Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

PNEUMONIA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian


Syaraf Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. H. Heru Wahyono Sp.A

Disusun Oleh:
Nedya Ulfadhina
20120310251

BAGIAN ANAK RSUD SETJONEGORO WONOSOBO


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

PNEUMONIA

Telah Dipresentasikan pada tanggal :

September 2018

Oleh:

Nedya Ulfadhiba
20120310251

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

dr. H. Heru Wahyono Sp.A

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga pembuatan Presentasi Kasus
yang berjudul “PNEUMONIA” dapat selesai sebagaimana yang diharapkan.
Dalam laporan ini, penulis menyajikan informasi yang diharapkan dapat
menambah wawasan para pembaca.

Presentasi Kasus ini niscaya tidak akan selesai tanpa bimbingan, bantuan dan
dorongan serta petunjuk dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing dan orang tua dan keluarga yang telah memberi bantuan baik moral
maupun materil sehingga penulisan Presentasi Kasus ini dapat selesai sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan selesainya Presentasi Kasus ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat dan hidayah sehingga
penulis dapat menyelesaikan Presentasi Kasus ini
2. Kedua orang tua tercinta dan yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi
yang besar dalam setiap langkah. Semoga Allah menyertai kalian, Aamiin
3. dr. H. Heru Wahyono Sp.A selaku dokter pembimbing dan dokter Spesialis
Anak RSUD Wonosobo
4. Seluruh perawat bangsal Dahlia dan Perinatal di RSUD Wonosobo
5. Teman-teman coass Anak atas dukungan dan kerjasamanya
Penulis sadar bahwa laporan Presentasi Kasus ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga laporan Presentasi Kasus ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi para pembaca yang budiman,
Amin.
Wonosobo, September 2018

3
Penulis

DAFTAR ISI
PRESENTASI KASUS............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
LAPORAN KASUS.................................................................................................5
A. Identitas Pasien..........................................................................................5
B. Anamnesis (Alloanamnesis)......................................................................5
C. Pemeriksaan Fisik......................................................................................8
D. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................10
BAB II....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

4
BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. A P
Tanggal Lahir : 20-07-2016
Usia : 2 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kalikajar, Wonosobo
Bangsal : Dahlia
Tanggal Masuk RS : 15-08-2018
Tanggal Keluar RS : 25-08-2018

B. Anamnesis (Alloanamnesis)
Keluhan Utama : sesak dan demam
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan dengan keluhan sesak dan demam,
Sesak dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, terutama apabila batuk,
nafas cepat dan berbunyi “grok-grok”, pilek (-). Demam dirasakan
sejak 3 hari yang lalu, demam turun apabila minum obat paracetamol
dan kemudian demam naik lagi. Keluhan lain mual (+), muntah (-),
penurunan nafsu makan (+). BAK sedikit warna kuning, BAB tidak
ada keluhan.
2. Penyakit sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit
sekarang
Tidak ada.

5
3. Riwayat penyakit dalam keluarga yang ada hubungannya dengan
penyakit sekarang
Tidak ada.
4. Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama dari satu anak. Selama kehamilan ibu
tidak pernah sakit berat, tidak pernah menkonsumsi obat-obatan selain
vitamin kehamilan, tidak pernah merokok dan minum-minuman
alkohol. Kontrol kehamilan teratur setiap bulan pada Trimester I,
setiap 2 minggu sekali pada Trimester II dan III.

5. Riwayat Kelahiran
- Tempat bersalin : Rumah bersalin
- Penolong : Bidan
- Cara persalinan : Spontan
- Berat badan lahir : 3100 gram (berat lahir cukup)
- Panjang badan lahir : 47 cm
- Masa gestasi : cukup bulan (38 minggu)
- Keadaan setelah lahir : Langsung menangis, pucat (-), biru (-),
kuning (-).
- Kelainan bawaan : Tidak ada

6. Riwayat Perkembangan
- Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan
- Perkembangan psikomotor
o Tengkurap : 4 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur

Riwayat Makanan

Umur ASI/PASI Buah Biskuit Bubur Susu Nasi Tim


(Bln)
0-2 ASI - - - -

6
2-4 ASI - - - -
4-6 ASI - - - -
6-8 ASI Ya - ya -
8-10 ASI Ya ya ya -
10-12 ASI Ya ya ya -
>12 ASI Ya ya ya ya
Kesan : kualitas dan kuantitas pemberian makanan baik, nafsu
makan pasien baik

Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi I II III IV Ulangan


BCG 1 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Campak 9 bulan 18 - -
Hepatitis B 1 minggu 1 bulan 3 bulan -
Kesan : imunisasi dasar lengkap dan imunisasi ulangan tidak lengkap

Riwayat Keluarga

No Tgl lahir Kelamin Hidup Lahir Abort Mati/ Keterangan


. (umur) mati us sebab
1 25 bulan Perempua  Pasien
n

Anggota Keluarga Lain yang serumah


Tidak ada.

Masalah Dalam Keluarga


Tidak ada.

7
Status Rumah Tinggal
Tinggal di rumah sendiri
Lingkungan sekitar rumah bersih. Ventilasi di dalam rumah cukup,
penerangan cukup, terdapat saluran pembuangan limbah.

7. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa dalam keluarga disangkal.
8. PRANATAL ANTENATAL NEONATAL
C. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit
Status mental : tenang
Berat badan : 12 Kg
Tinggi badan/ panjang badan : 90 cm

Data Antopometri
Berat badan ideal menurut usia : 11,7 kg (berdasarkan kurva WHO)
Tinggi badan ideal menurut usia : 86,6 cm (berdasarkan kurva WHO)

Berdasarkan tabel CDC, Usia dan BB persentel 50 anak termasuk Gizi Baik
Status Gizi : Gizi baik

Tanda-tanda vital :
 Frekuensi Nadi : 120 kali/menit. kuat angkat, irama teratur,
isi cukup
 Frekuensi Nafas : 57 kali/menit, teratur
 Suhu : 38.9 oC (axilla)

Kepala : mesochepal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak


mudah dicabut .
Wajah : simetris.

8
Mata : kedudukan simetris, mata tampak cekung, tidak ada
konjungtiva anemis, tidak ada sklera ikterik, kornea jernih,
pupil bulat, isokor diameter 3 mm, reflex cahaya langsung
(+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+), air mata (-/-)
Hidung : bentuk normal, tidak tampak napas cuping hidung, tidak
ada deviasi septum nasi, tidak ada secret
Telinga : bentuk normal, tidak ada secret
Mulut : mukosa bibir kering, bibir tidak sianotik, tonsil T1-T1
tidak hiperemis, lidah tidak kotor dan tidak tremor, gusi
tidak membesar
Leher : KGB tidak teraba.
Thoraks : simetris, pergerakan bebas ke segala arah, trakea ditengah,
tekanan vena jugularis tidak diukur
Paru :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi
intercostal
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan kiri.
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Napas vesikuler +/+, rhonki basah halus
(+/+), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS IV linea
midclavicula sinistra, kuat angkat
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan 2 regular, Tidak ada
murmur dan gallop.

Abdomen :
Inspeksi : Datar, supel, tidak ada luka / sikatrik /
perdarahan.

9
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat.
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba. Turgor kulit lambat.
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, edema tidak ada, tonus
baik, CRT > 2detik

Refleks :
 Refleks Patologis :
 Refleks babinski : -/- Refleks Oppenheim : -/-
 Refleks Chaddoks : -/- Refleks Gordon : -/-
 Laseque : -/-
 Rangsang Meningeal :
 Kaku kuduk :- Brudzinsky II :-
 Brudzinsky I :- Kernig :-

D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
10-08-2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Haemoglobin 12,7 10.8 – 12.8 N

Leukosit 74.1 6.0 - 17.0 H

Eosinofil 1.00 1.00 – 5.00 N

Basofil 0.70 0 – 1.00 N

Netrofil 20.30 25.00 – 60.00 L

Limfosit 47.50 25.00 – 50.00 N

Monosit 9.10 1.00 – 6.00 H

10
Hematokrit 44 35 – 43 H

Eritrosit 5.10 3.60 – 5.20 N

MCV 86 73 – 101 N

MCH 25 23 – 31 N

MCHC 29 26 – 34 N

Trombosit 834 150 – 400 H

GDS sewaktu 114 70.0 – 150.0 N

Natrium 137.0 132.0 – 145.0 N

Kalium 4.70 3.1 – 5.1 N

Chlorida 103.0 96.0 – 111.0 N

E. RESUME
Pasien datang ke IGD dengan dengan keluhan sesak dan demam,
Sesak dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, terutama apabila batuk, nafas
cepat dan berbunyi “grok-grok”, pilek (-). Demam dirasakan sejak 3 hari
yang lalu, demam turun apabila minum obat paracetamol dan kemudian
demam naik lagi. Keluhan lain mual (+), muntah (-), penurunan nafsu
makan (+). BAK sedikit warna kuning, BAB tidak ada keluhan.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran pasien compos
mentis dengan keadaan umum tampak sakit sdang dan lemah. Dari tanda-
tanda vital didapatkan febris, tanda vital lainnya dalam batas normal. pada
pemeriksaan lokalis pada bagian kepala, THT, leher, jantung, paru, dan
ekstremitas hasilnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan thorax
ditemukan rhonki basah halus kanan dan kiri.

11
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Hb 12.7 mg/dL,
lekosit 74.1, eosinofil 1.00, netrofil 20.30, limfosit 47.50, hematokrit 44,
MCV 86, MCH 25, MCHC 29, trombosit 834.
F. DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : Pneumonia


DD : Bronkiolitis
Asma Bronkial
Diagnosis Gizi : Gizi baik
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap dan imunisasi
ulangan tidak lengkap

G. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
- Kompres hangat
- Membebaskan jalan nafas dan beri Oksigen

Medikamentosa
- Infus Kaen 3B
- 02 1 lpm
- Inj Cefotaxime 3x800mg
- Inj Ranitidin 2x1/2amp
- Paracetamol syr 3x1/2cth
- Lasal expektoran syr 3x1/2cth
- Oxopect syr 2x5ml
- Edukasi tanda bahaya jika demam tinggi, muntah terus
menerus, penurunan kesadaran, dan jika anak kejang segera
melapor ke petugas kesehatan.

H. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad boman
Qua ad fuctionam : dubia ad bonam

12
Qua ad sanationam : dubia ad bonam

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PNEUMONIA

A. DEFINISI

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang


disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan
peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.

B. EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi pneumonia komunitas atau community-acquired


pneumonia (CAP) di Amerika Serikat diperkirakan ~1.600 kasus per 100.000
populasi. Sedangkan di Indonesia secara nasional adalah 1,8% dimana prevalensi
tahun 2013 adalah 4,5%.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun


2013, period prevalence atau prevalensi periode seluruh pneumonia di Indonesia
secara nasional adalah 1,8% dimana prevalensi tahun 2013 adalah 4,5%.
Prevalensi periode paling tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun dan meningkat
pada kelompok umur 45-54 tahun dan kelompok umur yang lebih tua.
Berdasarkan data administratif, terdapat 988 kasus CAP pada tiap 100.000 pasien
yang telah keluar dari perawatan inap rumah sakit di Indonesia dengan rata-rata
masa rawat inap atau length of stay adalah 6,1 hari.

C. ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu


bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang

14
diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif,
sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif
sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-
akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah
bakteri Gram negatif.

D. PATOGENESIS

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.


Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang
biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada
kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran
napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan : 1. Inokulasi
langsung 2. Penyebaran melalui pembuluh darah 3. Inhalasi bahan aerosol 4.
Kolonisasi dipermukaan mukosa Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak
adalah secara Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus,
mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan
ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan
selanjutnya terjadi proses infeksi.

Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring)


kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi
paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal
waktu tidur (50 %) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol
dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri
yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1
ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi.

15
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas
sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian
tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama.

E. PATOFISIOLOGI

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan


reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN
dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum

16
terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan
dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi
bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host
dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu : 1. Zona
luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema. 2. Zona permulaan
konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah. 3. Zona
konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah
PMN yang banyak. 4. Zona resolusiE : daerah tempat terjadi resolusi dengan
banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag. Red hepatization ialah
daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan 'Gray hepatization' ialah
konsolodasi yang luas.

F. MANIFESTASI KLINIK

Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non


produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak
darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah
saat pernafasan, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup
sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki,
suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.

G. DIAGNOSIS

1. Gambaran klinis

a.Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh


meningkat dapat melebihi 400 C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen
kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.

17
b.Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus
dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

2. Pemeriksaan penunjang

a.Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan


penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa
infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan
interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis
etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

b.Pemeriksaan labolatorium Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan


jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul,
dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan
dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25%
penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

H. TATALAKSANA

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian


antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme
dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :

18
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab


pneumonia.

3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

PEMBERIAN ANTIBIOTIK SECARA EMPIRIS PADA CAP

Pasien berobat jalan Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak menggunakan
antibiotika pada 3 bulan terakhir

 Macrolide [klaritromisin (500mg PO bid) atau azitromisisn (500mg PO


sekali, kemudian 250 mg od)] atau
 Doksisiklin (100mg PO bid)

Pasien dirawat, non ICU

 Fluorokuinolon respirasi [moksifloksasin (400 mg PO atau IV od), gemifloksasin


(320mg PO od), levofloksasin (750 mg PO atau IV od)
 Pasien dirawat , ICU
 β – laktam (sefotaksim 1-2 g IV q8h), seftriakson (2 g IV od) plus
 Azitromisisn atau fluoroquinolon

Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Pneumonia Tanpa Faktor Resiko


Multidrug Resistant (MDR)

 Seftriakson (2g IV q24h) atau Moksifloksasin (400mg IV q24h), ciprofloksasin


(400mg IV q8h), atau levofloksasin (750 mg IV q24h) atau Ampisilin/sulbaktam
(3 g IV q6h) atau Ertapenem (1 g IV q24h)

Pemberian antibiotik secara empiris pada pneumonia dengan faktor resiko


multidrug resistant (MDR)

1. β-laktam : seftazidim (2 g IV q8h) atau sefepim (2 g IV q8-12h) atau Pipersilin


(4,5 g IV q6h), imipenem (500 mg IV q6h)

19
2. Obat kedua yang aktif terhadap patogen gram negatif Gentamisin ( 7 mg/kg IV
q24h) atau amikasin (20 mg/kg IV q24h) atau siprofloksasin (400 mg IV q8h)
atau levofloksasin (750 mg IV q24h)

3. Obat aktif terhadap bakteri patogen gram positif : Linezolid (600mg IV q12h)
atau Vankomisin (15 mg/kg, sampai 1 g IV, q12h)

K. KOMPLIKASI

a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.

b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli


paru dan infark miokard akut.

c. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)

d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial

e. Sepsis

f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan

g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)

h. Abses paru

i. Efusi pleura

20
PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD dengan dengan keluhan sesak dan demam,


Sesak dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, terutama apabila batuk, nafas
cepat dan berbunyi “grok-grok”, pilek (-). Demam dirasakan sejak 3 hari
yang lalu, demam turun apabila minum obat paracetamol dan kemudian
demam naik lagi. Keluhan lain mual (+), muntah (-), penurunan nafsu
makan (+). BAK sedikit warna kuning, BAB tidak ada keluhan.
Berdasarkan manifestasi klinis dari Pneumonia sesuai dengan teori
yang menyebutkan gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat,
batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum
berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan
sesak.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran pasien compos
mentis dengan keadaan umum tampak sakit sdang dan lemah. Dari tanda-
tanda vital didapatkan febris, tanda vital lainnya dalam batas normal. pada
pemeriksaan lokalis pada bagian kepala, THT, leher, jantung, paru, dan
ekstremitas hasilnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan thorax
ditemukan rhonki basah halus kanan dan kiri.

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan teori, pada


Pneumonia ditemukan hasil pemeriksaan fisik pada bagian dada
tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang
sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras,
pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian
menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Hb 12.7 mg/dL,


lekosit 74.1, eosinofil 1.00, netrofil 20.30, limfosit 47.50, hematokrit 44,
MCV 86, MCH 25, MCHC 29, trombosit 834.

21
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pada kasus Pneumonia,
teori menyebutkan hasil pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan
pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan
LED. Dari semua pembahasan pada kasus, sesuai dengan teori Pneumonia.

22
DAFTAR PUSTAKA

American thoracic society. Guidelines for management of adults with


community-acquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity, antimicrobial
therapy, and prevention. Am J Respir Crit.Care Med 2001; 163: 1730-54

Azmi S, Aljunid SM, Maimaiti N, Ali A-A, Muhammad Nur A, De Rosas-


Valera M, et al. Assessing the burden of pneumonia using administrative data
from Malaysia, Indonesia, and the Philippines. Int J Infect Dis. 2016 Aug;49:87–
93.

Guidelines for the management of hospitalised adults patients with


pneumonia in the Asia Pacific region. 2nd Concensus Workshop. Phuker,
Thailand 1998

Hadiarto M. Pneumonia atipik, masalah dan penatalaksanaannya.


Simposium konsep baru. dalam terapi antibiotik, program pendidikan ilmu
kedokteran berkelanjutan FKUI, Jakarta 2005

World Health Organization (WHO). Global Health Estimates 2015


Summary Tables: Global Deaths by Cause, Age and Sex, 2000-2015 [Internet].
Geneva, World Health Organization. 2016. Available from:
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/estimates/en/index1.html

https://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Diakses tanggal 4 September 2018

http://eprints.undip.ac.id/44629/3/
FIDA_AMALINA_22010110120027_BAB2KTI.pdf Diakses tanggal 4
September 2018

http://www.ichrc.org/42-pneumonia Diakses tanggal 4 September 2018

23

Anda mungkin juga menyukai