Anda di halaman 1dari 14

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

DI MEKKAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah Pada Mata Kuliah

Sejarah Peradaban Islam Klasik Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Yahdi M.Ag

Oleh:

Kelompok 3

FITRI ASTUTI AMIRA

20100121005

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

‫الر ِحيْم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬ ‫بِ ْس ِم ه‬
‫َّللاِ ه‬
Alhamdulillahi Robbil alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dia-lah
yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Sholawat seiring salam semoga selalu tercurah
kepada baginda Nabi besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam., keluarga, sahabat, dan
seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada diatas ajarannya hingga hari akhir nanti.

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan judul “
Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah ”. Namun makalah ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kami selalu terbuka terhadap saran dan kritikan yang membangun dari semua
kalangan. Saran dan kritikan tersebut akan menjadikan penulis menjadi lebih baik.

Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas dan arahan kepada penulis, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Senantiasa memberikan rahmat dan
ridho-Nya. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin. Atas perhatian dan
waktunya kami ucapkan terima kasih.

Samata,21 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………….......………………………..……………...………2

DAFTAR ISI ……………………………………....……………………..……………………….3

BAB I PENDAHULUAN ………………………...…………..…………..………………………4

A. Latar Belakang …………………………………....…………………….....….…....….….4


B. Rumusan Masalah ……………………………….....……………………..……………....4
C. Tujuan ...............………………………………….....………………………..…...………4
BAB II PEMBAHASAN ...…….......… ...…….......… ...…….......… ...…….......… ...…….........5

A. Kondisi Islam Periode Mekah …...…….......……….......…….......…………….....………5


B. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi..………..........…….......................................……5-6
C. Dakwah Secara Terang-Terangan…..............................................................................7-11
BAB III PENUTUP ……………………………………….…………………………...…..……12

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..……12-3

DAFTAR PUSTAKA ……………………..……………………………………………….....…14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Islam lahir di Kota Mekah dibawa oleh Nabi Muhammad saw.Saat ituMekah dalam kondisi
gelap gulita,budaya jahiliah berkembang pesat,kesyirikan merajalela. Allah Swt. Mengutus Nabi
Muhammad saw.Untuk mengadakan perubahan baik dalam hal akidah maupun tatanan
kemasyarakatan.Bagaimana perjalanan Nabi Muhammad saw.Dalam menyiarkan agama Islam di
Mekah? Adakah tantangan yang dihadapinya?Serta bagaimana Strategi yang dipakai ?

B.Rumusan Masalah
1) Bagaimana kondisi Islam periode Mekkah ?
2) Bagaimana jalannya dakwah Rosulullah SAW secara sembunyi-sembunyi?
3) Bagaimana jalannya dakwah Rosulullah SAW secara terang-terangan?

C.Tujuan Makalah
1) Mengetahui bagaimana kondisi Islam periode Mekkah ?
2) Mengetahui bagaimana jalannya dakwah Rosulullah SAW secara Sembunyi-Sembunyi?
3) Mengetahui bagaimana jalannya dakwah Rosulullah SAW Secara Terang-Terangan?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.ISLAM PERIODE MEKKAH

Islam periode Mekkah merupakan fase awal dari rangkaian dinamika perkembangan
ajaran yang diterima Nabi Muhammad saw., yang diwarnai oleh sejumlah rintangan dan tantang-
an. Kultur masyarakat Arab yang kontradiktif dengan ajaran baru yang dibawanya, menyebabkan
misi suci ini sulit diterima oleh banyak kalangan. Dengan demikian, proses penyampaian ajaran
Islam awalnya harus dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi.

Sejarah mencatat bahwa selama tiga tahun Nabi Muhammad saw., hanya menyebarkan
agama terbatas pada kawan- kawan dekat dan kerabatnya. Barulah setelah memasuki 613 M. ia
mulai mengajarkan Islam pada masyarakat luas. Meskipun demikian, setelah pengikutnya mulai
bertambah sedikit demi sedikit, penguasa Mekkah justru menganggapnya sebagai orang yang
berbahaya. Hal ini terjadi karena ajaran Islam yang di- bawa oleh Nabi Muhammad sangat
kontradiktif dengan tradisi dan kondisi sosial budaya masyarakat Arab yang terkenal sebagai
penyembah-penyembah berhala.

