Abstract
Abstrak
Pasal 3 Bab II UU No. 20 Tahun 2003 memaparkan berorientasi proses akan meningkatkan efektivitas dalam
tujuan pendidikan nasional yakni mengembangkan potensi mencapa tujuan atau kompetensi. Perkembangan pengetahuan
peserta didik agar menjadi manusia beriman, bertaqwa siswa dipengaruhi oleh keaktifan siswa memanipulasi dan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berinteraksi dengan lingkungan. Penerapan model-model
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara pembelajaran diarahkan untuk dapat merangsang siswa untuk
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk menjamin mutu semangat belajar, membangun motivasi positif dan suasana
pendidikan nasional dalam upaya mewujudkan tujuan, lingkungan yang mendukung sehingga dapat meningkatkan
Kementrian Pendidikan Nasional menetapkan delapan standar pemahaman siswa dan mengembangkan keterampilan berpikir
nasional pendidikan yang salah satunya adalah standar siswa (Susanto, 2014: 67).
proses. Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Kurikulum 2013 yang telah direvisi pada tahun 2016
dijelaskan bahwa standar proses berkaitan dengan pelaksanaan menerapkan sistem pembelajaran tematik dengan pendekatan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai saintifik dan penilaian autentik. Pembelajaran tematik dengan
kompetensi lulusan yang mencakup perencanaan, mengangkat tema-tema yang dekat dengan kehidupan siswa
pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran dan lingkungannya akan memberikan makna bagi siswa
agar pembelajaran efektif dan aplikatif atau bermakna. karena memenuhi kebutuhan, menarik minat, dan
Agar proses belajar menjadi lebih efektif, usaha mengembangkan bakat sehingga membantu dalam
yang penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas menyelesaikan masalah di kehidupannya kelak (Majid, 2014:
pembelajaran adalah dengan merancang pembelajaran atau 17). Untuk mewujudkan pembelajaran bermakna, guru
instructional science (Degeng, 2013: 36). Pembelajaran diharapkan senantiasa mengembangkan langkah pembelajaran
1
Aisyah, Mengembangkan Kebermaknaan Belajar... 2
2) Eksplorasi yang dapat ditempuh dengan Akbar (2013: 69), pembelajaran tematik adalah sistem
memperkenalkan kompetensi yang harus dikuasai siswa, pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara
mengaitkan kompetensi yang baru dengan kompetensi individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
yang telah dikuasai siswa sebelumnya, serta menemukan konsep/prinsip keilmuwan secara holistik,
menggunakan variasi metode yang tepat. bermakna, dan autentik melalui tema tertentu dengan
3) Konsolidasi pembelajaran yang dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan serta pemikiran yang kreatif. Desain pembelajaran tematik
dan memahami materi atau kompetensi baru serta memungkinkan anak secara individual menjelajahi minatnya
memecahkan masalah (problem solving), membuat dan mengembangkan kemampuan berasimilasi dan
penekanan pada kaitan struktural (kaitan dengan berakomodasi dengan konsep yang berfokus pada anak
berbagai aspek kehidupan nyata), serta memilih metode sebagai pelajar dan proses yang berkaitan dengan
yang tepat. perkembangan berpikir dan belajar sehingga guru berusaha
4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter yang untuk menjadikan belajar itu relevan dan bermakna bagi
dapat dicapai dengan memotivasi peserta didik umtuk peserta didik (Majid, 2014: 4). Lebih lanjut, Majid ( 2014: 86)
menerapkan atau mempraktikkan langsung konsep, menguraikan pengertian pembelajaran tematik ke dalam
pengertian, kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya empat hal pokok yang salah satunya adalah menggabungkan
dalam kehidupan sehari-hari. suatu konsep dalam beberapa dimensi atau bidang kajian yang
5) Penilaian formatif yang dilakukan melalui berbeda dengan harapan pembelajaran lebih bermakna. Ini
pengembangan sistem penilaian yang sesuai serta seperti yang dikemukakan Akbar (2013: 69) tentang empat
meggunakannya sebagai alat evaluasi untuk karakteristik pembelajaran tematik yakni holistik atau utuh,
menganalisis kelemahan sebagai upaya menemukan bermakna, autentik, dan aktif. Senada dengan pemaparan di
solusi atau tindak lanjut. atas, Sukayati dalam Prastowo (2013: 149) menjelaskan
Prosedur pembelajaran efektif dan bermakna karakteristik pembelajaran tematik yang meliputi lima hal
sebagaimana diuraikan di atas digambarkan sebagai berikut. berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2)
Alokasi
menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan;
waktu (3) belajar melalui pengalaman; (4) lebih mengutamakan
proses; dan (5) sarat dengan muatan keterikatan. Jadi,
pembelajaran tematik harus didesain dengan memperhatikan
PEMANASAN-APERSEPSI
karakteristik siswa, karakteristik materi ajar, sumber daya
tanya jawab tentang pengalaman dan
sumber 5-10% guru dan lingkungan, serta sesuai tuntutan kurikulum yang
diharapkan yang mendukung tercapainya pembelajaran
bermakna.
Bobbi de Porter (2010:32) mengemukakan bahwa
EKSPLORASI Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang
Memperoleh/mencari informasi baru memudahkan proses belajar dan mengoptimalkan hasil
25-30%
pembelajaran melalui pemaduan unsur seni dan pencapaian-
pencapaian yang terarah pada apapun jenis mata pelajaran
yang diajarkan. Quantum Teaching adalah badan ilmu
pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam
KONSOLIDASI PEMBELAJARAN rancangan, penyajian, dan fasilitasi yang diciptakan
Negosiasi dalam upaya mencapa berdasarkan teori-teori pendidikan diantaranya Accelerated
pengetahuan baru Learning (Lozanov), Multiple Intelegences (Gardner), Neuro
35-40% Linguistik Program (Grinder and Bandler), Experential
Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning
(Johnson and Johnson), dan Elements of Effective Instruction
PEMBENTUKAN SIKAP DAN (Hunter).
PERILAKU Berdasarkan prinsipnya, Quantum Teaching
Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap, menggunakan kerangka perancangan yang dapat diterapkan
dan perilaku 10% pada tingkat atau kelas berapapun dan pada muatan pelajaran
apapun serta menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat
pada setiap pelajaran. Quantum Teaching memiliki asas
utama dan prinsip yang menjadi hal mendasar di balik strategi
PENILAIAN FORMATIF dan modelnya. Asasnya adalah masukilah dunia mereka
10% bawalah dunia mereka ke dunia kita. Artinya, dalam
mewujudkan proses belajar yang bermakna, upaya
Gambar 1 Prosedur Pembelajaran Efektif dan Bermakna menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan menantang
Sumber: Mulyasa (2015:103) bagi siswa merupakan hal yang utama. Prinsip Quantum
Kurikulum yang dikembangkan di sekolah dasar saat Teaching ada lima, yaitu: 1) segalanya berbicara (mengirim
ini menggunakan desain pembelajaran tematik. Menurut pesan tentang belajar), 2) segalanya bertujuan, 3) pengalaman
Aisyah, Mengembangkan Kebermaknaan Belajar... 4
sebelum pemberian nama, 4) akui setiap usaha, dan 5) jika Menurut Arends dalam al Tabany (2014: 8), it is
layak dipelajari, maka layak pula dirayakan (De Porter, 2010: strange that we expect students to learn yet seldom teach then
35-37). about learning, we expect student to solve problem yet seldom
Secara konseptual, model Quantum Teaching teach then about problem solving. Artinya, dalam mengajar
mencakup dua unsur yaitu konteks dan kontent. Konteks guru seringkali menuntun siswa untuk belajar namun jarang
adalah keterpaduan dari unsur lingkungan, suasana, landasan, memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa dapat belajar,
dan rancangan yang mewujudkan pengalaman belajar yang guru seringkali menuntut siswa untuk menyelesakan masalah,
bermakna dan mengesankan. Kontent adalah penyajian tetapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya
pembelajaran melalui proses fasilitasi yang mengoptimalkan menyelesakan masalah. Majid (2014: 6) mengemukakan
segala potensi yang ada, baik potensi peserta didik, guru, bahwa proses pembelajaran yang terjadi di sekolah kita saat
maupun potensi berdasarkan karakteristik muatan ini masih cenderung teoretis, masih sebatas pada
pembelajaran (de Porter, 2010: 38). penyampaian informasi dengan peran guru yang masih sangat
Karakteristik model pembelajaran Quantum dominan, dan gaya mengajarnya cenderung satu arah serta
Teaching mencakup sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, kurang terkait dengan lingkungan sehingga peserta didik tidak
sistem pendukung, serta dampak instrksional dan pengiring. mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses
Karakteristik sintakmatik mengandung makna bahwa pemecahan masalah kehidupan. Lebih lanjut diungkapkan
kerangka perancangan model Quantum Teaching yang lebih olehnya bahwa pembelajaran yang berorientasi pada
mudahnya diakronimkan dengan TANDUR (Tanamkan, penguasaan materi memang terbukti berhasil dalam
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) kompetensi mengingat jangka pendek, seperti keberhasilan
menjadi sebuah tahapan atau sintaks. Sistem sosial yang menyelesaikan ujian atau memenangkan lomba cerdas cermat,
menjadi ciri khas Quantum Teaching adalah memposisikan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah
guru sebagai fasilitator dan reflektor. Sebagaimana kehidupan jangka panjang karena anak tidak mampu
diungkapkan Riyanto (2014:211), guru yang hanya berperan mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya di bangku
sebagai fasilitator dan reflektor akan lebih optimal sekolah ke dalam dunia nyata pada kehidupan kesehariannya.
mendukung peningkatan aktivitas dan motivasi siswa. Prinsip Hal ini yang menjadi wajah pendidikan Indonesia dalam
reaksi dalam Quantum Teaching berarti guru mampu beberapa masa. Upaya menjadikan pembelajaran lebih
menumbuhkan kreativitas siswa, sehingga siswa tahu akan bermakna menjadi suatu hal yang niscaya. Belajar akan lebih
manfaat yang telah dipelajarinya (de Porter, 2010: 96). bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
Dampak intruksional Quantum Teaching meliputi : (1) sekedar mengetahuinya.
Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapan Kerangka perancangan model Quantum Teaching yang
pengetahuan dalam bentuk bahasa lisan ataupun verbal; (2) lebih mudahnya diakronimkan dengan TANDUR (Tanamkan,
kemampuan keterampilan intelektual adalah kepekaan yang Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
berhubungan dengan lingkungan serta mempresentasikan menjadi sebuah tahapan atau sintaks yang menjembatani
konsep dan lambang; (3) kemampuan kognitif adalah terwujudnya pembelajaran bermakna. Tahap pertama adalah
kemampuan menyalurkan dan mengarahkan kognitifnya ‘Tumbuhkan’. Maknanya adalah membangun motivasi peserta
sendiri, kemampuaan ini meliputi konsep dan kaidah didik untuk menciptakan minat belajar dengan mengajak serta
memecahkan masalah; (4) keterampilan motorik adalah mereka agar menyadari manfaat yang akan mereka peroleh
kemampuan serangkaian jasmani antara koordinasi otak dari mempelajari materi yang akan dibelajarkan
dengan tubuh; (5) kemampuan sikap adalah kemampuan (AMBAK/Apa Manfaatnya BAgiKu). Hal ini penting karena
menerima atau menolak objek berdasar penelitian terhadap keikutsertaan peserta didik dalam menemukan manfaat atau
objek tersebut. Dampak Pengiringnya adalah peserta didik kebermaknaan suatu materi mempermudah guru dalam
memiliki rasa percaya diri, dan terjalin rasa saling memiliki menggiring mereka menuju pencapaian target atau kompetensi
serta saling pengertian antara guru dan siswa. yang diharapkan. Proses ini juga mencakup penggalian
pengalaman siswa untuk membangun komitmen belajar yang
PEMBAHASAN lebih baik. Hal yang digali adalah pemahaman awal peserta
Kondisi pendidikan yang dihadapkan pada tuntutan didik, hal yang sudah mereka setujui, manfaat yang diperoleh,
masa depan menguatkan pemberlakuan kurikulum 2013 revisi serta komitmen. Strategi penyajiannya dapat melalui
2016 dengan tema menghasilkan insan Indonesia yang pertanyaan yang menantang, video, cerita, dsb.
produktif, kreatif, inovatf, dan afektif, melalui penguatan Tahap kedua adalah ‘Alami’. Maknanya adalah guru
sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan memberi pengalaman belajar dengan membangun minat dan
pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi dan mengedepankan kebutuhan untuk mengetahui. Penting bagi peserta didik untuk
pendekatan saintific education mencakup proses mengamati, mengalami karena otak manusia memiliki kecenderungan
menanya, menalar, dan mencoba, serta mengomunikasikan untuk terus berpikir dan menjelajah. Pengalaman
yang untuk mewujudkannya dibutuhkan proses pembelajaran menjembatani pemahaman awal peserta didik dengan
yang mendukung kreativitas yaitu pembelajaran bermakna (al keingintahuan mereka. Proses ini meliputi penentuan metode,
Tabany,2014:9). Dwijuandono dalam Jamaludin (2013) permainan, atau kegiatan yang tepat untuk memudahkan
bahwa faktor yang paling penting mempegaruhi belajar adalah peserta didik memahami informasi/materi dan memenuhi
apa yang telah diketahui oleh siswa. keingintahuan mereka berdasarkan pemahaman atau
pengetahuan yang mereka miliki. Strategi penyajiannya dapat
Aisyah, Mengembangkan Kebermaknaan Belajar... 5
menggunakan jembatan keledai, permainan, kerjasama mempertahankan motivasi. Hal yang biasa dilakukan, ketika
kelompok, drama, dan simulasi. Tujuan dari tahapan ini siswa mencapai sebuah kompetensi atau menyelesaikan suatu
adalah mengaitkan pengalaman awal dengan pengalaman dan aktivitas, siswa langsung menuju aktivitas selanjutnya tanpa
informasi-informasi baru yang akan membantu peserta didik diberikan daya pendorong untuk mengulangi keberhasilan
memaknai pengalaman tersebut melalui proses membuat hal yang telah diperoleh. Perayaan penting dilakukan sebagai
yang abstrak menjadi konkret dengan memanfaatkan fasilitas upaya menanamkan bibit keberhasilan. Perayaan disini dapat
yang ada atau segala hal yang dekat dengan lingkungan dilakukan dengan memberikan pujian, reward, bernyanyi,
mereka. Pengalaman menciptakan pertanyaan mental yang bermain tepuk, memberi penilaian, pesta kelas, dll.
harus dijawab, seperti mengapa dan bagaimana sehinga Sebagai contoh, guru membuat desain pembelajaran
membangun keingintahuan dan mengembangkan proses untuk siswa kelas 4 semester 1 tema Peduli Terhadap
berpikir ilmiah. Makhluk Hidup dalam beberapa kegiatan yang bervariasi.
Tahap ketiga adalah ‘Namai’. Tahap ini dilakukan Pada awal pembelajaran, siswa diberi suatu teks cerita rakyat
setelah guru membuat siswa penasaran dan dipenuhi rasa Kabupaten Cilacap (sastra) yang berjudul Legenda Bunga
ingin tahu tentang pengalaman yang baru mereka dapatkan. Wijaya Kusuma beserta sejumlah pertanyaan pemahaman
Penamaan merupakan proses memuaskan hasrat alami otak yang akan diselesaikan siswa secara bekerjasama. Pertanyaan
untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan pemahaman tersebut diarahkan untuk menimbulkan rasa ingin
mendefinisikan. Penamaan dapat berupa informasi, fakta, tahu serta mengantarkan siswa pada suatu kebutuhan untuk
konsep, generalisasi, rumus, pemikiran, tempat dan belajar lebih banyak dan mendalam. Pada Quantum
sebagainya. Guru berperan sebagai fasilitator yang Teaching, ini merupakan langkah “Tumbuhkan”. Memasuki
menyediakan kata kunci, model, rumus, dan sebuah masukan inti pembelajaran siswa dikondisikan pada dua kegiatan yang
. Guru juga bertanggung jawab mengajarkan konsep, mengambil kaitan dari cerita meliputi kegiatan diskusi tentang
keterampilan berpikir, dan strategi belajar menggunakan sikap yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam
gambar, warna, alat bantu, kertas, atau segala fasilitas yang kehidupan sehari-hari melalui telaah karakter tokoh-tokoh
ada di lingkungan sekitar agar pengetahuan siswa yang dalam cerita dan melakukan pengamatan tentang bagian-
berdasarkan pengalaman pada tahap sebelumnya menjadi bagian tubuh tumbuhan dan manfaatnya yang diawali dengan
lebih bermakna. bunga wijayakusuma. Ini adalah langkah “Alami” dalam
Tahap keempat adalah ‘Demonstrasi’. Pada tahapan ini Quantum Teaching yakni memberikan pengalaman bagi siswa
guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa melalaui beragam kegiatan yang menantang. Untuk jangka
untuk menunjukkan pemahaman mereka terhadap waktu yang lebih lama, berdasarkan cerita rakyat ini juga
pengetahuan atau penguasaan mereka terhadap keterampilan siswa dapat merancang kegiatan drama untuk memerankan
tertentu. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk tokoh-tokoh dalam cerita sehingga pengalaman siswa lebih
menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka dalam variatif dan menyenangkan. Berbagai pengalaman ini
pembelajaran atau muatan pelajaran yang lain namun masih diharapkan dapat merangsang siswa untuk menanya, seperti :
berkaitan (esensi dari pembelajaran tematik) serta ke dalam Apa pentingnya bunga bagi tumbuhan? Bagaimana tumbuhan
kehidupan mereka sehingga mampu memperagakan tingkat dapat bertahan hidup? Mengapa ada karakter baik dan jahat
kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru saja dalam sebuah cerita? dan seterusnya.
mereka miliki. Strategi yang dapat dilakukan dalam tahapan Berbagai pertanyaan yang merepresentasikan rasa
ini adalah dengan diskusi, merancang proyek, membuat keingintahuan siswa difasilitasi melalui langkah “Namai”
karya, dan presentasi baik dalam satu kelompok, antar yang mencakup pemaparan materi terkait. Hal yang dapat
kelompok, maupun kelas.. dipaparkan mencakup fakta, konsep, dan generalisasi
Tahap kelima adalah ‘Ulangi’. Tahap ‘ulangi’ misalnya tentang makna masing-masing sila Pancasila dan
merupakan pemberian kesempatan pada siswa untuk bagian tubuh tumbuhan serta fungsinya. Pada tahapan ini,
mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. diharapkan siswa semua keingintahuan siswa dapat terjawab.
Orang lain disini dapat berarti teman satu kelas, guru, kakak Selanjutnya siswa berkesempatan untuk menunjukan
kelas, adik kelas, bahkan selurh warga sekolah. Tentunya, kompetensi mereka melalui tahap “Demonstrasi”. Kegiatan
dengan menggunaka cara yang berbeda atau disesuaikan yang dapat mereka lakukan adalah tindak lanjut dari kegiatan
dengan kemampuan atau keahlian siswa masing-masing. pengalaman yang meliputi dua kegiatan yang tujuannya
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan adalah untuk menunjukan (dengan menuliskan dan
rasa ‘aku tahu bahwa aku tahu ini’ serta memperkuat ingatan. mempresentasikan). Kegiatan pertama adalah menuliskan
Strategi dalam melakukan pengulangan dapat dilakukan dan mempresentasikan berbagai sikap dalam kehidupan
dengan membuat nyanyian, menyusun puisi, membuat cerita, sehari-hari yang mencerimankan nilai-nilai Pancasila.
membuat karya pajangan, presentasi di kelas, merancang Kegiatan berikutnya adalah menunjukan satu jenis tumbuhan
pameran, membuat poster atau ajakan, dsb. serta mempresentasikan nama bagian dan fungsinya masing-
Tahap Keenam sebagai tahapan yang terakhir adalah masing di depan kelas. Dalam proses ini guru juga melakukan
‘Rayakan’. Pada langkah terakhir ini, guru memberikan konfirmasi untuk meluruskan pengetahuan atau pemahaman
apresiasi atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang mereka agar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
dilakukan siswadengan penguatan yang dapat berupa Tahap “Ulangi” diwujudkan dalam kegiatan membuat
perayaan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat rasa tanggung catatan dan laporan perbaikan hasil presentasi yang telah
jawab dalam merefleksi proses belajar secara mandiri dan dilakukan siswa sebelumnya serta dengan memajangnya di
Aisyah, Mengembangkan Kebermaknaan Belajar... 6
papan pajangan depan kelas atau mading sekolah sehingga mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
tulisan mereka dapat diketahui oleh lebih banyak siswa dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan antar muatan
lainnya, bahkan pada level kelas yang berbeda. Sebagai pe- pelajaran, (4) mendorong dan menginspirasi siswa utnuk
“Rayaan”, siswa diberi apresiasi dalam bentuk nilai, catatan memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
pujian dalam bentuk piagam atau sertifikat, berfoto bersama yang rasional dan objektif dalam merespon materi
karya dan piagam mereka, serta menyanyikan lagu gembira pembelajaran, (5) berbasis pada konsep, teori, dan fakta
bersama-sama di akhir pembelajaran. Rangkaian kegiatan ini empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, serta (6) tujuan
dirancang agara pembelajaran lebih bermakna, tidak hanya pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi ajar, menarik dalam sistem penyajiannya. Pendekatan saintifik
melainkan juga meningkatkan keterampilan siswa. yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
Sebagaimana penelitian Ni Luh Ratna Tirtawati, Putu Budi membentuk jejaring atau mengomunikasikan harus
Adnyana, dan Ni Luh Putu Manik Widiyanti (2014) yang menyentuh tiga ranah yaitu sikap/afektif, pengetahuan/
membuahkan kesimpulan bahwa Pembelajaran Kuantum kognitif, dan psikomotor/keterampilan.
(Quantum Teaching) yang dipadukan dengan peta pikiran
(Mind Mapping) memberikan pengaruh lebih baik terhadap
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif, serta SIMPULAN
penelitian dan pengembangan Mei Indra Jayanti, A. Wahab Kebermaknaan belajar diupayakan salah satunya
Jufri, dan Agus Ramdani (2015) tentang perangkat model melalui desain pembelajaran tematik yang terpadu dan
pembelajaran kuantum berbasis masalah dengan pendekatan holistik pada awal pembelajaran, proses pembelajaran, dan
saintfik menghasilkan kesimpulan bahwa perangkat akhir pembelajaran. Pada awal pembelajaran, guru dapat
pembelajaran berupa silabus dan RPP mendapat kategori mengupayakan unsur pembelajaran bermakna melalui
valid, sementara itu lembar kerja siswa, tes kemampuan apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan siswa pelajari
berpikir kritis dan tes kemampuan berargumen mendapat dengan materi yang telah siswa kuasai dalam kehidupannya
kategori sangat valid untuk diterapkan pada siswa kelas X. sehari-hari sehingga tertanam dalam diri siswa pentingnya
Quantum Teaching memang menekankan pada proses memperlajari materi tersebut. Pada proses pembelajaran, guru
dan pengalaman belajar yang menumbuhkan motivasi, diharapkan meningkatkan antusias belajar melalui berbagai
kreativitas, dan aktivitas.Akan tetapi tidak mengabaikan aktivitas yang bervariasi yang memberi ruang siswa untuk
pencapaian kompetensi yang terwujud dalam prestasi dan mendapatkan pengalaman yang dapat mengoptimalkan
hasil belajar siswa. beberapa penelitian terdahulu telah pencapaian kompetensi secara menyeluruh tidak terbatas
dilakukan dan membuktikan bahwa penerapan model maupun pada pengetahuan melainkan sikap dan keterampilan yang
kerangka Quantum Teaching memberi pengaruh signifikan lebih utama. Pada akhir pembelajaran, guru diharapkan
terhadap prestasi atau hasil belajar siswa. diantaranya adalah memberikan arah tindak lanjut yang mengakomodasi siswa
berikut ini: (1) Hasil penelitian pengembangan perangkat dapat mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan kehidupan
pembelajaran matematika dengan pendekatan kuantum di sehari-harinya serta memberi penguatan untuk dapat
kelas VIII SMP oleh Marini Fitriani, Yusuf Hartono, dan menerapkannya sehingga proses belajar benar-benar
Purwoko (2010) adalah perangkat pembelajaran yang bermakna.
dikembangkan berdasarkan pendekatan kuantum Desain pembelajaran yang dikembangkan dengan
dikategorikan valid dan praktis serta mempunyai potensial prinsip Quantum Teaching menjadi solusi dalam merancang
efek terhadap kemampuan siswa dalam menguasai materi, (2) pembelajaran yang bermakna. Karakteristik Quantum
Hasil penelitian pengaruh model pembelajaran kuantum Teaching yang mencakup sintakmatik, sistem sosial, prinsip
terhadap kecerdasan sosio-emosional dan prestasi belajar IPA reaksi, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan
siswa SD di Banyuning oleh Ketut Susiani, Nyoman Dantes, pengiring dirancang untuk mendukung terwujudnya
dan I Nyoman Tika (2013) menyatakan bahwa terdapat pembelajaran yang lebih bermakna. Kerangka perancangan
perbedaan yang signifikan dalam kecerdasan sosio-emosional TANDUR (Tanamkan-Alami-Namai-Demonstrasikan-Ulangi-
dan prestasi belajar IPA antara kelompok yang mengikuti Rayakan) merupakan basis struktural Quantum Teaching yang
pembelajaran quantum dengan kelompok yang mengikuti dapat diterapkan pada beragam muatan pelajaran, jenjang
pembelajaran secara konvensional, dan (3) Hasil Penelitian kelas, dan berbagai tingkat kemampuan awal peserta didik
Ni Luh Made Candra Sukasari, I.G.A. Agung Sri Asri, dan I serta memberi jaminan meningkatnya minat dan motivasi
Nengah Suadnyana (2014) menyatakan bahwa penerapan peserta didik dalam belajar sehingga mengakomodasi
model pembelajaran kuantum berbasis multimedia optimalisasi aktivitas dan prestasi belajar siswa sehingga
berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V kebermaknaan belajar dapat tercapai.
Gugus Teuku Umar Denpasar Barat tahun ajaran 2013/2014.
Kerangka rancangan TANDUR pada Quantum Teaching
tidak bertentangan dengan pendekatan saintifik yang menjadi DAFTAR RUJUKAN
penekanan implementasi kurikulum 2013 revisi 2016 yaitu Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran.
memenuhi kriteria: (1) materi berbasis pada fakta atau Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
fenomena yang logis dan rasional, (2) mendorong dan Al- Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model
menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Konstektual :
mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan masalah, (3) Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada
Aisyah, Mengembangkan Kebermaknaan Belajar... 7
Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/KTI). Pascasarjana Universitas Pendidkan Ganesha Jurusan
Jakarta : Prenadamedia Group. Pendidkan Dasar Volume 3 Tahun 2013. Diakses
Degeng, Nyoman S. 2013.Ilmu Pembelajaran: Klasifikasi online 6 April 2016.
Variabel untuk Pengembangan Teori dan Penelitian. Sutiyono. 2016. Menuju Pembelajaran Bermakna Melalui
Bandung: Arasmedia. Peragaan Kesenian. Artikel tidak diterbitkan. Diakses
De Porter, Bobbbi, Mark Reardon, Sarah Singer Nourie. 2010. online 6 April 2016.
Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Tirtawati, Ni Luh Ratna, Putu Budi Adnyana, Ni Luh Putu
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa. Manik Widiyanti. 2014. Pembelajaran Kuantum
Fitriani, Marini, Yusuf Hartono, Purwoko. 2010. (Quantum Learning) dan Peta Pikiran (Mind Mapping)
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil
dengan Pendekatan Kuantum di Kelas VIII SMP. Belajar Biologi Siswa SMA. E Journal Program
Jurnal Pendidkan Matematika Volume 4 No. 1 Juni Pascasarjana Universitas Pendidkan Ganesha Program
2010. Diakses online 6 April 2016. Studi IPA Volume 4 Tahun 2014. Diakses online 6
Jamaludin, Kaswari, KY. Margiyati. 2013. Peningkatan April 2016.
Aktivitas Siswa Pembelajaran Matematika dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Penerapan Teori Belajar Bermakna David Ausubel di tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kelas. Artikel tidak diterbitkan. Diakses online
tanggal 6 April 2016.
Jayanti, Mai Indra, A. Wahab Jufri, Agus Ramdani. 2015.
Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran
Kuantum Berbasis Masalah dengan Pendekatan
Saintifik. E Journal Penelitian Pendidkan IPA Volume
1 No 2 Juli 2015. Diakses online 6 April 2016,
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu.
Bandung : PT Remaja Rosydakarya Offset
Mulyasa. 2015. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: PT Remaja Rosydakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2016.
Prastowo, Andi. 2013Pengembangan Bahan Ajar Tematik:
Panduan Lengkap Aplikatif.. Jogjakarta: Diva Press.
Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran:
Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Suartana, I Kadek , Kadek Suranata, Made Sulastri. 2014.
Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum Dengan
Teknik Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Pkn. e-
Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014).
Diakses online tanggal 6 April 2016.
Subanji. 2014. TEQIP Sebaga Wahana Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna dan Membangun Karakter
Bangsa. J-TEQIP Tahun V Nomor 2 November 2014.
Diakses online tanggal 6 April 2016.
Sukasari, Ni Luh Made Candra, I.G.A. Agung Sri Asri, I
Nengah Suadnyana. 2014. Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Kuantum Berbantuan Multimedia
Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V Gugus
Teuku Umar Denpasar Barat. E journal MIMBAR
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD
Volume 2 No.1 Tahun 2014. Diakses online 6 April
2016.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di
Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.
Susiani, Ketut, Nyoman Dantes, I nyoman Tika. 2013.
Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Terhadap
Kecerdasan Sosioemosional dan Prestasi Belajar IPA
Siswa Kelas V SD di Banyuning. E Journal Program
Aisyah, Mengembangkan Kebermaknaan Belajar... 8