Anda di halaman 1dari 9

MABIT DI MUSDALIFAH

DI SUSUN OLEH:

TAQWA ZAIN (50800119017)

UMMU KALSUM (50800119001)

NURUL HIDAYAH (50800119018)

HESRIANI (50800119036)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSR

FAKULTAS DAKWH DAN KOMUNIKASI

MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
taufiknya sehingga makalah ini bisa selesai tepat waktu tak lupa pula salam serta
salawat tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh teknologi seperti sekarang ini.

Dan saya meminta saran dan kritik dari teman-teman karena kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna jadi kami sangat membutuhkan kritik
san saran agar dapat membuat yang lebih baik kedepannya.

Makassar, 6 Desember 2020

Prnulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN……..……………………………………………….. 4

A. LATAR BELAKANG………………………………………………..... 4
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………. 4
C. TUJUAN………………………………………………………………... 4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 5

A. MAKNA MABIT DI MUSDALIFAH………………………………... 5


B. JENIS DAN JUMLAH BATU YANG DIGUNAKAN……………... 6
C. FILOSOFI MABIT DI MUSDALIFAH……………………………… 6

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….. 8

A. KESIMPULAN…………………………………………………………. 8
B. SARAN………………………………………………………………….. 8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 9

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. RUMUSAN MASALAH
Ibadah haji adalah ibadah fisik.Karenanya membutuhkan stamina
tubuh yang sehat dan prima.Untuk bisa menjalankan ibadah tersebut,
jamaah dianjurkan untuk istirahat sejenak, untuk memulihkan kembali
kesehatan fisik dan mental agar tetap terjaga.

Salah satunya adalah Mabit (bermalam) di Muzdalifah dan Mina


sebagai rangkaian ibadah sebelum melanjutkan ritual ibadah berikutnya.

Memang, kegiatan mabit atau bermalam di Mina dan Muzdalifah


bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada jamaah haji untuk
beristirahat.Sebab, rangkaian kegiatan ibadah haji keesokan harinya sangat
berat, yaitu melempar jumrah Aqabah di Mina.

Dalam buku Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah, karya Gus Arifin,
disebutkan bahwa Mabit berasal dari kata baata seperti dalam kalimat fii
makaani baata, yang artinya bermalam. Sedangkan kata al-mabit berarti
tempat menetap atau menginap di malam hari, bermalam.

Jadi Mabit adalah berhenti sejenak atau bermalam beberapa hari,


untuk mempersiapkan segala sesuatunya dalam pelaksanaan melontar
Jumrah yang merupakan salah satu wajib ibadah haji mabit dilakukan dua
tahap di dua tempat, yaitu di Muzdalifah dan di Mina.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa makna mabit di musdalifah?
2. Apa jenis dan berapa jumlah batu yang di ambil?
3. Apa filosofi engambil di musdalifah?

C. TUJUAN
1. Agar dapat mengerti dan memahami makna dan filosofi mabit di
musdalifah?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. MAKNA MABIT DI MUSDALIFAH


Mabit di Muzdalifah dilakukan pada malam 10 Dzulhijjah selepas
wukuf di Arafah. Di bagian sebelah barat dari Muzdalifah ini terletak
Masy’aril Haram, yaitu Jabal Quzzah.Sebagian Mufassir mengatakan,
Masy’aril Haram adalah Muzdalifah seluruhnya.

Di tempat ini jamaah melakukan mabit atau wukuf, minimal telah


melewati tengah malam. Memang,yang lebih utama mabit dilakukan
sampai selesai shalat Subuh sebelum berangkat ke Mina untuk melakukan
Jumrah Aqobah.

Para imam madzhab sependapat bahwa mabit di Muzdalifah


hukumnya wajib, kecuali bagi seseorang yang mendapat udzur, misalnya:
bertugas melayani jamaah, sakit, merawat orang sakit, menjaga harta, dan
lain-lain. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 198, yang artinya: “Setelah kamu meninggalkan Arafah maka
berdzikirlah mengingat Allah di Masy’aril Haram.”

Pun berdasarkan keterangan hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi


Wasallam (SAW) riwayat Jabir, sebagai berikut, “…Rasulullah
mendatangi Muzdalifah, lalu shalat Maghrib dan Isya dengan adzan sekali
dan dua kali iqomat, dan tidak shalat (sunat) di antara keduanya.
Kemudian berbaring (tidur) sampai terbit fajar: Lalu shalat Subuh setelah
jelas waktu Subuh dengan sekali adzan dan sekali iqomat. Kemudian
mengendarai Qaswaa sehingga sampai di Masy’aril Haram lalu
menghadap kiblat, berdo’a, bertakbir, bertahlil dan membaca kalimat
tauhid lalu terus bewukuf sampai terang benar. Lalu berangkat sebelum
terbit matahari……”

Menurut madzhab Syafi’i, jamaah harus berada di Muzdalifah


walaupun sebentar dengan syarat harus berada di Muzdalifah, sekurang-
kurangnya melewati pertengahan malam setelah wuquf di Arafah dan tidak
perlu berdiam (al-muktsu), baik ia (jamaah haji) tahu sedang berada di
Muzdalifah atau tidak.

Pun pendapat madzhab Hanafi, berada di Muzdalifah merupakan


wajib haji, dan cukup sesaat sebelum fajar. Apabila tidak berada di

5
Muzdalifah sebelum terbit fajar, jamaah haji harus membayar dam, kecuali
ada alasan syar’i, seperti sakit, maka tidak apa-apa.

Begitu pula menurut madzhab Hambali, berada di Muzdalifah


adalah wajib haji dan dapat dilakukan kapan saja, sejenak dari pertengahan
kedua malam Nahar, bukan karena dia petugas pengairan atau
penggembala.Dan menurut madzhab Maliki, termasuk wajib haji adalah
turun di Muzdalifah sekedarnya dalam perjalanan setelah wuquf di Arafah
pada malam hari, pada saat menuju Mina.

B. JENIS DAN JUMLAH BATU YANG DI AMBIL DI MUSDALIFAH


Setelah jamaah haji Indonesia menjalankan prosesi wukuf di
Arafah, jamaah akan bergerak menuju Muzdalifah. Di sini jamaah akan
kembali mabit, sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Pada momen ini, jamaah umumnya akan mengambil batu krikil


untuk melakukan lempar jumrah aqobah di Mina.

Batu tersebut berjumlah sekira 100 butir, namun bila digenggam


tidaklah terlalu berat. Batu kerikil ini nantinya akan digunakan jamaah saat
melakukan lempar jumrah di Jamarat, yang memiliki 3 tugu di dalamnya
yaitu Ula, Wusta dan Aqobah atau lebih dikenal Hotel Setan.

Bagi jamaah haji yang mengambil nafar awal, jumlah batu yang
dibutuhkan untuk melempar jumrah yaitu 49 batu. Sementara bagi yang
mengikuti nafar tsani membutuhkan 70 batu.

C. FILOSOFI MENGAMBIL BATU DI MUSDALIFAH


Setelah tenggelam matahari pada hari Arafah, maka jamaah haji
meninggalkan Arafah menuju ke Muzdalifah untuk berhenti, istirahat dan
bermalam di situ. itulah yang di sebut mabit. Minimal setelah lewat
tengah malam baru di perbolehkan bergerak menuju Mina.

Sesungguhnya mabit dan istirahat di muzdalifah itu bagai pasukan


tentara yang sedang menyiapkan tenaga dan memungut kerikil itu
bagaikan menyiapkan senjata dalam rangka berperang melawan musuh
laten manusia, yaitu syetan yang terkutuk karna itu melempar jumrah
adalah lambang memerangi syetan.

6
Melawan pasukan syetan haruslah dengan kekuatan hati yang
penuh dengan iman dan tawakkal kepada Allah SWT serta do’a.
Rasulullah mengajarkan ketika melempar Jumrah satu dengan takbir
(AllahuAkbar) dan disini pula kita tahu mana dan arti do’a taawudz :

”aku berlindung kepada Allah dari (segala godaan) syetan yang terkutuk.”

Dan bacaan Bismillah pada saat akan memulai sesuatu pekerjaan


yang baik agar syetan tidak mengganggu apa yang kita lakukan.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mabit di Muzdalifah dilakukan pada malam 10 Dzulhijjah selepas
wukuf di Arafah. Di bagian sebelah barat dari Muzdalifah ini terletak
Masy’aril Haram, yaitu Jabal Quzzah.Sebagian Mufassir mengatakan,
Masy’aril Haram adalah Muzdalifah seluruhnya.

Bagi jamaah haji yang mengambil nafar awal, jumlah batu yang
dibutuhkan untuk melempar jumrah yaitu 49 batu. Sementara bagi yang
mengikuti nafar tsani membutuhkan 70 batu.

Sesungguhnya mabit dan istirahat di muzdalifah itu bagai pasukan


tentara yang sedang menyiapkan tenaga dan memungut kerikil itu
bagaikan menyiapkan senjata dalam rangka berperang melawan musuh
laten manusia, yaitu syetan yang terkutuk karna itu melempar jumrah
adalah lambang memerangi syetan.

B. SARAN
Makalah ini di buat hanya untuk pembelajaran dan kami sadar bahwah
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi kami minta kritik dan
saran dari teman-teman agar dapat kami ambil pembelajaran agar
kedepannya bias lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://haji.okezone.com/read/2018/08/20/398/1939228/jamaah-haji-mabit-di-
muzdalifah-dan-tak-lagi-ambil-kerikil-ini-maknanya

https://www.labbaik.id/rincian-batu-yang-harus-disiapkan-untuk-lempar-jumroh

https://ririnariyantiblog.wordpress.com/2016/05/11/hikmah-mabit-di-muzdalifah-
dan-mina/

Anda mungkin juga menyukai