DOSEN : KUSWATI, MA
MATKUL : AGAMA ISLAM
Sedangkan pengertian tasawuf berdasarkan pendapat para ahli sufi antara lain sebagai
berikut:
Menurut Al-Junaid Al-Bagdadi (Pemadi, 2004), tasawuf adalah membersihkan hati
dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat
basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi
kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih
utama atas dasar keabadianNya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar
menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syariat Rasulullah SAW.
Menurut Abu Qasim Abdul Karim Al-Qusyairi (Pemadi, 2004), tasawuf adalah
menjabarkan ajaran-ajaran Al Quran dan Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu,
menjauhi perbuatan bidah. mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap
meringankan ibadah.
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani (Alba, 2012), tasawuf adalah menyucikan hati
dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawt, riyadloh, taubah dan
ikhlas.
Tujuan Tasawuf
Menurut Rivay (2002), tujuan tasawuf adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang
berkeseimbangan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia
konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral. Tasawuf yang bertujuan
moralitas ini bersifat praktis.
2. Ma'rifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode al-kasyaf al-hijab.
Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang
diformulasikan secara sistematis analitis.
3. Membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara
mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara Tuhan dengan makhluk, terutama
hubungan manusia dengan Tuhan.
1. Syariat
Syariat (Islam) adalah hukum dan aturan (Islam) yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat (Islam) juga berisi
penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Syariat yaitu segala aturan yang sudah
ditentukan oleh Allah swt, atau aturan yang sudah dilegalisasi oleh Rasulullah saw
yang berkenaan dalam soal Aqidah, masalah hukum baik haram halal, syarat atau
rukun dsb yang mengatur hubungan manusia dengan penciptaNya atau Sesama
Manusia.
2. Tarekat
Tarekat berasal dari kata ‘thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang dimaksud di sini
adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah
s.w.t. Secara praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin
yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa.
Secara harfiah berarti jalan, metoda, cara, dalam lapangan tasawuf istilah ini dipakai
calon sufi adalah jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah yang
sedekat-dekatnya atau mendapat maqam yang mahmudah, jadi dalam tingkatan ini
ada maqam yang harus dikerjakan secara istiqamah yaitu maqam taubat, zuhud,
sabar, ridlo dsb.
3. Hakikat
Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati (mengenai Tuhan), maka hakikat ini
pekerjaan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah, atau gerak dan
diam itu diyakini dalam hati pada hakikatnya adalah kekuasaan Allah. Hakikat,
adalah kebenaran, kenyataan (Poerwadarminta,1984) hakekat menyaring dan
memusatkan aspek-aspek yang lebih rumit menjadi keterangan yang gamblang dan
ringkas. Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan yang berarti
kebenaran sedangkan dalam kamus ilmiah disebutkan bahwa hakikat adalah:
Yang sebenarnya; sesungguhnya; keadaan yang sebenarnya
Dapat di ibaratkan buah , jadi yaitu biji benih (syariat) pada tingkatan tharikat
menjadi batang yang becabang, berdaun jika pada tingkatan ini kita amalkan buah
dari tharekat, akhlak, bisa menahan nafsu, sabar, tawaduk kita akan memperoleh
buah (maqam mahmudah) jadi dengan Allah tiada hijab atau tabir atau penghalang
lagi.
4. Makrifat
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah" yang berarti mengetahui atau
mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka
istilah ma'rifat di sini berarti mengenal Allah ketika Shufi mencapai maqam dalam
Tasawuf. Marifat adalah menggetahui Allah SWT, yakni : hati menyadari bahwa
segala sesuatu menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan
sebagainya semua adalah Alloh SWT, yang menciptakan dan yang mengerakan. Jadi
semuanya dan segala sesuatu adalah Billah. Makrifat, sebagai pengetahuan yang
hakiki dan meyakinkan, menurut al-Gazali, tidak didapat lewat pengalaman
inderawi, juga tidak dicapai lewat penalaran rasional, tetapi lewat kemurnian qalbu
yang mendapat ilham atau limpahan nur dari Tuhan sebagai pengalaman sufistik.
Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama Tasawuf, antara
lain:
a. Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf yang
mengatakan : "Marifat adalah ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud
yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya."