Dosen Pengampu :
Drs Nahruddien Akbar M.CA.,CPA.,BKP.,CTA.,MM.,MH
Disusun Oleh :
Juliyawita Dwi Iswara (1910631030022)
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya saya
selaku penyusun Makalah Lembaga Pembiayaan dan Aspek dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan ini. Makalah ini adalah yang saya tujukan kepada Bapak selaku Dosen Mata Kuliah
Law and Business
Saya harap makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi kewajiban tugas Mata Kuliah
Law and Business. Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi
mutunya dan informasinya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat saya harapkan.
a. Jenis Leasing
Ada beberapa macam pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan leasing, yaitu:
a) Operating lessee adalah usaha leasing dimana pihak lessee hanya membayar sewa
pembiayaan (rental) sesuai perjanjian tanpa diikuti dengan pemilihan (hak opsi)
barang modal tersebut oleh lessee pada masa akhir perjanjian. Jenis barang modal
yang sering disewakan dengan cara ini yaitu barang yang memiliki nilai tinggi,
misalnya: alat-alat berat, traktor, mesin mesin dan sebagainya.
b) Financial lessee adalah usaha leasing dimana selain membayar sewa yang ditetapkan
pada akhir masa kontrak, pembiayaan lesse tersebut akan membeli barang-barang
modal tersebut berdasarkan sisa yang disepakati bersama.
c) Leverage lease adalah finance lease yang melibatkan selain lessor dan lessee. Juga
pihak ketiga yaitu Credit Provider, peran pihak ketiga ini adalah membiayai
sebagian barang modal yang akan disewakan, pihak lessor hanya akan membiayai
sebesar 20% sampai dengan 40% harga barang modal, sedangkan sisanya dibiayai
pihak ketiga tersebut.
d) Cross border lease adalah usaha leasing yang melewati batas wilayah suatu Negara.
Dalam model ini diperlukan suatu penanganan khusus meliputi aturan hukumnya,
perpajakan, akuntansi dan sebagainya. Contoh baranng modal yang bisa disewa
guna usahakan denganc ara ini adalah pesawat terbang
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian leasing, yaitu sebagai berikut.
Nilai pembiayaan, yakni jumlah pembiayaan untuk pengadaan/ pembelian barang
modal, yakni jumlah yang dibayar oleh lessor kepada lessee sehubungan dengan
penjualan tanah dan bangunan.
Angsuran pokok pembiayaan, yakni bagian dari pembayaran sewa guna usaha
yang diperhitungkan sebagai pelunasan atas nilai pembiayaan.
Security deposit, adalah jumlah yang diterima lessor dari lessee pada permulaan
masa sewa guna usaha sebagai jaminan untuk kelancaran pembayaran.
Residual value, yakni nilai barang modal pada akhir masa sewa guna usaha yang
telah disepakati oleh lessor dengan lessee pada awal masa sewa guna usaha.
Bunga, yaitu bagian dari pembayaran sewa guna usaha diperrhitungkan sebagai
pendapatan bagi lessor. yang Opsi, yaitu hak lessee untuk membeli kembali
barang modal berupa tanah dan bangunan yang di-lease-kan pada akhir masa
leasing.
Masa sewa guna usaha yakni jangka waktu leasing yang dimulai sejak
penandatanganan akta perjanjian dan akan berakhir pada tanggal pembayaran
angsuran pokok pembiayaan terakhir.
d. Manfaat Leasing
Pembiayaan melalui leasing menciptakan beberapa keuntungan antara lain:
1. Menghemat Modal
2. Sangat luwes (flexible), Keluwesan ini menyangkut berbagai aspek antara lain
struktur kontrak, besarnya sewa, jangka waktu kontrak serta nilai sisa (residu)
3. Sebagai sumber dana, Sumber dana yang diciptakan leasing adalah dari jenis sale
and lease back
4. Menguntungkan cash flow, Keluwesan dalam penentuan besarnya sewa akan
menguntungkan cash flow lessee.
5. Menciptakan keuntungan dari pengaruh inflasi, Pembayaran sewa bersifat tetap
dan dalam jangka menengah atau panjang. Oleh karena itu, nilai riil sewa (serta
residu) akan turun jika terjadi inflasi dalam perekonomian.
6. Sarana kredit menengah dan panjang, Semakin sulitnya mencari kredit jangka
menengah dan panjang membuat leasing menjadi alternative pembiayaan.
7. Dokumentasi sederhana, Dokumentasi leasing biasanya sudah standar sehingga
untuk melakukan transaksi leasing berikutnya tinggal mengikuti dokumentasi
yang sudah ada.
Perjanjian leasing termasuk dalam perjanjian baku, yaitu suatu wujud kebebasan
individu pengusaha menyatakan kehendak dalam menjalankan perusahaannya. Perjanjian
baku disebut juga kontrak standar/contract standard/standard agreement. Dikaitkan
dengan perjanjian leasing, antara lessor dan lessee maka harus dilakukan dengan
perjanjian tertulis. Mengenai perjanjian tertulis ini tidak ada ketentuan apakah harus
dengan bentuk akta otentik atau akta bawah tangan.
Dalam pengumuman No. 307/DJM/III/7/1974, Direktur Jenderal Moneter
menentukan bahwa di dalam perjanjian leasing sedikitnya harus dimuat keterangan rinci
mengenai objek perjanjian financial leasing, jangka waktu financial leasing, harga sewa
serta cara pembayarannya, kewajiban perpajakan, penutupan asuransi, perawatan barang
dan penggantian barang hilang/rusak. Namun, sebaiknya perjanjian leasing dibuat
lengkap antara lain meliputi: subjek perjanjian, objek perjanjian, jangka waktu, imbalan
jasa serta cara pembayaran, hak opsi bagi lessee, kewajiban perpajakan, asuransi,
tanggung jawab atas objek akibat lalai, rusak atau hilangnya objek perjanjian.
1. Leasing tidak Sama dengan Sewa Biasa
Leasing adalah sewa guna usaha, merupakan salah satu bentuk perusahaan
pembiayaan, yang sudah barang tentu tidak sama dengan sewa-menyewa biasa, karena
ciri/syarat leasing harus dipenuhi.
Adapun syarat dan ciri leasing antara lain adanya hak opsi bagi lessee, para pihak,
objek, cara pembayaran dan residual value. Barang-barang yang menjadi objek perjanjian
leasing di sini meliputi segala macam barang modal, mulai dari pesawat terbang hingga
mesin-mesin dan komputer untuk keperluan perkantoran. Dalam sewa-menyewa,
biasanya cara pembayaran dilakukan sekali untuk suatu periode tertentu, sedangkan
leasing cara pembayarannya dilakukan secara berkala dan bisa dilakukan setiap bulan,
setiap kuartal atau setiap setengah tahun sekali.
Pada perjanjian leasing ditentukan suatu nilai sisa, sedangkan perjanjian sewa-
menyewa tidak mengenal hal ini. Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai hak untuk
menentukan apakah dia ingin membeli barang modal tersebut dengan harga sebesar nilai
sisa ataukah mengembalikan kepada lessor. Pada perjanjian sewa-menyewa jika masa
sewa telah berakhir maka penyewa wajib mengembalikan barang tersebut kepada pihak
yang menyewakan. Dua pihak yang terlibat dalam perjanjian leasing adalah lessor dan
lessee. Dalam perjanjian sewa-menyewa, siapa saja boleh menjadi lessor, sedangkan pada
perjanjian leasing hanya perusahaan-perusahaan yang mendapat izin dari Kementrian
Keuangan saja yang menjadi lessor.
Sangat penting untuk diperhatikan dalam perbedaan ini adalah hak pemilikan
secara hukum, cara pencatatan dalam akuntansi dan besarnya rental. Pemilahan leasing
biasanya dibagi dalam dua kelompok. Dua kelompok utama leasing: finance lease (direct
finance lease dan sale and leasse back) dan operating lease.
C. Anjak Piutang
Factoring atau Anjak Piutang menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah Anjak
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu
Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Menurut Kasmir dalam "Bank dan
Lembaga Keuangan lainnya" (2002) menjelaskan bahwa anjak piutang atau yang lebih
dikenal dengan factoring adalah perusahaan yang kegiatannya melakukan penagihan atau
pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan
dengan imbalan atau pembayaran tertentu dari perusahaan (klien). Kemudian pengertian
anjak piutang menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 125/KM.013/1988 tanggal
20 Desember 1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. Ada dua
biaya yang harus dibayar oleh perusahaan pengguna jasa anjak piutang:
a. Factoring Charge, yaitu biaya yang dikenakan oleh perusahaan anjak piutang kepada
perusahaan pengguna jasa atau nasabah sebagai biaya administrative. Besarnya
berkisar 0,5% sampai dnegan 2% dari jumlah piutang yang dijual kreditur kepada
perusahaan anjak piutang.
b. Intial Payment Charge (Bunga), yaitu biaya yang dikenakan pada dana yang telah
dibayarkan lebih dulu pada kreditur. Bunga dihitung untuk masa "pembelian"
piutang sampai piutang tersebut jatuh tempo. Besarnya bunga biasanya mengikuti
sukubunga yang berlaku. Namun dapat pula bervariasi tergantung volume transaksi,
rata-rata transaksi, profit, sifat debitur dan sebagainya
Adapun mekanisme perdagangan domestik dengan factoring adalah sebagai berikut:
pertama, penjual (klien) menyerahkan barang kepada pembeli (costumer). Lantas
pembeli menyerahkan invoice kepada penjual. Kemudian klien menyerahkan foto kopi
invoice kepada perusahaan factoring. Perusahaan factoring segera membayar sampai
80% dari nilai kepada pembeli, lalu pembeli membayar tagihan tadi kepada perusahaan
factor, dan perusahaan factor mengembalikan sisa pembayaran (refund) kepada penjual
sebesar 20% dari nilai invoice yang dikurangi fee yang telah disepakati bersama dalam
kontrak factoring.
a. Dari definisi diatas, setidaknya dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:
Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut dengan factor
sebagai suatu badan usaha yang melakukan kegiatan lembaga
pembiayaan dengan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek perusahaan;
Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah perusahaan
yang menjual atau mengalihkan piutang atau tagihannya kepada factor;
Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur) kepada klien,
dan piutang tersebut oleh klien dijual atau dialihkan kepada factoring.
Istilah klien (client) dan nasabah (customer) dalam mekanisme anjak
piutang memiliki pengertian yang sangat berbeda. Lain halnya dengan
bank yang memiliki nasabah atau customer, sedangkan perusahaan anjak
piutang hanya memiliki klien dalam hal ini supplier. Selanjutnya, klien
yang memiliki nasabah atau customer. Mekanisme anjak piutang ini
sebenamya diawali dari adanya transaksi jual beli barang atau jasa yang
pembayarannya secara kredit.
b. Kegiatan factoring hanya berupa suatu kegiatan jual beli atau pengurusan
piutang.
c. Piutang atau tagihan itu merupakan tagihan jangka pendek dan berasal dari
transaksi perdagangan, dan umumnya mempunyai ciri-ciri di antaranya:
Piutang yang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan faktur-faktur dari
perusahaan yang belum jatuh tempo;
Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo;
Piutang yang timbul dari suatu proses pengiriman barang.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal Ventura (Venture
Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan
modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee
Company)/Sebagai pasangan usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk
penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing
disebut venture capitalist (VC), adalah seorang investor yang berinvestasi pada
perusahaan modal ventura, dan Perusahaan yang pembiayaannya dari modal ventura
disebut Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee company.
Surat resmi, lembaga modal ventura baru ada di indonesia sejak adanya Keppres No. 61
Tahun 1998 tentang Lembaga Pembiayaan, yang diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan Tata cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
REFERENCES
Taufiq, M. (2019). Aspek hukum dalam ekonomi.
https://repository.itbwigalumajang.ac.id
PRASETYO, E. G., Novera, A., & Mardiana, M. (2020). KEDUDUKAN HUKUM
SERTIFIKASI PENAGIHAN UTANG PIUTANG PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN
BERDASARKAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35/POJK. 05/2018
TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (Doctoral
dissertation, Sriwijaya University).
https://repository.unsri.ac.id
Panjaitan, T. (2020). KONSEP KONTRAK BAKU DALAM KEGIATAN LEMBAGA
PEMBIAYAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Jurnal Gagasan Hukum, 2(02), 135-158.
https://journal.unilak.ac.id
Purwaningsih, Endang. 2010.Hukum Bisnis. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.