Anda di halaman 1dari 33

58

BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG ICU RSUD DR ACHMAD DARWIS SULIKI

A. Kajian Situasi Manajemen Keperawatan RSUD dr. Achmad Darwis


Suliki
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Achmad Darwis terletak di jalan Tan
Malaka No 1 Kecamatan Suliki Kabupaten Lima Puluh Kota dengan
berwawasan lingkungan pedesaan yang bersih dan nyaman yang baik
sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi
masyarakat. dan menjadi rumah sakit rujukan bagi masyarakat lima puluh
kota serta kota disekitarnya.
RSUD dr Achmad Darwis diresmikan dan mulai dioperasikan pada
tahun 1986 dan berdiri diatas lahan seluas ± 1,6 hektar. Udara yang sejuk dan
jauh dari kebisingan diharapkam dapat membuat pasien nyaman beristirahat
selama masa penyembuhan.
RSUD dr Achmad Darwis ditetapkan menjadi tipe C berdasarkan
surat keputusan kementrian kesehatan Nomor HK03.05/1/2233/12 Tanggal
29 Oktober 2012. Pada awal berdirinya RS Achmad Darwis masih memiliki
nama RSUD Suliki pada tanggal 18 maret 2013 RSUD Suliki berubah nama
dan diresmikan menjadi rumah sakit umum dr. Achmad darwis berdasarkan
perda nomor 4 tahun 2012. RSUD dr. Achmad Darwis saat ini sudah menjadi
badan layanan umum daerah berdasarkan surat keputusan Bupati nomor 498
tahun 2013 dengan status BLUD penuh. Tempat yang mudah dijangkau dari
berbagai arah.
1. Visi RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki
Terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah yang menjadi pilihan pertama
masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota dan sekitarnya.
2. Misi RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki
a) Menyelenggarakan pelayanan secara profesional dan kompeten, fokus
pada kepuasan pelanggan dan penuh kasih sayang

58
59

b) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang profesional menuju


tata kelola pemerintah yang baik.
c) Meningkatkan mutu dan penggunaan sarana dan prasarana rumah
sakit.
d) Meningkatkan kualitas manajemen berbasis tekhnologi informasi
dengan SIMRS yang akuntabel.
e) Mengembangkan program kemitraan dalam menunjang kemitraan.

B. Kajian Situasi di Ruang ICU RSUD dr. Achmad Darwis Suliki


1. Karakteristik Unit
a) Visi, Misi Dan Moto Ruangan ICU
 Visi
Menjadi yang terdepan dalam pelayanan perawatan kritis dirumah
sakit dr. Achmad Darwis dan Kabupaten Lima Puluh Kota
 Misi
 Selalu bertindak secara cepat dan tepat dalam melayani
pasien
 Selalu kritis dan akurat dalam memberikan pelayanan gawat
darurat
 Selalu meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti
pendidikan dan pelatihan perawatan kritis
 Tidak pernah menyerah namun tetpa manusiawi dan beretika
dalam memberikan pelayanan yang terbaik
 Moto
Cepat, tepat, dan akurat
b) Sifat Kekaryaan Ruang
Ruang ICU telah terdapat struktur organisasi yang telah tertempel
tepat pada dinding nurse station. Selain itu papan mading juga
telah tertempel untuk meletakkan info penting dan visi dan misi
rumah sakit dan ruangan. hak dan kewajiban pasien juga telah di
60

terapkan dan di tempel pada mading. peletakkan himbauan tata


cara cuci tangan dan five moment sudah tertempel di dinding dekat
westafel.
c) Letak Ruangan
Ruangan ICU adalah unit perawatan khusus yang dikelola
untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit
yang mengancam serta melibatkan tenaga kesehatan yang terlaltih.
Ruang ICU terletak dibelakang IGD Dan bersebelahan dengan
apotik. Ruang ICU terdiri dari 5 bed pasien dan 2 ruang isolasi.
Disisi depan terdapat nurse station, ruang karu dan ruangan
perawat. Sedangkan disisi kanan terdapat 2 ruang isolasi dan ruang
logistik dan obat. Sedangkan disisi kiri terdapat toilet pasien dan
ruang tunggu keluarga.
Ruangan ICU dipimpin oleh kepala ruangan yang berada di
bawah kepala instalasi ICU. Secara teknis operasional perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan bertanggung jawab
kepada kepala ruangan dan secara administrasi bertanggung jawab
kepada Kasi keperawatan.

Denah Ruang RSUD dr. Achmad Darwis Suliki


61

2. INPUT
a. Sumber Daya Manusia (M1-Man)
1) Jumlah Perawat
Ruangan ICU mempunyai 13 orang tenaga perawat dimana orang
menjadi karu, 1 orang menjadi ketua tim dan 11 orang lainnya menjadi staf
p
e
No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis
1r S1-Keperawatan + Ners 2 11-15 Tahun : 1 Orang PNS
a 6-10 Tahun : 1 Orang PNS
2 S1 Keperawatan 1 6-10 Tahun : 1 orang PNS
w
3 D3 Keperawatan 10 11-15 Tahun : 4 Orang PNS,PTT
a 6-10 Tahun : 6 Orang Kontrak
4t Mahasiswa Profesi Ners 9 1 Bulan : 9 Orang
.

Tabel 1.1 Komposisi Ketenagaan Keperawatan Ruang ICU Dr.


