yang memiliki jumlah anak > 2 orang malah memilih

menggunakan alat kontrasepsi jenis non MKJP.

Dari hasil wawancara kepada responden diketahui bahwa beberapa

responden merasa khawatir dengan efek samping dari alat kontrasepsi jenis

MKJP, seperti berpindahnya posisi kontrasepsi implan dan spiral ke jantung dan

terganggunya keharmonisan hubungan suami dan istri karena kontrasepsi jenis

MOW/MOP. Rasa khawatir tersebut membuat responden memilih menggunakan

alat kontrasepsi jenis non MKJP. Namun didapatkan beberapa responden yang

lupa meminum pil KB secara rutin sehingga mengakibatkan terjadinya kehamilan

yang tidak direncanakan dan meningkatkan jumlah anak dalam keluarga.

Adanya faktor budaya yang masih dianut oleh beberapa responden seperti

„banyak anak banyak rezeki‟ juga memengaruhi keputusan responden untuk

membatasi jumlah anak. Beberapa responden yang menggunakan alat kontrasepsi

jenis non MKJP, menyatakan bahwa mereka menggunakan kontrasepsi hanya

untuk menjaga jarak usia kelahiran antar anak, bukan untuk membatasi jumlah

Universitas Sumatera Utara


59

anak. Beberapa responden juga menyatakan, tidak membatasi jumlah anak karena

menunggu memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu yang belum mereka

dapatkan.

Variabel dukungan petugas kesehatan. Hasil uji statistik regresi logistik

ganda menunjukkan bahwa variabel dukungan petugas kesehatan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan MKJP. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Setiasih, dkk (2013) yang menyatakan ada hubungan dukungan

petugas KB dengan pemilihan metode kontrasepsi. Pemberian informasi tentang

manfaat alat kontrasepsi jenis MKJP oleh petugas KB dapat memengaruhi

keputusan responden untuk menggunakan MKJP.

Dukungan petugas kesehatan dapat memengaruhi keputusan responden

untuk menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Hal ini dilihat dari beberapa

responden yang perlu diberi penjelasan oleh petugas kesehatan tentang kelebihan

alat kontrasepsi terlebih dahulu, lalu kemudian memutuskan untuk memilih jenis

kontrasepsi yang akan digunakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Faizahlaili (2009) yang menyatakan adanya hubungan antara dukungan petugas

kesehatan dengan ketidaksertaan WUS dalam KB di Kecamatan Tanah Abang

Jakarta Pusat. Dengan mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan maka

pengetahuan WUS meningkat sehingga akan memantapkan WUS untuk menjadi

akseptor KB.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui beberapa

responden menyatakan bahwa petugas kesehatan kurang memberikan saran untuk

menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Petugas kesehatan hanya memberikan

Universitas Sumatera Utara


60

pelayanan KB sesuai dengan permintaan pasien tanpa memberikan konseling

terlebih dahulu. Didapatkan juga beberapa responden menyatakan bahwa petugas

kesehatan memberikan konseling tentang jenis-jenis alat kontrasepsi beserta

kekurangan dan kelebihannya, namun kebanyakan responden tetap memilih

menggunakan alat kontrasepsi non MKJP.

Variabel yang Tidak Memengaruhi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang (MKJP)

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang

tidak memengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di

Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan yaitu variabel

umur, status pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan dukungan pasangan.

Variabel umur. Hasil uji statistik Chi-square menunjukkan tidak ada

hubungan antara umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fienalia (2012) yang

menyatakan ada hubungan secara signifikan antara umur ibu dengan penggunaan

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Artinya, umur responden tidak

memengaruhi keputusan responden untuk menggunakan MKJP.

Umur tidak memengaruhi keputusan responden dalam penggunaan alat

kontrasepsi. Didapatkan beberapa responden menikah pada usia kurang dari 17

tahun sehingga menyebabkan responden tersebut sudah harus menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP di umur yang masih muda karena sudah memiliki anak >

2 orang. Terdapat juga beberapa responden yang menikah di usia lebih dari 30

Universitas Sumatera Utara


61

tahun sehingga harus menggunakan alat kontrasepsi jenis non MKJP karena masih

memiliki jumlah anak < 2 orang atau bahkan belum mempunyai anak.

Dari hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa keputusan untuk

menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP tergantung pada jumlah anak yang

dimiliki pasangan usia subur (PUS), walaupun usia responden masih < 30 tahun.

Jumlah anak yang masih satu orang (masih ingin menambah jumlah anak) pada

usia yang sudah lebih dari 30 tahun tentu tidak memungkinkan PUS memutuskan

untuk menggunakan kontrasepsi jenis MKJP.

Variabel status pekerjaan. Hasil uji statistik chi square antara variabel

status pekerjaan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

menunjukkan ada hubungan antara status pekerjaan dengan penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Anggraini (2015) yang menyatakan bahwa akseptor KB yang bekerja berpeluang

4,737 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor KB yang tidak

bekerja, akan tetapi hasil uji statistik regresi logistik ganda menunjukkan bahwa

variabel status pekerjaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).

Pekerjaan hanya berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup

responden. Pekerjaan yang dimiliki responden tidak berpengaruh terhadap

keputusannya dalam memilih jenis alat kontrasepsi yang akan digunakan.

Pemilihan jenis kontrasepsi adalah tergantung kenyamanan responden, jika

responden merasa tidak mengalami keluhan terhadap jenis kontrasepsi tertentu

Universitas Sumatera Utara


62

maka responden tersebut cenderung akan menggunakan jenis tersebut secara

berkelanjutan.

Dari hasil wawancara kepada responden, diketahui bahwa mayoritas

responden (54%) tidak memiliki pekerjaan. Pekerjaan berhubungan dengan waktu

yang dimiliki responden untuk berada di rumah dan mengurus keluarga.

Seseorang yang memiliki pekerjaan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk

pekerjaannya dibanding untuk mengurus keluarganya, namun tetap saja tidak

memengaruhi keputusannya untuk menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP.

Variabel pengetahuan. Hasil uji statistik chi square antara variabel

pengetahuan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)

menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Naibaho (2018), yang menyatakan ada hubungan bermakna antara variabel

pengetahuan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi.

Dari hasil wawancara, didapat responden yang tidak ingin punya anak lagi

dan mengetahui bahwa penggunaan jenis alat kontrasepsi MKJP lebih efektif

digunakan untuk mencegah kehamilan, tetapi sebagian responden tetap tidak mau

menggunakannya. Hal ini karena responden memilih jenis alat kontrasepsi yang

digunakan berdasarkan rasa cocok nya terhadap alat kontrasepsi tersebut, bukan

dari keefektifan yang ditawarkan oleh alat kontrasepsi tersebut. Beberapa

responden juga memilih jenis alat kontrasepsi berdasarkan keluhan-keluhan yang

pernah ia dengar dari pengalaman teman atau keluarganya, misalnya keluhan yang

mengalami pendarahan akibat pemasangan IUD, terjadinya pergeseran alat

Universitas Sumatera Utara


63

kontrasepsi implan ke jantung, dan terganggunya keharmonisan suami-istri dari

kontrasepsi MOW dan MOP. Pengetahuan responden yang baik mengenai

manfaat dari alat kontrasepsi jenis MKJP tidak membuat responden memilih

metode kontrasepsi jangka panjang tersebut.

Variabel sikap. Hasil uji statistik chi square antara variabel sikap dengan

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) tidak ada hubungan

antara sikap dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Preputri, dkk (2013) yang menunjukkan ada

hubungan antara sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi di wilayah Pesisir

Kecamatan Bantaeng.

Sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau

suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Sikap positif dapat disebabkan oleh

kepercayaan positif yang dimiliki oleh responden. Namun, walaupun responden

memiliki sikap yang positif terhadap alat kontrasepsi jenis MKJP, hal itu tidak

membuat responden mengambil keputusan untuk menggunakannya. Hal ini

karena sikap hanyalah berupa respon pasif, yang belum tentu direalisasikan sesuai

dengan yang diharapkan.

Dari hasil wawancara didapatkan sebagian besar responden memiliki sikap

yang positif terhadap alat kontrasepsi, namun hanya beberapa responden yang

memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi jenis MKJP. Meskipun responden

setuju bahwa pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sangat

diperlukan dalam pembatasan jumlah anak, akan tetapi beberapa responden tetap

tidak menggunakannya. Terdapat responden yang setuju bahwa metode operasi

Universitas Sumatera Utara


64

pria (MOP)/vasektomi sangat diperlukan agar suami menjadi ikut berperan dalam

upaya perencanaan jumlah anak, namun beberapa tetap tidak setuju jika suami

mereka melakukan metode operasi pria (MOP)/vasektomi tersebut. Terdapat

responden tidak setuju dengan pendapat bahwa pemasangan IUD adalah tabu,

namun mereka juga tidak menggunakan alat kontrasepsi tersebut.

Variabel dukungan pasangan. Hasil uji statistik chi square antara

variabel dukungan pasangan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan pasangan

dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Hal ini sesuai

dengan penelitian Setiasih, dkk (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan

dukungan suami dengan pemilihan metode kontrasepsi pada WUS di Kabupaten

Kendal.

Dari hasil wawancara terdapat separuh responden yang termasuk kategori

pasangan mendukung, tetapi hanya beberapa diantaranya yang menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP. Dukungan pasangan memang merupakan suatu

pertimbangan yang kuat bagi responden dalam memutuskan dalam memilih jenis

kontrasepsi yang diinginkan dan sesuai kebutuhannya. Namun, didapatkan

beberapa pasangan responden mendukung untuk tidak menggunakan alat

kontrasepsi jenis MKJP karena merasa khawatir dengan efek sampingnya

terhadap keharmonisan hubungan suami-istri.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

Universitas Sumatera Utara


65

1. Faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga variabel, yaitu Pendidikan,

Jumlah Anak, dan Dukungan Petugas Kesehatan, sedangkan masih banyak

faktor lain yang memengaruhi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang.

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu

terkadang jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan

sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari hasil penelitian mengenai

faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

9. Tidak ada pengaruh umur terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

10. Tidak ada pengaruh status pekerjaan terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang.

11. Ada pengaruh pendidikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

12. Ada pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

13. Tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang.

14. Tidak ada pengaruh sikap terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang.

15. Tidak ada pengaruh dukungan pasangan terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang.

16. Ada pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang.

66
Universitas Sumatera Utara
67

Saran

1. Diharapkan kepada Puskesmas Terjun agar lebih memaksimalkan partisipasi

responden di wilayah kerja Puskesmas Terjun agar lebih mau memberikan

dukungan dari petugas kesehatan yaitu dengan memberikan penyuluhan-

penyuluhan tentang metode kontrasepsi jangka panjang kepada masyarakat

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, baik melalui media cetak,

media elektronik, maupun secara langsung oleh petugas kepada masyarakat.

Hal ini agar masyarakat lebih memahami keefektifan dari metode kontrasepsi

jangka panjang dalam mencegah kehamilan dan membatasi jumlah anak.

Puskesmas juga dapat memberikan atau membuat program KB jenis MKJP

gratis kepada pasangan usia subur (PUS) yang telah memiliki 2 orang anak,

yakni dengan mengajukan POA tahunan puskesmas kepada Dinas Kesehatan

Kota Medan untuk medapatkan dana program.

2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar menggalakkan program KB jenis

MKJP gratis di Kota Medan bagi PUS yang sudah memiliki 2 orang anak

dengan mewajibkan dan mengalokasikan dana program kepada setiap

puskesmas di Kota Medan.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan

Medan Marelan dengan variabel yang belum diteliti pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Alfiah, I. D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Kalidres. (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah). Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream
/123456789/37693/1/ISMI%20DZALVA%20ALFIAH-FKIK.pdf

Anggraini, P. (2015). Determian Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang (MKJP) Pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang Tahun 2014. (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah). Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream
/123456789/28910/1/PUTRI%20ANGGRAENI-FKIK.pdf

BKKBN. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang. Diakses dari http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman
/Pedoman%20Manajemen%20Pelayanan%20KB.pdf

BKKBN. (2016). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan Kependudukan


dan Keluarga Berencana Nasional (LAKIP BKKBN) tahun 2015.
Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/
rakerkesnas_gel2_2016/Kepala%20BKKBN.pdf

BKKBN. (2016). Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional tahun 2015-2019. Diakses dari
https://www.bkkbn.go.id/po-content/uploads/RENSTRA_BKKBN%252020
15-2019.pdf

Badan Pusat Statistik (BPS). (2010). Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat
per Provinsi. Diakses dari https://sp2010.bps.go.id

Badan Pusat Statistik (BPS). (2014). Jumlah Penduduk di Sumatera Utara Tahun
2014. Diakses dari https://sumut.bps.go.id/statictable/2015/11/18/375/luas
-wilayah-jumlah-penduduk-dan-kepadatan-penduduk-menurut-kabupaten-
kota-2014.html

Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Jumlah Penduduk di Kota Medan. Diakses
dari https://medankota.bps.go.id

Departemen Kesehatan RI. (2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia


(SDKI) 2007. Diakses dari https://indonesiasehat1.files.wordpress.com
/2016/06/sdki2007.pdf

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2014). Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara. Diakses dari https://pusdatin.kemkes.go.id/resources
/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/02_Sumut_2014.pdf

68
Universitas Sumatera Utara
69

Dinas Kesehatan Kota Medan. (2016). Profil Kesehatan Kota Medan 2015.
Diakses dari https://www.depkes.go.id/resources/dowload/profil/PROF
IL_KAB_KOTA_2016/1275_Sumut_Kota_Medan_2016.pdf

Faizahlaili, G. R. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidaksertaan


WUS dalam KB (Studi Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat) (Skripsi,
Universitas Indonesia). Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?=digital/126055
-S-5596-Faktor%20faktor%yang-HA .pdf

Fienalia, R.A. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.(Skripsi, Universitas
Indonesia). Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294580-S-
Rainy%20Alus%20Fienalia.pdf
Gaol, E. L. (2017). Pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong
terhadap pemanfaatan KB MKJP pada wanita Pasangan Usia Subur di
Wilayah Kerja Puskesmas Hutapaung Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2017. (Skripsi yang tidak
dipublikasikan). Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.

Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.


Jakarta : Health Books.

Ismail, A.W. (2016). Faktor yang mempengaruhi fertilitas di Kelurahan Tanjung


Raya Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung. (Skripsi, Universitas
Lampung). Diakses dari http://digilib.unila.ac.id/22768/3/SKRIPSI
%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia


(SDKI) 2012. Diakses dari http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman
/SDKI%202012-Indonesia.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga


Berencana. Diakses dari http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman
/Pedoman%20Manajemen%20Pelayanan%20KB.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.


Diakses dari https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin
/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia


(SDKI) 2017. Diakses dari https://.depkes.go.id/download.
php?file=download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-kesehatan-
Indonesia-tahun-2017.pdf

Universitas Sumatera Utara


70

Meilani, N. Setiawaty, N., Estiwidani, D., dan Suherni. (2010). Pelayanan


Keluarga Berencana.Yogyakarta: Fitramaya.
Naibaho, S. G. O. (2018). Pengaruh faktor pengetahuan, budaya, sikap ibu, dan
dukungan suami terhadap pemilihan jenis alat kontrasepsi pada Pasangan
Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai.(Skripsi, Universitas Sumatera Utara).
Diakses dari http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1478
Pandiangan, R. S. (2018). Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB
dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas
Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2017. (Skripsi yang tidak
dipublikasikan). Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga.
Preputri, A., Zulkifli, A., Ida, L. M. T. (2013). Faktor yang berhubungan dengan
pemilihan alat kontrasepsi pada wanita di wilayah pesisir Kecamatan
Bantaeng Kabupaten Bantaeng. (Skripsi, Universitas Hasanuddin).
Diakses dari http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789
/10656/ANDRIANASTI%20PREPUTRI%20K11110008.pdf
Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan: Belajar mudah teknik analisis data
dalam Penelitian kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta :
Mitra Cendikia Press.
Riyanto, A. (2012). Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan :
Regresi Logistik Ganda (Edisi I). Yogyakarta: Mulia Medika.
Sari, E.I. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya minat ibu
terhadap penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di BPS Sri
Ramdhati Semin Gunungkidul. (Naskah Publikasi, Universitas „Aisyiyah).
Diakses dari http://digilib.unisayogya.ac.id/2404/1/NASKAH%20
PUBLIKASI_EMINUR%20ITRI%20SARI_201510104264.pdf
Setiasih, S., Bagus Widjanarko, dan Tinuk Istiarti. (2013). Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Kendal Tahun
2013. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 11(2), 35-36. Diakses dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/19002/13247
Suwiyoga, K. (2001). Buku Ajar Keluarga Berencana. Denpasar : Universitas
Udayana.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN METODE
KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
TAHUN 2018
Nomor Responden

I. Identitas Responden
Nama
Umur
Status Pekerjaan
Pendidikan
Jumlah anak

II. Pengetahuan

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda centang (√).
1. Apa yang dimaksud dengan alat kontrasepsi?

a. Suatu alat, obat dan cara yang digunakan untuk dapat mencegah

kehamilan.

b. Suatu cara untuk mencegah kelahiran.

2. Manakah yang termasuk metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) ?

a. IUD, MOW, MOP, Susuk/Implan

b. Suntik, Pil, Kondom

3. Dimanakah lokasi pemasangan IUD?

a. Di dalam rahim

b. Di bawah kulit

71
Universitas Sumatera Utara
72

4. Menurut ibu, apakah keuntungan menggunakan alat kontrasepsi IUD?

a. Kesuburan segera kembali setelah IUD diangkat

b. Praktis, nyaman dan tidak berisiko kanker rahim.

5. Dimanakah lokasi pemasangan implan?

a. Di dalam rahim

b. Di bawah kulit

6. Menurut ibu, apakah keuntungan menggunakan implan?

a. Praktis, tidak memerlukan tindakan operasi

b. Tidak memengaruhi siklus menstruasi

7. Apakah Metode Operasi Pria (MOP)/Vasektomi itu?

a. Cara KB yang permanen atau sterilisasi pria

b. Cara KB yang sementara pada pria

8. Apa kekurangan dari MOP?

a. Mengganggu kehidupan seksual suami-istri

b. Harus dengan tindakan pembedahan

9. Berapa lamakah masa pemakaian sebuah implan?

a. 3-5 tahun

b. Seumur hidup

10. Metode Operasi Wanita (MOW) disarankan bagi?

a. Pasangan yang baru menikah

b. Pasangan yang tidak ingin punya anak lagi

Universitas Sumatera Utara


73

III. Sikap
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda centang (√) pada salah satu yang anda yakinin di bawah ini!
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Tidak Setuju
TS : Sangat Tidak Setuju
No Uraian Pertanyaan SS S TS STS
11 Bagaimana pendapat ibu terhadap pepatah
yang mengatakan “banyak anak banyak
rejeki”?
12 Memiliki 2 orang anak sudah cukup, baik
laki-laki maupun perempuan.
13 Metode Operasi Pria (MOP)/Vasektomi
sangat diperlukan agar suami menjadi ikut
berperan dalam upaya perencanaan jumlah
anak.
14 Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) sangat diperlukan dalam
pembatasan jumlah anak.
15 Ibu perlu berkonsultasi kepada petugas
kesehatan mengenai jenis alat kontrasepsi
yang tepat untuk digunakan.
16 Jarak usia antara anak pertama dan anak
seterusnya sebaiknya kurang dari dua tahun.
17 Pemasangan IUD dianggap tabu karena
langsung dipasang di leher rahim.
18 Program KB sebaiknya dihapuskan karena
bertentangan dengan nilai agama.

IV. Dukungan Pasangan


19 Apakah ibu/bapak ber KB atas persetujuan/pilihan a. Ya b. Tidak
pasangan (suami/istri)?
20 Apakah suami/istri turut dalam pemilihan jenis alat a. Ya b. Tidak
kontrasepsi?
21 Apakah suami/istri menyarankan untuk a. Ya b. Tidak
memeriksakan alat kontrasepsi yang ibu/bapak
gunakan jika mengalami keluhan?
22 Apakah suami/istri ikut menemani ke fasilitas
kesehatan saat ingin mendapat pelayanan a. Ya b. Tidak
kontrasepsi?

Universitas Sumatera Utara


74

V. Dukungan Petugas Kesehatan


23 Apakah petugas kesehatan menyarankan bapak/ibu a. Ya b. Tidak
untuk menggunakan alat kontrasepsi?
24 Apakah petugas kesehatan memberikan
kesempatan/kebebasan kepada ibu/bapak untuk a. Ya b. Tidak
memilih jenis alat kontrasepsi sesuai kebutuhan?
25 Apakah petugas kesehatan ramah/sabar saat a. Ya b. Tidak
ibu/bapak mengalami keluhan dengan alat
kontrasepsi yang digunakan?
26 Apakah petugas kesehatan pernah memberikan a. Ya b. Tidak
informasi mengenai kelebihan/kekurangan dari
masing-masing jenis kontrasepsi kepada ibu/bapak?

VI. Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi


27 Alat kontrasepsi apa saja yang sudah pernah anda Ya Tidak
gunakan?
- IUD/ Spiral
- Implant/ Susuk
- MOP/ Vasektomi
- MOW/ Tubektomi
- Pil KB
- Kondom
- Suntik
28 Sejak kapan ibu/bapak mulai menggunakan alat
kontrasepsi tersebut?

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan PUS Pencapaian Peserta KB Aktif MKJP Peserta KB Aktif Non MKJP
JLH % IUD MOW MOP Implan Kondom Suntik Pil
M. Kota 10.118 8.296 81,99 1030 337 102 945 1.043 2.431 2.408
M. Sunggal 22.551 16.930 75,07 2.095 1.323 84 1.307 1.417 5.368 5.336
M. Hevetia 26.636 18.542 69,62 2.338 1.738 94 1.915 1.400 5.756 5.301
M. Denai 24.747 18.717 75,63 3.267 579 138 1.715 2.382 5.287 5.349
M. Barat 8.294 6.472 78,03 922 536 114 934 360 2.416 1.190
M. Deli 26.275 20.168 76,76 2.036 560 229 905 717 7.727 7.994
M. Tuntungan 12.403 9.882 79,67 1.542 602 54 1.415 422 3.474 2.373
M. Belawan 16.652 14.395 86,45 936 368 410 1.392 791 5.194 5.304
M. Amplas 23.167 18.705 80,74 2.285 594 170 2.039 1.355 6.151 6.111
M. Area 14.742 10.942 74,22 2.097 675 98 740 581 3.791 2.960
M. Johor 18.432 13.483 73,15 2.019 887 130 1.555 1.189 4.316 3.387
M. Marelan 26.253 19.670 74,92 988 524 201 1.918 798 8.097 7.114
M. Labuhan 26.250 19.278 73,44 1.543 862 283 3.050 870 6.195 6.475
M. Tembung 19.886 14.380 72,31 1.338 495 149 1.642 287 6.773 3.696
75

M. Maimun 6.450 5.000 77,52 539 391 113 910 409 1.493 1.145
M. Polonia 8.409 6.628 78,82 583 413 66 1.158 204 2.165 2.048
M. Baru 6.632 4.750 71,62 1.073 405 31 759 257 1.318 907
M. Perjuangan 15.227 12.781 83,94 1.457 473 112 1.239 1.310 4.624 3.548
M. Petisah 10.472 7.177 68,54 1.032 762 87 561 214 2.826 1.695
M. Timur 16.613 12.779 76,92 1.575 816 191 1.508 1.497 3.536 3.656
M. Selayang 19.721 14.596 74,01 1.672 1.107 136 1.488 1.722 4.601 3.870
Kota Medan 359.929 273.571 76 32.367 14.447 2.992 29.095 19.225 93.548 81.897
2017
2016 358.449 273.788 76,38 32.217 14.550 3.022 27.243 21.517 92.820 82.419
2015 348.691 260.369 74,67 31.271 14.388 2.492 23.380 19.659 90.015 79.164
Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan

75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Master Data

No Umur Status Pendidikan Jumlah Penget- Sikap Duk. Duk. Penggunaan


Pekerjaan anak ahuan Pasangan Petugas Kontrasepsi
1 40 bekerja SMA 3 9 24 2 0 non MKJP
2 41 bekerja SMA 3 8 23 1 4 non MKJP
3 44 tidak S1 2 8 20 4 4 MKJP
bekerja
4 35 tidak SD 4 7 18 2 0 non MKJP
bekerja
5 34 tidak SMP 5 6 22 0 4 non MKJP
bekerja
6 39 bekerja SMA 5 9 19 1 4 non MKJP
7 32 tidak SMA 4 7 20 2 4 non MKJP
bekerja
8 39 bekerja S1 2 8 24 2 4 MKJP
9 46 tidak SMA 5 2 19 1 0 non MKJP
bekerja
10 43 tidak SD 4 8 22 3 1 non MKJP
bekerja
11 39 bekerja SMA 3 5 18 4 2 non MKJP
12 40 bekerja S1 3 7 24 0 1 non MKJP
13 29 tidak S1 4 7 21 1 3 non MKJP
bekerja
14 35 tidak SD 4 6 24 2 3 non MKJP
bekerja
15 41 bekerja SMA 3 7 24 1 3 non MKJP
16 32 tidak D3 1 7 22 3 3 MKJP
bekerja
17 25 tidak SD 3 4 16 2 3 non MKJP
bekerja
18 35 tidak D3 2 6 23 2 3 non MKJP
bekerja
19 37 bekerja SMA 3 8 24 2 0 non MKJP
20 38 bekerja SMA 3 7 24 2 3 MKJP
21 29 bekerja S1 2 9 23 2 0 MKJP
22 38 tidak SD 3 8 24 2 4 non MKJP
bekerja
23 42 tidak SMP 3 5 24 2 3 non MKJP
bekerja
24 46 tidak D3 2 6 22 4 4 MKJP
bekerja
25 41 bekerja SD 5 7 23 2 4 non MKJP
26 45 tidak SMP 7 6 21 0 4 non MKJP
bekerja
27 38 bekerja SMA 3 6 26 3 4 MKJP

76
Universitas Sumatera Utara
77

No Umur Status Pendidikan Jumlah Penget- Sikap Duk. Duk. Penggunaan


Pekerjaan anak ahuan Pasangan Petugas Kontrasepsi
28 38 tidak S1 4 6 24 2 4 non MKJP
bekerja
29 31 tidak SD 4 7 26 1 3 non MKJP
bekerja
30 48 tidak SMP 3 7 26 1 3 non MKJP
bekerja
31 32 tidak SMA 6 5 19 3 2 non MKJP
bekerja
32 49 bekerja SMP 5 8 22 2 2 non MKJP
33 40 bekerja SMA 1 4 25 3 3 MKJP
34 28 tidak D1 3 7 25 2 3 MKJP
bekerja
35 43 tidak SD 3 8 25 2 4 MKJP
bekerja
36 46 bekerja SMK 4 5 23 2 0 non MKJP
37 44 tidak SMA 4 9 25 4 4 non MKJP
bekerja
38 47 tidak SD 4 7 26 3 2 non MKJP
bekerja
39 49 tidak SD 3 6 23 4 2 non MKJP
bekerja
40 40 bekerja SMP 4 4 20 2 0 non MKJP
41 49 bekerja SMP 1 7 24 1 2 non MKJP
42 27 tidak S1 1 5 25 2 0 non MKJP
bekerja
43 29 bekerja SD 2 10 24 4 4 MKJP
44 28 tidak S1 2 7 25 3 4 MKJP
bekerja
45 31 bekerja SMA 3 7 22 2 0 non MKJP
46 45 bekerja SD 2 5 25 1 3 MKJP
47 42 bekerja D3 2 4 25 3 4 MKJP
48 47 bekerja SMA 4 8 25 2 4 non MKJP
49 36 bekerja SMA 4 8 20 1 3 non MKJP
50 45 tidak SMA 3 6 21 1 0 non MKJP
bekerja
51 38 bekerja SMA 3 2 21 3 2 non MKJP
52 32 bekerja SMK 4 7 28 4 4 non MKJP
53 49 bekerja S1 2 9 25 1 4 MKJP
54 36 tidak SD 3 6 23 3 0 non MKJP
bekerja
55 35 tidak SMA 3 8 18 4 4 non MKJP
bekerja
56 37 bekerja SMP 2 7 23 4 4 MKJP
57 34 bekerja SMA 4 9 20 4 2 non MKJP

Universitas Sumatera Utara


78

No Umur Status Pendidikan Jumlah Penget- Sikap Duk. Duk. Penggunaan


Pekerjaan anak ahuan Pasangan Petugas Kontrasepsi
58 41 tidak SMA 3 9 23 3 0 non MKJP
bekerja
59 26 tidak SMP 3 5 22 3 3 non MKJP
bekerja
60 28 tidak SMA 5 8 21 2 2 non MKJP
bekerja
61 40 bekerja SMP 4 8 25 3 2 non MKJP
62 41 tidak SMA 3 6 27 3 0 non MKJP
bekerja
63 38 tidak SMP 3 7 23 3 4 non MKJP
bekerja
64 37 bekerja D3 2 6 19 2 1 MKJP
65 39 tidak S1 3 9 22 3 2 MKJP
bekerja
66 36 bekerja SD 4 9 23 4 3 non MKJP
67 44 tidak SMP 4 8 23 4 2 non MKJP
bekerja
68 43 bekerja SMA 2 7 17 3 2 non MKJP
69 44 tidak SD 4 9 23 2 1 non MKJP
bekerja
70 32 bekerja S1 2 5 23 1 2 non MKJP
71 29 tidak SMK 4 7 22 3 3 non MKJP
bekerja
72 28 bekerja SMA 1 8 26 4 1 MKJP
73 31 bekerja SMA 2 8 25 2 2 MKJP
74 32 tidak SD 3 9 22 3 4 non MKJP
bekerja
75 33 tidak SMA 4 8 23 3 0 non MKJP
bekerja
76 43 bekerja SMA 2 7 25 3 3 non MKJP
77 31 tidak SMA 3 9 24 3 2 non MKJP
bekerja
78 33 tidak SMA 4 7 26 3 2 non MKJP
bekerja
79 26 tidak SD 4 4 21 4 2 non MKJP
bekerja
80 46 bekerja S1 2 8 23 3 3 MKJP
81 45 tidak SMP 5 6 26 3 2 non MKJP
bekerja
82 47 tidak SD 6 8 25 4 1 non MKJP
bekerja
83 24 tidak SD 4 9 25 2 4 non MKJP
bekerja
84 38 bekerja SMP 3 7 23 4 2 non MKJP

Universitas Sumatera Utara


79

No Umur Status Pendidikan Jumlah Penget- Sikap Duk. Duk. Penggunaan


Pekerjaan anak ahuan Pasangan Petugas Kontrasepsi
85 40 tidak SMA 3 8 24 1 1 non MKJP
bekerja
86 40 tidak SD 4 6 24 4 2 non MKJP
bekerja
87 29 bekerja SMA 3 7 19 4 1 non MKJP
88 27 bekerja D3 1 7 18 2 3 MKJP
89 44 bekerja SMK 3 9 24 3 3 non MKJP
90 47 bekerja SMA 4 8 24 4 3 non MKJP
91 36 tidak SMP 2 7 23 2 2 non MKJP
bekerja
92 38 tidak SMA 3 8 21 4 4 non MKJP
bekerja
93 28 tidak SD 5 7 24 3 1 non MKJP
bekerja
94 33 bekerja S2 3 7 20 3 2 non MKJP
95 34 bekerja SMA 3 7 19 2 4 non MKJP
96 32 bekerja S1 2 9 22 3 2 MKJP
97 41 bekerja SMA 2 8 18 2 2 non MKJP
98 38 tidak S1 3 6 23 3 1 MKJP
bekerja
99 38 tidak SD 3 7 23 2 4 non MKJP
bekerja
100 36 tidak SMA 4 8 23 3 0 non MKJP
bekerja

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Output Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pengetahuan

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,592 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if


