3. Agregat Halus 1. Agregat halus digunakan pasir alam yang berasal dari pasar lokal.
2. Pasir harus bersih, bahan organis zat-zat alkali & Sub Stansi yang merusak beton.
3. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
4. Pasir harus terdiri dari Partikel – Partikel yang tajam dan keras.
5. Cara dan Penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan agar tidak terjadi
Kontaminasi yang tidak diinginkan
4. Semen Portland @ 40 Kg 1. Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam NI – 8 – Bab 3.2 yaitu semen type I
2. Kontraktor harus mengusahakan agar satu merek semen saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton
3. Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam Zak tertutup oleh Pabrik, dan terlindungi serta harus dalam
jumlah sesuai dengan urutan pengirimannya
4. Penyimpanan harus dilaksanakan ditempat-tempat terlindungi dan tidak boleh berhubungan langsung dengan lantai
dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya.
5. Semen yang rusak atau tercampur apaun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan
5. Air Pasangan 1. lulus pengujian AASHTO T26 (pengujian air dari satu sumber)
2. tidak mengandung minyak
3. tidak berwarna
6. Tanah Timbun harus bersih, jauh dari kotoran dan mempunyai kadar plastis rendah
7. Kayu Kelas Kuat IV/ Kayu Sembarang Untuk Bekisting/Cetakan Beton
8. Kayu Kelas Kuat II/ Kayu Meranti Untuk pekerjaan:
1. Rangka Atap
2. Kuda-Kuda
3. Listplank
4. Pekerjaan Pintu
9. Bahan Landasan untuk Drainase Pipa dan Beton Bahan berbutir yang digunakan sebagai landasan dapat berupa kerikil berpasir atau batu pecah dan harus memenuhi
ketentuan berikut ini :
Ukuran Butiran Maksimum (SNI 03-3422-1994) : 20 mm atau kurang, tetapi paling sedikit dua kali celah
maksimum antara dua pipa yang disambung tanpa adukan.
Lolos Ayakan No. 200(SK SNI M-02-1994-03) : Maksimum 15 %.
10. Pipa Peresapan/Weep Hole/Sulingan Bahan yang digunakan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung saringan untuk pekerjaan
pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan
SK SNI M-02-1994-03 (AASHTO T11 - 90) : Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Ha-
lus dan Kasar
SNI 03-1968-1990 (AASHTO T27 - 88) : Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat
Halus
Dan kasar
SNI 03-3422-1994 (AASHTO T88 - 90) Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan
Alat hidrometer
SNI 03-1967-1990 (AASHTO T89 - 90) Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande
3. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T-15-1999-03).,
4. Peraturan Beton Indonesia (P.B.I), 1989 atau yang tebaru.,
5. Peraturan Bangunan Baja Indonesia (PBBI – 1983).,
6. Peraturan Bangunan Tahan Gempa. Persyaratan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (1970).,
7. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk gedung (1980).,
8. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).,
9. Peraturan Muatan Indonesia (PMI), 1970 dan 1983.,
10. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI), 1982.,
11. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan dan Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (PUBB), 1956.,
12. Standard Industri Indonesia (SII).,
13. Ketentuan yang dikeluarkan oleh PDAM setempat.,
14. Undang-Undang Perburuhan.,
Catatan : Seluruh proses pelaksanaan harus selalu mendapat ijin dari Direksi dan Konsultan Pengawas/ Supervisi. Untuk bahan-bahan yang tidak atau belum ada peraturannya di
Indonesia, dipakai syarat-syarat yang ditentukan oleh Pabrik bahan tersebut serta peraturan-peraturan lain yang disebutkan didalam Spesifikasi.