Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI


KEPERAWATAN KLINIK KEPERAWATAN 2 JIWA (PKK 2)

DISUSUN OLEH
DAMAYANTI AYU PRATIWI ( 17.156.01.11.095 )

KELAS : 4C KEPERAWATAN

STIKes Medistra Indonesia


Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A – Kel. Sepanjang Jaya – Bekasi
Telp. (021) 82431375, Fax. (021) 82431374
Website : http//www.stikesmedistra-indonesia.ac.id, e-mail : stikesmi@yahoo.co.id
2020/2021

RESIKO BUNUH DIRI


A. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain,2008).
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya
adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku
destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat
mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi
pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart
& Sundeen, 2006).
Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4
pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau
secara sengaja berada di rel kereta api.
Menurut Richman (dalam Maris dkk., 2000) menyatakan ada dua fungsi dari metode
bunuh diri. Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi mati.
Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki makna
khusus atau simbolisasi dari individu. Menurut Richman (dalam Maris dkk., 2000) Secara
umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:
1. obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
2. menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
3. senjata api dan peledak
4. menenggelamkan diri
5. melompat
6. memotong (menyayat dan menusuk)
Dengan demikian, yang dimaksud dengan percobaan bunuh diri adalah upaya untuk
membunuh diri sendiri dengan intensi mati tetapi belum berakibat pada kematian.

B. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita
lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistic
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistic
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

C. Etiologi
Menurut Damaiyanti (2012)
1. Faktor Predisposisi
a. Diagnosis Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan efektif, penyalagunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga tipe keperibadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi
c. Lingkungan psikososial
Pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadiankejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan dan bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapiutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab maslah,
respon seorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonim,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG)
2. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres yang berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.
Faktur lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui
media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri.
Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
3. Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka
bunuh diri.
4. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression dan megical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative

D. Tanda dan gejala


Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala dari resiko bunuh diri adalah :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Inpulsif
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian, menayakan tentang obat dosis
mematikan)
8. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental( secara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis dan
menyalagunakan narkoba)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal)
11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier)
12. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
14. Pekerjaan
15. Konflik interpersonal
16. Latar belakang keluarga
17. Orientasi seksual
18. Sumber-sumber personal
19. Sumber-sumber social
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

E. Rentang Respon

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme
adaptif pada diri seseorang.
1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
2. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang patah semangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung
Peningkatan diri Berisiko destruktif Destruktif diri tdk langsung Pencederaan diri
Bunuh Diri Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang

F. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
1. Keputusasaan
2. Menyalahkan diri sendiri
3. Perasaan gagal dan tidak ber harga
4. Perasaan tertekan
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Berbicara lamban, keletihan
8. Menarik diri dari lingkungan
9. Social
10. Pikiran dan rencana bunuh diri
11. Percobaan atau ancaman verbal

G. Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh
diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai
rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya
dibagi menjadi 3 kategori:
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian
kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh
diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

H. Pohon Masalah

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh diri:
1. Resiko bunuh diri.
2. Harga diri rendah
3. Koping yang tak efektif.

J. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Fitria (2009):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Impulsif
d. Menunjukan perilaku yang mencurigakan
e. Mendekati orang lain dengan ancaman
f. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
g. Latar belakang keluarga

K. Penatalaksanaan
Pasien dalam krisis karena kematian orang terdekat atau peristiwa lain dengan
perjalanan waktu yang terbatas akan berfungsi lebih baik setelah menerima sedasi ringan
seperlunya, terutama bila sebelum itu tidurnya terganggu. Benzodiazepin merupakan obat
terpilih dan ramuan yang khas ialah Lorazepam (Ativan) 1 mg 1-3x sehari untuk 2
minggu. Iritabilitas pasien mungkin meningkat dengan penggunaan teratur
Benzodiazepin dan iritabilitas ini merupakan satu resiko untuk bunuh diri, maka
Benzodiazepin harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang bersikap keras dan
bermusuhan. Hanya sejumlah kecil dari medikasi itu harus disediakan, dan pasien harus
diikuti dalam beberapa hari.
Antidepresiva merupakan terapi yang pasti bagi semua pasien yang menampilkan diri
dengan gagasan bunuh diri, tetapi tidak biasanya untuk mulai memberikan antidepresiva
di UGD. Bila diberi resep, harus diadakan perjanjian untuk pemeriksaan lanjutan,
sebaiknya keesokan harinya.Rujukan-Silang :
Putus alkohol, depresi, hospitalisasi, mutilasi-diri

DAFTAR PUSTAKA

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC


Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai