Anda di halaman 1dari 24

Tonisitas

Sudrajat Sugiharta, M.Farm., Apt


penapharmacy@gmail.com
Tonisitas

• Sediaan steril perlu memenuhi


syarat tonisitas
• Tonisitas menggambarkan efek
larutan terhadap volume sel
• Larutan isotonik tidak mempunyai
efek terhadap volume sel,
• Larutan hipotonik dan hipertonik
akan meningkatkan dan
menurunkan volume sel
Isotonik

Darah
Larutan
0,9% b/v NaCl

 Eritrosit utuh
 Ukuran dan bentuk normal
 Isotonik → konsentrasi
garam sama dengan
konsentrasi eritrosit
Hipertonik

Darah
Larutan
1,8% b/v NaCl

 Eritrosit mengkerut
 Bentuk berlekuk
 Hipertonik → konsentrasi
garam eritrosit lebih rendah
dibandingkan konsentrasi
garam larutan sekitar
Hipotonik

Darah
Larutan
0,45% b/v NaCl

 Eritrosit melar
 Eritrosit pecah (hemolisis)
 Hipotonik → konsentrasi
garam eritrosit lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi
garam larutan lingkungan
SIFAT KOLIGATIF

• Air dari lingkungan masuk eritrosit


ataupun sebaliknya disebut proses
difusi
• Kekuatannya di sebut sebagai
tekanan osmotik
• Tekanan osmotik adalah sifat
koligatif
• Hukum Roult dan Hendri merupakan
dasar dari sifat koligatif

Sifat koligatif: sifat suatu larutan yang tidak dipengaruh


oleh jenis zat tersebut, melainkan dipengaruhi oleh
konsentrasi
HUKUM RAOULT DAN HENDRI SEBAGAI DASAR SIFAT KOLIGATIF

• Menyatakan bahwa pada suatu PB = p⁰ B x B


larutan ideal, tekanan uap
parsial dari setiap konstituen PA = p⁰ A x A
yang menguap (volatile) adalah
sama dengan tekanan uap dari Dimana :
komponen murni dikalikan
dengan fraksi molekulnya PA, PB : tekanan uap parsial dari
didalam larutan. konstituen A dan B diatas larutan
• Jadi untuk 2 konstituen A dan XA,XB : Konsentrasi molar
B dlm larutan : p⁰ B, p⁰ A : Tekanan uap komponen murni
HUKUM RAOULT DAN HENDRI SEBAGAI DASAR SIFAT KOLIGATIF

• Jd dpt diperkirakan bahwa tekanan uap


dari konstituen B diatas larutan relatif
berkurang (menurun) thd tekanan
uapnya dlm keadaan murni akibat • Hukum Raoult --- dasar untuk sifat
pengenceran oleh konstituen A, dan koligatif
begitu pula sebaliknya untuk A. • Hukum henry --- menetapkan batas
• Penurunan kecenderungan penguapan dari keterpakaian hukum Raoult thd
dari setiap komponen menyebabkan sifat koligatif dari suatu larutan,
penurunan kecepatan penguapan apabila jumlah solut yg ditambahkan
molekul A dan B dari permukaan kedalam larutan meningkat.
larutan
• Hukum ini hanya berlaku untuk larutan
ideal dimana tidak terjadi interaksi
antara kedua komponen A dan B .
Penurunan tekanan uap
• Penambahan solut tidak menguap pada suatu pelarut akan menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan uap dari pelarut
• Penurunan tekanan uap relatif dan konsentrasi molar solut nonelektrolit dapat
digunakan untuk menghitung tonisitas

Peningkatan suhu didih


4 sifat koligatif • Suhu didih dari suatu larutan solut non menguap akan lebih tinggi dari pelarut
murni.
• Peningkatan suhu didih merupakan koligatif yang dapat digunakan untuk
menghitung tonisitas

Penurunan titik beku


• Solut mempengaruhi pembekuan fase cair
• Penurunan titik beku adalah sifat koligatif

Tekanan osmotik
• Teknan osmotik disebabkan oleh perbedaan tekanan uap pelarut diatas larutan
• Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif
ISOTONIS

Isotonis adalah larutan yang


menghasilkan tekanan osmotik Penurunan Tekanan Uap
Peningkatan Suhu Didih
yang sama dari cairan tubuh yang Penurunan Suhu Beku
melewati membran biologi Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik → sifat koligatif:


larutan hanya tergantung
konsentrasi zat terlarutnya bukan
tergantung pada jenis zat terlarut
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Metode Pengaturan Tonisitas

Metode 1
 Zat inert (NaCl/Dextrose) Metode Penurunan
ditambahkan kedalam larutan Titik Beku
untuk menurunkan suhu bekunya
sesuai penurunan titik beku darah (-
0,52°C) Metode Ekivalensi (E)
 Lalu dibuat isotonik dengan NaCl
eksipien inert
Metode Pengaturan Tonisitas

Metode 2
 Sejumlah air yang telah diperhitungkan
ditambahkan ke obat untuk dibuat
isotonis
 Selanjutnya diencerkan dengan pelarut
yang isotonis hingga volume akhir
 Metode White-Vincent
Contoh Metode Penurunan Titik Beku
Hitunglan jumlah NaCl yang dibutuhkan untuk
membuat 100 mL larutan 2% Fisostigmin salisilat
isotonis
(Merck Indek: Tf1% 0,09°C)
Penyelesaian:
Penurunan suhu beku larutan 2% Fisostigmin
salisilat
2 x 0,09°C = 0,18°C

Penurunan suhu beku yang harus dicapai dengan


penambahan NaCl
0,52°C – 0,18°C = 0,34°C

NaCl yang dibutuhkan


0,34
0,52 × 0,9 g/100 ml = 0,59 g/100 ml
Contoh Metode Ekivalensi (E) NaCl

Hitunglan jumlah NaCl yang dibutuhkan untuk


membuat 100 mL larutan 2% Fisostigmin salisilat
isotonis (Merck Indek: E = 0,16)
Penyelesaian:
Fisostigmin salisilat (2 g/100 ml) ekivalen dengan
2 x 0,16 = 0,32 g/100 ml NaCl

NaCl yang ditambahkan untuk membuat larutan


isotonis
0,9 – 0,32 = 0,58 g/100 ml NaCl
Contoh Metode White Vincent

Hitunglah jumlah NaCl yang dibutuhkan untuk


membuat 100 mL larutan 2% Fisostigmin salisilat
isotonis
(Merck Indek: E = 0,16)

Penyelesaian:
V = WE111,1
V = 2 g x 0,16 x 111,1 ml/g = 35,55 ml

Larutan ini diencerkan dengan 64,45 ml larutan


isotonik untuk mendapatkan 100 ml larutan 2%
fisostigmin salisilat isotonis
Contoh dalam Modul Praktikum

R/ Ranitidin HCl 27,9 mg


Na2HPO4 anhidrat 0,98 mg
KH2PO4 1,5 mg
Aqua pro injection ad 1 ml
Ranitidin HCl 27,9 mg/ml = 2,79 g/100 ml = 2,79 %
E 3% = 0,16 (FI Ed. IV Hal. 1255 )
Jawaban dengan metode ekivalensi (E)

- Ranitidin HCl 27,9 mg/ml = 2,79 g/100 ml = 2,79 %


E 3% = 0,16 (FI Ed. IV Hal. 1255 )

- Na2HPO4 anhidrat 0,98 mg/ml ~ (BM Na2HPO4 dihidrat / BM


Na2HPO4 anhidrat) x 0,98
= ( 159,96 / 141,96 ) x 0,98
= 1,1 mg/ml
= 0,11 g/100 ml
= 0,11%
E 0,5% = 0,45 (FI Ed. IV)

- KH2PO4 1,5 mg/ml = 0,15 g/100 ml


= 0,15 %
E 0,5% = 0,48 (FI Ed. IV)
Zat E Jumlah zat dalam 100 Kesetaraan
ml (g) NaCl
Ranitidin HCl 0,16 2,79 0,4464
Na2HPO4 dihidrat 0,45 0,11 0,0495
KH2PO4 0,48 0,15 0,0720
NaCl yang ditambahkan agar isotonis :
= 0,9 – ( 0,4464 + 0,0495 + 0,0720 )
= 0,3321 g/ 100 ml
NaCl yang ditambahkan dalam 1 ml =
3,3 mg/ml
Cara penurunan titik beku

Zat  Tf Konsentrasi zat Kons. Zat X 


1% (%) Tf 1%
Ranitidin HCl 0.1 2.79 0.279
Na2HPO4 dihidrat 0.24 0.11 0.0264
KH2PO4 0.25 0.15 0.0375
Jumlah 0.3429 ~ 0.34

 Tf isotonis = 0,52
agar isotonis,  Tf yang ditambahkan = 0,52 – 0,34
= 0,18
Setara dengan NaCl : ( 0,18 / 0,52 x 0,9 g/100 ml )
= 0,31 g/100 ml = 3,1 mg/ml
Jadi NaCl yang ditambahkan agar larutan isotonis
sebanyak 3,1 mg/ml
Cara Lain: Perhitungan Liso

Liso
E = 17
Metode ini dipakai jika data E dan ∆Tf tidak diketahui.
Dengan menggunakan Liso dapat dicari harga E atau ∆Tf
M
zat lalu perhitungan tonisitas dapat dilanjutkan seperti
cara di atas.
Keterangan:
E = Ekivalensi NaCl
Liso = Nilai tetapan Liso zat
(lihat tabel)
M = Massa molekul zat
Tipe zat Liso Contoh
Non elektrolit 1,9 Sucrose, glycerin, urea, camphor
Weak elektrolit 2,0 Phenobarbital, cocaine, boric acid
Divalent elektrolit 2,0 Zink sulfat, magnesium sulfat
Univalent elektrolit 3,4 NaCl, cocaine hydrochloride, sodium
Phenobarbital
Uni-Divalen elektrolit 4,3 Na sulfat, atropin sulfat
Di-Univalen elektrolit 4,8 Kalsium klorida, kalsium bromida, zink klorida
Uni-trivalen elektrolit 5,2 Na-fosfat, sodium citrate
Tri-univalen elektrolit 6,0 Alumunium klorida, ferric iodide
Tetraborate elektrolit 7,6 Sodium borate, potassium borate
Alat Ukur Tonisitas

• Instrumen yg biasa dan luas digunakan


adalah osmometer dg alasan sederhana,
handal dan mudah digunakan.
• Kadar osmolar(mosmolar/liter)= m OsM
= bobot zat ( g/liter) X jumlah spesies X 1000
Bobot molekul (g)
Ex. Osmolaritas ideal injeksi NaCl
0,9 % = 9/58,4 X 2 X 1000
= 308 miliosmol per liter
Osmolaritas g
Bobot zat ( )
liter
osmolaritas darah harus x 1000 x jumlah on
Bobot molekul (g)
dipertahankan tidak lebih dari 320
mOsm/l → berisiko terjadi gagal
ginjal akut

Penentuan kadar osmolar ideal:


Hubungan antara osmolarita dan tonisitas

Osmolarita Tonisitas
(M osmole / liter)
> 350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit Hipotonis
0-249 Hipotonis

Anda mungkin juga menyukai