Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

WAWASAN KEMARITIMAN

DI SUSUN OLEH:

NENI ROMAYANTI

B1A120046

KELAS A

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
Peranan Sumber Daya Laut dan Pesisir Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat dan
Tantangannya

A. Peranan Sumber Daya Laut

1) Panambangan minyak, gas, dan mineral

Pemanfaatan sumberdaya laut berupa pertambangan migas adalah kegiatan yang menggunakan
teknologi maju. Potensi sumberdaya migas dan mineral di laut memiliki peluang dan tantangan.
Jurnal Maritim (2015) dalam Puryono (2016), menyebutkan bahwa Komite Eksplorasi Migas
Nasional memperkirakan cadangan potensial migas di Indonesia masih sekitar 222 miliar barel.
Hal tersebut adalah peluang besar untuk pembangunan bangsa tetapi sekaligus menjadi
tantangan karena keterbatasan teknologi untuk melakukan pengeboran gas di laut dalam,
ditambah lagi perbedaan geografis dan kedalaman laut terutama di wilayah timur Indonesia.

2) Pengambilan batu karang

Masyarakat pesisir sejak dahulu sudah dekat dengan keberadaan karang di laut. Bagi masyarakat
pesisir, batu karang merupakan bahan bangunan yang ekonomis untuk membangun rumah,
jembatan dan sebagainya. Selain untuk bangunan, kapur batu karang di sebagian masyarakat
pesisir digunakan sebagai cat pemutih pada dinding rumah dan bangunan lainnya, seperti yang
terjadi di beberapa daerah di Maluku dan Papua. Di sebagian daerah batu karang diambil
kapurnya untuk dikonsumsi (sebagian masyarakat Papua senang mengkonsumsi sirih dan pinang
yang dibumbui kapur yang sebagian berasal dari karang laut). Pengambilan batu karang terus
berlangsung sampai saat ini di berbagai daerah pesisir, dan terus meningkat seiring
bertambahnya alasan pengambilannya. Belakangan ini sebagian nelayan mengambil batu karang
dengan tujuan mengambil ikan hias yang terdapat di dalam sela-sela karang tersebut. Bahkan
awal tahun 2017 terjadi penyelundupan karang di Lombok dalam jumlah ribuan kantong terumbu
karang dalam berbagai jenis dengan nilai jual tinggi (Mataramnews, 2017).

3) Penangkapan ikan

Penangkapan ikan merupakan aktivitas yang paling umum ditemui di pesisir dan laut. Nelayan
menggunakan berbagai alat untuk menangkap ikan. Berbagai jenis ikan ditangkap oleh nelayan
untuk tujuan konsumsi dan dijual. Alat-alat tangkap dioperasikan oleh nelayan dalam berbagai
jenis dan ukuran. Tombak adalah alat tangkap ikan yang paling tua dan sudah digunakan sejak
zaman berburu. Pancing merupakan teknologi yang sudah cukup maju, sedangkan jaring adalah
teknologi yang lebih maju lagi. Pada era modern, teknologi penangkapan ikan semakin
berkembang pesat, ditandai dengan munculnya berbagai modivikasi alat tangkap ikan, semisal
jaring dikembangkan menjadi pukat, pancing dikembangkan menjadi rawai dan longline. Seiring
dengan perkembangan alat tangkap, armada penangkapan juga semakin meningkat dalam
kapasitasnya. Abad 21 penangkapan ikan memasuki kondisi memprihatinkan, dimana terjadi
penangkapan berlebihan (overfishing) di mana-mana. Overfishing tersebut disebabkan oleh
upaya penangkapan ikan yang berlebihan baik dalam jumlah alat, jumlah armada penangkapan,
maupun jenis-jenis alat tangkap ikan yang dioperasikan.

4) Pengambilan mangrove

Mangrove yang banyak tumbuh di pesisir pantai merupakan sumber utama kayu bakar bagi
masyarakat nelayan, sebelum bahan bakar minyak mudah diakses. Bahkan di beberapa tempat
saat ini mangrove masih ditebangi untuk berbagai kebutuhan selain sebagai kayu bakar.
Sebagian pembudidaya rumput laut mengambil mangrove untuk dijadikan pancang budidaya
rumput laut. Mangrove juga sering diambil untuk pembuatan jembatan, tiang rumah dan
sebagainya. Selain batang pohon mangrove, buah mangrove juga banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai bahan pangan seperti jus mangrove, manisan mangrove, daun mangrove
jenis tertentu juga dimanfaatkan untuk obat-obatan.

5) Budidaya ikan

Budidaya ikan sangat potensial dilakukan di perairan laut karena laut merupakan tempat hidup
yang sangat baik untuk ikan. Ikan yang potensial dibudidayakan di laut sangat banyak jenisnya
tergantung kemampuan biaya dari pembudidaya untuk pengadaan sarana dan prasarana
budidaya. Komoditas yang banyak dibudidayakan saat ini di antaranya beberapa jenis kerapu,
kuwe, lobster, dan beberapa jenis ikan hias laut. Komoditas ikan tuna juga sudah mulai
dibudidayakan oleh masyarakat. Budidaya ikan di laut mengambil manfaat dari sumberdaya
dengan cara mengambil sumberdaya berupa ikan tersebut. Dari aktivitas budidaya ikan di laut
tersebut, masyarakat bisa memperoleh keuntungan ekonomis yang sangat besar dan mendukung
pertumbuhan ekonomi keluarga melalui penjualan ikan hasil budidaya.

6) Pengambilan teripang

Teripang merupakan salah satu komoditas perairan pantai yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat. Teripang diambil sebagai bahan pangan, untuk dikonsumsi masyarakat, atau dijual
di pasar lokal sampai pasar global. Teripang dikenal mengandung berbagai nutrisi tinggi
sehingga belakangan dimanfaatkan juga untuk bahan kosmetik dan obat-obatan. Di berbagai
daerah populasi teripang telah mengalami penurunan jumlah populasi. Penurunan populasi
teripang di antaranya disebabkan oleh penangkapan berlebihan dan karena kerusakan habitatnya,
baik oleh pengeboman atau penggunaan bahan penangkapan yang merusak maupun karena
kerusakan ekosistem oleh adanya reklamasi pantai.

7) Budidaya rumput laut

Rumput laut terdapat dalam beberapa jenis yang umumnya dibudidayakan oleh masyarakat
pesisir seperti Gracillaria dan Euchema Cottonii. Komoditas rumput laut memiliki nilai jual yang
cukup tinggi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sumberdaya rumput laut
berada di perairan sejak dari bibit sampai panen. Pertumbuhan rumput laut banyak dipengaruhi
oleh nutrisi yang terbawa oleh arus air laut. Rumput laut yang dibudidayakan masyarakat
merupakan sumber pangan yang memiliki manfaat beragam, utamanya untuk dikonsumsi dalam
bentuk makanan jadi. Rumput laut juga diolah menjadi bahan kosmetik dan obat-obatan.

8) Pengambilan pasir laut

Pasir laut banyak dimanfaatkan masyarakat untuk digunakan dalam pembangunan rumah,
jembatan dan berbagai bangunan lainnya. Sampai pada titik tertentu, pengambilan pasir sudah
sampai pada ambang kritis. Terbukti dengan terkikisnya pesisir pantai di beberapa daerah karena
pengambilan pasir yang terus dilakukan. Di beberapa wilayah, pasir laut bahkan diambil secara
beramai-ramai oleh berbagai pihak sehingga perubahan ketinggian pasir sudah mengalami
penurunan mencapai 3 meter. Sebagian masyarakat mengambil pasir untuk memenuhi kebutuhan
sendiri, dan sebagian lagi mengambil untuk dijual kepada pihak yang membutuhkan pasir laut.

9) Pariwisata

Pemanfaatan sumberdaya laut dalam bentuk kegiatan pariwisata mengambil manfaat dan fungsi
dari nilai-nilai keindahan yang terdapat pada lingkungan laut. Keindahan alam laut dapat
diperoleh melalui kegiatan wisata pantai, panorama pantai, selancar, game fishing, dan selam.
Pariwisata laut atau bahari juga meliputi kegiatan berjemur dan berenang di tepi pantai, serta
fotografi bawah laut atau taman laut. Kegiatan wisata tidak hanya dinikmati oleh wisatawan dari
mancanegara tetapi juga oleh masyarakat sekitar objek wisata bahari. Kegiatan wisata
memberikan pengalaman menyenangkan bagi pengunjung sehingga berpengaruh terhadap
kesegaran pikiran para pengunjung setelah sekian waktu penat dengan rutinitas pekerjaan
masing-masing

10) Pendidikan non ekstraktif

Manfaat berupa ilmu pengetahuan juga bisa diperoleh dari laut melalui kegiatan pendidikan
tanpa mengambil sumberdaya yang ada. Kapal Kalabia yang beroperasi di Raja Ampat
merupakan salah satu contoh aktivitas pendidikan non-ektraktif di atas laut. Kapal tersebut
berlayar berkeliling perairan Raja Ampat sambil melangsungkan aktivitas belajar bagi anak usia
sekolah di atas Kalabia. Selain itu, proses pendidikan banyak berlangsung di perairan dalam
rangka mengetahui berbagai aspek tentang laut dan berbagai interaksi antar spesies dan antar
ekosistem dalam laut. Edukasi bahari juga mulai dikembangkan di berbagai daerah di tanah air,
dimana berlangsung aktivitas belajar sambil rekreasi di pesisir sambil mengunjungi spot-spot
wisata bahari yang memberikan layanan pengetahuan kebaharian.

11) Tempat acara sosial

Laut juga bisa menjadi tempat untuk acara sosial seperti di berbagai tempat di nusantara.
Kegiatan sosial tersebut lebih dominan aktivitas budaya masyarakat lokal seperti di Jawa, Bali
dan sebagian Sulawesi. Aktivitas budaya tersebut misalnya melepas sesajen ke laut atau
perayaan acara adat tertentu. Selain itu acara sosial lainnya yang memanfaatkan laut di antaranya
perlombaan dayung atau lomba perahu dan sebagainya.

12) Olah raga air

Hal menarik lainnya yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat terhadap laut adalah olahraga
air. Berbagai jenis olahraga air yang sekaligus menjadi bagian dari kegiatan wisata bahari seperti
water scooter, seabob, sausage boat, banana boat, water tricycle, wind surfing, surfboarding,
paddle board, parasiling, kayaking. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan olahraga air laut
tersebut di antaranya kesehatan psikologis karena telah melewati permainan yang
menyenangkan. Manfaat lain yang dipercaya secara medis akan diperoleh dengan berolahraga di
air laut adalah kesehatan fisik karena kandungan air laut berbeda dengan air tawar, sehingga
memberikan efek berbeda setelah mandi atau berolehraga di air laut.

13) Perhubungan laut

Pemanfaatan laut untuk perhubungan merupakan pemanfaatan yang paling dominan terjadi di
laut karena daratan satu pulau dengan pulau lain dihubungkan oleh laut. Pemanfaatan media air
laut ini tidak mengambil sumberdaya air laut itu sendiri. Perhubungan laut dilakukan oleh
mesyarakat dengan menggunakan sampan, perahu maupun kapal dalam ukuran yang bervariasi.
Laut dimanfaatkan fungsinya sebagai alur pelayaran agar masyarakat bisa terhubung dengan
daerah lainnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

14) Penelitian non-ekstraktif.

Laut menyimpan berbagai pengetahuan baik yang sudah tergali maupun yang masih terpendam.
Karena itu penelitian tentang hal yang berhubungan dengan laut terus dilakukan oleh berbagai
lembaga penelitian baik dari perguruan tinggi, maupun lembaga penelitian lainnya. Di antara
penelitian tersebut ada yang jenis penelitian yang hanya menggunakan laut sebagai objek
penelitian tanpa mengambil sumberdaya apapun dari laut, penelitian ini termasuk jenis kegiatan
yang non-ekstraktif.

B. Tantangan

Sebagai negara maritim, Indonesia menghadapi beberapa tantangan sebagai berikut:

1. Tantangan Geografi

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, wilayah Indonesia terdiri atas
13.487 dan 81.000 km garis pantai. Jumlah dan lokasi provinsi kepulauan Indonesia relatif
banyak sehingga diperlukan konektivitas antar pulau. Tabel berikut ini menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki wilayah perairan terluas dibandingkan
dengan negara-negara lain di dunia.
Selain itu, terdapat delapan provinsi yang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut,
yaitu: Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Maluku Utara, dan Maluku. Di provinsi-provinsi tersebut, pembangunan sektor maritim menjadi
sangat penting.

2. Tantangan Demografi

Jumlah penduduk dan piramida usia penduduk juga menjadi tantangan bagi Indonesia.
Ketersebaran lokasi penduduk yang tinggal di 6.000-an pulau di Indonesia menjadi pekerjaan
rumah tersendiri untuk meningkatkan pendidikan sumber daya manusia (SDM)-nya. Perlu
perhatian khusus agar semua masyarakat dapat mendapatkan pendidikan yang berkualitas, paling
tidak setara, sehingga di bagian Indonesia manapun memiliki SDM yang berkualitas.
Harapannya adalah agar dapat membangun daerahnya masing-masing khususnya daerah
perbatasan dan terluar.

3. Tantangan Ekonomi Regional dan Anggaran Pemerintah

Tantangan ini dapat dilihat dari kontribusi PDB menurut wilayah berdasarkan pulau terbesar,
perdagangan antar pulau (IBB dan IBT), dan keterbatasan anggaran pemerintah untuk
membangun sektor maritim.

Selain berdasarkan distribusi PDRB tersebut, ketimpangan juga bisa dilihat dari pergerakan peti
kemas, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Pergerakan peti kemas di tiga pelabuhan di Jawa dan Sumatera sebesar 61%, sedangkan wilayah
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku hanya sebesar 49%. Dari data-
data ini terlihat bahwa Indonesia bagian barat berperan sebagai penopang ekonomi nasional,
sedangkan wilayah timur tertinggal.

4. Tantangan Infrastruktur Maritim

Tantangan infrastruktur maritim mencakup tiga aspek, yaitu: industri manufaktur maritim
(jumlah, sebaran lokasi, dan kapasitas industri galangan kapal nasional), industri pelayaran
nasional (jumlah, jenis, kapasitas, dan umur armada kapal nasional), dan pelabuhan laut nasional
(jumlah, kelas, dan sebaran lokasi pelabuhan laut).

Jumlah galangan kapal nasional sebanyak 250 galangan. Galangan kapal tersebut terpusat di
wilayah barat Indonesia (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan), yaitu sebesar 88% (220 galangan).
Jumlah galangan di wilayah timur (Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku) sebesar
12% (30 Galangan). Perbandingan tersebut terlalu jauh, sehingga perlu pemerataan industri
manufaktur dan infrastruktur maritim.

Selain itu, ketersebaran pelabuhan laut nasional juga menjadi permasalahan. Berdasarkan data
pelabuhan komersil PT Pelindo I-IV, pelabuhan komersil di wilayah Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan sebanyak 65% (46 pelabuhan), di wilayah Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua,
dan Maluku sebanyak 35% (25 pelabuhan).

Anda mungkin juga menyukai