Anda di halaman 1dari 22

Tema : Management of Vertigo

Moderator : Dr. dr. H.R Yusa Herwanto, Sp. THT-KL (K)


Narasumber : Dr. dr. Yuliani M. Lubis, Sp. THT-KL

Tempat : Aplikasi zoom meeting

Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan equibrium baik statis maupun


dinamis tubuh Ketika di tempatkan pada berbagai posisi. Keseimbangan terbagi atas 4 sister
berbeda, vestibular, ocular proprioseptif dan sentral.

1. Sistem vestibuler yang menanggap akselerasi dan persepsi gravitasi


2. Rangsang proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus oto memberi informasi
antara kepala dengan bagian tubuh lainnya

3. Penglihatan memberi persepsi dan sensasi posisi, kecepatan dan orientasi


4. Semua sensasi di intergrasikan pada batang otak dan serebelum. Jika salah satu terjadi
kesalahan maka dapat menyebabkan ketidakseimbangan.

Fungsi keseimbangan merupakan koordinasi berbagai organ. Telinga dalam, mata reseptor
kulit, reseptor otot sensorik menghantarkan ke system saraf pusat dan menghantarkan ke
mata untuk control pergerakan dan juga ke otot untuk control postural sehingga terjadi
keseimbangan.

Proses terjadinya keseimbangan, terbagi atas 3 proses, input sensori terdapat vestibular,
visual dan proprioceptive di intergrasikan ke serebelum, serebral korteks dan brainstem
menghantarkan ke output motoric ke vestibule terjadi ocular reflek sehingga muncuk motor
impulse control dari pergerakan mata dan postural sehingga terjadi keseimbangan

Sistem vestibuler merupakan organ sensoris untuk mendeteksi keseimbangan, kanalis


seminiverus bertanggung jawab terhadap keseimbangan dinamis, utriculus dan sakulus
sebagai penjaga keseimbangan statis tubuh, macula pada untrikulus berperan penting dalam
menentukan orientasi kepala ketika dalam posisi tegak, sebaliknya macula pada sakulus
memberi sinyal orientasi kepala saat berbaring.

Sistem somatosensory, terdiri dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan
modalitas sensorik seperti sentuhan, temperatur, posisi tubuh dan nyeri

Sistem visual, merupakan contributor utama dalam keseimbangan tubuh, memberikan


informasi tentang lingkungan, lokasi, arah serta kecepatan gerakan.
Vertigo tebagi 2 vestibule dan non vestibuler yang di bedakan dari letak lesinya, vestibuler
letak lesi di sistem vestibuler yang di bagi di sentral (batang otak, otak), perifer (labirin, N.
Vestibularis) sedangkan non vestibuler letak lesinya di sistem visual dana sistem
somatosensoris.

Gangguan keseimbangan sentral dan perifer, gangguan pada sentral melibatkan struktur dari
sistem saraf pusat seperti serebrum, serebelum, dan batang otak, sedangkan pada perifer lebih
melibatkan ke telinga dalam.
Etiologic dari gangguan vestibular, dikarenakan adanya gangguan keseimbangan sentral dan
perifer, Sebagian besar kasusnya disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada telinga dalam.

Gangguan keseimbangan sentral bisa terjadi di nucleus vestibularis hingga batang otak,
biasanya karena TIA/Stroke, tumor, multiple sclerosis, pada serebellum bisa disebabkan oleh
tumor dan penyakit degeneratif dan pada korteks serebri disebabkan oleh epilepsy,

Pada gangguan keseimbangan perifer oleh BPPV, Penyakit meniere, infeksi seperti OMSK,
ototoksik, Oklusi a. Labirin, trauma, tumor dan kel, degeneratif.
Adapun gejala dari gangguan vestibuler adalah rasa melayang, pusing, rasa tidak menapak,
rasa masi bergerak, bergoyang, postur tidak stabil, pusing berputar dan gangguan otonom.

Keluhan vertigo dibagi atas 3 kategori, vertigo suatu sensasi dimana penderita terasa seperti
berputar, disquilibrium, seperti perasaan mau jatuh atau ketidakstabilan yang terjadi saat
berdiri, dizziness, sensasi yang samar-samar seperti kepala terasa ringan.
Teori terjadinya vertigo

Stimulasi yang berlebih menyebabkan hiperemis pada kanalis sehingga menyebabkan


gangguan fungsi

Konflik sensoris, terjadi ketidakcocokan masukan sensoris yang menimbulkan kebingungan


sensorik di sentral sehingga timbul respon seperti nystagmus, ataksia, rasa melayang dan
berputar

Teori Mitmach, menurut teori ini otak mempunyai memori pada pola gerakan tertentu,
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan tidak sesuai pada pola gerakan yang di
simpan timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
Teori otonomik terjadi suatu perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi
gerakan atau perubahan posisi.

Teori sinap, rangsang gerakan menimbulkan stress yang akan memicu sekresi
CRF( Carticotropin releasing factor) mengaktifkan susunan saraf simpatik yang mencetuskan
mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik, gejala
penyerta sering timbul berupa pucat, berkeringat diawal serangan vertigo akibat aktivitas
simpatis, mual, muntah dan hipersalivasi.
Gejala dan tanda vertigo dibagi atas 2 sentral dan perifer.

Sentral berupa sifat serangan bertahap, intensitas ringan, adanya gejala otonom dan gejala
fokal di otak. Sedangkan pada perifer berupa sifat serangan mendadak, intensitas berat,
berpengaruh pada gerak kepala, gejala otonom dominan, adanya gangguan dengar dan tinitus.

Gejala otonom, berupa berdebar-debar, berkeringat dingin, mual sampai muntah dan cemas
sampai timbul rasa takut.
Penyakit meniere, merupakan gangguan klinis sindroma hidrop endolimfa, adanya tuli
sensorineural fluktuatif dan reversible serta tinnitus. penyakit meniere pada vertigo episodik.

Patofisiologi terbagi 2 faktor, yaitu intrisik dan ekstrinsik. Intrisik factor yaitu hipoplasia
sistem sel udara mastoid, hypoplasia vestibuler bersamaan terjadi dengan ekstristik factor
seperti alergi, otosklerosis, autoimun, viral, trauma dan vascular menyebabkan terganggunya
homeostasis endolimfe sehingga terjadi endolymphatic hydrops.

Mekanismenya, tekanan osmotic kapiler menurun menyebabkan tekanan hidrostatik ujung


arteri meningkat sedangkan tekasan osmotic ruang ekstrakapiler meningkat terjadinya
sumbatan di sakus endolomfatikus lalu tp penimbunan cairan endolimfa.

Etiologi

Teori peningkatan volume dan tekanan cairan endolimfe terjadi sekresi vaskularis sehingga
resorbsj endolimfe menurun dan terjadinya gangguan penyerapan. Gangguan fungsi sakus
endolimfatik terjadi karena faktor imunologi, hormonal, gangguan pembuluh darah, obat –
obatan dan infeksi virus, pada pasien seperti etiologic mendasar tidak ada.
Ada 3 trias dari gejala klinis, vertigo episodic, tuli sensorineural, dan tinnitus. Jika ada ketiga
gejala tersebut diagnosis dikatakan tegak. Ada juga gejala klinis seperti diplacusis yaitu
pendengaran seperti ganda, dan rekruitmen dimana gangguan pada koklea tidak mampu
mentoleransi terhadap kenyaringan.
Pada pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan tes sisi, tes tone decay, ENG,
elektrokohleografi, tes bera dan pencitraan resonansi
Pada gambar sebelumnya terjadi respon abnormal, BPPV pada kanalis posterior kanan, fase
cepat ke atas berputar ke kanan, BPPV pada kanalis posterior kiri, fase cepat ke atas berputar
ke kiri, BPPV pada kanalis anterior kanan, gase cepat ke bawah, berputar ke atas dan BPPV
pada kanalis anteriror kiri fase cepat ke bawah berputar ke kiri.

Penatalaksaan

1. CRT (canalith repositioning treatment)


Tujuannya untuk mengatasi keseimbangan akibat perubahan gerakan, meningkatkan
fungsi keseimbangan, meningkatkan kualitas keseimbangan.

Latihan rehabilitasi verstibuler terbagi 3, yaitu kepala dan leher, interaksi visual – vestibuler
dan stabilitas postural.

 Duduk pada bagian pinggir ranjang dengan kaki lurus ke depan.

 Miringkan kepala hingga 45º ke kiri (jangan sampai menyentuh bahu).

 Tempatkan bantal empuk pada bagian bawah Anda sehingga saat rebahan, bantal akan
menyempil antara bahu dan bukannya pada bagian bawah kepala.

 Dengan satu gerakan cepat, rebahan (dengan kepala pada ranjang tapi masih dalam
posisi miring 45º). Bantal seharusnya ada pada bawah bahu. Posisi kepala Anda
jadinya akan sedikit menggantung pada tepi bantal. Tunggu 30-120 detik
sampai gejala vertigo berhenti.
 Tengokkan kepala Anda 90º ke kanan tanpa mengangkatnya. Tunggu 30-120 detik.

 Ubah posisi kepala dan tubuh menjadi menyamping ke kanan, sehingga Anda
memandangi lantai. Tunggu 30-120 detik sampai gejalanya mereda.

 Jika vertigo datang dari telinga kanan, ubah posisi dari instruksi tersebut.

 Posisikan badan duduk di kasur, dengan kaki di lantai. 

 Kemudian, tengok ke kanan sebesar 45 derajat.

 Kepala tetap pada posisi yang sama, kemudian baringkan tubuh ke kiri. Tahan posisi
selama 30 detik.

 Setelah itu, kembali ke posisi awal. Tahan posisi selama 30 detik.


Pasien berputar 270o dalam posisi tidur miring ke sisi telinga yang sakit, berputar 90 tiap
satu menit menuju ke telinga yang sehat dengan total putaran 270O

Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, dilakukan liberatory kanan. Perasat dimulai
dengan penderita diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar
menghadap ke kiri 45o. Pasien yang duduk dengan kepala menghadap ke kiri secara cepat
dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah satu menit,
pasien digerakkan secara cepat ke posisi duduk awal dan untuk ke posisi sidelying kiri
dengan kepala menoleh 45o ke kiri. Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit
dan perlahan-lahan kembali ke posisi duduk. Penopang leher kemudian dikenakan dan diberi
instruksi yang sama dengan pasien yang diterapi dengan CRT
Pemberian vestibulo depressant seperti diaxepam, amitriptilin dan betahistan, obstervasi
dilakukan setiap minggu atau bulanan

Pencegahan primer untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko seperti pada usia lanjut dan
mengidentifikasi lingkungan yang berbeda.
Penatalaksaan gangguan keseimbangan bergantung bagaimana diagnosanya, rehabilitasi
harus dilakukan secara komperehensif, 3 prinsip terapi yaitu adaptasi, substitusi, reposisi
canal untuk BPPV
terapi rehabilitasi vestibular (VRT) adalah program perawatan berbasis latihan yang
dirancang untuk mempromosikan adaptasi dan substitusi vestibular. Tujuan VRT adalah 1)
untuk meningkatkan stabilitas pandangan, 2) untuk meningkatkan stabilitas postural, 3) untuk
meningkatkan vertigo, dan 4) untuk meningkatkan aktivitas hidup sehari-hari.
Kesimpulan

1. Diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk mendiagnosa jenis gangguan


keseimbangan
2. Perlu di koordinasi dan kolaborasi berbagai departemen yang terkait dan
melibatkan keluarga
3. Penatalaksaanya selalin medikamentosa dapat ditambahkan dengan fisioterapi.

Anda mungkin juga menyukai