Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Memahami Nafkah, Hadhanah (perlindungan anak)”

Disusun Oleh:

Kelompok 5:

Muhammad Irham
Nim : 20100121020

Fitri Astuti Amira


Nim : 2010012105

Prodi Pendidikan Agama Islam


Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Uin Alauddin Makassar
2022
Kata Pengantar

‫ال رح يم ال رحمن هل ال ب سم‬

Segala Puji Bagi Allah Swt. Karena Dia-Lah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
Yang Kasih-Nya Tidak Pernah Pilih Kasih Dan Sayang-Nya Tidak Pernah Pandang
Sayang. Salam Beriringan Shalawat Tetap Tercurahkan Kepada Nabi Muhammad Saw.
Dan Rasa Syukur Kepada Allah Swt. Kami Panjatkan Karena Berkat Rahmatnya, Sehingga
Kami Dapat Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Tepat Waktu. Makalah Yang Berjudul
“Memahami Nafkah, Hadhanah, Dan Perlindungan Anak”

Ini Adalah Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Fiqih Munakahat. Penulis
Mengucapkan Terima Kasih Sebesar-Besarnya Kepada Dr.Munir M.Ag Selaku Dosen
Mata Kuliah Fiqih Munakahat. Tugas Yang Telah Diberikan Ini Semoga Dapat Menambah
Pengetahuan Dan Wawasan. Penulis Menyadari Makalah Ini Masih Jauh Dari Kata
Sempurna. Oleh Karena Itu, Kritik Dan Saran Yang Membangun Akan Penulis Terima
Demi Kesempurnaan Makalah Ini.

Makassar, 20 Oktober 2021

Penyusun

i
Daftar iSi

Sampul
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Nafkah ............................................................ 2
B. Jenis-Jenis Nafkah............................................................................................ 4
C. Pengertian Dan Dasar Hukum Hadhanah ....................................................... 6
D. Yang Berhak Melakukan Hadhanah ................................................................... 8
Bab III Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan .......................................................................................................
.........................................................................................................................10
Daftar Pustaka

ii
Bab I

Pendahulan

A. Latar Belakang
Hubungan Perkawinan Menimbulkan Kewajiban Nafkah Atas Suami Untuk
Istri Dan Anak-Anaknya. Dalam Kaitan Ini Qs. Al Baqarah : 233 Mengajarkan Bahwa
Ayah (Suami Yang Telah Menjadi Ayah) Berkewajiban Memberi Nafkah Kepada Ibu
Anak-Anak (Istri Yang Telah Menjadi Ibu) Dengan Makruf. Seseorang Tidak Dibebani
Kewajiban, Kecuali Menurut Kadar Kemampuannya. Seorang Ibu Jangan Sampai
Menderita Kesengsaraan Karena Anaknya. Demikian Pula Seorang Ayah Jangan Sampai
Menderita Kesengsaraan Karena Anaknya Dan Ahli Wari Pun Juga Demikian.

Ayat Al-Qur‟an Telah Memberikan Ketentuan Bahwa Nafkah Keluarga Yang Memerlukan
Bantuan Menjadi Beban Keluarga-Keluarga Yang Mampu. Kewajiban Memberi Nafkah
Tersebut Bagi Seseorang Disebabkan Oleh Adanya Hubungan Saling Mewarisi Dengan
Orang Yang Diberi Nafkah.
.
B. Rumusan Masalah
1. Jelasakan Pengertian Dan Dasar Hukum Nafkah?
2. Jelaskan Jenis-Jenis Nafkah?
3. Jelaskan Pengertian Dan Dasar Hukum Hadhanah?
4. Jelaskan Siapa Yang Berhak Melakukan Hadhanah?
C. Tujuan
1. Dapat Memahami Pengertian Dan Dasar Hukum Nafkah
2. Memahami Jenis-Jenis Nafkah
3. Memahami Pengertian Dan Dasar Hukum Hadhnah
4. Dapat Memahami Siapa Saja Yang Berhak Melakukan Hadhanah

1
Bab II

Pembahasan

A Pengertian dan dasar hukum nafkah

 Secara bahasa nafkah berasal dari bahasa arab yakni dari suku kata ( – – )
anfaqa-yunfiqu-infaqan yang mengandung arti berkurang juga berarti hilang atau
pergi. Pengertian nafkah ialah tanggung jawab utama seorang suami dan hak utama
istrinya. Nafkah juga merupakan suatu hak yang wajib dipenuhi oleh seorang suami
terhadap istrinya, nafkah ini bermacam-macam, bisa berupa makanan, tempat
tinggal, pelajaran (perhatian), pengobatan, dan juga pakaian meskipun wanita itu
kaya.
Nafaqah dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan nafkah. Nafkah adalah
sejumlah uang atau barang yang diberikan oleh seseorang untuk keperluan hidup
orang lain. Seseorang dikatakan memberikan nafkah membuat harta yang
dimilikinya menjadi sedikit karena telah dilenyapkan atau diberikan untuk
kepentingan orang lain. Bila kata ini dihubungkan dengan perkawinan, nafkah
mengandung arti sesuatu yang dikeluarkan dari hartanya untuk kepentingan istrinya
ataupun keluarganya sehingga menyebabkan hartanya menjadi berkurang. Dengan
demikian, nafkah istri berarti pemberian yang harus dilakukan oleh suami terhadap
istrinya dalam masa perkawinannya.
Pengertian nafkah secara terminologi tidak terlepas dari berbagai pendapat
Fugaha‟ diantaranya:
1. Abdul Majid Mahmud Mathlub mendefenisikan nafkah yaitu: sesuatu yang
dibutuhkan oleh isteri, seperti; makanan, pakaian, perabotan, pelayanan, dan segala
sesuatu yang ia butuhkan menurut adat.
2. Syaikh Hasan Ayyub, mendefenisikan nafkah yaitu: semua kebutuhan dan
keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan, pakaian,
rumah dan lain-lain

2
3. Ahmad Al-Hajji Al-Kurdi mendefenisikan nafkah yaitu: makanan, pakaian
dan tempat tinggal serta sesuatu yang disamakan dengan hal-hal itu.

 Dasar Hukum Nafkah


Mengenai dasar hukum kewajiban suami terhadap nafkah isteri berdasarkan
Al-Qur‟an, hadist, ijma‟ ulama, uu no 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan
kompilasi hukum Islam (KHI). Dasar hukum dari Al-Qur‟an diantaranya:
1. Surat Al-Baqarah ayat 233, yaitu:

ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َّ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ‫َ ْ َ َ ُ ُ ْ ْ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ْ َ ْ ن َ َ ْ ن‬
‫ود له‬ ِ ‫ي ۖ ِلمن أراد أن ي ِتم الرضاعة ۚ وعَل المول‬
ِ ‫ي ك ِامل‬
ِ ‫والو ِالدات ير ِضعن أوَلدهن حول‬
ْ َ ْ َّ ُ ُ َ ْ َ َّ ُ ُ ْ
ۚ ‫وف‬ِ ‫ ِرزقهن و ِكسوتهن ِبالمع ُر‬v

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.dan kewajiban
ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf”

2. Surat An-Nisaa ayat 34, yaitu:


َ ُ َ َْ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ‫َ َ َّ َ ه‬ َ ِّ َ َ َ ُ َّ َ ُ َ ِّ
ۚ ‫ض َو ِب َما أنفقوا ِم ْن أ ْم َو ِال ِه ْم‬
ٍ ‫الرجال قوامون عَل النس ِاء ِبما فضل اَّلل بعضهم ع َٰل بع‬

Artinya: “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari
harta

3
3. Hadist dari Aisyah yaitu:

Artinya: “Dari „Aisyah RA, dia berkata: “Hindun Binti „Utbah, isteri Abu
Sufyan menemui Rasulullah SAW seraya berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Abu Sufyan seorang laki-laki yang pelit (kikir), tidak memberikan nafkah kepadaku
dengan nafkah yang mencukupi untukku dan anakku kecuali dari apa yang aku
ambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah aku berdosa karena hal itu.?‟
Rasulullah SAW menjawab, „Ambillah dari hartanya dengan cara „ma‟ruf‟ apa
yang cukup buatmu dan anakmu.” (H.R Muttafaq alaih)

Hadis ini menunjukkan wajibnya suami memberi nafkah kepada isteri dan wajibnya
anak memberi nafkah kepada ayahnya, dan juga menunjukkan bolehnya seseorang
yang wajib dinafkahi secara syar‟I untuk mengambil dari harta penanggung jawab
nafkahnya sekadar yang mencukupinya bila orang tersebut tidak mencukupi
nafkahnya atau mempersulit dalam memberi.

B. Jenis-Jenis Nafkah

Nafkah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan ada 3 nafkah yang harus
diberikan suami kepada istri :

 Nafkah keluarga
Sebagai seorang kepala rumah tangga, suami wajib memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari istri dan anak-anak, mulai dari tempat tinggal, makanan,
pakaian,obat-obatan serta pendidikan untuk anak-anak.
Hal tersebut senada dengan perintah allah swt dalam penggalan qs. Al-
baqarah ayat 233.
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma‟ruf. Seseorang tidak di bebani melainkan melainkan menurut kadar
kesanggupanya.”
 Nafkah barang pribadi istri.

4
Selain itu, suami tiidak boleh melupakan nafkah barang pribadi istri. Perlu
diketahui bahwa uang bulanan yang bisa diberikan kepada istri berbeda
dengan nafkah pribadi.yang mana uang bulanan masuk kepada nafkah
keluargga yang biasanya digunakan untuk kehidupan sehari-hari.

Sedangkan nafkah barang pribadi yaitu untuk kepentingan pribadi sang istri,
meskipun istri juga memiliki penghasilan sendiri.

Berdasarkan pendapat para ulama bahwa penghasilan istri adalah hak istri.
Suami tidak berhak atasnya kecuali keridaan sang istri. Jadi nafkah pribadi
yang diberikan suami tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan istri, atau
mungkin dapat ditabung untuk kebtuhan mendadak di lain waktu.

 Nafkah batin
Selanjutnya nafkah batin, yang mana nafkah tidak melulu soal materi.
Melainkan ketenanangan jiwa dalam jiwa dalam rumah tangga juga harus
dilaksanakan. Ketenangan tersebut bukan sekedar hubungan intim suami
istri saja.
Melainkan cara bersikap suami terhadap istri seperti tidak kasar, menjaga
komunikasi dengan baik, tidak egois, serta menjaga komitmen pernikahan.

Beberapa nafkah diatas hendaklah senantiasa diingat dan di laksanakan oleh


para suami karna telah menjadi kewajiban dalam rumah tangga.
Sebagaimana rasulullah saw bersabda :

“Cukuplah seorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang


menjadi tanggungannya.”(HR.Abu Dawud-Ibnu Hibban)

5
C. Pengertian Dan Dasar Hukum Hadhanah

 Hadhanah Berasal Dari Dari Kata “Hidnan” Yang Berarti Lambung. Burung Itu
Mengimpit Telur Dibawah Sayapnya, Begitu Juga Dengan Perempuan (Ibu) Yang
Mengimpit Anaknya. Pemeliharaan Anak Dalam Bahasa Arab Disebut Dengan
Istilah “Hadhanah”. Hadhanah Menurut Bahasa Berarti “Melakukan Sesuatu Dekat
Dengan Tulang Rusuk Atau Di Pangkuan”, Karena Ibu Waktu Menyusuhkan
Anaknya Meletakkan Anak Itu Di Pangkuannya, Seakan-Akan Ibu Disaat Itu
Melindungi Dan Memelihara Anaknya, Sehinggah “Hadhanah” Dijadikan Istilah
Yang Maksudnya: “Pendidikan Dan Pemeliharaan Anak Sejak Dari Lahir Sampai
Sanggup Berdiri Sendiri Mengurus Dirinya Yang Dilakukan Oleh Kerabat Anak
Itu”.

 Menururut Mazhab
1. Mazhab Hanafi Mendefinisikan Hadhanah Sebagai Pendidik Anak-Anak
Yang Tidak Dapat Menguruskan Diri Sendiri Sampai Umur Tertentu Oleh
Orang-Orang Yang Berhak Terhadapnya Yaitu Dikalangan Keluarganya.
2. Mazhab Al-Syafi‟i Mendefinisikan Hadhanah Merupakan Usaha Menjaga
Orang Yang Tidak Bisa Mengurus Dirinya Dari Pada Perkara Yang
Menyakitkanya Karena Ia Mumayyiz, Seperti Anak-Anak Dan Orang Besar
Yang Gila.
3. Hasbi Ash Shidieq, Hadhanah Adalah Mendidik Anak Dan Mengurusi
Sebagai Kepentingannya Dalam Batas Umur Tertentu Oleh Orang Yang
Berhak Mendidiknya Dari Mahram-Mahramnya.
4. Ahli Fiqih, Hadhanah Adalah Melakukan Pemeliharaan Anak-Anak Yang
Masih Kecil Baik Itu Laki-Laki Maupun Perempuan Atau Yang Sudah
Dewasa, Tetapi Belum Mumayyis Tanpah Perintah Dari Padanya.

6
 Dasar Hukum Melakukan Hadhanah Adalah Wajib. Dalam Islam Kewajiban
Tersebut Merpakan Kewajiban Bersama (Ayah Dan Ibu). Kewajiban Memelihara
(Hadhanah) Didasarkan Pada Al-Qur‟an Dan Al-Hadis. Qs Al-Baqarah Ayat 223
Dan Qs At-Tahrim Ayat 6
1. (Qs. At-Tahrim:6):

ُ ْ ُ َّ َ ُ ُ َ ً َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ ‫َ َ ُّ َ ه‬
‫اس َوال ِح َج َارة‬ ‫يا أيها ال ِذين آمنوا قوا أنفسك م وأه ِليك م نارا وقودها الن‬

Hai Orang-Orang Yang Beriman, Peliharalah Dirimu Dan Keluargamu Dari Api
Neraka Yang Bahan Bakarnya Adalah Manusia Dan Batu...

Pada Ayat Ini Orang Tua Di Perintahkan Allah Swt. Untuk Memelihara Kelarganya
Dari Api Neraka, Dengan Berusaha Agar Seluruh Anggota Keluargganya Itu
Melaksanakan Perintah-Perintah Dan Larangan-Larangan Allah, Termasuk Anggota
Keluargga Dalam Ayat Ini Adalah Anak.

Para Ulama Menetapkan Bahwa Pemeliharaan Anak Itu Hukumnya Adalah Wajib,
Sebagaimana Wajib Memeliharanya Selama Berada Dalam Ikatan Perkawinan.
Adapun Dasar Hukumnya Mengikuti Umum Perintah Allah Untuk Membiayai Anak
Dan Istri Dalam Firman Allah Swt Pada Surat Al-Baqarah (2) Ayat 233

2. Al-Baqarah (2) Ayat 233

Artinya : “Para Ibu Hendaklah Menyusukan Anak-Anaknya Selama Dua Tahun


Penuh, Yaitu Bagi Yang Ingin Menyempurnakan Penyusuan. Dan Kewajiban Ayah
Memberi Makan Dan Pakaian Kepada Para Ibu Dengan Cara Ma'ruf. Seseorang Tidak
Dibebani Melainkan Menurut Kadar Kesanggupannya. Janganlah Seorang Ibu Menderita
Kesengsaraan Karena Anaknya Dan Seorang Ayah Karena Anaknya, Dan Warispun
Berkewajiban Demikian. Apabila Keduanya Ingin Menyapih (Sebelum Dua Tahun)
Dengan Kerelaan Keduanya Dan Permusyawaratan, Maka Tidak Ada Dosa Atas Keduanya.
Dan Jika Kamu Ingin Anakmu Disusukan Oleh Orang Lain, Maka Tidak Ada Dosa Bagimu
Apabila Kamu Memberikan Pembayaran Menurut Yang Patut. Bertakwalah Kamu Kepada

7
Allah Dan Ketahuilah Bahwa Allah Maha Melihat Apa Yang Kamu Kerjakan.”(Qs. Al –
Baqarah: 233).

3. Al-Hadis,
Ya Rasulullah, Saya Memiliki Beberapa Orang Anak Perempuan Dan Saya
Mendoakan Agar Maut Menemui Mereka, Rasulullah Saw Bersabda :
Wahai Ibnu Sa‟adah (Panggilan Bagi Aus) Jangan Kamu Berdoa Seperti
Itu, Karena Anak-Anak Itumembawa Berkat, Mereka Akan Membawa
Berbagai Nikmat, Mereka Akan Membantu Apabila Terjadi Musibah, Dan
Mereka Merpakan Obat Diwaktu Sakit Dan Rezeki Mereka Datang Dari
Allah Swt. (Hr.Muslim Dan Abu Dawud).

