Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH MASA TANAM & KEDALAMAN AIR TERHADAP

KUALITAS RUMPUT LAUT


(KAPPAPHYCUS ALVAERAZI)

Oleh:
XI MIPA 6 KELOMPOK 4

1.MUHAMMAD DAVA SYAPUTRA


2.EGI HERWINDA PUTRA
3.HAIDAR AZHIEF ABDILLAH
4.M. HASAN KHAIZUL FIKRI
5. AHMAD YANUAR MUBAROK
6. M. AHSANUL AMAL

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 JEPARA

TAHUN 2021/2022
PENGARUH MASA TANAM & KEDALAMAN AIR TERHADAP
KUALITAS RUMPUT LAUT
(KAPPAPHYCUS ALVAERAZI)
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan
Indonesia yaitu sekitar 8,6% dari total biota di laut. Pemanfaatan rumput laut secara
ekonomis sudah dilakukan Cina dan Jepang sejak tahun 1670 sebagai bahan obat-obatan,
makanan tambahan, kosmetika, pakan ternak, dan pupuk organik. Namun, pemanfaatan
rumput laut sebagai bahan baku untuk pangan fungsional di Indonesia masih belum banyak
dibahas (Suparmi & Sahri, 2020).
Minapoli (2017) menyatakan bahwa Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten
dengan wilayah laut yang memiliki keragaman ikan, terumbu karang serta rumput laut.
Kabupaten Jepara mempunyai Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara
(BBPBAP), salah satu komoditas yang dikembangkan adalah seperti kappaphycus
sp,Gracilaria sp, dan Gelidium sp.
Rumput laut berpotensi sebagai sumber gizi karena mengandung karbohidrat, protein,
sedikit lemak, sumber antioksidan alami, vitamin dan mineral. Pengujian fitokimia
menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, steroid dan saponin dan tidak terdapat
senyawa hidroquinon (Indayani, Asnani, & Suwarjoyowirayatno, 2019). Menurut hasil
penelitian (Arza, Yulastri, & Fridayati, 2017) menyatakan bahwa rumput laut dikenal
sebagai sumber serat yang dapat digunakan sebagai makanan fungsional untuk mencegah
obesitas dan penyakit degeneratif diantaranya stroke, obesitas, jantung koroner, diabetes
melitus, dan hipertensi.
Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1980-
an dengan maksud merubah kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan sumber daya alam
secara bebas menjadi budidaya rumput laut yang ramah lingkungan.Usaha budidaya ini
meningkatkan pendapatan pembudidaya khususnya masyarakat pesisir pantai.Rumput laut
merupakan salah satu komoditas hasil laut yang berpotensi besar dalam menambah devisa
Negara.Pada perairan pantai Indonesia terdapat 555 jenis rumput laut,55 jenis diantaranya
diketahui mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi,seperti Kappaphycussp,Gracilariasp,
dan Gelidiumsp.Eucheumasp dan Glacilariasp paling banyak dibudidayakan di Indonesia
(Anonim,2006).
Permintaan rumput laut sebagai mata dagangan, baik di pasaran dalam negeri maupun
pasaran internasional cenderung semakin meningkat (Sedanadkk.,1985). Rumput laut
memiliki banyak manfaat untuk berbagai keperluan terutama sebagai bahan baku industri
makanan, farmasi, kosmetik, pupuk, tekstil, kedokteran dan lain- lain. Menurut Saenong
(2002), manfaat rumput laut adalah sebagai bahan tambahan industri makanan dan pupuk
organik, kosmetik dan obat-obatan serta menjamin kelestarian lingkungan sumber daya
perikanan dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat pesisir.
Sebagai salah satu komoditas unggulan budidaya, rumput laut mempunyai potensi yang
cukup besar untuk di kembangkan. Budidaya ini menggunakan modal kerja yang relatif kecil
dengan teknologi yang sudah dikuasai dan diikuti oleh masa tanam yang relatif pendek 45
hari, sehingga memungkinkan usaha budidaya ini dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat sekaligus menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2011, produk si rumput
laut secara keseluruhan mencapai 4.305.027 ton. Pada tahun 2012 KKP telah menargetkan
produksi rumput laut sebesar 5.100.000 ton dan menjadikan Indonesia sebagai produsen
utama rumput laut dunia (Pitakasari,2012).
Selanjutnya produksi rumput laut Indonesia dalam kurun waktu 2002-2006 mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yakni 71,67% /tahun dimana produksi rumput laut tahun
2002 adalah 223.080 ton meningka tmenjadi 1.507.944 ton pada tahun 2006
(Nurdjana,2007).
Rumput laut menjadi komoditas utama karena bisa cepat dipanen, teknologi budidayanya
mudah di adopsi oleh masyarakat dan input produksi yang relatif kecil. Target produksi
tersebut dapat dicapai melalui program ekstensifikasi pemanfaatan lahan potensial sekitar
4,5 juta ha; perbaikan teknologi budi daya sesuai pola musim dan karakterisasi lahan
masing-masing kawasan budidaya sudah hampir dikuasai.
Salah satu langkah akhir dalam suatu kegiatan budidaya rumput laut sebelum dipasarkan
adalah panen. Panen rumput laut sebelum waktunya akan menurunkan kualitas rumput laut.
Apabila panen dilakukan pada umur atau lama tanam kurang dari 45 hari pemeliharaan,
maka rumput laut yang dihasilkan akan berkualitas rendah. Hal ini karagenan yang
dikandungnya menjadi rendah dan kekuatan gel (gelstrength) juga akan rendah, tetapi kadar
airnya tinggi. Menurut Hadieetal. (2011), bahwa kualitas rumput laut yang memenuhi
standar sangat ditentukan oleh proses budidayanya, di samping penanganan pasca panennya.
Pemanenan hasil budidaya dilakukan minimal 6 minggu setelah pemeliharaan bibit. Pada
saat panen dilakukan sortasi yang bertujuan untuk membersihkan hasil panen rumput laut
dari benda- benda asing seperti pasir, garam, plastik rapia, dan jenis rumput laut lainnya
(Parenrengi et al ., 2011).
Dengan tingginya kebutuhan atau permintaan untuk memenuhi target produksi, di
khawatirkan banyak pembudidaya yang tidak memenuhi standar masa tanam rumput laut,
yang hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan kualitas. Tujuan dari penelitian ini
untuk memperlihatkan kualitas (kandungan nutrisi) rumput laut sehubungan dengan masa
tanam rumput laut.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja manfaat dari rumput laut?
2. Bagaimana mutu fisik rumput laut kappaphycus alvaerazi meliputi warna, tekstur,
dengan masa tanam dan kedalaman air yang berbeda?
3. Bagaimana mutu gizi rumput laut kappaphycus alvaerazi di masa tanam dan
kedalaman berbeda, apakah sama?
4. Apakah metode yang harus digunakan untuk media tanam rumput laut?

3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. mengetahui manfaat dari rumput laut.
2. Mengetahui warna, tekstur, dari rumput laut kappaphycus alvaerazi di masa tanam
dan kedalaman air yang berbeda.
3. Mengetahui mutu gizi rumput laut kappaphycus alvaerazi di masa tanam dan
kedalaman air yang berbeda.
4. Mengetahui metode yang harus digunakan sebagai media tanam rumput laut.
4. manfaat penulisan

Secara umum penelitian ini dapat memberi informasi kepada masyarakat bahwa rumput
laut kappaphycus alvaerazi ini dapat digunakan sebagai penambahan gizi dan antioksidan
bagi tubuh. Masyarakat setempat terutama anak muda juga dapat mengembangkan inovasi
sumber daya hayati ini untuk meningkatkan ekonomi daerah.
Penelitian ini juga dapat menjadi rekomendasi bagi pabrik-pabrik agar mengembangkan
produksinya dengan gizi dan antioksidan yang tinggi. Selain itu, bagi peneliti dapat
menambah pengalaman di bidang penelitian ilmiah dan lebih berpikir terbuka dan peka
terhadap kesehatan.

Penelitian ini juga bertujuan untuk memperlihatkan kualitas (kandungan nutrisi) rumput
laut sehubungan dengan masa tanam laut.untuk menganalisis pengaruh berbagai variasi
kedalaman terhadap laju pertumbuhan spesifik harian dan tingkat produksi rumput laut serta
mengetahui kandungan karagenan varietas rumput laut (kappaphycus alvaerazi).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai