KEPERAWATAN JIWA
Oleh :
Siti Imronah
010117A101
2. Data obyektif
1) Sedih
2) Marah
b. Putus asa
c. Tidak berdaya
d. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal
C. Penyebab
Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri yang digolongkan atas
berbagai unsur antara lain:
1. Penyebab bunuh diri pada anak
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau,
perasaan tidak disayang, selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di
sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja
Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan
hubungan interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau
pemerkosaan, perasaan tidak mengerti orang lain, kehilangan orang yang
dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua, masalah seksual,
depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
Self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak,
kegagalan akademi berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang
orang tua, kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
Perubahan status dari mandiri ketergantungan penyakit yang menurunkan
kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan
isolasi social, kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan,
sumber hidup berkurang.
5. Beberapa factor determinan pada perilaku bunuh diri: kebudayaan, jenis
kelamin, umur, status social, status perkawinan, gangguan jiwa (Dalami,
2009:102-103). Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh
diri berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-
sinapsis, dan pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000). Berikut
beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh
diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (dalam
Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):
a. Major-depressive illness, affective disorder
b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
c. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
6. Sejarah percobaan bunuh diri
7. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
8. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
9. Hopelessness dan cognitive rigidity
10. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal)
11. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
12. Rendahnya tingkat 5-HIAA
13. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia
global, halusinasi perintah)
14. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan
bunuh diri)
15. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
16. Penyakit fisik dan komplikasinya
17. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas.
Factor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang
perilaku resiko bunuh diri meliputi:
1. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko untuk perilaku resiko bunuh diri
5. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.
Factor presipitasi
1. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
5. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
6. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Penyebab lain:
1. Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
2. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
3. Tangisan untuk minta bantuan
4. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang
lebih baik
D. Jenis-Jenis
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa
seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin
bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan
berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non
verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri
akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis
bunuh diri, meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
E. Pohon Masalah
Risiko Cedera / kematian
F. Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya.Orang yang
siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”.Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri.Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti
rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri.Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Ancaman bunuh diri pada
umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini
pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi
yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
4. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan.Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
G. Diagnose keperawatan utama
Resiko Perilaku bunuh diri
H. Intervensi keperawatan
1. Mandiri
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman. Meningkatkan
harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
b. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik.
2. Kolaboratif
a. Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian
sungguh-sungguh. Pertolongan pertama bisanya dilakukan secara
darurat atau dikamar pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian
penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan
terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita
tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak bergantung pada factor social, tetapi berhubungan
erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan
bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat
dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak ada hubungan beratnya
gangguan badanlah dengan gangguan psikologik. Penting sekali
dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya.
Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi
elektrokonvulsi, obat-obat terutama berupa anti depresan dan
psikoterapi (Dalami, 2009:105)
b. Dengan pemberian obat anti depresan
c. Benzodiazepin dapat digunakan apabila klien mengalami cemas
atau tertekan.
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI
A. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun
non verbal
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
C. Tujuan
1. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
Orientasi
”Selamat pagi Pak, kenalkan saya Siti Imronah, biasa di pangil Iim,
saya mahasiswa Keperawatan UNIVERSITAS Ngudi Waluyo yang
bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 8 pagi – 2 siang .”
Kerja
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana
ini A paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah
kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau
bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah
atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah
mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A
rasakan?”
Terminasi
Fase orientasi
Apa saja dalam hidup A yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau A meninggal. Coba A ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan A. Keadaan yang bagaimana yang membuat Amerasa
puas? Bagus. Ternyata kehidupan A masih ada yang baik yang patut A
syukuri. Coba A sebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan
selama ini. Bagaimana kalau Amencoba melakukan kegiatan tersebut,
Mari kita latih.
Fase terminasi
Fase orientasi
Selamat pagi A
Coba ceritakan situasi yang membuat A ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya A. Nah,
sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut Acara yang mana? Ya
saya juga setuju dengan pilihan A .Sekarang kita buat rencana kegiatan
untuk mengatasi perasaan. A ketika mau bunuh diri dengan cara
tersebut.
Fase Terminasi
Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu
lagi untuk membahas pengalaman A menggunakan cara yangA pilih.
DAFTAR PUSTAKA