Achmad Darwis Suliki

Tabel 1.2 Komposisi Ketenagaan Non Keperawatan Ruang ICU


RSUD Achmad Darwis
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Cleaning Service 1 Kontrak
62

2) Usia
a) Umur
Diagram 3.1
Persentasi tenaga keperawatan di Ruang ICU berdasarkan tingkat usia

Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa 85% tenaga


keperawatan yang berada di ruang ICU berusia antara 31-40
tahun dan 8% berada diusia antara 41-50 Tahun.

3) Pendidikan
Diagram 3.2
Persentase tenaga keperawatan di Ruang ICU berdasarkan
tingkat pendidikan
63

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa tingkat pendidikan


tenaga keperawatan terbanyak adalah 75% yaitu sebanyak 10
perawat dengan tingkat pendidikan D-III, dan 17% yaitu
sebanyak 2 orang tenaga keperawatan dengan pendidikan S1
Ners dan 8% yaitu sebanyak 1 orang tingkat pendidikan S1
Keperawatan.

 Observasi
Jumlah perawat di Cempaka II sebanyak 13 orang dimana 1
orang sebagai kepala ruangan, 1 orang sebagai ketua tim dan
12 sebagai perawat pelaksana.

4) Golongan

Diagram 3.3

Presentasi tenaga keperawatan di ruang ICU berdasarkan tingkat


golongan
64

Berdasarkan diagram di atas di dapatkan bahwa 9% pangkat


pegawai negri Sipil Gol.III c, 25% pada golongan III a, dan
50% tenaga keperawatan merupakan tenaga kontrak.

5) Pelatihan yang pernah diikuti

Diagram 3.4

Presentasi tenaga keperawatan di ruang ICU berdasarkan pelatihan


yang pernah diikuti
65

Dari data diagram di atas, di dapatkan bahwa 80% tenaga


perawat di Ruang ICU telah mengikuti pelatihan BTCLS dan
20% diantaranya telah mengikuti pelatihan ICU.

6) Lama Kerja di RS

Diagram 3.5
Presentasi tenaga keperawatan di Ruang Icu berdasarkan Lama Kerja

Hasil diagram di atas di dapatkan bahwa 69% lama kerja


tenaga keperawatan di rumah sakit yaitu selama 11-15 Tahun
dan 31% bekerja selama 6-10 Tahun.

b. Method
 Hasil Angket
Diagram 3.6
Presentase Metode MAKP di ruang ICU
66

Dari diagram didapatkan bahwa hasil jawaban kuisioner


tentang MAKP dengan metode Kasus sebesar 70% menjawab ya
dan 30% menjawab tidak. Artinya sebagian besar perawat di
Ruang ICU sudah mengetahui metode penerapan asuhan
keperawatan dengan menggunakan metode kasus.
Sebanyak 69% perawat mengatakan bahwa perawat pelaksana
melakukan pengkajian terhadap pasien baru. Selain itu 77%
menjawab iya untuk pertanyaan apakah perawat pelaksana
menetapkan renpra berdasarkan standar renpra sesuai dengan hasil
pengkajian. Sebanyak 62% perawat mengatakan bahwa metode
kasus dimana kepala ruangan menjelaskan renpra yang sudah di
tetapkan kepada perawat pelaksana di bawah tanggung jawabnya
sesuai klien dan 38% mengatakan tidak. 11 dari 13 orang perawat
(85%) menjawab bahwa kepala ruangan memberikan pengarahan
pada perawat pelaksana masing-masing secara individual dan 15%
menjawab tidak. Pada item kepala ruangan memberi motivasi
kepada perawat pelaksana seluruh perawat (100%) mengatakan ya.

 Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kelompok kepada


kepala ruangan pada hari Senin, 30 April 2018 didapatkan bahwa
67

jenis metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan


adalah metode tim modifikasi. Metode ini dianggap sebagai metode
yang paling efektif dilaksanakan di ruangan dikarenakan
keterbatasan jumlah tenaga profesional yang berada di ruang ICU
dan menyatakan cocok dengan model yang ada. Model yang
digunakan sesuai visi dan misi yang ada di ruangan. Struktur di
ruangan di mulai dari Kepala ruangan yang membawahi 1 ketua
tim dan ketua tim membawahi tenaga perawat yang melakukan
dinas pagi, sore, dan malam.

Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme


peaksanaan model askep, didapatkan bahwa 6 dari 8 perawat (75%)
mengatakan bahwa komunikasi antar profesi terlaksana cukup baik,
sedangkan rencana askep antar sif berjalan terus-menerus. Hal ini
juga di dukung dengan adanya data dokumentasi. Hampir semua
perawat mengatakan pernah mendapatkan teguran dari ketua tim
maupun kepala ruangan tentang kinerja yang dilakukan. Hanya saja
teguran tersebut berupa masukan-masukan.

 Hasil Observasi
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di ruang ICU
RSUD dr. Achmad Darwis Suliki penerapan metode tim sudah
dilaksanakan. Namun, metode tim yang digunakan telah
dimodifikasi karena kurangnya jumlah pelatihan yang dimiliki
perawat di ruangan. Dengan adanya tingkat ketergantungan pasien
di ruang ICU yang pada umumnya adalah total care, dimana
membutuhkan lebih banyak tindakan keperawatan pada pasien
tersebut, dengan kondisi tenaga perawat yang terbatas di ruang
ICU saat ini membuat beban kerja perawat menjadi meningkat.
Mesikpun di ruangan menggunakan MAKP dengan metode
tim modifikasi, namun kelompok membuat kuisioner tentang
68

penerapan MAKP dengan menggunakan metode kasus. Hal ini


bertujuan untuk melihat seberapa jauh pengetahuan perawat
tentang metode kasus sehingga di harapkan metode ini dapat
mengatasi masalah yang ada di ruang ICU dan akan mempengaruhi
lama rawat inap setiap pasien dan mampu memberikan perawatan
serta proses keperawatan secara komprehensif.

c. Money (Kepuasan Kerja Perawat )


Dari hasil wawancara yang telah dilakukan 85% perawat
mengatakan tingkat beban kerja perawat belum sebanding dengan
tingkat kesejahteraan perawat. Hal ini juga dapat diamati dari hasil
observasi terhadap status tenaga keperawatan yang ada di ruang
ICU yang sebagian besar merupakan tenaga kontrak.

d. Materials & Machine


a. Peralatan Dan Fasilitas
Dari hasil observasi yang telah dilakukan fasilitas yang tersedia
untuk pasien di ruangan ICU RSUD Dr Achmad Darwis, antara
lain:

Tabel: 3.1
Fasilitas diruang ICU
No Nama Barang Jumlah
1 Tempat tidur 3
2 Meja pasien 3
3 AC 3
4 Kamar Mandi 1
5 Jam dinding 1
69

6 Telepon 1
7 Timbangan Badan 1
8 Westafel 1
9 Dispenser 1
10 Kursi 13
11 Sampiran 4
12 Lemari Pasien 3

Adapun fasilitas alat kesehatan yang tersedia di ruangan ICU


RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki antara lain :

Tabel 3.2
Fasilitas Alat Kesehatan di Ruang ICU
No Nama barang Jumlah kondisi
1 Monitor 1 Baik
2 Ventilator 2 Baik
3 Oksigen + troli 1 Baik
4 Nebulizer 1 Baik
5 Bed pasien + tiang infus 3 Baik
6 Monitor pasien 3 Baik
7 ECG 1 Baik
8 Infuse pump 2 Baik
9 Syringe pump 2 Baik
10 Larongoskope 1 Baik
11 Trolly emergency 1 Baik
12 Termometer ruangan 1 Baik
13 Tiang infus mobile 2 Baik
14 Kulkas 1 Baik
15 Dispenser 1 Baik
16 Stabilisator 1 Baik
17 Suction 1 Baik
18 Troli 2 Baik
19 Bak instrumen (kecil) 1 Baik
20 Bak instrumen sedang 1 Baik
21 Bak instrumen (besar) 1 Baik
22 Tromol gas 1 Baik
23 Troli mandi 1 Baik
24 Nierbeken 1 Baik
25 Kom (besar) 1 Baik
70

26 Monitor central + printerXP 1 Baik


27 DC shok 1 Kurang Baik
28 Racun api 1 Baik
29 Ambubag 1 Baik
30 Westafel 1 Baik
31 Tong sampah medis 1 Baik
32 Tong sampah non medis 1 Baik
33 Safety box 1 Baik

Sarana dan prasarana di Ruang ICU RS Achmad Darwis Suliki sudah


cukup baik. Fasilitas penunjang seperti 2 kamar mandi, ruang tunggu
keluarga sudah cukup baik. Tetapi Idealnya letak kamar mandi tidak
berada di samping bed pasien, ruang ICU merupakan ruang intensif yang
seluruh kegiatan dan ADLS di bantu oleh perawat karena semua pasien
membutuhkan total care sehingga kurang tepat untuk meletakkan kamar
mandi di daerah tempat ruang rawatan intensif bagi pasien. Selain itu juga
terdapat alat-alat kebutuhan mandi pasien yang berada di dalam kamar
mandi. Ada alat kesehatan seperti suction yang terletak di dalam kamar
mandi. Idealnya suction yang merupakan salah satu alat kesehatan yang
digunakan untuk pasien diletakkan di ruang alat jika sudah selesai
digunakan. Di ruangan juga terdapat ventilasi berupa kaca-kaca untuk
menerangi ruangan dengan sinar matahari alami. Temperatur ruangan juga
sudah di atur dengan memanfaatkan AC untuk memaksimalkan temperatur
ruangan sesuai dengan standar ruang ICU, namun masih belum optimalnya
temperatur di ruangan yang terasa masih di atas 26o C. Setiap pagi dan
sore ruangan dibersihkan oleh petugas CS dan kondisi ruangan cukup
tenang dan bersih.
Letak ruangan ICU berada di sebelah kiri Ruangan IGD dan sedikit
jauh dari ruangan OK. Jumlah bed pasien berjumlah tiga bed yang beroda
dan telah dilengkapi dengan tiang infus, lemari pasien dan monitor. Semua
perawat mampu menggunakannya dengan baik, selain itu juga terdapat
Oksigen sentral pada masing-masing bed pasien. Di dalam ruangan ICU
juga terdapat 2 ruangan isolasi yang belum digunakan, dan salah satu dari
71

ruang isolasi di manfaatkan oleh mahasiswa siklus manajemen sebagai


tempat diskusi, mengerjakan tugas dan sebagai tempat istirahat.
Di depan ruangan isolasi terdapat ruang logistik dimana merupakan
tempat penempatan alat tenun dan juga peralatan lainnya. Dilihat dari
kondisi yang ada di lapangan, ruang logistik masih belum mampu di olah
secara optimal. Ruangan masih belum tertata dengan rapi dan masih belum
dilakukan penempatan alat steril dan non steril secara tepat. Pada dinding
sebelah luar ruang logistik terdapat kaca dan westafel untuk melakukan
cuci tangan dan terdapat tempat sampah noninfeksius.
Ruangan ICU terdapat 3 Pintu utama dimana 1 pintu masuk untuk
keluarga pasien, 1 pintu masuk untuk dan satu pintu masuk untuk petugas.
Pintu masuk dari ruang tunggu keluarga terdapat dua pintu sebelum masuk
ke ruang ICU, Hanya saja pintu tersebut tidak tertutup rapat sehingga
memungkinkan kontaminasi area intensif dengan kondisi di luar ruang
ICU. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri atas buku
injeksi, 1 buku observasi, 1 buku laporan operan pasien. Di ruangan
terdapat 1 ruangan nurse station, ruangan biasa digunakan sebagai ruang
pertemuan perawat, tempat berdiskusi pada keluarga pasien tentang
kondisi dan tindak lanjut yang akan dilakukan kepada pasien, berdiskusi
dengan tim medis, seperti dokter, ahli gizi dan staf lain, tempat untuk
menulis laporan dan kadang-kadang perawat mengobrol disana. Tempat
ruangan Karu sendiri terletak tersendiri di samping kiri pintu masuk
petugas dengan kondisi masih belum tertata dan belum optimal digunakan.
3. Proses
a. Planning
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan data
bahwa visi misi ruangan sudah dirumuskan.
1) Perencanaan SDM
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kepala ruangan
mengatakan bahwa jumlah tenaga perawat yang ada di ruangan
dirasa sudah cukup dengan jumah pasien di ruangan. Pada suatu
72

pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung


pada jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien, menurut
Douglas (1984), Loveridge, dan Cumming (1996), klasifikasi dan
tingkat ketergantungan pasien dibagi tiga kategori.
Ruangan ICU adalah unit perawatan khusus yang dikelola
untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit
yang mengancam serta melibatkan tenaga kesehatan yang terlatih,
dimana terdapat 11 dokter DPJP yang berada di lingkup ruang
ICU. Saat ini ruangan ICU dipimpin oleh seorang Karu dan
membawahi seorang ketua tim. Ketua tim dibantu oleh staf perawat
yang berjumlah 11 orang.
Terdapat beberapa cara/ metode perhitungan jumlah tenaga
perawat. Jumlah tenaga perawat disuatu ruanmg rawat di tetapkan
dari klasifikasi tingkat ketergantungan. Menurut douglas (1992),
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori.
a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam

- Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri

- Makan dan minum dilakukan sendiri

- Ambulasi dengan pengawasan, observasi tanda-tanda vital

dilakukan setiap jaga (shif)

- Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

b) Perawatan partial memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam kriteria:

- Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

- Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali

- Pasien dengan kateter urine

- Pemasukan intake output cairan dicatat/dihitung


73

- Pasien dengan infus persiapan pengobatan yang

memerlikan prosedur

c) Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam, kriteria :

- Semua keperluan pasien dibantu, perubahan posisi,

observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

- Makan melalui selang (NGT), terapi intravena

- Dilakukan penghisapan lendir (Gelisah/ disorientasi)

Berdasarkan kategori tersebut didapatkan data pada hari

selasa, 01 Mei 2018 jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi,

sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien total

care 7 orang. Penentuan pasien berdasarkan tingkat

ketergantungannya diperoleh per hari.

Perhitungan tenaga perawat menurut Gilies (1982) :

 Tingkat ketergantungan pasien total care 2 orang :

Total Care : 2x 6 jam = 12 jam

Penyuluhan : 2 x 0,25 = 0,5 jam

Keperawatan tidak langsung = 2 x 1 = 2 jam

Total untuk 2 pasien : 12 + 0,5 + 2 = 14,5 jam

 Menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruangan

jam/pasien/hari x jumlah pasien perhari x 365/hari


(365-128hari/tahun) jumlah jam kerja/perawat/hari dalam satu
minggu
74

= 14,5 x 2 x 365
237 x (40jam/minggu)
6 hari
= 10.585 = 6,3 => 6 Orang
1.659

Cadangan : 20% x 6 => 20/100 x 6 = 1,2 orang => 1 orang

Total -> jumlah kebutuhan tenaga cadangan  6 +1 = 7 Orang

 Jumlah tenaga kebutuhan perawat perhari :


(Rata-rata perhari) x (rata-rata jam perawat/hari)
 7 x 14,5 / 7 = 12,4  12 orang

- Shif pagi :  47% x 7 orang = 3,29  3 Orang


- Shif Sore  36% x 7 orang = 2,52  3 orang
- Shif malam  17% x 7 orang = 1,19  1 orang

Total : 3 + 3 + 1 = 7 Orang

Perbandingan profesional : Vokasional


 55 % : 45%
 4 orang : 3 orang
Jadi, jumlah kebutuhan perawat di ruang ICU adalah sebanyak 7
orang
Perhitungan kebutuhan tenaga perawat menurut Depkes :
(jumlah rata-rata pasien/hari) x jumlah jam perawatan + jumlah perawat yang
ada
Jumlah hari dalam 1 minggu + lost day
 (3 x 6 ) + (78 x 13)
7 286
75

 18 + 78x 13
7 286
 2,57 + 3,5 = 3 + 4 => 7 orang.

2) Perencanaan Logistik dan Obat


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk alat-

alat yang rusak, kepala ruangan melapor kepada instalasi

pemeliharaan sarana. Sedangkan jika diperlukan alat-alat logistik

dengan kondisi urgent maka kepala ruangan akan membuat amprah

untuk memenuhi kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan.

Dari hasil angket yang telah diberikan di temukan bahwa

semua perawat selalu menerapkan prinsip 7 benar dalam

pemberian obat. Ini terbukti dari 54% perawat mengatakan selalu

menerapkan prinsip 7 benar dalam melakukan pemberian obat,

sedangkan 46% mengatakan sering menerapkan prinsip 7 benar.

Dari hasil observasi di ruangan ICU ditemukan bahwa telah

dilakukannya penerapan dan pemberian obat dengan menerapkan

prinsip 7 benar, namun dalam prakteknya di lapangan masih belum

optimal. Ini dibuktikan dari belum optimalnya dalam pemberian

informasi mengenai guna obat dosis dan waktu pemberian obat

kepada keluarga ataupun pasien. Penempatan obat juga masih

belum disesuaikan dengan alokasi tempat obat yang sudah di

sediakan.

Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya ruangan

khusus obat, sedangkan alat-alat kesehatan hanya sebagian ada


76

dengan jumlah terbatas. Akan tetapi proses keluar masuknya tidak

di dokumentasikan dengan optimal. Semua perawat mengatakan

bahwa selalu memberikan etiket kepemilikan pada obat-obat yang

ada. Adapun data yang diperoleh tentang cara penyiapan obat

menunjukkan bahwa 8 dari 13 perawat 52% memberi jawaban

bahwa jumlah sisa obat yang belum diberikan tidak diinformasikan

kepada pemilik. Di ruang ICU sudah ada sentralisasi obat. Ini bisa

dilihat adanya ruangan khusus obat dan trolly obat. Sedangkan

pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal.


77

b. Organizing
1) Struktur Organisasi
Ruangan ICU RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki dipimpin oleh
Kepala ruangan dan dibantu oleh 1 ketua tim, dan 11 perawat
pelaksana, 1 cleaning service (CS). Adapun struktur organisasinya
adalah :
Skema 3.1
Struktur Organisasi

Direktur
Dr. Muryanti Dhatri

Kabid Pelayanan Medik dan Keperawatan


dr. Eva Yora
Kasi Keperawatan
Ns. Amalia Yolanda,
S.Kep, MKM.
Kepala Instansi
Novierta Prima
Kusumandari,Sp.An

Kepala Ruangan
Ns. Novi Eka Fitra, S.Kep

Ketua TIM
Ns. Gina Santalia,
S.Kep

Dinas Pagi Dinas Siang Dinas Malam

Yessi Novia, Amd. Kep Yessi Nofitri, Amd.Kep Rena Adilla, Amd.Kep
Fajri Armaira, Amd. Kep Wiske Dewi, Amd.Kep Richi Khairul, Amd.Kep
Nurmaini, S.Kep Tina Sintia, AMK Susi Gustia Nora, Amd.Kep
Deswita Afriyanti, Amd. Kep Nola Friorita, Amd.Kep
78

2) Uraian Tugas
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada perawat di

ruangan ICU mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan

sudah sesuai dengan struktur organisasi yang ada. Dan berdasarkan

hasil observasi yang telah dilakukan tugas yang di jalankan sesuai

dengan tupoksi masing-masing perawat. Namun demikian masih

minimnya pelatihan ICU yang di miliki oleh tenaga keperawatan

yang bertugas. Kepala ruangan juga mengatakan meskipun perawat

yang mengikuti pelatihan ICU di ruang ICU saat ini hanya 30%

dari 60% standar perawat yang wajib mengikuti pelatihan, namun

hampir seluruh perawat telah mendapatkan pelatihan BCLS.

c. Actuating
1) Pre dan Post Confrence
Dari questioner yang telah disebar 100% perawat menjawab
iya terhadap pertanyaan apakah karu ada mengawasi dan
mengarahkan kegiatan pre dan post confrence. Namun dari hasil
kuisioner pada pertanyaan apakah kepala ruangan memimpin
kegiatan ronde keperawatan, konfrensi kasus, Pre dan post
confrence 46% menjawab tidak dan 54% menjawab iya. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar perawat ruangan memiliki
pengetahuan yang baik terhadap penerapan pre dan post confrence
yang dilakukan pada MAKP dengan metode kasus ini.
Saat diwawancara, kepala ruangan ICU mengatakan
pelaksanaan pre dan post conference di ruangan ICU memang
sudah ditetapkan sebagai kegiatan rutin harian sebagaimana
overan, ketua tim menjalankan tugasnya dengan baik sesuai
79

dengan tugas dan fungsinya, ketua tim menjadi pembuka jalannya


pre dan post confrence.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di ruangan, ruang
ICU menggunakan MAKP dengan metode tim modifikasi,
sehingga yang memimpin jalannya pre dan post confrence adalah
ketua tim. Kegiatan pre dan post confrence di ruang ICU
sebenarnya sudah dilaksanakan dengan baik, ketua tim, kepala
ruangan dan juga staf perawat yang sudah menyelesaikan tugas
maupun yang akan melaksanakan tugas berkumpul untuk
melaksanakan pre dan post confrence. Untuk itu penerapan metode
kasus dapat diterapkan kepada perawat yang ada di ruang ICU
mengingat sebagian besar perawat telah melaksanakan pre dan post
confrence dengan optimal.

2) Operan SBAR

Operan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pergantian


sif malam ke pagi (pukul 08.00), pagi ke sore (Pukul 14.00) dan
sore ke malam (pukul 20.00) selalu diikuti oleh semua perawat
yang telah dan akan dinas, tetapi dari kuisioner yang telah
dibagikan, diperoleh data : 85% perawat mengatakan tepat waktu, 2
perawat (15%) mengatakan tidak tepat waktu. Kegiatan ini
dipimpin oleh ketua tim. Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan
dalam operan, semua perawat dapat menyebutkan dengan benar
dan menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan dalam operan,
meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, buku operan, dan
lain-lain. Sementara untuk hal-hal yang perlu disampaikan selama
operan yaitu rencana tindak lanjut selanjutnya yang akan diberikan
serta terapi dan penanganan lebih lanjut pada pasien.

Hasil angket menyatakan bahwa 11 dari 13 perawat (85%)


menyatakan bahwa operan dipimpin oleh karu, sementara 2
80

perawat (15%) menyatakan bahwa operan tidak di pimpin oleh


karu. Sebagian kecil perawat mengetahui metode MPKP yang
digunakan adalah metode tim modifikasi sehingga yang memimpin
operan adalah ketua tim. Hasil angket mengungkapkan bahwa 85%
perawat mengatakan karu memberikan motivasi pada perawat yang
ada di ruangan.

Dari hasil observasi 76,1% perawat masih belum lengkap


dalam menyampaikan informasi saat overan. Hal yang disampaikan
dalam overan hanya identitas pasien, diagnosa medis, keluhan
pasien, terapi medis, dan menyebutkan implementasi keperawatan
yang sudah dilakukan serta diagnosa keperawatan meskipun belum
optimal.

Hasil angket didapatkan bahwa 100% perawat mengatakan


operan yang dilakukan selama ini sudah menggunakan metode
SBAR. Sedangkan hasil wawancara dengan kepala ruangan,
mengatakan bahwa overan menggunakan SBAR sudah diterapkan
hanya saja dalam penerapannya perawat menggunakan bahasa yang
lebih sederhana untuk menyampaikan hasil proses keperawatan.

Namun dari hasil obersevasi dilapangan di dapatkan bahwa,


belum optimalnya operan perawat dalam melakukan operan dengan
metode SBAR, metode SBAR sebenarnya sudah ada di dalam data
rekam medik pasien yang dianggap oleh perawat sebagai data
pengkajian awal saat pasien masuk, sehingga sebagian besar
perawat menganggap bahwa SBAR tidak lagi digunakan saat
operan. Namun ada beberapa komponen yang telah digunakan di
ruangan dalam melakukan operan dengan SBAR diantaranya yaitu
S (Situation), Situation merupakan kondisi terkini yang terjadi pada
pasien saat ini yang berupa identitas pasien, diagnosa medis, dan
diagnosa keperawatan serta lama hari rawatan. Perawat ICU telah
melakukan metode S dengan baik. Selanjutnya, B (Background),
81

berupa info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien


terkini. Pada bagian B, perawat sudah mampu untuk menuliskan
riwayat penyakit klien maupun riwayat alergi serta info terapi
medis yang telah diberikan dokter. Namun pada bagian ini, perawat
belum mencantumkan intervensi keperawatan yang telah diberikan
dan respon pasien terhadap intervensi keperawatan. Kebanyakan
respon maupun intervensi berupa tindakan medis dan terapi
lanjutan yang dianjurkan dokter. Pada bagian A ( Assessment ),
perawat juga telah melakukan pengkajian terhadap kondisi pasien
dengan baik. Namun pada bagian ini, perawat belum menambahkan
intervensi keperawatan secara komprehensif dengan menggunakan
pengkajian B1-B5. Pada Komponen R (recommendation), sebagian
besar perawat merekomendasikan rencana tindak lanjut berupa
tindakan medis saja untuk intervensi keperawatan masih minim di
masukkan kepada rencana tindak lanjut.

Pelaporan overan di catat dalam buku laporan khusus yang


akan ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang
menerima laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan overan,
kepala ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui
sekaligus mengevaluasi kesiapan sif selanjutnya. Kemudian overan
ditutup oleh ketua tim.

3) Discharge Planning

Berdasarkan hasil questioner 100% perawat bersedia

melaksanakan discharge planning di ruangan ICU dan telah

menjalankannya. 33,33% perawat mengatakan discharge planning

disampaikan kepada pasien secara langsung, sedangkan sisanya

58,33% perawat menyampaikan discharge planning secara lisan

dan tulisan. Perawat mengatakan tidak memberikan brosur/ leaflet


82

saat melaksanakan discharge planning. Perawat menggunakan

bahasa yang dimengerti oleh pasien/ disesuaikan dengan kondisi.

Dan perawat mengatakan bahwa melakukan pendokumentasian

setelah melaksanakan discharge planning.

Berdasarkan hasil observasi penyampaian discharge planning

di ruangan ICU perencanaan pulang sudah dilaksanakan akan tetapi

hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya pada saat

pasien akan pulang. Isi format perencanaan pulang hanya tentang

penjelasan penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi

penyakitnya jika kambuh. Dalam melakukan perencanaan pulang

perawat tidak pernah memberikan brosur pada pasien sehingga

pasien kadang lupa terkadang lupa tentang penjelasan yang sudah

diberikan oleh perawat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan di

dapatkan data bahwa Discharge planning memang sebenarnya

sudah ada, namun penyampaiannya sebagian besar hanya berupa

secara langsung dan lisan. Discharge planning di Ruang ICU sudah

berjalan namun belum terteranya brosur ataupun lefleat khusus

yang ada di ruangan. Menurut kepala ruangan, ruang ICU

merupakan ruangan intensif yang sebagian besar fungsinya adalah

mengatur status hemodinamik pasien sehingga mampu

mengembalikan kondisi pasien menjadi stabil, setelah itu pasien

pindah ke ruang rawatan. Dan biasanya ruang rawatan yang


83

sebagian besar memberikan discharge planning terhadap pasien

yang pulang mengenai status kesehatan, dan kontrol ulang.

Meskipun demikian, pihak ruang ICU juga tetap memberikan

discharge planning terhadap pasien atau keluarga baik secara

langsung maupun lisan.

4) Supervisi

Dari hasil kuesioner 97% perawat belum memahami makna

supervisi yang sebenarnya. Dari kegiatan hasil observasi kegiatan

supervisi belum terlaksana sesuai standar dimana belum ada format

yang baku dalam pelaksanaan supervisi dan kurangnya program

pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi. Dari hasil wawancara

dengan perawat yang bertugas, supervisi telah dilaksanakan dalam,

bimbingan dalam briefing. Sedangkan format baku untuk supervisi

setiap tindakan adalah menggunakan SOP untuk tindakan dan

perilaku kerja. Sementara itu, kenyataan dilapangan alat

(instrumen) untuk supervisi belum diterapkan secara maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan

dikatakan bahwa supervisi di ruang ICU sudah dilakukan, tetapi

untuk di ruangan memang belum adanya SOP. Meskipun

demikian, kepala ruangan juga mengatakan bahwa pihak Rumah

Sakit juga melakukan supervisi langsung sesuai dengan SOP baku

yang dilakukan 2x dalam 1 tahun. Untuk supervisi telah dilakukan

pada bulan Maret Tahun 2018 yang lalu.


84

5) Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar, ditemukan

bahwa 100% perawat di ruangan ICU mengatakan bahwa perawat

ruangan sudah ada melakukan ronde keperawatan. Pelaksanaan

ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh

perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan juga melibatkan tim kesehatan

lainnya.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di ruang ICU,

ronde keperawatan telah dilakukan dengan komunikasi yang baik

antara perawat tim kesehatan lain seperti dokter dan juga

melibatkan keluarga pasien untuk membahas rencana tindak lanjut

terhadap masalah yang dialami pasien. Namun ronde keperawatan

idealnya harus sesuai dengan prosedur dalam kegiatan ronde serta

melakukan pendokumentasian terhadap hasil kegiatan ronde

keperawatan secara lengkap dan belum optimalnya seluruh unsur

dan syarat untuk melaksanakan ronde keperawatan tersebut, seperti

pembuatan proposal dan surat persetujuan dilakukan ronde

keperawatan kepada pasien.

6) Dokumentasi

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat telah

melakukan dokumentasi keperawatan. Sedangkan dari hasil


85

observasi ditemukan belum semua tindakan keperawatan yang

didokumentasikan, catatan perkembangan keperawatan secara

keseluruhan belum lengkap, serta dokumentasi keperawatan yang

dilakukan meliputi pengkajian yang belum diklasifikasikan antara

data subjektif dan data objektif, diagnosa yang digunakan sudah

mengacu kepada NANDA NIC NOC, diagnosa keperawatan dan

tindakan keperawatan yang diangkat sudah sinkron dengan hasil

data pengkajian sampai dengan evaluasi. Namun dalam

dokumentasi catatan perkembengan penggunakan SOAP belum

optimal. Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan karu

disampaikan bahwa telah tersedianya SOP untuk dokumentasi serta

kepala ruangan selalu memotivasi anggotanya untuk melengkapi

status pasien.

7) Kewaspadaan Isolasi

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat

mengatakan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan, diantaranya 54% sering

melakukan cuci tangan dan 46% diantaranya selalu melakukan cuci

tangan sebelum dan sesudah tindakan. Seluruh perawat mengetahui

kapan waktu cuci tangan dan memakai APD.

Selain itu semua perawat juga mengatakan bahwa telah

menggunakan APD sesuai dengan SOP yang telah di tetapkan,


86

sebanyak 100% angket kuisioner mengatakan selalu menggunakan

alat pelindung diri sesuai dengan SOP.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan di ruang ICU,

terlihat bahwa untuk tindakan cuci tangan telah di terapkan oleh

sebagian besar perawat, dimana handrub sebagai pengganti cuci

tangan juga telah tersedia di ruangan. Namun dalam penerapannya

cuci tangan belum dilakukan secara maksimal sesuai dengan

ketetapan 5 (five moment) seperti standar yang telah di tetapkan.

Tindakan cuci tangan sebagian besar dilakukan pada saat operan

pre dan post confrence yang dilakukan per sif saja, namun sebagian

besar perawat secara langsung melakukan tindakan keperawatan

kepada pasien tanpa melakukan cuci tangan terlebih dahulu, dan

setelah tindakan baru melakukan cuci tangan.

Selain itu pengelolaan alat bekas pakai, jarum suntik, dan

benda tajam habis pakai sudah diterapkan sesuai dengan prosedur.

