Anda di halaman 1dari 13

DAKWAH ISLAM PERIODE MEKAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah dan Metedologi Dakwah
Dosen Pengampu ; Dra. St. Nasriah, M. Sos. I

Oleh :
Kelompok I
Aulia Hardianty Ailani ( 50200121073 )
Herviana ( 50200121072 )
Eka Puspita Sari ( 50200121105 )
Nurul Mutmainna ( 50200121078 )
Muh Ismail Jamaluddin ( 50200121091 )
Adham Ramadhan ( 50200121106 )

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan

berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Dakwah Islam Periode Mekah”. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membimbing kami

dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni Agama Islam.

Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup dan daftar pustaka.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah dan Metedologi

Dakwah pada Semester 4 Jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah &

Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada beberapa pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan

menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih

menambah sumber-sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini

belum bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu

kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang

berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahamtullahi Wabarakatuh

Samata, 23 Maret 2023

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1. Latar Belakang.......................................................................................................1

2. Rumusan Masalah..................................................................................................1

3. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2-8

1. Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Mekah.....................................2

2. Kondisi Masyarakat Mekah Sebelum Islam..........................................................4

3. Strategi Dakwah Rasulullah SAW........................................................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................................9

A. Kesimpulan............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam lahir di Kota Mekah dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Saat itu Mekah

dalam kondisi gelap gulita, budaya jahiliah berkembang pesat,kesyirikan merajalela. Allah

Swt. Mengutus Nabi Muhammad saw. Untuk mengadakan perubahan baik dalam hal

akidah maupun tatanan kemasyarakatan. Bagaimana perjalanan Nabi Muhammad saw.

Dalam menyiarkan agama Islam di Mekah? Adakah tantangan yang dihadapinya? 

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Mekah?

2. Bagaimana Kondisi Masyarakat Mekah Sebelum Islam?

3. Bagaimana Strategi Dakwah Rasulullah SAW?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Mekah.

2. Untuk Mengetahui Kondisi Masyarakat Mekah Sebelum Islam.


3. Untuk Mengetahui Strategi Dakwah Rasulullah SAW.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Nabi Muhammad SAW Periode Mekah

Berbicara tentang Nabi Muhammad saw tidak terlalu mengalami kesulitan dalam

hal sumber karena adanya al-Quran dan hadis. Al-Quran merupakan wahyu Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, setiap turunnya ayat, Nabi memerintahkan

untuk ditulis. Kemurnian al-Quran terjaga juga tidak terlepas dari peranan sahabat (Abu

Bakar, Umar bin Khattab dll.), untuk dibukukan dalam sebuah mushaf, disempurnakan

lagi pada masa Utsman bin Affan dengan nama mushaf utsmani. Adapun hadis merupakan

perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi terhadap perbuatan sahabat. Jadi, hadis

merupakan sumber kedua untuk mengetahui kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad saw.

Nabi Muhammad saw lahir di Mekah tahun 571 Masehi. Beliau keturunan

keluarga bangsawan Arab, yaitu Bani Hasyim dari suku quraisy, suku yang dipercayai

memelihara Ka‟bah yang dibangun Nabi Ibrahim dan anaknya (Ismail). Ayah nabi

bernama Abdullah, adalah anak bungsu dari Abdul Muthalib. Abdullah meninggal dunia

sebelum anaknya lahir. Sedang ibu nabi (Aminah) meninggal enam tahun kemudian.

Memasuki usia yang keempat puluh, di saat dia berkontemplasi di gua Hira,

tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan

wahyu Allah yang pertama (QS. Al – Alaq 96: 1-5): Bacalah dengan nama Tuhanmu yang

telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan qalam. Dia telah mengajar manusia

apa yang tidak mereka ketahui.

Inilah ayat-ayat al-Quran Karim yang mula-mula diturunkan, ayatnya belum

memerintahkan Nabi Muhammad menyeru manusia kepada suatu agama, dan belum pula

memberitahukan kepadanya bahwa Nabi adalah utusan Allah. Akan tetapi ayat-ayat itu

mengesankan sesuatu yang luar biasa, yang belum diketahui oleh Nabi Muhammad. Itulah

2
sebabnya maka ia segera kembali ke rumahnya dalam keadaan gemetar, apalagi ia dipeluk

dengan keras oleh Jibril beberapa kali, kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca.1

Setelah turunnya wahyu yang pertama ini, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa

lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam

keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu

berbunyi sebagai berikut: hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah

engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa,

dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih

banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah (AlMuddatsir: 1-7).

Selama tiga tahun pertama sejak diutusnya Nabi Muhammad saw dakwah

dilakukan secara sembunyi-sembunyi, selanjutnya dakwah dilakukan dengan terang-

terangan secara lisan, misalnya memberi nasehat, memberi peringatan dsb. Adapun

metode yang dilakukan nabi dalam dakwah secara terangterangan adalah: pertama,

mengundang Bani Abdul Muttalib ke rumahnya dan menjelaskan bahwa dia telah diutus

oleh Allah, mendengar penjelasan nabi, Abu Lahab marah sambil berkata: ”celakalah

engkau! Apa untuk inikah kami engkau panggil?”. Hal inilah yang melatarbelakangi

turunnya Surah AlLahab. Kedua, undangan terbuka kepada seluruh masyarakat quraisy di

bukit Shafa. Nabi ingin melihat bagaimana pandangan masyarakat quraisy terhadap
kepribadian beliau. Masyarakat quraisy sepakat bahwa beliau adalah orang yang tak

pernah berdusta. Setelah itu beliau mengumumkan kenabiannya. Ketiga, Muhammad saw

memproklamirkan keEsa-an Tuhan dan mengajarkan kesatuan dan persamaan antara

manusia. Keempat, nabi mengadakan pertemuan khusus dengan orang-orang yang percaya

kepada beliau untuk aktivitas pembacaan (tilawah), pengajaran (ta‟lim), dan pensucian

(tazkiyah), di rumah Arqam bin Abil Arqam, dan merupakan sekolah Islam yang pertama.

Kelima, beberapa pengikut nabi meninggalkan Mekah dan mencari perlindungan atau

mengungsi ke Ethiopia, sebuah negeri di seberang Laut Merah.

Setelah dakwah secara terangterangan, pemimpin quraisy mulai berusaha

menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambah jumlah pengikut nabi, semakin keras

1
Rianawati, Sejarah Peradaban Islam, ( Pontianak : STAIN Press, 2010 ), h. 30

3
tantangan yang dilancarkan kaum quraisy. Menurut Ahmad Syalabi ada beberapa faktor

yang mendorong orang quraisy menentang seruan itu:

1. persaingan berebut kekuasaan. Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad

berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Muttalib. Sedang suku-suku bangsa

Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.

2. penyamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya. Bangsa Arab hidup

berkastakasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tak boleh

dilampauinya. Tetapi, seruan Nabi Muhammad memberikan hak sama kepada

manusia.

3. takut dibangkit. Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan

dibangkit dari kuburnya, dan bahwa semua perbuatan manusia akan dihisab.

Kaum quraisy selalu berusaha untuk menumpas dan menindas agama Islam dengan

menempuh jalan apa saja salah satunya dengan memboikot Bani Hasyim. Isi piagam

pemboikotan tersebut antara lain: mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan

Bani Hasyim seperti pernikahan, silaturrahmi dan jual beli.2

B. Kondisi Masyarakat Mekah Sebelum Islam

Masyarakat Makkah sebelum Islam datang dan dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dalam
kondisi yang memprihatinkan dan menyimpang. Banyak tradisi yang menyebabkan

mereka semakin jauh dari jalan kebenaran sehingga mereka disebut sebagai masyarakat

yang terjerumus dalam masa jahiliah atau kebodohan.

1. Kondisi sosial masyarakat Mekkah sebelum islam

Bangsa Arab khususnya penduduk Makkah (Suku Quraisy) memiliki sifat-sifat

yang terpuji seperti pemberani, daya ingat yang kuat, dermawan, ramah, memiliki

kecakapan dalam berdagang, melindungi kaum yang lemah dan sebagainya. Bangsa Arab

memandang mulia Suku Quraisy karena merupakan suku yang mengurus Ka’bah dan

menjamu orang-orang yang datang untuk berziarah ke Baitullah.

2
Patmawati, Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Di Mekah dan Madinah, ( Pontianak : STAIN
Pontianak, 2010 ), h. 3-6

4
Namun keutamaan yang dimiliki Suku Quraisy juga diikuti dengan perbuatan-

perbuatan tercela seperti meminum khamr (minuman keras), berzina, berjudi, merampok

dan yang lebih parah adalah membunuh anak-anak perempuan mereka dengan cara

mengubur hidup-hidup karena merasa malu dan hina selain itu mereka meyakini bahwa

anak perempuan hanya akan membawa kesengsaraan. Hanya sebagian kecil saja diantara

suku Quraisy yang tidak mempraktikkan kebiasaan jahiliah tersebut.

Perbuatan tercela lainnya adalah sistem perbudakan yang menyebabkan seorang

manusia menindas manusia lainnya, bahkan memandang seorang budak tak lebih dari

seekor binatang yang bisa dijual dan dibunuh. Dan sistem perbudakan kelak oleh Islam

akan dihapuskan sedikit demi sedikit.

2. Kondisi ekonomi masyarakat sebelum islam

Masyarakat Makkah memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, petani, dan

peternak. Kebiasaan Kaum Quraisy diabadikan Allah SWT dalam Q.S. Quraisy, yang

artinya, ” Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian

pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan

(pemilik) rumah ini (Ka‘bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk

menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.” (Q.S Quraisy: 1-

4). Surat Quraisy mengabadikan kegiatan perdagangan Suku Quraisy yang melakukan
perdagangan pada musim dingin (menuju Negeri Yaman) dan juga di musim panas

(menuju Negeri Syam).

Orang-orang Arab memiliki pusat perdangan yang terkenal antara lain Pasar Ukaz,

Mijannah dan Zul Majaz. Pasar bukan hanya sebagai pusat transaksi jual beli, namun juga

dijadikan tempat unjuk gigi para penyair, orator, para pegulat. Nabi Muhammad semasa

kecil dahulu juga pernah mengikuti paman beliau yang bernama Abu Thalib untuk

berdagang menuju Syam, selain itu dimasa mudanya beliau juga pernah menjadi bagian

kafilah dagang milik Khadijah, yang akan menjadi istri beliau kelak.

Selain perdagangan, pertanian dan peternakan memainkan peran penting dalam

perekonomian masyarakat Makkah. Rasulullah pun pernah merasakan menjadi seorang

buruh dari seorang peternak kambing. Rasulullah menggembala kambing demi memenuhi

5
kebutuhan hidup beliau. Rasulullah bersabda, ”Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi

penggembala kambing.” Mereka para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga wahai

Rasulullah?” Beliau berkata, “Iya, saya telah menggembala dengan imbalan beberapa

qirath (mata uang dinar, pen.) dari penduduk Mekah.” (H.R. Bukhori)3

C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW

Said Ali Al-Qhatani menyebutkan, satu-satunya manusia yang dianggap mampu

mengubah kondisi masyarakat Arab saat itu adalah Muhammad saw. Dialah yang

mendapatkan hikmah dari Allah untuk memberikan peringatan kepada kaumnya tentang

syiirik, kufur, dan bentuk-bentuk keruksakan lainnya menuju tata kehidupan yang islami.

Nabi juga dibekali oleh tuhannya melalui pesan tuhan dalam QS. Al-Mudatsir ayat 1-7.

Bekal tersebut menurut Sayyid Quthb berupa bimbingan antara lain: mengagungkan

Allah sehingga dengan ini ia akan mampu tabah dalam menghadapi segala tantangan;

mensucikan diri, mensucikan jiwa dan ahlak; menjauhi syirik; jangan mengharap balas

jasa dan sabar dalam menghadapi penderitaan.4

Sejak awal perjalanan dakwahnya nabi sudah menerapkan strategi brilian, yaitu

dengan menggunakan prosedur bertahap, para sejarawan menyebutkan nabi mengawali

dakwahnya secara sembunyi-sembunyi yang ditujukan pada keluarga terdekat, dengan


prosedur ini rasul bisa menghimpun beberapa pengikut yang militant diantaranya Abu

Bakar Shiddiq dan beberapa orang lainnya yang tergabung dalam as-sabiquunal

awwaluun. Nabi juga membidik kalangan elit, bidikan nabi terhadap mereka dengan

alasan mereka memiliki keluhuran moral, intelek dan nalarnya jalan, sekali menerima

dakwah akan menjadi sumber kekuatan bagi dakwah Islam. Nabi saw

menyatakan:”Barangsiapa diantara kalian dahulunya mempunyai kelebihan dalam

karirnya, pasti mereka akan bermanfaat bagi Islam, asalkan mereka benar-benar

menghayati Islam”.

3
https://Kbbi.web.id/Jahiliah. Diakses di Internet Pada Tanggal 21 Maret 2023 Pada Pukul 20.34
WITA
4
Said Bin Ali Al-Qhatani, Al-Hikmah Fi Al-Da’wah Ila-Allah, ( 1994 ), h. 107

6
Prosedur gerakan dakwah nabi saw kemudian bergeser kepada terang-terangan

setelah dipandang memiliki kekuatan. Para pengikut Nabi tidak lagi sembunyi-sembunyi

untuk mempraktekan keyakinan dan ajaran Islam dalam kehidupan, bahkan mereka sudah

menyatakan kesetiaan untuk senantiasa berjuang melindungi dan membela keyakinannya.

Beberapa langkah dipandang termasuk strategi dakwah nabi saw adalah strategi

hijrah, ini ditempuh oleh nabi saw hingga dua kali yaitu ke Abesenia dan ke Yastrib.

Upaya hijrah dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada para pengikut nabi dari

kekejaman kafirin dan musyrikin Quraisy yang terus berusaha untuk memurtadkan

kembali pengikut nabi. Upaya ini mendapatkan hasil gemilang setelah hijrah ke Yastrib,

sebab rupa-rupanya dengan hijrah ke Ystrib bukan hanya pengikut nabi mendapatkan

perlindungan bahkan mendapatkan dukungan, sebab beberapa penduduk Yastrib justru

mendambakan kedatangan rasul sebab keyakinan agama mereka sudah

mengisyaratkannya.

Tanpaknya perjuangan nabi saw beserta pengikutnya tidak bisa dipadamkan,

seperti disebutkan dalam Al-Qur’an,”Mereka senantiasa berupaya memadamkan cahaya

Allah dengan mulut-mulut dan tindakan mereka, akan tetapi Allah menyempurnakan

cahayanya walaupun mereka itu mengingkarinya”.5

Rahasia Kesuksesan Nabi Muhammad SAW

Ali Mufrodi dalam tulisannya Sejarah dan Dakwah Nabi saw, sekurang-

kurangnya ada dua rahasia dari kesuksesan dakwah Nabi saw, yaitu nilai konsistensi dan

nilai keteladanan. Yang dimaksud nilai konsistensi adalah

1. bahwa Nabi saw selalu istiqomah, tetap pada pendirian, tanpa mengenal putus asa

untuk terus berdakwah kendatipun berbagai tantangan, godaan, bujukan sampai

kepada teror sering ia hadapi,

5
Sayyid quthb, “Tafsir Fi Dilalil Qur’an Jilid X Juz 30”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.4 No. 14, ( Juli –
Desember 2009 ) h. 185 - 187

7
2. bahwa Nabi saw konsekuen dengan apa yang diucapkan/didakwahkannya tanpa harus

menarik kembali apa yang didakwahkannya karena memandang dirinya belum

mampu/enggan mempraktekannya.

3. adanya kesesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang ia perbuat, demikian

pula sebaliknya apa yang ia perbuat itulah yang ia katakan.

Sedangkan yang dimaksud keteladanan, adalah bahwa Nabi saw merupakan

orang pertama yang mempraktekan apa yang didakwahkannya. Apabila ia menyuruh

ibadah maka ibadah Nabi walaupun sudah mendapatkan jaminan ma’shum hampir seluruh

waktu malamnya digunakan untuk ibadah, kalau ia menyuruh agar membiasakan pola

hidup sederhana maka ia tanpakan kesederhanaan itu dalam kehidupannya sehari-hari. 6

6
Abdullah Isa As-Salim, Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2001 ),
h. 21

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT beliau berasal

dari nasab yang mulia dari keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim. Muhammad kecil tinggal

di sebuah desa yang jauh dari pengaruh kota, alam yang segar, dan Susana yang serba

alami, dibawah asuhan Halimah di perkampungan bani Sa‟ad. Hidup dalam keprihatinan,

ditinggal bapak sejak masih dalam kandungan, setelah itu ditinggal pula ibunya.

Masyarakat Makkah sebelum Islam datang dan dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW dalam kondisi yang memprihatinkan dan menyimpang .keutamaan yang dimiliki

Suku Quraisy juga diikuti dengan perbuatan – perbuatan tercela seperti minuman

khamr (minuman keras), berzina, berjudi, merampok dan yang lebih parah adalah

membunuh anak-anak perempuan mereka dengan cara mengubur hidup-hidup karena

merasa malu dan hina selain itu mereka meyakini bahwa anak perempuan hanya akan

membawa kesengsaraan. Kondisi ekonomi masyarakat sebelum islam, Masyarakat

Makkah memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, petani, dan peternak.

Nabi sudah menerapkan strategi brilian, yaitu dengan menggunakan prosedur


bertahap, para sejarawan menyebutkan nabi mengawali dakwahnya secara sembunyi-

sembunyi yang ditujukan pada keluarga terdekat. Prosedur gerakan dakwah nabi saw

kemudian bergeser kepada terang-terangan setelah dipandang memiliki kekuatan. Para

pengikut Nabi tidak lagi sembunyi-sembunyi untuk mempraktekan keyakinan dan ajaran

Islam dalam kehidupan, bahkan mereka sudah menyatakan kesetiaan untuk senantiasa

berjuang melindungi dan membela keyakinannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al – Qhatani Bin Ali Said, Al – Hikmah Fi Al – Da’wan Ila – Allah, 1994

As – Salim Isa Abdullah, Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah, Jakarta : Pustaka

Azzam, 2001

https://kbbi.web.id/Jahiliah, Diakses Di Internet Pada Tanggal 21 Maret 2023 Pada Pukul

20.34 WITA

Patmawati, Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Di Mekah dan Madinah, Pontianak : STAIN

Pontianak, 2010

Quthb Sayyid, “Tafsir Fi Dilalil Qur’an Jilid X Juz 30”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.4 No. 14,

Juli – Desember, 2009

Rianawati, Sejarah Peradaban Islam, Pontianak : STAIN Press, 2010

10

Anda mungkin juga menyukai