Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

RESIKO BUNUH DIRI

Oleh :

Siti Imronah

010117A101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Pengertian
1. Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Secara umum, bunuh diri berasal dari
bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium”
yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai
sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri
oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik
dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu
yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit
psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu
melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang
dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris
dkk., 2000).
2. Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup
semua perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial
dengan melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk.,
2000). Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa
disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati.
Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena
intensi sangat variatif dan bisa mendahului, misalnya untuk mendapatkan
perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan
sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup. Menurut Maris, Berman,
Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara
lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel
kereta api.
3. Resiko bunuh diri  adalah  resiko untuk mencederai
diri sendiri yangdapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri
kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi
dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa
alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi,
sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi
karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,
2006).

B. Tanda dan Gejala


1. Data subbyektif
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna

2. Data obyektif
1) Sedih
2) Marah
b. Putus asa
c. Tidak berdaya
d. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal

C. Penyebab
Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri yang digolongkan atas
berbagai unsur antara lain:
1. Penyebab bunuh diri pada anak
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau,
perasaan tidak disayang, selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di
sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja
Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan
hubungan interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau
pemerkosaan, perasaan tidak mengerti orang lain, kehilangan orang yang
dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua, masalah seksual,
depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
Self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak,
kegagalan akademi berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang
orang tua, kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
Perubahan status dari mandiri ketergantungan penyakit yang menurunkan
kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan
isolasi social, kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan,
sumber hidup berkurang.
5. Beberapa factor determinan pada perilaku bunuh diri: kebudayaan, jenis
kelamin, umur, status social, status perkawinan, gangguan jiwa (Dalami,
2009:102-103). Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh
diri berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-
sinapsis, dan pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000). Berikut
beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh
diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (dalam
Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):
a. Major-depressive illness, affective disorder
b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
c. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
6. Sejarah percobaan bunuh diri
7. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
8. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
9. Hopelessness dan cognitive rigidity
10. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal) 
11. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
12. Rendahnya tingkat 5-HIAA
13. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia
global, halusinasi perintah)
14. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan
bunuh diri)
15. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
16. Penyakit fisik dan komplikasinya
17. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas.

Factor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang
perilaku resiko bunuh diri meliputi:
1. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko untuk perilaku resiko bunuh diri
5. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.

Factor presipitasi
1. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
5. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
6. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Penyebab lain: 
1. Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
2. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
3. Tangisan untuk minta bantuan
4. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang
lebih baik

D. Jenis-Jenis
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa
seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin
bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan
berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non
verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri
akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis
bunuh diri, meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong
seseorang untuk bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya : 


1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari
suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/
tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya
apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari
bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk
mati 
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan
dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya . 
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan,
misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara
mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih
memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini
sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying
for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu di selesaikan.
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum
obat yang mematikan .walaupun demikian banyak individu masih
mengalami ambivalen akan kehidupannya.
6. Suicide, Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri .hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan
percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari
individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang
mendalam.

E. Pohon Masalah
Risiko Cedera / kematian

Risiko bunuh diri

Harga diri Rendah Halusinasi Gangguan isi pikir

F. Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya.Orang yang
siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”.Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri.Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti
rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri.Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Ancaman bunuh diri pada
umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini
pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi
yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
4. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan.Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
G. Diagnose keperawatan utama
Resiko Perilaku bunuh diri

H. Intervensi keperawatan
1. Mandiri
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman. Meningkatkan
harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan  yang
positif. 
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien  
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
b. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik.
2. Kolaboratif
a. Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian
sungguh-sungguh. Pertolongan pertama bisanya dilakukan secara
darurat atau dikamar pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian
penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan
terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita
tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak bergantung pada factor social, tetapi berhubungan
erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan
bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat
dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak ada hubungan beratnya
gangguan badanlah dengan gangguan psikologik. Penting sekali
dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya.
Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi
elektrokonvulsi, obat-obat terutama berupa anti depresan dan
psikoterapi (Dalami, 2009:105)
b. Dengan pemberian obat anti depresan
c. Benzodiazepin dapat digunakan apabila klien mengalami cemas
atau tertekan.
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

Masalah utama : Resiko Bunuh Diri

A. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun
non verbal

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

C. Tujuan
1. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik
E. Strategi Pelaksanaan
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh
diri

Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

Orientasi
”Selamat pagi Pak, kenalkan saya Siti Imronah, biasa di pangil Iim,
saya mahasiswa Keperawatan UNIVERSITAS Ngudi Waluyo yang
bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 8 pagi – 2 siang .”

”Bagaimana perasaan A hari ini? ”

” Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang apa yang A rasakan


selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”

Kerja
”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana
ini A paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah
kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau
bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah
atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah
mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A
rasakan?”

”Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada


keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi
kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang
membahayakan A)”
”Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri”

”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”

”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus


langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga
keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya,
katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan
untuk mengakhiri kehidupan.”

”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”

Terminasi

”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi


perasaan ingin bunuh diri?”

” Coba A sebutkan lagi cara tersebut!”

”Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.”


(jangan meninggalkan pasien).

SP 2 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat


bunuh diri

Fase orientasi

Selamat pagi A, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana


perasaan . A saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan?
Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang
rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih. A miliki. Mau berapa
lama?Dimana?
Fase kerja

Apa saja dalam hidup A yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau A meninggal. Coba A ceritakan hal-hal yang baik
dalam kehidupan A. Keadaan yang bagaimana yang membuat Amerasa
puas? Bagus. Ternyata kehidupan A masih ada yang baik yang patut A
syukuri. Coba A sebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan
selama ini. Bagaimana kalau Amencoba melakukan kegiatan tersebut,
Mari kita latih.

Fase terminasi

Bagaimana perasaanA setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan


kembali apa-apa saja yang A patut syukuri dalam hidup A? Ingat dan
ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan A jika terjadi dorongan
mengakhiri kehidupan. Bagus A. Coba A ingat lagi hal-hal lain yang
masih A miliki dan perlu di syukuri! Nanti jam 2 siang kita bahas
tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana?
Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali
segera hubungi saya ya!

SP 3 Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam


menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri

Fase orientasi

Selamat pagi A

Bagaimana perasaan A hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?

Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!

Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi


masalah A selama ini. Mau berapa lama A? Mau disini saja?
Fase kerja

Coba ceritakan situasi yang membuat A ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya A. Nah,
sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut Acara yang mana? Ya
saya juga setuju dengan pilihan A .Sekarang kita buat rencana kegiatan
untuk mengatasi perasaan. A ketika mau bunuh diri dengan cara
tersebut.

Fase Terminasi

Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan A, setelah kita bercakap-


cakap?

Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang A gunakan. Coba


A melatih  cara yang A pilih tadi.

Kontrak yang akan datang: Besok di jam yang sama kita akan bertemu
lagi untuk membahas pengalaman A menggunakan cara yangA pilih.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.


Jakarta: TIM
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP& SP ) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, GW and Laraia. 2006. Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby : Philadelphia.
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai