PEMBAHASAN
2. Fungsi Organel
Membran plasma : memberi bentuk sel, melakukan sel pada sel lain.
Fungsi membran plasma sebagai :
Pintu gerbang transport selektif makanan dan produk buangan ke dalam dan
ke luar sel
Membangkitkan potensial membran
Bekerja sebagai saluran komunikasi untuk kontrol sinyal dari sekitar tubuh
Nukleus mengandung genom DNA, yang mengkode (memberi perintah) untuk
sintesa protein
Retikulum endoplasma dan Aparatus Golgi bersama sama mensintesa protein
dibawah kontrol RNA didalam ribosom, menurut perintah DNA
Mitokondria tempat metabolisme sel, merubah makanan menjadi ATP
Lisosom tempat sintesa enzim pencernaan
6. Kematian Selluler
Jika pengaruh buruk pada sel hebat dan berlangsung lama sel tidak
mampu lagi beradaptasi proses ireversibel kernatian sel (nekrosis)
Nekrosis adalah kematian sel ireversibel yang terjadi ketika sel cedera berat
dalam waktu lama dimana sel tidak mampu beradaptasi lagi atau memperbaiki
dirinya sendiri (hemostasis)
Nekrosis/kematian sel : "Sebuah atau sekelompok sel atau jaringan mati pada
hospes yang hidup. Merupakan kematian sel local."
sel mati
Macam Nekrosis
Indikator Nekrosis
Hilangnya fungsi organ
Peradangan disekitar nekrosis
Demam
Malaise
Lekositosis
Peningkatan enzim serum
Kematian Somatik
Kriteria kematian somatik adalah :
Terhentinya fungsi sirkulasi secara ireversibel (denyut jantung).
Terhentinya fungsi pernafasan dan
Terhentinya fungsi otak (tidak ada reflek batang otak)
Perubahan post mortem: rigor mortis (kekakuan) - livor mortis (warna ungu
kebiruan) - algor mortis (pendinginan), - autolisis (pencairan)
7. Peradangan
Peradangan atau inflamasi adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur –
unsur pendukung jaringan terhadap cedera yang mengakibatkan
pembentukan eksudat kaya protein
Peradangan merupakan respons protektif sistem imune non spesifik yang
bekerja untuk melokalisasi, menetralisir atau menghancurkan agen pencedera
dalam persiapan untuk proses penyembuhan.
Tanda Peradangan
Media Peradangan :
Sel yang terlibat dalam proses peradangan leukosit : (neutrofil atau PMN
makrofag atau eosinofil) trombosit dan limfosit
Keluarnya sel dari pembuluh darah : neutrofil (PMN) mendominası pada
awal permbentukan eksudat, kemudian didominasi sel makrofag (monosit)
Limfosit dan sel plasma - ditemukan dalam peradangan kronis
Penyembuhan Luka
Luka insisi
1. pembengkakan sel
pembengkakan sel >> influk air ke dalam sel ->> peningkatan konsetrat Na ->
kemampuan memompa ion Na menurun >> Gangguan metabolisme pembentukan
energi dan kerusakan membran sel.
Bengkak keruh, menggambarkan perubahar sel yang menunjukan keadaan
setengah malang dan secara mikroskopik terlihatnya granular pembengkakan
mitokondria mengidentifikasi RE dll. Organel sel juga menyerap udara yang
tertibun dalam siloplasma.
Pada pemeriksaan mikroskopik akan tampak sitoplasma bervakuola Ini disebut
perubahan hidropik atau perubahan vacuolar
2. Penimbunan lipid intra sel
Secara mikroskopis, pusaka dari sel-sel yg terkena tampak bervakuola, vakaoula
berisi lipid.
Inti sel terdesak ke satu sisi dan sitoplasma diduduki oleh satu vakuola besar yg
berisi lipid. Misal pada hati banyak lipid yg menakutkan dalam sel Hati yang
terserang hebat akan berwarma kuning cerah, jika disentuh permukaan lemak.
Jenis perubahan ini disebut perubahan lemak atau degenerasi lemak.
a. Sel Yg Diserang
Pengaruh stimulus penyebab cidera sel terhadap sel :
1. kerusakan biokimi terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi lebih di
dalam sel
2. Kelainan fungsi, ( missal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya)
kelainan fungsi. Jika sel cidera, memiliki cadangan yg cukup, sel tidak akan
mengalami gangguan fungsi yg berarti. O biokimia pada sel 0 Cidera
3. Perubahan morfologis sel yang menyertai kelainan komponen dan fungsi.
Tetapi saat ini masih berjalan secara fungsional terganggu namun secara
morfologis tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan.
4. Pengurangan massa atau Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ disebut
atropi.lebih kecil dari normal. Bentuk reaksi sel jaringan organ / sistem tubuh
terhadap jejas : berdasarkan perubahan fungsi atau struktur sel :
5. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ menuju kearah yang
kurang kompleks).
6. Progresif, (berkelanjutan, berjalan terus keadaan yang lebih buruk untuk
penyakit)
7. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi.
b. Morfologi Jejas:
1. Pada jejas reversibel :
- Membran sel menggelembung
- Pembengkakan umum (sitoplasma )
- Penggumpalan kromatin inti
- Autofagi oleh lisosom
- Penggumpalan partikel intramembran
- Pembengkakan ER
- Kebocoran ribosom
- Pembengkakan mitokondria
- Pemadatan kecil-kecil pada mitokondria
Degenerasi
Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraselular yang disertai
perubahan morfologik akibat jejas non fatal pada sel. "Reaksi sel terhadap
jejas yang masih reversibel"
a) Klasifikasi
Inti sel menyusut dan batasnya tidak teratur dan warmanya gelap.
2. Gangrene
Gangrene terbagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah:
a. Gangrene kering. Kulit kering dan mengerut dengan warna kulit cokelat,
biru, atau hitam adalah ciri gangrene kering. Gangrene ini terjadi secara
bertahap, dan umumnya menimpa penderita penyakit arteri perifer.
b. Gangrene basah. Gangrene ini umumnya menimpa penderita diabetes yang
tidak sadar saat mengalami luka di kaki. Gangrene basah juga bisa terjadi
pada seseorang yang mengalami luka bakar atau frostbite. Ciri gangrene
basah adalah kulit bengkak, melepuh, dan terlihat basah. Jika tidak segera
ditangani, gangrene basah bisa menyebar dan akan berakibat fatal.
c. Gangrene gas. Gangrene gas umumnya menyerang jaringan otot. Pada
awalnya, kulit penderita gangrene gas terlihat normal. Namun seiring
waktu, kulit akan terlihat pucat lalu berubah menjadi ungu kemerahan,
kemudian gelembung udara akan terbentuk. Gangrene gas umumnya
disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens, yang berkembang pada
luka akibat bedah atau cedera yang mengeluarkan banyak darah. Infeksi
tersebut menghasilkan racun yang melepaskan gas dan menyebabkan
kematian jaringan. Sama seperti gangrene basah, gangrene gas juga bisa
berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
d. Gangrene internal, yaitu gangrene yang terjadi akibat terhambatnya aliran
darah ke organ dalam tubuh, seperti usus atau empedu. Gangrene internal
bisa menyebabkan demam serta nyeri hebat, dan bisa berbahaya jika tidak
cepat ditangani.
e. Gangrene Fournier. Gangrene ini menyerang daerah genital atau kelamin,
dan kebanyakan penderitanya adalah Kondisi ini umumnya terjadi karena
infeksi pada area kemaluan atau saluran kemih, yang menyebabkan
pembengkakan dan nyeri pada kemaluan.
f. Gangrene Meleney. Jenis gangrene ini tergolong langka, yang terjadi 1-2
minggu pasca operasi.
a) Gejala Gangrene
b) Penyebab Gangrene
d) Diagnosis Gangrene
Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan mengecek kondisi fisik dan
luka pasien, serta menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan menyarankan pemeriksaan lebih
lanjut, seperti:
a. Tes darah. Jumlah sel darah putih yang tinggi bisa menjadi tanda
adanya infeksi. Tes darah juga dilakukan untuk mengecek apakah
ada bakteri atau kuman di dalam darah.
b. Tes pencitraan. kondisi organ dalam, dan untuk mengetahui sejauh
mana gangrene menyebar. Tes ini juga bisa membantu dokter
mengetahui apakah ada gas di bawah kulit. Rontgen, CT scan MRI
dilakukan untuk melihat Selain 3 tes ini, ada juga tes angiografi,
yaitu tes untuk melihat adanya arteri yang tersumbat.
c. Bedah. Tindakan operasi bisa dilakukan untuk mengetahui luasnya
penyebaran gangrene pada tubuh. Prosedur ini didahului dengan
pemberian obat bius.
d. Kultur cairan dan jaringan. Dokter akan mengambil sampel cairan
dan jaringan kulit untuk diperiksa apakah mengandung bakteri
Clostridium perfringens atau tidak. Dokter juga bisa melihat
sampel jaringan melalui mikroskop untuk mencari tahu
kemungkinan adanya sel yang mati.
e) Pengobatan Gangrene
Jaringan yang rusak akibat gangrene sudah tidak bisa lagi diperbaiki,
namun ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah
gangrene berkembang. Dokter akan memilih dari beberapa tindakan
berikut ini, tergantung dari keparahan gangrene yang dialami pasien.
Sumber:
Price SA dan Wilson LM, 1995 Patofisiologi, Konsep Klinik Proses- Proses
Penyakit, Jakarta. EGC