Latar Belakang
Hadis merupakan pedoman kedua setelah al-Qur'an dan menjadi rujukan dari
seluruh umat muslim di dunia, karena hadis menjadi penyelesaian masalah yang
ada pada umat Islam. Tapi faktanya tidak semua hadis dapat dijadikan hujjah,
karena hadis memiliki tingkatan atau level yang bisa dibedakan dari beberapa
hal. Baik dari segistrukturalnya,pembagian hadis dan lain sebagainya
Setelah al-Qur'an, hadis juga diyakini oleh umat islam sebagai rujukan yang
mampu memjawab berbagai persoalan kehidupan damanapun dan kapanpun.
Dari zaman dahulu hingga saat ini banyak yang menjadikan hadis sebagai
rujukan mulai dari sahabat-sahabat nabi, tabi'in, dan lain sebagainya. Sebelum
dibukukannya, terjadi banyak pemalsuan hadis dengan latar belakang dan
motivai yang berbeda. Maka untuk menyelamatkan kemurnian hadis dari hal
yang buruk dan menyesatkan, ulama' bekerja keras mengembangkan berbagai
pengetahuan, menciptakan berbagai kaidah, menyusun sebaga istilah dan
memuat berbagai metode penelitian sanad dan matan hadis. dari segi kualitas
rawi maka hadis juga dibedakan, hadis Shahih, hadis Hasan, hadis, Dhaif. Dalam
makalah ini kita akan spesifikan pada hadis Shahih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadis shahih dan kriterianya?
2. Apa saja macam-macam hadis shahih?
3. Bagaimana kehujjahan hadis shahih?
4. Apa saja kitab-kitab yang memuat hadis shahih?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian hadis shahih dan kriterianya?
2. Untuk mengetahui macam-macam hadis shahih?
3. Untuk mengetahui kehujjahan hadis shahih?
4. Untuk mengetahui kitab-kitab yang memuat hadis shahih?
PEMBAHASAN
C. Perbedaan Kriteria Hadis dalam Kitab Sahhih Bukhari dan Shahih Muslim
Ada beberapa perbedaan antara shahih bukhari dan shahih muslim, akan tetapi
perbedaan tersebut sangatlah ringan dan lebih banyak mengenai sistematika
dari pada yang menyangkut tema atau isi. Hal ini dikarenakan kriteria yang
perbandingan kelompok ini berbeda. Jumhur muhaddisin mengunggulkan shahih
bukhari karena melihat kriteria yang sangat prinsipil menurut muhaddisin, yaitu
kesempurnaan ke-shahihan-nya. Ini suatu kenyataan, karena sanad-sanad al-
bukhari lebih dapat dipastikan kebersambungannya dan para rawinya lebih
dapat di andalkan dari pada rawi dalam shahih muslim.
Adapun pendapat ulama yang mengunggulkan shahih muslim bertolak pada
metode penulisan yang dipakainya serta keistimewaan-keistimewaan yang
terdapat padanya, sebagaimana pendapat ulama mengatakan bahwa imam
muslim menuliskan hadis-haditsnya pada berbagai sumber dimasa kehidupan
gurunya di negerinya sendiri sehingga ia sangatlah berhati-hati dalam menyusun
kata-kata redaksinya. Ia tidak membuat kesimpulan hukum untuk memberi judul
bab sebagaiman yang diakukan al-bukhari yang mengakibatkan harus
memotong-motong hadis dalam berbagai bab.
Akan tetapi penilaian ini adalah penilaian yang global tentang kelebihan salah
satu dari dua ulama' hadits tersebut. Bukan berarti bahwa seluruh hadis dalam
shahih bukhari lebih shahih dari pada hadis-hadis yang terdapat dala shahih
muslim, melainkan banyak sekali yang ditemukan dalam shahih muslim yang
lebih shahih dari pada hadis dalam bukhari. Akan tetapi secara umum
keshahihan bukhari itu lebih tinggi dari pada ke shahih-an hadis dalam shahih
muslim.[4]
Contoh: hadis shahih li-ghairih, ialah hadis al-Bukhari dari Ubay bin al-Abbas bin
Sahal dari ayahnya ('Abbas) dari neneknya (Sahal) katanya:
ﻛﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺣﺎﺋﺘﻨﺎ ﻓﺮس ﯾﻘﺎل ﻟﮫ اﻟﻠﺤﯿﻒ
"konon Rasulullah mempunyai seekor kuda, ditaruh dikandang kami diberi nama
al-Luhaif"
Ubay bin Abbas oleh Ahmad, Ibnu Ma'in dan an-Nasa'I dianggap rawi yang
kurang kuat hafalnnya. Oleh karena itu, hadis tersebut mempunyai derajat hasan
li-dhatih. Tetapi oleh karena hadis Ubay tersebut mempunyai muthabi' yang
diriwayatkan oleh 'Abdul Muhaimin, maka naiklah derajatnya dari li-dzatih
menjadi shahih li-Ghairih.
Adapun yang sebagian kitab memuat hadis shahih, hasan dan dha'if ialah:
1. Sunan Abu Dāwud
2. Sunan al-Nasa'i
3. Sunan Ibn Majah
PENUTUP
A. Kesimplan
Secara bahasa pengertian hadis shahih lawan kata dari " saqim", artinya sehat
lawan dari kata sakit, Haq lawan dari batil. Berdasarkan kualitas rawinya hadis
dibagi menjadi hadis shahih, hadis hasan, hadis dhaif. para ulama juga membagi
hadis shahih menjadi dua macam pertama, hadis shahih li-dhatih yaitu hadis yang
memenuhi criteria-kriteria hadis shahih yaitu: perawinya adil dan dhabith,
terlepas dari Syādz, tidak terdapat 'illat. Kedua, hadis shahih li-ghairih. Adalah
hadis yang kesahihannya dibantu oleh adanya hadis lain.
Dalam kehujjahannya ulama berbeda pendapat sebagian ulama' memandang
bahwa hadis shahih tidak berstatus qath'i sehingga tidak dapat dijadikan hujjah
untuk menetapkan persoalan akidah. Sebagian ulama' hadis, sebagaimana
dinyatakan al-Nawawi, berpendapat bahwa semua hadis shahih dari Bukhari dan
Muslim berstatus qath'i. sebagian ulama' seperti Ibn Huzm, memandang bahwa
semua hadis shahih berstatus qath'i tanpa dibedakan apakah hadis tersebut
berasal dari Bukhari dan Muslim atau yang lainnya. Menurutnya tidak ada alasan
yang cukup untuk membedakan hal ini berdasarkan siapa yang meriwayatkan. Ia
berpendapat bahwa semua hadis jika syaratnya terpenuhi maka dapat dijadikan
hujjah