Konsekuensi logis penolakan tersebut, terjadilah intimidasi dan aksi teror terhadap
Muhammad hingga suatu ketika pemimpin Arab menyerukan kepada Abu Thalib agar memilih
di antara dua pilihan, yakni kegiatan dakwah dihentikan atau Rasulullah diserahkan kepada
mereka. Namun usaha itu tidak berhasil, malah Abu Thalib kemudian menyuruh untuk me
lanjutkan dakwah hingga akhirnya diutuslah ahli retorika Utbah ibn Rabiah untuk membujuk
Nabi dengan tahta, wanita, dan harta. Modus ini pun rupanya gagal malah Nabi sempat berkata:
"Demi Allah biarkan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku,
aku tak akan berhenti berdakwah hingga agama ini memang atau aku binasa karenanya,"1

B.Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi

Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari
kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di Utara Makkah. Di
sana Muhammad mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal 17
Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah
yang pertama: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar
dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui (QS 96: 1-5). Dengan
turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai nabi. Dalam wahyu
pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
1
Dr.Ahmadin,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:Kencana,2020)hal.17-18

5
Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan
menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai
berikut: Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan
Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu bersabarlah (Al-Muddatstsir: 1-7).2

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah.Pada periode ini, tiga
tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai
melaksanakan dakwah Islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu
Khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat
beliau, lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang masuk Islam
dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun (orang-
orang yang lebih dahulu masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan,
Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin 'Auf, Thalhah bin 'Ubaidillah, Abu 'Ubaidah bin
Jarrah, dan Al Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah
(rumah Arqam).3

Nabi menjalankan dakwahnya secara diam-diam selama hampir tiga tahun. Setelah ayat,
Dan berilah peringatan kepada kerabat kerabat terdekatmu (Al-Syu'ara' [26]: 214) turun, Nabi
mulai mendakwahkan Islam di kalangan keluarga dan kerabat- nya. Lalu, setelah turun ayat,
Maka sampaikanlah secara terang terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan ber
palinglah dari orang-orang musyrik (Al-Hijr [15]: 94), dakwah agama baru mulai dilancarkan
Nabi secara terbuka dan terang- terangan di setiap tempat di Makkah. Ini juga menandai di-
mulainya tahap baru dakwah Islam, yaitu tahap penyiksaan, penghinaan, dan pencelaan oleh
kaum musyrik terhadap orang Islam dan juga Nabi.4

Setelah perselisihan yang panjang, Muhammad bertambah yakin atas misinya yang suci.
Dia mengarahkan usahanya pertama kali untuk meyakinkan penduduk negaranya atas kebe-
naran ajaran barunya. Ketauhidan, kebencian terhadap penyembahan berhala, kewajiban
manusia untuk tunduk kepada kemauan Sang Pencipta. Inilah kebenaraan dari ajaran yang beliau
tegaskan.5

2
Badri yatim, sejarah peradaban islam dirasah Islamiyah II (Depok: Raja Pers 2017, cet.28) h.19
3
Drs. Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban ISLAM,(Jakarta :AMZAH ,2016),hlm.66
4
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh,Buku Pintar SEJARAH ISLAM Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi
Hingga Masa Kini (Jakarta : Zaman 2014,cet 1)hal.27
5
Dr.Ahmadin,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:Kencana,2020)hal.19

6
C.Dakwah Secara Terang-Terangan

Setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, Nabi Muhammad SAW memulai berdakwah secara
terang-terangan.“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al-Hijr (94)6

Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib, la
mengatakan kepada mereka, "Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat
membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian.
Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak
kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?". Mereka
semua menolak kecuali Ali.

Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat


umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan,
baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Makkah,
kemudian penduduk negeri-negeri lain. Disamping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang
ke Makkah.

Dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa
mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih,hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah
pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama
terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja.

Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi


dakwah rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan
dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang
Quraisy menentang seruan Islam itu.

1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa
tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul
Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.
2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal
ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat.
4) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
5) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi
Muhammad. Pertama-tama mereka mengira bahwa, kekuatan nabi terletak pada perlindungan

6
Drs. Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban ISLAM,(Jakarta :AMZAH ,2016),hlm.66

7
dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat
bagaimana melepaskan hubungan nabi dengan Abu Thalib dan mengancam dengan mengatakan:
"Kami minta Anda memilih satu di antara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari
dakwahnya atau Anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, Anda akan terhindar
dari kesulitan yang tidak diinginkan." Tampaknya, Abu Thalib cukup terpengaruh dengan
ancaman tersebut, sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun,
Nabi menolak dengan mengatakan: "Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan
amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan
saya." Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata:
"Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu".

Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid ibn Mughirah
dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk
dipertukarkan dengan Nabi Muhammad. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib:
"Ambillah dia menjadi anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami
bunuh." Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.

Untuk kali berikutnya, mereka langsung kepada Nabi Muhammad. Mereka mengutus
Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika, untuk membujuk nabi. Mereka menawarkan tahta,
wanita, dan harta asal Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu
ditolak Muhammad dengan mengatakan: "Demi Allah, biar pun mereka meletakkan matahari di
tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama
ini menang atau aku binasa karenanya."

Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal,
tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin
ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui
bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam. Budak-budak
yang selama ini mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk Islam dan
mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak- budak itu disiksa tuannya
dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk
menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali.

Tahap ini dimulai pada permulaan tahun ke-empat, saat kemarahan dan kebencian suku
Quraisy mencapai puncaknya terhadap umat Islam secara umum dan khususnya orang-orang
lemah dari mereka. Setiap kepala suku menyiksa anggota suku- nya yang memeluk Islam dan
setiap tuan menyiksa budaknya yang memilih jalan Islam. Mereka menindas, menganiaya, dan
menyiksa umat Islam dengan cara yang mampu mengelupaskan kulit dan merontokkan hati.

o Nabi menerima ejekan dan cacian dari Abu Lahab, Abu Jahal, 'Uqbah ibn Abi Mu'id,
Umayyah ibn Khalaf, dan para dedengkot kafir lainnya.

8
o Abu Bakar menerima pukulan keras di wajah dan tidak dilepaskan sebelum kaum
musyrik menduganya mati.
o Paman Utsman ibn 'Affan dibungkus tikar dari daun kurma, lalu diasapi dari bawah.
o Mush'ab ibn 'Umayr, saat diketahui keislamannya, tidak diberi makan dan minum oleh
ibunya sendiri, lalu dikurung di dalam rumah. Ini terus berlangsung sampai Mush'ab
hijrah ke negeri Habsyah.
o Sa'd ibn Abi Waqqash disiksa ibu kandungnya yang musyrik. la tidak diberi makan dan
minum kecuali dirinya setuju kembali ke kemusyrikan dan kekufuran.
Demikianlah siksaan-siksaan yang ditimpakan para pembesar Quraisy kepada umat
Islam. Lalu, bagaimana dengan para mawla, budak, dan orang-orang lemah lainnya?

o Bilal ibn Rabah disiksa oleh tuannya, Umayyah ibn Khalaf al-Jumahi.
o 'Ammar ibn Yasir dan kedua orang tuanya disiksa. Ayah- nya mati akibat siksaan,
sementara ibunya, Sumayyah, mati syahid di tangan Abu Jahal. Mereka tak berhenti
menyiksa 'Ammar kecuali setelah 'Ammar-karena dipaksa-mau menuruti keinginan
mereka.
o Shuhayb ibn Sinan al-Rumi disiksa sampai kehilangan ke- sadaran dan tidak mengerti
apa yang ia ucapkan.
o Khabbab ibn al-Arat, bekas budak Ummu Anmar yang juga seorang pandai besi, disiksa
dengan api. Panggangan besi ditempelkan ke punggung dan kepalanya.
o Amir ibn Fahirah dan Abu Fakihah disiksa. Begitu pula Zunayrah al-Rumiyyah dan
Nahdiyyah al-Rumiyyah be- serta putrinya, dan budak-budak perempuan lainnya.
Sejarah tidak mencatat seorang pun dari mereka yang keluar dari agama barunya atau
menarik kembali keimanannya kepada Allah. Bahkan, siksaan amat berat yang mereka terima
justru makin menguatkan keimanan mereka terhadap agama baru, agama yang akan
menyelamatkan mereka dari penderitaan di dunia dan dari api neraka di akhirat.7

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum Muslimin itu,
mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Makkah. Pada
tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat
pengungsian, karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil. Rombongan pertama
sejumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita, di antaranya Usman bin Affan beserta
istrinya Rukayah puteri Rasulullah, Zubair ibn Awwan dan Abdurrahman ibn 'Auf. Kemudian,
menyusul rombongan kedua sejumlah hampir seratus orang, dipimpin oleh Ja'far ibn Abu Thalib.
Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk
Negus agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal. Di samping itu, semakin kejam
mereka memperlakukan umat Islam, semakin banyak orang yang masuk agama ini. Bahkan, di
tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar
ibn Khathab.Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi umat Islam semakin kuat.

7
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh,Buku Pintar SEJARAH ISLAM Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi
Hingga Masa Kini (Jakarta : Zaman 2014,cet 1)hal.27-29

9
Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka
menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada
perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum Muslimin yang
dipimpin oleh Muhammad mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara
keseluruhan. Cara yang ditempuh ialah pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk
hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Makkah pun diperkenankan melakukan
hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam bentuk piagam dan
ditandatangani bersama dan disimpan di dalam Ka'bah. Akibat boikot tersebut, Bani Hasyim
menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tak ada bandingannya. Untuk
meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya pindah ke suatu lembah di luar kota
Makkah. Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian ini berlangsung selama
tiga tahun. Ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam.

Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa
yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan, Bani
Hasyim seakan dapat bernapas kembali dan pulang ke rumah masing- masing. Namun, tidak
lama kemudian Abu Thalib, paman Nabi yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia
dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, Khadijah, istri Nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa
itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi
Muhammad Saw. Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan- segan lagi
melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi. Melihat reaksi penduduk Makkah demikian rupa,
nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota. Namun, di Thaif ia diejek, disoraki,
dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya.Untuk menghibur nabi
yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra' dan memikrajkan beliau pada tahun ke-10 kenabian
itu. Berita tentang Isra' dan Mikraj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia
dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan, bagi orang yang beriman, ia
merupakan ujian keimanan.

Setelah peristiwa Isra' dan Mikraj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah
Islam muncul. Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah.
Mereka yang terdiri dari suku 'Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang," Pertama,
pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj berkata kepada nabi: "Bangsa kami
telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan Aus Mereka benar-benar
merindukan perdamaian. Kiranya Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaraan
engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu, kami akan berdakwah agar mereka
mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini. Mereka giat mendakwahkan Islam di
Yatsrib. Kedua, pada tahun keduabelas kenabian delegasi Yatsrib, terdiri dari sepuluh orang suku
Khazraj dan dua orang suku Aus serta seorang wanita menemui nabi di suatu tempat bernama
Aqabah. Di hadapan nabi mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali
ke Yastrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus'ab bin Umair yang sengaja diutus
nabi atas permintaan mereka. Ikrar ini disebut dengan perjanjian 'Aqabah Pertama. Pada musim

10
haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari Yastrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk
Yatsrib, mereka meminta pada nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan
membela nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian
ini disebut perjanjian 'Aqabah kedua'.

Setelah kaum musyrikin Quraisy mengetahui adanya per- janjian antara nabi dan orang-
orang Yatsrib itu, mereka kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum Muslimin. Hal ini
membuat nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Dalam waktu dua
bulan, hampir semua kaum Muslimin, kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan kota Makkah.
Hanya Ali dan Abu Bakar yang tetap tinggal di Makkah bersama nabi. Keduanya membela dan
menemani nabi sampai ia pun berhijrah ke Yatsrib karena kafir Quraisy sudah merencanakan
akan membunuhnya.

Dalam perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah
desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah masjid.
Inilah masjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali
menggabungkan diri dengan nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Makkah. Sementara
itu, penduduk Yatsrib menunggu- nunggu kedatangannya. Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu
tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangan beliau dengan
penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota Yatsrib diubah
menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering pula disebut Madinatul Munawwarah (Kota
yang Bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah
sehari-hari, kota ini cukup disebut Madinah saja.8

Demikian periode Mekkah terjadi.Dalam periode ini Nabi Muhammad SAW mengalami
hambatan dan kesulitan dalam dakwah Islamiyah.Dalam periode ini nabi Muhammad SAW
belum berfikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam yang teratur,karena perhatian Nabi SAW
lebih terfokus pada penanaman teologi atau keimanan masyarakat.9

8
Badri yatim, sejarah peradaban islam dirasah Islamiyah II (Depok: Raja Pers 2017, cet.28) h.20-25
9
Drs. Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban ISLAM,(Jakarta :AMZAH ,2016),hlm.68

11
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Islam periode Mekkah merupakan fase awal dari rangkaian dinamika perkembangan
ajaran yang diterima Nabi Muhammad saw., yang diwarnai oleh sejumlah rintangan dan tantang-
an. Kultur masyarakat Arab yang kontradiktif dengan ajaran baru yang dibawanya, menyebabkan
misi suci ini sulit diterima oleh banyak kalangan. Dengan demikian, proses penyampaian ajaran
Islam awalnya harus dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi.

Sejarah mencatat bahwa selama tiga tahun Nabi Muhammad saw., hanya menyebarkan
agama terbatas pada kawan- kawan dekat dan kerabatnya. Barulah setelah memasuki 613 M. ia
mulai mengajarkan Islam pada masyarakat luas. Meskipun demikian, setelah pengikutnya mulai
bertambah sedikit demi sedikit, penguasa Mekkah justru menganggapnya sebagai orang yang
berbahaya. Hal ini terjadi karena ajaran Islam yang di- bawa oleh Nabi Muhammad sangat
kontradiktif dengan tradisi dan kondisi sosial budaya masyarakat Arab yang terkenal sebagai
penyembah-penyembah berhala.

Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam di lingkungan keluarga, mula-
mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak
orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan julukan
Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam), mereka adalah Utsman bin
Affan, Zubair bin Awwan, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin 'Auf, Thalhah bin
'Ubaidillah, Abu 'Ubaidah bin Jarrah, dan Al Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan
markas untuk berdakwah (rumah Arqam).

Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual turunlah perintah
agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat
karibnya dari Bani Abdul Muthalib, la mengatakan kepada mereka, "Saya tidak melihat seorang
pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa
yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan
memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung
saya dalam hal ini?". Mereka semua menolak kecuali Ali.

Langkah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum.Nabi


mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam secara terang-terangan baik golongan
bangsawan maupun hamba sahaya.

12
Ketegaran hati dan tekad Muhammad untuk terus melanjut kan dakwahnya serta berbagai
kegagalan orang-orang Quraisy membujuknya, pada gilirannya membuat para pemimpin Qu-
raisy naik pitam dan memerintahkan agar melakukan penyiksaan terhadap orang yang masuk
Islam. Kondisi inilah yang menjadi faktor pendorong kuat bagi Nabi saw. mengadakan hijah dan
menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian pertama.

Setelah perselisihan yang panjang, Muhammad bertambah yakin atas misinya yang suci.
Dia mengarahkan usahanya pertama kali untuk meyakinkan penduduk negaranya atas kebe-
naran ajaran barunya. Ketauhidan, kebencian terhadap penyembahan berhala, kewajiban
manusia untuk tunduk kepada kemauan Sang Pencipta. Inilah kebenaraan dari ajaran yang beliau
tegaskan.

13
DAFTAR PUSTAKA

ahmadin.(2020).Sejarah Peradaban Islam.jakarta:kencana.

yatim, b. (2017). Sejarah peradaban islam. depok: rajawali pers.

ibrahim, a , qasim ,dan , saleh ,a, muhammad. (2014). Buku Pintar SEJARAH ISLAM
Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. jakarta: zaman.

amin, s, m. (2016). Sejarah peradaban islam. jakarta: amzah.

14

Anda mungkin juga menyukai