Anda di halaman 1dari 22

JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

KEBIJAKAN SCHOOL BASED MANAGEMENT (SBM) DALAM


PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Oleh: Novi Susanti dan Lutfiyani


STAI-YAPTIP Pasaman Barat
novisusanti080975@gmail.com
lutfiyanijogja@gmail.com

Abstrak
School Base Management yang dikenal dengan Manajemen
Berbasis Sekolah merupakan pemberian kekuasaan secara utuh kepada
kepala sekolah untuk mengelola sekolah. Manajemen tersebut melalui
tahapan-tahapan sesuai dengan kerjasama organisasi dan program
yang dibuat. Apabila dilaksanakan dengan baik maka tercapailah apa
yang diinginkan oleh suatu sekolah tersebut ada proses transisi dari
manajemen dengan sistem dikontrol oleh pusat menjadi menggunakan
MBS. Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi
“Learning Person” seseorang yang senantiasa berusaha menambah
pengetahuan dan keterampilannya.
Kata Kunci: School Base Management, Pengelolaan Pendidikan

A. Pendahuluan
Pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis,
bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari
Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi).1 Pendidikan akan berhasil apabila
melalui manajemen yang baik dan terfokus untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan.
Menajemen adalah fungsi menajer (biasa dinamakan manajemen), untuk
menetapkan kebijakan (policy) mengenai apa macam produk yang akan dibuat,
baigamana pembiayaanya, memberikan servis dan memilih serta melatih
pegawai, dan lain-lain lagi menajemen bertanggung jawab dalam membuat
bagaimana pembiayaannya, memberikan servis dan memilih serta melatih

1
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),
Edisi Revisi,h. 46

108
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

pegawai, dan lain-lain faktor yang mempengaruhi kegiatan suatu usaha. Lebih-
lebih lagi menajemen bertanggung jawab dalam membuat suatu susunan
organisasi untuk melaksanakan kebijakan itu.2 Dalam dunia pendidikan
menajemen lebih dikenal dengan administrasi. Namun, di dalam administrasi
pendidikan terdapat kegiatan menajemen.

B. Pembahasan
1. Pengertian
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengerahan dan
pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material, yang
bersangkut paut dengan pencpaian tujuan pendidikan. Jadi, di dalam proses
administrasi penididikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorganisasi dan dikoordinasi
secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efisien.3
Sementara itu, Menajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan
sebagai model menajemen yang memberikan otonomi kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan persfektif yang melibatkan langsung semua
warga sekolah dan masyarakat (stake holder) yang dilayani, dengan tetap selaras
dengan kebijakan nasional tentang pendidikan.4
Manajemen menurut bahasa berarti pemimpin, direksi, pengurus, yang
diambil dari kata kerja manage yang berati mengemudikan, mengurus, dan
memerintah5. Manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata
management yang berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan,
pengertian yang sama dengan pengertian dan hakikat manajemen adalah al-

2
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998), cet.Ke- 8, h. 6
3
Ibid, h. 24
4
Bedjo Sujanto, Menajemen Pendidikan, Berbasis Sekolah, Model Pengelolaan Sekolah
di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2007), Cet. Ke-1, h. 30
5
Wojowarsito, Purwadarminta, Kamus lengkap Indonesia Inggris, (Jakarta: Hasta:
1974), h. 76

109
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

Tadhir (pengetahuan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbarata


(mengatur) yang bayak terdapat didalam al-Qur’an. Management adalah sebuah
proses yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk mengatur kegiatan-
kegiatan melalui orang lain sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang tidak
mungkin dilaksanakan satu orang saja. Kedarma mendefenisikan manajemen
adalah suatu rentetan langkah yang terpadu yang mengembangkan suatu
organisasi sebagi suatu sistem yang bersifat sosio ekonomi teknik.6 Manajemen
menurut Hadari Nawawi adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer
dalam memanage organisasi, lembaga, maupun perusahaan.7 Manajemen adalah
kegiatan-kegiatan non rutin yang menangani gejolak baik positif maupun negatif
yang membutuhkan pemikiran dan aktivitas khusus untuk menyelesaikannya,
termasuk yang bertalian dengan sumber-sumber pendidikan.8 Manajemen
menurut E Mulyasa adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan
jangka pendek, menengah maupun tujuan jangka panjang.9
Berbicara masalah manajemen tentunya tidak bisa lepas dengan empat
komponen yang ada yaitu (POAC) planning, organizing, actuating dan
controlling. Menurut hemat penulis empat komponen tersebut di jelaskan di
beberapa ayat al-Qur’an. Untuk lebih jelasnya maka akan penulis uraikan satu
persatu sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
Planning atau perencanaan adalah keseluruhan proses dan penentuan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa akan datang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan10. Ketika dikaitkan dengan sistem
pendidikan dalam suatu organisasi kependidikan, maka perencanaan pendidikan

6
Ramayulis, ilmu pendidikan islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2010), 260
7
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Haji Mas Agung, 1997), h. 78
8
Made pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: rineka cipta, 2004), Cet. ke-
2, h. 4
9
E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.
ke-7, h. 20
10
AW. Widjaya, Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara:
1987), h. 33

110
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

menurut ST Vembriarto dapat didefiniskan sebagai penggunaan analisa yang


bersifat rasional dan sistematis terhadap proses pengembangan pendidikan yang
bertujuan untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien dalam
menanggapi kebutuhan dan tujuan murid-murid serta masyarakat11.
Dalam perencanaan terlebih yang harus diperhatikan adalah apa yang
harus dilakukan dan siapa yang akan melakukannya. Jadi perencanaan disini
berarti memilih sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus
dilakukan, kapan, bagimana, dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi
diwaktu yang akan dating dalam mana perencanaan dan kegiatan yang akan
diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana di buat.
Perencanaan merupakan aspek penting dari pada manajemen. Keperluan
merencanakan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa
depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan
masa depan yang menentu tetapi menciptakan masa depan itu. Masa depan adalah
akibat dari keadaan masa lampau, keadaan sekarang dan disertai dengan usaha-
usaha yang akan kita laksanakan. Dengan demikian landasan dasar perencanaan
adalah kemampuan manusia untuk secara sadar memilih alternative masa depan
yang dikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya upayanya untuk
mewujudkan masa depan yang dipilihnya dalam hal ini manajemen yang akan
diterapkan seperti apa. Sehingga dengan dasar itulah maka suatu rencana itu akan
terealisasikan dengan baik.12
Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetapkan tujuan atau
memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan
haruslah bisa membedakan point pertama yang akan dilaksanakan terlebih
dahulu

11
ST Vembriarto, Pengantar Perencanaan Pendidikan (Educational Planning),
(Yogyakarta: Andi Offset, 1988), h. 39
12
M. Bukhari, DKK, Azas-Azas Manajemen, (Yogyakarta: Aditya Media, 2005), h. 35-
36

111
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

b. Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui tujuan-


tujuan yang kan kita capai
c. Dapat memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan
yang akan mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.13
Dalam upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi
pendidikan, perhitungan-perhitungan secara teliti sudah harus dilakukan pada
vase perencanaan pendidikan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka berlaku
prinsip-prinsip perencanaan, yaitu :
a. Perencanaan harus bersifat komprehensif
b. Perencanaan pendidikan harus bersifat integral
c. Perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek kualitatif
d. Perencanaan pendidikan harus merupakan rencana jangka panjang dan
kontinyu
e. Perencanaan pendidikan harus didasarkan pada efisiensi
f. Perencanaan pendidikan harus memperhitungkan semua sumber-sumber yang
ada atau yang dapat diadakan
g. Perencanaan pendidikan harus dibantu oleh organisasi administrasi yang
efisien dan data yang dapat diandalkan14.
Bertolak dari hal tersebut, bahwa tujuan atau orientasi ke arah sasaran
merupakan landasan untuk membedakan antara planning dengan spekulasi yang
sekedar dibuat secara serampangan. Sebagai suatu ciri utama dari langkah
tindakan eksekutif pada semua tingkat organisasi, planning merupakan suatu
proses intelektual yang menyangut berbagai tingkat jalan pemikiran yang kreatif
dan pemanfaatan secara imajinatifatas dari variabel-variael yang ada. Planning
memungkinkan pada administrator untuk meramalkan secara jitu kemungkin

13
Ibid., h. 37
14
Djumransjah Indar, Perencanaan Pendidikan (Strategi dan Implementasinya),
(Surabaya: Karya Abditama, 1995), h. 12

112
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

anakibat yang timbul dari berbagai kekuatan, sehingga ia bisa mempengaruhi dan
sedikit banyak mengontrol arah terjadinya perubahan yang dikehendaki 15.
2. Pengorganisasian (organizing)
Organisasi adalah sistem kerja sama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama. Langkah pertama dalam pengorganisasian diwujudkan melalui
perencanaan dengan menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang termasuk
ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan oleh suatu kelompok
kerjasama tertentu. Keseluruhan pembidangan itu sebagai suatu kesatuan
merupakan total sistem yang bergerak ke arah satu tujuan. Dengan demikian,
setiap pembidangan kerja dapat ditempatkan sebagai sub sistem yang mengemban
sejumlah tugas yang sejenis sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan yang
diemban oleh kelompok-kelompok kerjasama tersebut.
3. Penggerakan (actuating)
Fungsi actuating merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi
yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam
fungsi ini adalah directing commanding, leading dan coordinating16. Tindakan
actuating sebagaimana tersebut di atas, dalam prosesnya juga memberikan
motivating, untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar dari
pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah ditetapkan,
disertai dengan memberi motivasi-motivasi baru, bimbingan atau pengarahan,
sehingga mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun
dan baik.
Bimbingan menurut Hadari Nawawi berarti memelihara, menjaga dan
memajukan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun
fungsional, agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan.
Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagai berikut :
a. Memberikan dan menjelaskan perintah
b. Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan
15
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), h. 299
16
Ibid., h. 74

113
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

c. Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan /


kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai
kegiatan organisasi
d. Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dna fikiran untuk
memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing-masing
e. Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara
efisien.17
4. Evaluasi/Controlling
Evaluasi dalam konteks manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas yang dilaksanakan benar sesuai apa tidak dengan perencanaan
sebelumnya. Evaluasi dalam manajemen pendidikan Islam ini mempunyai dua
batasan pertama; evaluasi tersebut merupakan proses/kegiatan untuk menentukan
kemajuan pendidikan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan, kedua;
evaluasi yang dimaksud adalah usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan
balik (feed back) dari kegiatan yang telah dilakukan.
Evaluasi dalam manajemen pendidikan Islam ini mencakup dua kegiatan,
yaitu penilaian dan pengukuran. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu, maka
dilakukan pengukuran dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian.
Controlling itu penting sebab merupakan jembatan terakhir dalam rantai
fungsional kegiatan-kegiatan manajemen. Pengendalian merupakan salah satu
cara para manajer untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan organisasi itu tercapai
atau tidak dan mengapa terpai atau tidak tercapai. Selain itu controlling adalah
sebagai konsep pengendalan, pemantau efektifitas dari perencanaan,
pengorganisasian, dan kepemimpinan serta pengambilan perbaikan pada saat
dibutuhkan.
Manajemen yang dimaksud dalam kajian ini penulis memaparkan tentang
manajemen kepala madrasah. Kepala madrasah identik dengan kepada sekolah.
Kepala sekolah adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala

17
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1983), h. 36

114
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

sekolah.18 Meskipun sebagai guru yang mendapat tugas tambahan, kepala sekolah
merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip
administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapat
tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu
sebagai tenaga pengajar dan pendidik, dalam suatu sekolah seorang kepala
sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau
memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan
bimbingan. Dengan kata lain kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai
tenaga kependidikan dan tenaga pendidik dan juga sebagai kepala sekolah.
Blumberg berpendapat bahwa kerja kepala sekolah adalah sebagai aktivitas
yang ditujukan untuk menjaga:
a. Menjaga agar segala sesuatu berjalan dengan aman.
b. Menangani dan menghindari konflik.
c. Menyembuhkan luka psikologis
d. Mengawasi kerja orang lain.
e. Menerapkan ide-ide pendidikan.19
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa kepala sekolah
mempunyai peranan penting dalam memajukan sekolahnya. Kepala sekolah
memberikan masukan-masukan atau ide-ide cemerlang yang dapat diterapkan
demi kepentingan dan kemajuan sekolah yang dipimpinnya.
Dewasa ini satuan pendidikan atau sekolah pada semua jenjang dan jenis
dihadapkan pada persaingan mutu yang ketat dan manajemen sekolah yang
kompleks, sehingga pemahaman yang akurat tentang tujuan serta metode oleh
kepala sekolah untuk mencapai tujuan adalah amat vital. Kepala sekolah harus
mengenal kebutuhan para guru dan professional pendidikan lainnya dalam
melaksanaan tugas profesionalnya, kemudian setelah mengenal dengan baik, maka
kepala sekolah harus menyediakan kebutuhan tersebut untuk menyesuaikan