Hanya saja ada beberapa alat suntik sudah habis pakai yang masih

di letakkan pada trolly obat.

d. Controlling
Berdasarkan hasil questioner 100% perawat di ruangan ICU

mengatakan bahwa selalu dilakukan pengecekan langsung terhadap

kehadiran petugas. 100% perawat mengatakan bahwa kepala ruangan

selalu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan. Namun

sebagian besar pengawasan dilakukan oleh ketua tim. Berdasarkan

hasil observasi didapati format pengkajian asuhan keperawatan di


87

ruangan ICU telah tersedia begitu pula dengan format catatan

perkembangan pasien juga telah tersedia. Namun, format pengkajian

yang ada kadang tidak diisi secara lengkap. Penegakan diagnosa dan

intervensi keperawatan yang dibuat mengacu pada standar

internasional yang telah ditentukan (NANDA, NIC, NOC). Namun,

respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi.

4. Output
a. Kajian Indikator Mutu

Dari hasil kuisioner yang telah dilakukan di dapatkan hasil bahwa

100% perawat mengatakan mengetahui cara penilaian resiko jatuh.

100% perawat mengatakan sering melakukan pendokumentasian hasil

penilaian pasien dengan nyeri. 100% perawat mengatakan bahwa

melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan. Dari pernyataan perawat melakukan pemenuhan

kebutuhan perawatan diri pasien sebanyak 38% perawat mengatakan

sering dan 38% perawat mengatakan selalu. Pada penilaian pasien

yang cemas sebanyak 85% mengatakan sering dan 15% mengatakan

selalu serta perawat juga melakukan pendokumentasian dan

pelaksanaan terhadap penatalaksanaan cemas. 100% perawat

melakukan pencegahan infeksi nosokomial dan menerapkan prinsip 7

benar dalam pemberian obat. Sebanyak 69% pasien mengatakan sering

melakukan evauasi terhadap pasien yang mengalami flebitis dan 31%

mengatakan selalu.
88

Dari hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa

sebagian besar perawat sudah mampu dalam penilaian skala cemas,

nyeri maupun pendokumentasiannya dalam buku laporan. Evaluasi

pasien dengan flebitis juga telah dilakukan pada pasien, denga cara

melepaskan alat infus, dan menganjurkan keluarga pasien untuk

mengompres air hangat pada bagian yang kemerahan dan bengkak.

Selain itu, kewaspadaan universal infeksi nosokomial sudah terlaksana

dengan baik. Ini dibuktikan dengan telah di kelompokkannya

pembuangan sampah infeksius dan non infeksius sesuai dengan

tempatnya dan menggunakan APD dalam tindakan kepada pasien.

Perawat juga telah melakukan perawatan diri pada setiap pasien,

terutama pada setiap pagi memandikan pasien dan melakukan oral

hygiene. Pasien pun merasa nyaman pada posisi dan tempat tidur klien

yang bersih.

b. Patient Safety

Dari hasil angket yang telah dilakukan ditemukan bahwa

sebanyak 100% perawat mengetahui tentang cara penilaian pasien

resiko jatuh, dan penilaian skala nyeri pada pasien, serta penilaian

kecemasan pada pasien. 100% perawat mengatakan selalu dalam

melakukan pencegahan terhadap infeksi nosokomial dan perawat

menerapkan prinsip bersih dan steril dalam melakukan tindakan

keperawatan. Selain itu 50% pasien mengatakan sering melakukan


89

penerapan etika batuk dan 50% mengatakan selalu melakukan

penerapa etika batuk di ruang ICU. Dan sebanyak 100% mengatakan

bahwa perawat menjelaskan tata tertib ruang ICU kepada keluarga

pasien. Sedangkan perawat yang melakukan evaluasi terhadap pasien

yang mengalami flebitis sebanyak 64% menyatakan sering dan 36%

menyatakan selalu.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kewaspadaan isolasi

belum optimal diterapkan. Sejumlah perawat mampu melakukan

tindakan dalam keselamatan pasien dengan baik namun masih ada

beberapa tindakan perawat yang belum menerapkan standar

keselamatan pasien dengan maksimal. Dimana tampak kurangnya

penerapan cuci tangan 6 langkah pada 5 saat cuci tangan. Perlakuan

terhadap benda tajam bekas pakai masih kurang tepat dimana masih

terdapat jarum suntik bekas pakai yang belum dimasukan ke dalam

safety box dan penggunaan alat pelindung diri juga kerap tidak

digunakan sesuai indikasi pemakaian yakni pada saat berisiko terkena

cairan tubuh pasien.

Selain itu belum terlaksananya tata tertib ruang ICU dalam hal

jam besuk pada pasien. Keluarga dengan leluasa untuk mengunjungi

pasien saat bukan jam besuk. Sementara, ruang ICU merupakan ruang

intensif dimana pasien membutuhkan istirahat yang cukup untuk

menstabilkan keadaan pasien. Namun pada kenyataannya keluarga

masih sulit untuk mengikuti aturan yang ada di ruangan ICU.


90

Selain itu belum optimalnya penggunakan alat steril dan non steril

pada tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien. Pada

penerapan etika batuk di ruang ICU masih belum diterapkan dengan

optimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, diterangkan

bahwa ruangan mempunyai format pengkajian pada pasien yang

beresiko jatuh (skala morse) dan telah di terapkan pemasangan tanda

resiko jatuh terhadap pasien. Berdasarkan observasi yang dilakukan

80% tampak adanya pemberian tanda pada pasien yang beresiko jatuh

dan serta telah dilakukannya format pengkajian resiko jatuh skala

morse pada gelang pasien. Namun pada pemasangan side rail belum

optimal karena ada terkadang side rail diturunkan oleh keluara pasien.

c. Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada keluarga

pasien didapatkan sebesar 97,3 % pasien/keluarga puas dengan

pelayanan di ruang ICU.

Anda mungkin juga menyukai