D. Yang Berhak Melakukan Hadhanah (Pemeliharaan Anak)

Seseoranag Anak Pada Permulaan Hidupnya Sampai Pada Umur Tertentu


Memerlukan Orang Lain Untuk Membantunya Dalam Kehidupanya, Seperti Makan,
Pakaian, Membersihkan Diri, Bahkan Sampai Kepada Pengaturan Bangun Dan
Tidur. Karena Itu Orang Yang Menjaganya Perlu Mempunyai Rasa Kasih Sayang,
Kesabaran, Dan Mempnyai Keinginan Agar Anak Itu Baik (Saleh/Salehah) Di
Kemudian Hari. Di Samping Itu, Harus Mempunyai Waktu Yang Cukup Pula
Untuk Melakukan Tugas Itu. Dan Yang Memiliki Syarat-Syarat Tersebut Adalah
Wanita. Oleh Karena Itu Agama Menetapkan, Bahwa Wanita Adalah Orang Yang
Sesuai Dengan Syarat-Syarat Tersebut.

Menurut Beberapa Hukum Kita Dapat Menetapkan Bahwa Si Ibu Dari Anak
Adalah Orang Yang Paling Berhak Melakukan Hadhanah, Baik Masih Terikat

8
Dengan Perkawinan Atau Ia Dalam Masa „Idahnya, Tetapi Ia Belum Kawin Dengan
Lelaki Lain. Bahkan Hal Ini Dikuatkan Oleh Hadis Rasullulah Saw.: Yang Artinya :

Rasulullah Saw. Bersabda: Barungsiapa Yang Memi Sahkan Antara


Seorang Ibu Dengan Anaknya Niscaya Allah Akan Memisahkan Antara Orang Itu
Dengan Kekasihnya Di Hari Kiamat.

Karena Itu, Hendaklah Hakim, Wali, Bekas Suami Atau Orang Lain Berhati-
Hati Dalam Memberi Keputusan Atau Berusaha Memisahkan Seorang Ibu Dengan
Anaknya Mengingat Ancaman Rasulullah Dalam Hadis Di Atas.

Dasar Urutan Orang-Orang Yang Berhak Melakukan Hadhanah Diatas Ialah :

1. Kerabat Pihak Ibu Didahulukan Atas Kerabat Pihak Bapak Jika Tingkatanya
Dalam Kerabat Sama.
2. Nenek Perempuan Didahlukan Atas Saudara Perempuan, Karena Anak
Merupakan Bagian Dari Kakek, Karena Itu Nenek Lebih Berhak Di Banding
Dengan Saudara Perempuan.
3. Kerabat Sekandung Didahulukan Dari Kerabat Yang Bukan Sekandung Dan
Kerabat Seibu Di Dahulukan Atas Kerabat Seayah.
4. Dasar Urutan Ini Ialah Urutan Kerabat Yang Ada Hubungan Mahram, Dengan
Ketentuan Bahwa Pada Tingkat Yang Sama Pihak Ibu Di Dahulukan Atas Pihak
Ayah.
5. Apabila Kerabat Yang Ada Hubungan Mahram Yang Tidak Ada Maka Hak
Hadhanah Pindah Kepada Kerabat Yang Tidak Ada Hubungan Mahram.

9
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan
Salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah memenuhi nafkah istri dengan
kemampan yang ia miliki, tanpa melihat penghasilan pribadi sang istri.
Hal ini dikarenakan istri adalah tanggung jawab suami yang seharusnya
ditangguung hidupnya.seperti yang terdapat pada QS.Al-Baqarah ayat 233, suami
memberikan nafkah sesuai batas kemampuannya, dan sebagai istri hendaknya juga
menerima bagaimanapun keadaan suami tanpa memaksakan kehendak sendiri.
”. Hadhanah Menurut Bahasa Berarti “Melakukan Sesuatu Dekat Dengan Tulang
Rusuk Atau Di Pangkuan”, Karena Ibu Waktu Menyusuhkan Anaknya Meletakkan
Anak Itu Di Pangkuannya, Seakan-Akan Ibu Disaat Itu Melindungi Dan
Memelihara Anaknya, Sehinggah “Hadhanah” Dijadikan Istilah Yang Maksudnya:
“Pendidikan Dan Pemeliharaan Anak Sejak Dari Lahir Sampai Sanggup Berdiri
Sendiri Mengurus Dirinya Yang Dilakukan Oleh Kerabat Anak Itu”.

10
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abdul Rahman Ghazaly, M.A. 2019. Fikih Munakahat. Jakarta.

Abu Ibrohim Muhammad Ali AM, 2012, FIQIH NAFKAH (Memahami Kewajiban
Memberi Nafkah dalam Islam) (Online), http://maktabahabiyahya.wordpress.com/

11
12

Anda mungkin juga menyukai