Item Deleted Deleted Correlation Item Deleted

item_1 21,03 10,102 ,000 ,592


item_2 21,03 10,102 ,000 ,592
item_3 21,03 10,102 ,000 ,592
item_4 21,07 9,651 ,369 ,575
item_5 21,13 8,878 ,622 ,542
item_6 21,10 9,334 ,454 ,563
item_7 21,30 8,700 ,452 ,545
item_8 21,43 9,013 ,281 ,567
item_9 21,13 10,533 -,265 ,620
item_10 21,13 10,257 -,127 ,609

Sikap

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

80
Universitas Sumatera Utara
81

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,537 8

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Item


Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

item_1 20,50 4,810 ,388 ,443


item_2 20,37 7,137 ,000 ,569
item_3 20,23 6,047 ,232 ,511
item_4 20,40 5,214 ,513 ,403
item_5 20,43 6,668 ,234 ,514
item_6 20,93 6,961 ,043 ,562
item_7 20,30 6,355 ,112 ,558
item_8 20,40 5,214 ,513 ,403

Dukungan Pasangan

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,516 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Item


Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted

item_1 2,03 ,861 ,336 ,417


item_2 2,10 ,921 ,231 ,517
item_3 1,83 1,040 ,326 ,444
item_4 2,13 ,809 ,360 ,392

Universitas Sumatera Utara


82

Dukungan Petugas Kesehatan

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,692 4

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if


Item Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted

item_1 1,63 ,447 ,461 ,679


item_2 1,83 ,213 ,610 ,519
item_3 1,67 ,368 ,559 ,550
item_4 2,70 1,252 ,535 ,465

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Output Hasil Uji Statistik

ANALISIS UNIVARIAT

kelompok umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
<30 tahun 16 16,0 16,0 16,0
Valid >=30 tahun 84 84,0 84,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
tidak bekerja 54 54,0 54,0 54,0
Valid bekerja 46 46,0 46,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pendidikan rendah 37 37,0 37,0 37,0
pendidikan menengah 41 41,0 41,0 78,0
pendidikan tinggi 22 22,0 22,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

kelompok jumlah anak


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
> 2 orang 74 74,0 74,0 74,0
Valid <= 2 orang 26 26,0 26,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 8 8,0 8,0 8,0
Valid benar 92 92,0 92,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 33 33,0 33,0 33,0
Valid benar 67 67,0 67,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 27 27,0 27,0 27,0
Valid benar 73 73,0 73,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

83
Universitas Sumatera Utara
84

pengetahuan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 56 56,0 56,0 56,0
Valid benar 44 44,0 44,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 24 24,0 24,0 24,0
Valid benar 76 76,0 76,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 21 21,0 21,0 21,0
Valid benar 79 79,0 79,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 33 33,0 33,0 33,0
Valid benar 67 67,0 67,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 51 51,0 51,0 51,0
Valid benar 49 49,0 49,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 15 15,0 15,0 15,0
Valid benar 85 85,0 85,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

pengetahuan10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
salah 31 31,0 31,0 31,0
Valid benar 69 69,0 69,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


85

kelompok pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

kurang 15 15,0 15,0 15,0

cukup 45 45,0 45,0 60,0


Valid
baik 40 40,0 40,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

sikap1-
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat setuju 9 9,0 9,0 9,0
Setuju 28 28,0 28,0 37,0
tidak setuju 46 46,0 46,0 83,0
Valid
sangat tidak 17 17,0 17,0 100,0
setuju
Total 100 100,0 100,0

sikap2+
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat tidak 3 3,0 3,0 3,0
setuju
tidak setuju 20 20,0 20,0 23,0
Valid Setuju 61 61,0 61,0 84,0
sangat setuju 16 16,0 16,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap3+
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat tidak 4 4,0 4,0 4,0
setuju
tidak setuju 22 22,0 22,0 26,0
Valid Setuju 57 57,0 57,0 83,0
sangat setuju 17 17,0 17,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap4+
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat tidak 4 4,0 4,0 4,0
setuju
tidak setuju 21 21,0 21,0 25,0
Valid Setuju 61 61,0 61,0 86,0
sangat setuju 14 14,0 14,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


86

sikap5+
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat tidak 1 1,0 1,0 1,0
setuju
tidak setuju 6 6,0 6,0 7,0
Valid Setuju 65 65,0 65,0 72,0
sangat setuju 28 28,0 28,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

sikap6-
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat setuju 4 4,0 4,0 4,0
Setuju 34 34,0 34,0 38,0
tidak setuju 44 44,0 44,0 82,0
Valid
sangat tidak 18 18,0 18,0 100,0
setuju
Total 100 100,0 100,0

sikap7-
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat setuju 3 3,0 3,0 3,0
Setuju 37 37,0 37,0 40,0
tidak setuju 46 46,0 46,0 86,0
Valid
sangat tidak 14 14,0 14,0 100,0
setuju
Total 100 100,0 100,0

sikap8-
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sangat setuju 9 9,0 9,0 9,0
Setuju 32 32,0 32,0 41,0
tidak setuju 39 39,0 39,0 80,0
Valid
sangat tidak 20 20,0 20,0 100,0
setuju
Total 100 100,0 100,0

kelompok sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Negatif 1 1,0 1,0 1,0
Valid Positif 99 99,0 99,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

dukungan pasangan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 23 23,0 23,0 23,0
Valid 1 77 77,0 77,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


87

dukungan pasangan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 21 21,0 21,0 21,0
Valid 1 79 79,0 79,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

dukungan pasangan3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 51 51,0 51,0 51,0
Valid 1 49 49,0 49,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

dukungan pasangan4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 54 54,0 54,0 54,0
Valid 1 46 46,0 46,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

kelompok dukungan pasangan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
kurang 42 42,0 42,0 42,0
mendukung
Valid mendukung 58 58,0 58,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

dukungan petugas kesehatan 1


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 40 40,0 40,0 40,0
Valid 1 60 60,0 60,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

dukungan petugas kesehatan 2


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 43 43,0 43,0 43,0
Valid 1 57 57,0 57,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

dukungan petugas kesehatan 3


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 42 42,0 42,0 42,0
Valid 1 58 58,0 58,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


88

dukungan petugas kesehatan 4


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0 41 41,0 41,0 41,0
Valid 1 59 59,0 59,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

kelompok dukungan petugas kesehatan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
kurang 50 50,0 50,0 50,0
mendukung
Valid Mendukung 50 50,0 50,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

penggunaan MKJP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
non MKJP 76 76,0 76,0 76,0
Valid MKJP 24 24,0 24,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

ANALISIS BIVARIAT

penggunaan MKJP * kelompok umur


Crosstab
Count
kelompok umur Total
<30 tahun >=30 tahun
non MKJP 10 66 76
penggunaan MKJP
MKJP 6 18 24
Total 16 84 100

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
(2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,903 1 ,168
b
Continuity Correction 1,124 1 ,289
Likelihood Ratio 1,757 1 ,185
Fisher's Exact Test ,204 ,145
Linear-by-Linear Association 1,884 1 ,170
N of Valid Cases 100
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,84.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


89

penggunaan MKJP * pekerjaan


Crosstab
Count
pekerjaan Total
tidak bekerja bekerja
non MKJP 46 30 76
penggunaan MKJP
MKJP 8 16 24
Total 54 46 100

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
(2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,430 1 ,020
b 4,390 1 ,036
Continuity Correction
Likelihood Ratio 5,471 1 ,019
Fisher's Exact Test ,033 ,018
Linear-by-Linear Association 5,376 1 ,020
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,04.
b. Computed only for a 2x2 table

penggunaan MKJP * pendidikan


penggunaan MKJP * pendidikan Crosstabulation
Count
pendidikan
pendidikan pendidikan pendidikan
rendah menengah tinggi Total
penggunaan MKJP non MKJP 32 37 7 76
MKJP 5 4 15 24
Total 37 41 22 100

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


a
Pearson Chi-Square 30,335 2 ,000
Likelihood Ratio 27,173 2 ,000
Linear-by-Linear Association 17,690 1 ,000
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,28.

Universitas Sumatera Utara


90

penggunaan MKJP * kelompok jumlah anak


Crosstab
Count
kelompok jumlah anak Total
< 2 orang >= 2 orang
non MKJP 8 68 76
penggunaan MKJP
MKJP 18 6 24
Total 26 74 100

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
(2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 39,408 1 ,000
b
Continuity Correction 36,128 1 ,000
Likelihood Ratio 36,472 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 39,014 1 ,000
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,24.
b. Computed only for a 2x2 table

penggunaan MKJP * kelompok pengetahuan


penggunaan MKJP * kelompok pengetahuan Crosstabulation
Count
kelompok pengetahuan Total
kurang cukup baik
non MKJP 12 35 29 76
penggunaan MKJP
MKJP 3 10 11 24
Total 15 45 40 100

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square ,478 2 ,787
Likelihood Ratio ,477 2 ,788
Linear-by-Linear Association ,445 1 ,505
N of Valid Cases 100
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,60.

penggunaan MKJP * kelompok sikap


Crosstab
Count
kelompok sikap Total
negatif positif
non MKJP 1 75 76
penggunaan MKJP
MKJP 0 24 24
Total 1 99 100

Universitas Sumatera Utara


91

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,319 1 ,572
b ,000 1 1,000
Continuity Correction
Likelihood Ratio ,552 1 ,457
Fisher's Exact Test 1,000 ,760
Linear-by-Linear Association ,316 1 ,574
N of Valid Cases 100
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,24.
b. Computed only for a 2x2 table

penggunaan MKJP * kelompok dukungan pasangan


Crosstab
Count
kelompok dukungan pasangan Total
kurang Mendukung
mendukung
non MKJP 31 45 76
penggunaan MKJP
MKJP 11 13 24
Total 42 58 100

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,190 1 ,663
b ,040 1 ,842
Continuity Correction
Likelihood Ratio ,190 1 ,663
Fisher's Exact Test ,813 ,419
Linear-by-Linear Association ,189 1 ,664
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,08.
b. Computed only for a 2x2 table

penggunaan MKJP * kelompok dukungan petugas kesehatan


Crosstab
Count
kelompok dukungan petugas Total
kesehatan
kurang mendukung
mendukung
non MKJP 43 33 76
penggunaan MKJP
MKJP 7 17 24
Total 50 50 100

Universitas Sumatera Utara


92

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
(2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,482 1 ,019
b 4,441 1 ,035
Continuity Correction
Likelihood Ratio 5,616 1 ,018
Fisher's Exact Test ,034 ,017
Linear-by-Linear Association 5,428 1 ,020
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table

ANALISIS MULTIVARIAT

A. Seleksi Bivariat

1. Umur
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1,757 1 ,185
Step 1 Block 1,757 1 ,185
Model 1,757 1 ,185

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
a
kel_umur -,788 ,581 1,843 1 ,175 ,455 ,146 1,419
Step 1
Constant -,511 ,516 ,979 1 ,323 ,600
a. Variable(s) entered on step 1: kel_umur.

2. Status Pekerjaan

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 5,471 1 ,019
Step 1 Block 5,471 1 ,019
Model 5,471 1 ,019

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
a
pekerjaan 1,121 ,493 5,177 1 ,023 3,067 1,168 8,052
Step 1
Constant -1,749 ,383 20,851 1 ,000 ,174
a. Variable(s) entered on step 1: pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


93

3. Pendidikan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 27,173 2 ,000
Step 1 Block 27,173 2 ,000
Model 27,173 2 ,000

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
pendidikan 23,398 2 ,000
a pendidikan(1) -,368 ,713 ,267 1 ,605 ,692 ,171 2,798
Step 1
pendidikan(2) 2,618 ,664 15,555 1 ,000 13,714 3,733 50,384
Constant -1,856 ,481 14,901 1 ,000 ,156
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan.

4. Jumlah Anak

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 36,472 1 ,000
Step 1 Block 36,472 1 ,000
Model 36,472 1 ,000

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
a
kel_jlh_anak -3,239 ,602 28,981 1 ,000 ,039 ,012 ,128
Step 1 ,811 ,425 3,642 1 ,056 2,250
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: kel_jlh_anak.

5. Pengetahuan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step ,477 2 ,788
Step 1 Block ,477 2 ,788
Model ,477 2 ,788

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
kel_pengetahuan ,476 2 ,788
a kel_pengetahuan(1) ,134 ,738 ,033 1 ,856 1,143 ,269 4,859
Step 1
kel_pengetahuan(2) ,417 ,736 ,321 1 ,571 1,517 ,358 6,423
Constant -1,386 ,645 4,612 1 ,032 ,250
a. Variable(s) entered on step 1: kel_pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara


94

6. Sikap

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step ,552 1 ,457
Step 1 Block ,552 1 ,457
Model ,552 1 ,457

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for
EXP(B)
Lowe Uppe
r r
a
kel_sikap 20,063 40192,933 ,000 1 1,000 516951534,645 ,000 .
Step 1
Constant -21,203 40192,933 ,000 1 1,000 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: kel_sikap.

7. Dukungan Pasangan

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square Df Sig.
Step ,190 1 ,663
Step 1 Block ,190 1 ,663
Model ,190 1 ,663

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step kel_dp -,206 ,472 ,190 1 ,663 ,814 ,323 2,051
a
1 Constant -1,036 ,351 8,716 1 ,003 ,355
a. Variable(s) entered on step 1: kel_dp.

8. Dukungan Petugas Kesehatan

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 5,616 1 ,018

Step 1 Block 5,616 1 ,018

Model 5,616 1 ,018


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

a
kel_dpk 1,152 ,505 5,199 1 ,023 3,165 1,176 8,518
Step 1
Constant -1,815 ,408 19,838 1 ,000 ,163
a. Variable(s) entered on step 1: kel_dpk.

Universitas Sumatera Utara


95

B. Pemodelan Multivariat

1. Pemodelan pertama dengan variabel lengkap


Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
kel_umur -,555 ,899 ,381 1 ,537 ,574
pekerjaan 1,406 ,884 2,532 1 ,112 4,081
pendidikan 8,373 2 ,015

Step 1
a pendidikan(1) -,656 ,893 ,539 1 ,463 ,519
pendidikan(2) 1,988 ,870 5,217 1 ,022 7,301
kel_jlh_anak -2,250 ,746 9,087 1 ,003 ,105
kel_dpk 1,645 ,758 4,711 1 ,030 5,179
Constant -1,462 1,228 1,417 1 ,234 ,232
a. Variable(s) entered on step 1: kel_umur, pekerjaan, pendidikan, kel_jlh_anak, kel_dpk.

2. Variabel umur dikeluarkan

Variables in the Equation


B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
pekerjaan 1,267 ,835 2,304 1 ,129 3,551
pendidikan 8,885 2 ,012
pendidikan(1) -,642 ,887 ,525 1 ,469 ,526
a
Step 1 pendidikan(2) 2,053 ,860 5,695 1 ,017 7,794
kel_jlh_anak -2,298 ,744 9,532 1 ,002 ,100
kel_dpk 1,637 ,751 4,759 1 ,029 5,141
Constant -1,815 1,085 2,799 1 ,094 ,163
a. Variable(s) entered on step 1: pekerjaan, pendidikan, kel_jlh_anak, kel_dpk.

Perhitungan perubahan nilai OR dengan variabel umur dikeluarkan


Variabel OR OR Umur Perhitungan Perubahan
variabel sudah OR (%)
lengkap dikeluarkan
Pekerjaan 4,081 3,551 (3,551- 4,081)/ 4,081 x 100% 12,98
Pendidikan 1 0,519 0,526 (0,526- 0,519)/ 0,519 x 100% 1,34
Pendidikan 2 7,301 7,794 (7,794 -7,301)/ 7,301 x 100% 6,75
Jumlah anak 0,105 0,100 (0,100 - 0,105)/0,105 x 100% 4,76
Duk. petugas 5,179 5,141 (5,141 - 5179)/ 5,179 x 100% 0,73
kesehatan

3. Variabel pendidikan dikeluarkan


Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
kel_umur -,803 ,810 ,982 1 ,322 ,448
Pekerjaan ,585 ,697 ,704 1 ,401 1,794
a
Step 1 kel_jlh_anak -3,215 ,684 22,116 1 ,000 ,040
kel_dpk 1,564 ,699 5,004 1 ,025 4,779
Constant ,218 ,898 ,059 1 ,808 1,243
a. Variable(s) entered on step 1: kel_umur, pekerjaan, kel_jlh_anak, kel_dpk.

Universitas Sumatera Utara


96

Perhitungan perubahan nilai OR dengan variabel pendidikan dikeluarkan


Variabel OR OR Perhitungan Perubah
variabel pendidikan an OR
lengkap dikeluarkan (%)
Umur 0,574 0,448 (0,448-0,574)/0,574 x 100% 21,95
Pekerjaan 4,081 1,794 (1,794-4,081)/4,081 x 100% 56,04
Jumlah anak 0,105 0,040 (0,040-0,105)/0,105 x 100% 61,90
Duk. petugas 5,179 4,779 (4,779-5,179)/5,179 x 100% 7,72
kesehatan

4. Variabel status pekerjaan dikeluarkan


Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
kel_umur -,213 ,834 ,065 1 ,798 ,808
Pendidikan 6,800 2 ,033
pendidikan(1) -,195 ,815 ,057 1 ,811 ,823
a
Step 1 pendidikan(2) 1,849 ,836 4,893 1 ,027 6,354
kel_jlh_anak -2,775 ,705 15,493 1 ,000 ,062
kel_dpk 1,444 ,718 4,051 1 ,044 4,239
Constant -,603 1,058 ,324 1 ,569 ,547
a. Variable(s) entered on step 1: kel_umur, pendidikan, kel_jlh_anak, kel_dpk.

Perhitungan perubahan nilai OR dengan variabel status pekerjaan


dikeluarkan

Variabel OR OR status Perhitungan Perubah


variabel pekerjaan an OR
lengkap dikeluarkan (%)
Umur 0,574 0,808 (0,808-0,574)/0,574 x 100% 40,76
Pendidikan 1 0,519 0,823 (0,823-0,519)/0,519 x 100% 58,57
Pendidikan 2 7,301 6,354 (6,354-7,301)/7,301 x 100% 12,97
Jumlah anak 0,105 0,062 (0,062-0,105)/0,105 x 100% 40,95
Duk. petugas 5,179 4,239 (4,239-5,179)/5,179 x 100% 18,15
kesehatan

5. Model Akhir
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
kel_umur -,555 ,899 ,381 1 ,537 ,574
Pekerjaan 1,406 ,884 2,532 1 ,112 4,081
Pendidikan 8,373 2 ,015

Step 1
a pendidikan(1) -,656 ,893 ,539 1 ,463 ,519
pendidikan(2) 1,988 ,870 5,217 1 ,022 7,301
kel_jlh_anak -2,250 ,746 9,087 1 ,003 ,105
kel_dpk 1,645 ,758 4,711 1 ,030 5,179
Constant -1,462 1,228 1,417 1 ,234 ,232
a. Variable(s) entered on step 1: kel_umur, pekerjaan, pendidikan, kel_jlh_anak, kel_dpk.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Dokumentasi

Wawancara dengan Responden untuk Uji Validitas dan Reliabilitas

97
Universitas Sumatera Utara
98

Wawancara dengan Responden untuk Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Penelitian

99
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan

100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Terjun

101
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

102
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai