Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

UJIAN TENGAH SEMESTER PENGENDALIAN LINGKUNGAN


TENTANG DAMPAK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI
BIDANG LINGKUNGAN PESISIR DAN KELAUTAN

OLEH

NAMA : HERLINA LOBO BEHI

NIM : 1606050109

PRODI : BIOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas memiliki wilayah pesisir
yang kaya dan beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Sebagai
negara kepulauan, Indonesia memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 km yang
termasuk sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada.
Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya zona ekonomi ekslusif,
mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga perempat dari luas
keseluruhan wilaya Indonesia (Dahuri 2002). Dengan kenyataan seperti itu sumber
daya pesisir dan lautan Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan
Indonesia yang sangat potensial disamping sumber daya alam darat. Sumber daya
wilayah pesisir diprediksi akan semakin meningkat peranannya dimasa-masa
mendatang dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional.
Konsekuensi dari potensi yang besar tersebut kawasan pesisir akan
mengalami perkembangan dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Bengen (2002)
mengemukakan wilayah pesisir menyediakan sumber daya alam yang produktif
baik sebagai sumber pangan, tambang mineral dan energi, media komunikasi
maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Ini berarti kawasan pesisir merupakan
tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di masa datang.
Demikian halnya ada sekitar 50–70% manusia yang hidup dan bekerja diwilayah
pesisir walaupun luasnya hanya 8% dari muka bumi menurut (Rais, 2002).
Produksi perikanan wilayah pesisir mencapai 26% dari produksi perikanan global,
sehingga sangat potensial sebagai penghasil sumber protein. Oleh karena itu
wilayah pesisir berperan sangat penting bagi kehidupan manusia.
Jumlah penduduk semakin meningkat sehingga permintaan pemenuhan
kebutuhan hajat hidup juga meningkat, maka pemanfaatan sumber daya di wilayah
pesisir juga meningkat. Jika penggunaaan sumberdaya pesisir tidak dilakukan
secara terpadu dan terkendali, maka hal tersebut dapat menyebabkan daya dukung
wilayah pesisir akan berkurang. Agar daya dukung wilayah pesisir tidak
mengalami penurunan yang besar, maka perlu diperhatikan pula faktorfaktor yang
berdampak terhadap lingkungan pesisir. Beberapa hal yang dapat mempengaruh
lingkungan pesisir dapat dikemukakan seperti: pertambahan jumlah penduduk
dunia, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air
bersih, overeksploitasi sumberdaya alam,
B. Tujuan Tujuan
Makalah ini adalah menguraikan berbagai faktor yang menimbulkan kerusakan
sehingga merugikan bagi penduduk di kawasan pantai.

BAB II
FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA MASALAH

A. Pertambahan Jumlah Penduduk

Populasi manusia meningkat secara eksponensial yang disebabkan oleh


kemajuan dibidang kesehatan, pertanian dan teknologi. Kemajuan dibidang
kesehatan menyebabkan tingkat kematian bayi menurun, tingkat kesehatan dan usia
harapan hidup penduduk meningkat. Pada tahun 1998 jumlah penduduk dunia
mencapai 6 miliar orang yang harus berbagi kebutuhan sumberdaya pada ekosistem
biosfer yang semakin terbatas. Jika tingkat fertilitas dan mortalitas tidak berubah
serta bayi yang lahir hari ini tetap hidup, maka populasi dunia akan mencapai 40
miliar manusia di tahun 2100 (Rustiadi, 2003).

Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 % per tahun,


maka pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang (Sadelie,
2002). Hal ini akan mengakselarasi meningkatnya permintaan (demand) terhadap
kebutuhan sumberdaya dan jasa lingkungan. Sementara itu ketersediaan alam darat
semakin berkurang dan tidak lagi mencukupi, sehingga opsi berikutnya diarahkan
untuk memanfaatkan sumberdaya dan jasa pesisir untuk mempertahankan dan
sekaligus melanjutkan pertumbuhan yang ada. Dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi
berbagai peruntukan, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya
pesisir dan laut akan semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya
akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya
pesisir, laut dan pulaupulau kecil yang berada disekitarnya.

B. Kegiatan-Kegiatan Manusia

Dengan semakin pesatnya pertumbuhan baik pertumbuhan jumlah penduduk


dunia maka kegiatan-kegiatan pembangunan di wilayah pesisirpun akan semakin
meningkat pula. Beberapa kegiatan tersebut antara lain, reklamasi pantai, kegiatan
industri disekitar wilayah pesisir, dan lain-lain. Reklamasi pantai adalah suatu
kegiatan atau proses memperbaiki daerah atau areal yang tidak terpakai atau berguna
menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia antara lain untuk
lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri (Ensiklopedi Nasional
Indonesia, 1990). Kegiatan reklamasi pantai bagaimanapun telitinya, tetap akan
mengubah kondisi dan ekosistem lingkungan pesisir, dan ekosistem buatan yang
baru tentunya tidak sebaik yang alamiah. Oleh karena itu upaya reklamasi pantai
perlu direncanakan sedemikian rupa dan secara seksama agar keberadaanya tidak
mengubah secara radikal ekosistem pesisir yang asli. Oleh karena itu diperlukan
perencanaan tata ruang yang rinci, penelitian lingkungan untuk analisis dampak
lingkungan regional, penelitian hidro oceanografi, perencanaan teknis reklamasi dan
infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi serta perencanaan sosial-ekonomi
dan pengembangan lainnya (Hasmonel, 2002).
Pengaruh dari adanya industri-industri dekitar wilayah pesisir juga akan
mengakibatkan berubahnya daya dukung lingkungan pesisir, antara lain pnururunan
kadar gas oksigen terlarut, kadar fosfat dan nitrat yang tinggi. Kadar oksegen terlarut
yang berkurang akan menyebabkan makhluk hidup yang berada di ekosistem
wilayah pesisir akan mendapat tekanan secara ekologis, sehingga akan mengancam
kelangsungan hidup komponen ekosistem tersebut.

Perairan wilayah pesisir merupakan salah satu tempat yang kaya akan zat hara.
Hal ini sangat penting bila ditinjau dari sumber daya hayati. Namun untuk
kelestariannya perlu diperhatikan limbah yang berasal dari industri-industri maupun
aktifitas manusia lainnya yang dibuang ke perairan tersebut, akan merusak
kelestarian flora dan fauna wilayah pesisir dikemudian hari sehingga dapat merusak
keseimbangan ekosistem wilayah pesisir (Simanjuntak, 1996)

C. Pencemaran

Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi


7 jenis, yaitu: a) industri, b) limbah cair pemukiman (sewage), c) limbah cair
perkotaan urban stormwater), d) pertambangan, e) pelayaran (shipping), f) pertanian
dan, g) perikanan budidaya (Dahuri, 2001). Pencemaran dapat berasal dari kegiatan
rumah tangga dan industri. Pencemaran rumah tangga terjadi terutama di lingkungan
pesisir yang berada dekat dengan pemukiman. Kegiatan rumah tangga terutama di
perkotaan akan menyisakan sampah yang sangat menumpuk. Jenis sampah rumah
tangga dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Pertumbuhan jumlah penduduk yang mendiami wilayah pesisir dan
meningkatnya kegiatan pariwisata juga akan meningkatkan jumlah sampah dan
kandungan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai kerugian bagi lingkungan
pesisir. Penggunaan pupuk untuk menyuburkan areal persawahan di sepanjang
Daerah Aliran Sungani yang berada di atasnya, serta kegiatan-kegiatan industri di
darat yang membuang limbahnya ke dalam badan sungai yang kemudian terbawa
aliran sungai melewati wilayah pesisir sampai ke laut. Hal ini akan memperabesar
tekanan ekologis wilayah pesisir.

Sumber pencemaran yang berasal dari limbah industri dan kapal-kapal di


sepanjang wilayah pesisir umumnya mengandung logam berat. Kandungan logam
berat diperairan diperkirakan akan terus meningkat. Kuantitas pencemaran akan
terus meningkat seiring terjadinya erosi dan pencucian tanah, masuknya sampah
industri dan pembakaran bahan bakar fosil ke perairan dan atmosfer, serta pelepasan
sedimentasi logam dari lumpur aktif secara langsung. Kegiatan pembangunan
didaratan dan pesisir yang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan diharapkan
dapat menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
D. Sedimentasi

Sedimentasi di wilayah pesisir umumnya terjadi pada muara-muara sungai.


Sebagai contoh sedimentasi yang terjadi di wilayah Segara Anakan, sediment
berasal dari sungai Citanduy, Sungai Cibeureum dan Sungai Cikonde serta sebagian
kecil berasal dari sedimentasi pantai, jumlahnya mencapai 1 juta m3 per tahun.
Apabila keadaan seperti ini tidak berubah maka makin lama Segara Anakan akan
semakin sempit dan pada akhirnya hanya tinggal aluralurnya saja (Sidartha, 2001).
Pola-pola sedimentasi tergantung pada pola pergerakan air, apabila gerakan air
horizontal tinggi, sediment akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila gerakan air
perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sediment tetap larut maka
akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sediment. Selain itu energi gerakan air
juga berpengaruh terhadap ukuran bahan-bahan sedimentasi yang akan diendapkan.

E. Ketersediaan Air Bersih

Air bersih yang tersedia dalam jumlah cukup di kawasan pesisir sangat
penting bagi penduduk yang tinggal di kawasan pesisir dan laut. Ketersediaan air
bersih dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya musim, morfologi pantai dan
faktor lainnya. Pada musim kemarau pasokan air tawar dari hulu sangat berkurang,
sehingga seringkali terjadi intrusi air laut yang dapat menyebabkan meningkatnya
salinitas air sumur dangkal di kawasan pesisir. Morfologi pantai yang terdiri dari
batu gamping yang mempunyai retakan-retakan dapat meresap air hujan ke
dalamnya. Makin besar retakannya berarti makin besar pula daya simpan airnya. Air
tersebut akan dikeluarkan melalui retakan yang besar dan gua-gua (sungai bawah
tanah) dan air yang keluar merupakan sumber air untuk sungai-sungai yang mengalir
ke kawasan pesisir yang sangat brperan dalam perkembangan wilayah pesisir
terutama untuk perkembangan pertanian di wilayah pesisir dan sumber air minum
bagi penduduk yang tinggal di wilayah pesisir.

Seandainya batu gamping ini tidak ada maka sumber-sumber airpun akan
menghilang, karena batuan dibawahnya merupakan breksi vulkanis yang lebih kedap
air dan sedikit sekali dapat menyimpan air. Sehingga kondisi seperti ini akan
memicu terjadinya krisis kekurangan sumber daya air bersih bagi sebagian besar
penduduk yang tinggal dan memanfaatkan wilayah pesisir.

F. Pemanfaatan Sumber Daya Laut Yang Berlebihan

Penduduk kawasan pesisir yang memiliki kemampuan terbatas menyebabkan


alternative mata pencaharian yang dapat dilakukan oleh penduduk juga terbatas,
sehingga hal tersebut menyebabkan penduduk melakukan eksploitasi sumber daya
alam secara intensif yang seringkali mengarah kepada over ekploitasi. Ketika
pemanfaatan lebih besar dari pada ketersediaan, maka akan terjadi pemanfaatan
yang berlebihan. Salah satu sumber daya laut yang telah diekploitasi secara
berlebihan adalah sumber daya perikanan. Meskipun secara keseluruhan sumber
daya perikan laut baru dimanfaatkan sekitar 38% daru total potensinya, namun di
wilayah perairan yang padat penduduk dan pada industri menunjukkan beberapa
stok sumber daya perikanan telah mengalami kondisi tangkap lebih (overfishing)
dan jumlahnya semakin menurun.

Selain hal-hal di atas, dengan semakin besar dan banyaknya aktivitas


perekonomian yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan, seringkali menimbulkan
pengaruh dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan di wilayah pesisir (Dahuri
2001), misalnya:

 Perkapalan dan transportasi: tumpahan minyak, air ballast limbah padat dan
kecelakaan.
 Pengilangan minyak dan gas : tumpahan minyak, pembongkaran bahan
pencemar, konversi kawasan pesisir.
 Perikanan: overfishing, destruksi habitat, pencemaran pesisir, pemasaran dan
distribusi, modal dan tenaga/ keahlian
 Budidaya perairan : ekstensifikasi dan konversi mangrove.
 Kehutanan: penebangan dan konversi hutan.
 Pertambangan: penambangan pasir dan terumbu karang
 Industri: reklamasi dan pengerukan tanah.
 Pariwisata: pembangaunan infrastruktur dan pencemaran.
BAB III

KESIMPULAN

1. Lingkungan Pesisir adalah kawasan yang sangat kaya akan sumber daya alam dan
sangat potensial sebagai modal dasar pembangaunan nasional.
2. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan pesisir sangat perlu diperhatikan
factor-factor yang mempengaruhi dan dapat merusak lingkungan pesisir.
3. Faktor-faktor tersebut diantaranya: pertambahan jumlah penduduk, kegiatan manusia,
pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersih, pemanfaatan sumber daya laut yang
berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta
Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB 2002.

Dahuri, R.,Rais, J.,Ginting, S.P. dan Sitepu, M.J, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu..Jakarta. pradnya Paramita.

Dahuri, R., A.Wahyono, I.G.P. Antariksa, M. Imron, dan Sudiyono. 2002. Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan. Penerbit Media Presindo, Yogyakarta.

Ensiklopedi Indonesia. 1990. Jilid Empat Belas. Jakarta. Cipta Adi Pustaka.

Hasmonel, Purwaningdyah, M.W dan Nurhayati, R. 2002. Reklamasi Pantai Dalam


Hubungannya dengan Pendaftaran Tanah. Studi Kasus di Pantai Utara
Jakarta.JSI. Vol 12

Rais, J. 2002. Coastal Zone. Materi Kuliah Perencanaan dan Pengelolaan Wilaya Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu. Senior policy Advisor on Governance Coastal
Resources Management Project.

Rustiadi, E. 2003. Potensi dan permasalahan Kawasan Pesisir Berbasis Sumberdaya


Perikanan dan Kelautan. Dalam Prosiding Pelatihan ICZPM. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau
Kecil. Direktorat Bina Pesisir, PKSPLHal 33-47.

Sadelie, A. 2003. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan.
Makalah Kelompok dan Materi Kuliah Falsafah Sains. IPB 2003.

Sidaratha, M. 2002.Isu dan permasaahan Pengelolaan Segara Anakan.Bappeda tinggkat II


Kabupaten Cilacap.2002.

Simanjuntak, M. 1996. Kondisi Fosfat dan Nitrat di Perairan Teluk Banten.Inventarisasi dan
Evaluasi Lingkungan Pesisir Oseanografi, Geologi, Biologi dan Ekologi. Pusat
Kajian dan Pengembangan Oseanologi. LIPI. 1996

Anda mungkin juga menyukai