18
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet. ke-1, h. 145
19
Salfen Hasri, Sekolah Efektif dan Guru Efektif, (Makasar: Yayasan Pendidikan
Makasar, 2004), Cet. ke-2, h. 22

115
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

perilaku yang berorientasi pada tujuan.20 Tujuan yang dimaksud adalah untuk
peningkatan kualitas pendidikan lembaga yang dipimpinnnya.
Kunci utama dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah mutu para
gurunya. Dalam kaitan ini bukan hanya diperlukan suatu reformasi mendasar dari
pendidikan guru kita tetapi juga sejalan dengan penghargaan yang wajar terhadap
profesi guru sebagaimana Negara-negara industri maju lainnya. Hanya dengan
peningkatan mutu dan penghargaan yang layak terhadap profesi guru dapat
dibangun suatu system pendidikan yang menunjang lahirnya masyarakat
demokrasi, masyarakat yang disiplin, masyarakat yang bersatu penuh toleransi
dan pengertian serta yang dapat bekerjasama.21 Guru yang professional memiliki
cirri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar
2. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian
terhadap tugasnya.
3. Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karir hidup
serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru.22
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan pada anak didiknya. Dengan kata lain, guru adalah semua
orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina
anak didik, baik secara individual maupun secara klasikal, di sekolah maupun di
luar sekolah. 23 adapun pengertian guru dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Menurut Madyo Eko Susilo seperti yang dikutip oleh Ramayulis, guru adalah
seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar
terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik dari
aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat

20
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2008), h.
171
21
HAR. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.
14
22
Piet A. Sahertian,Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengmbangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. ke-1, h. 2
23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), Edisi Revisi, Cet. ke-3, h. 31-32

116
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga


sebagai makhluk sosial.24
2. Undang-undang No 14 tahun 2005 memaparkan bahwa guru berarti pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.25
3. Guru adalah tenaga professional yang diserahi tugas dan tanggung jawab
untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan
akhlak, moral, pengalaman, wawasan dan keterampilan peserta didik.26
4. Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pengembang
kurikulum yang dapat diciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif,
yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman,
memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif dalam
mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.27
5. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, dan merupakan input instrumental
dalam sistem pendidikan. Begitu juga dalam proses belajar mengajar guru
dijadikan sebagai ujung tombak dan pelaksana langsung dari proses belajar
mengajar tersebut.28
6. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,
yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang
potensial di bidang pembangunan.29
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa guru adalah
seorang pendidik adalah orang yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas.

24
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 50
25
Departemen Agama RI, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. ke-2, h. 3
26
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h. 165
27
Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Edisi ke-2, Cet. ke-5, h. 19
28
Asnawir, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, (Padang: IAIN IB Press, 2003), h.
115
29
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), Cet. ke-19, h. 125

117
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

Maksudnya memiliki keterampilan, pengalaman, berkepribadian mulia,


memahami yang tersurat dan tersirat, menjadi contoh dan model bagi muridnya,
senantiasa membaca dan meneliti, memiliki keahlian yang dapat diandalkan, serta
menjadi penasehat. Guru hendaknya dapat mengajar dan mendidik siswa. Sejalan
dengan ini Abuddin Nata mengatakan bahwa di samping membimbing para siswa
untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan, seyogyanya guru juga
harus membimbing siswa-siswanya mengembangkan segenap potensi yang ada
dalam diri mereka.30
Kepala sekolah berarti pemimpin pada suatu sekolah yang merupakan
kepemimpinan formal/resmi, yakni yang diangkat atau ditunjuk oleh suatu
kekuasaan atau badan tertentu yang lebih tinggi untuk menjalankan tugas–tugas
kepemimpinan dilingkungan kekuasaan/badan dalam lingkup sekolah yang akan
menjadi tanggung jawabnya untuk memajukan sekolah tersebut.
Secara etimologi, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal
yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepalasekolahan.
Istilah kekepala sekolahan mengandung makna sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. 31 Penjelasan ini
dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut jabatan
kepala sekolah, seperti administrasi sekolah (school administrator), pimpinan
sekolah (school leader), manajer sekolah (school manajer), dan sebagainya.
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
pemimpin kepala sekolah. Meskipun sebagai guru yang mendapat tugas tambahan,
kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aplikasi
prinsip-prinsip administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang
yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah
guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik, dalam suatu sekolah seorang
kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan
atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan

30
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 158
31
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_sekolah (Diakses Tanggal 20 Mei 2015)

118
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

bimbingan. Dengan kata lain kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai
tenaga kependidikan dan tenaga pendidik dan juga sebagai kepala sekolah.
Blumberg berpendapat bahwa kerja kepala sekolah adalah sebagai aktivitas
yang ditujukan untuk menjaga:
f. Menjaga agar segala sesuatu berjalan dengan aman.
g. Menangani dan menghindari konflik.
h. Menyembuhkan luka psikologis
i. Mengawasi kerja orang lain.
j. Menerapkan ide-ide pendidikan.32
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa kepala sekolah
mempunyai peranan penting dalam memajukan sekolahnya. Kepala sekolah
memberikan masukan-masukan atau ide-ide cemerlang yang dapat diterapkan
demi kepentingan dan kemajuan sekolah yang dipimpinnya.
Berangkat dari diundangkannya UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah Daerah, maka di dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan di
daerah sudah seharusnya juga merujuk pada peraturan perundangan 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimaan telah dikemukakan di atas,
menejemen pendidikan yang tersentralisasi, kurang mampu mengembangkan
potensi yang ada di lingkungan masyarakat \sesuai dengan kebutuhan
daerah/lokal.
Berkaitran dengan pelaksanaan otonomi daerah yang makin besar sebagai
amanat UUD 1945 dan UU NO. 32 Tahun 2004, merupakan tantangan sekaligus
peluang bagi kreatif mengembangkan sekolah. Dengan MBS, maka kepala
sekolah dapat mengatur dan mengurus sekolah sesuai dengan kepentingan
masyarakat yang dilayaninya (Stakeholder), menurut prakarsa sendiri.
2. Kondisi Sebelum MBS
Manajemen sekolah dikelola oleh orang dinas. Orang dinas ada yang tidak
berkecimpung ke seolah sehingga kualitas pendidikan menurun karena terjadinya

32
Salfen Hasri, Sekolah Efektif dan Guru Efektif, (Makasar: Yayasan Pendidikan
Makasar, 2004), Cet. ke-2, h. 22

119
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

miss education. Dengan adanya MBS, sekolah mampu meningkatkan kualitas


pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah menjadi pemimpin dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah yang dimaksud.
Kepemimpinan kepala sekolah berusaha menghubungkan tujuan sekolah
dengan sekolah dan mengamalkan kreativitas, setiap kepala sekolah membawa
pengaruh besar terhadap pengajaran untuk kebaikan dan keburukan. Kepala
sekolah memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai aspek
lingkungan sekolah dan kinerjanya dalam memantau pengalaman kearah masa
depan yang menjanjikan.
Seberapa besar kekuasaan kepala sekolah tergantung seberapa jauh MBS
dapat diimplementasikan. Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam
teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika, ada proses transisi dari
manajemen dengan sistem dikontrol oleh pusat menjadi menggunakan MBS.
Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi “Learning Person”
seseorang yang senantiasa berusaha menambah pengetahuan dan
keterampilannya.
Kepala sekolah yang memimpin tanpa ilmu kependidikan yang hanya
bermodalkan kekuasaan dan kedekatannya dengan atasannya serta kebiasaannya
menakut-nakuti para guru dan muridnya saja akan menyebabkan kemunduran
prestasi sekolah tersebut.
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas (PP 19/2005:
Standar Nasional Pendidikan, ps 49, butir 1)
Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik (UU no 20/2003: Sisdiknas, ps 48, butir 1).
Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah (UU no 20/2003: Sisdiknas, ps 51, butir

120
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

1)….meliputi: 10. pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan; (UU no 20/2003:


Sisdiknas, bag. penjelasan)33
Hal-hal yang diotonomkan ke sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum (school knowledge)
b. Waktu (school time)
c. Alat pembelajaran
d. Penilaian
e. SDM (Penempatan guru)
3. Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Edward Sallis, ada dua teori yang melatar belakangi teori
manajemen, diantaranya sebagai berikut:
a. Teori mutu
Mutu itu merupakan kesesuaian produk dengan permintaan pelanggan.
Sesuatu yang bermutu apabila memuaskan pelanggan. Libatkan stakeholder
dalam mencapai kepuasan pelanggan.
b. Teori pemberdayaan
Semakin meningkat spiritnya semakin meningkat produknya. Dalam hal ini,
guru diberi kepercayaan penuh untuk mengelola pendidikan.
Sebagai pendidikan yang bersifat formal, sekolah menerima fungsi
pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut:
a. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsin dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku, dalam hal ini undang-
undang pendidikan; UUSPN Nomor 20 Tahun 2003.
b. Tanggung jawab keilmuann berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa.
c. jawab fungsional pengelola dan pelaksanaan pendidikan yang menerima
ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. 34

33
Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003)
34
Hasbullah, op.cit, h. 47

121
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

Dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan


melalui kurikulum, antara lain sebagai berikut:
a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik,
dan antara anak didik degnan orang yang bukan guru (karyawan).
b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.
c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna
bagi agama, bangsa dan negara.
d. Sosialisasi, yaitu proses pembantu perkembangan individu menjadi makhluk
sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik dio masyarakt.
e. Konservasi dan transmisi kultural, yaitu memelihara warisan budaya yang
hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan tadi kepada
generasi mmuda/anak didik.
f. Transisi dari rumah ke masyarakat, yaitu apabila seorang anak memasuki
sekolah di mana ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan
tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat. 35
Berbicara tentang pendidikan sekolah, penulis yakin kalau pembaca telah
mengetahui pendidikan sekolah.kegiatan pembelajarannya diatur secara
terjadwal, sistematis dan berjenjang menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan. Menurut kedudukannya, penyelenggaraan pendidikan sekolah berada
setelah pendidikan keluarga. Berarti pendidikan sekolah merupakan lanjutan dari
pendidikan keluarga.
Sedangkan menurut fungsinya, pendidikan sekolah diselenggarakan
sebagai sumber daya manusia, mampu mengembangkan kehidupan dalam
membangun rumah tangganya kelak. Lebih daripada itu, dengan segala macam
kompetensinya dapat meningkatkan daya dorong dinamika sosial dan sekaligus
berperan sebagai inovator dan dinamisator sosial.
Pendidikan sekolah dituntut untuk mampu menyublimasi berbagai macam
potensi nilai-nilai kebudayaan yang terbawa oleh peserta didik dari berbagai
macam jenis lingkungan keluarga.

35
Ibid, h. 49-51

122
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

Berdasarkan kedudukannya, corak khusus pembelajaran disekolah dapat


diidentifikasi sebagai berikut :
a. Setiap sekolah menyelenggarakan pembelajaran khusus menurut struktur
hierarki kelas (setiap jenjang kelas peserta didik mendapatkan kecakapan
membaca, menulis, berhitung dan lain sebagainya).
b. Setiap kelas berisi sejumlah peserta didik yang berumur homogen agar
kegiatan belajar mengajar berjalan lancar.
c. Waktu pembelajaran relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang
telah direncanakan.
d. Isi materi pendidikan cenderung menekankan pada sifat akademis.
e. Kualitas pendidikan sebagai sasaran utama perlu disesuaikan dengan
kepentingan dan kebutuhan masa depan masyarakat.
MBS diharapkan dapat membuat sekolah lebih mandiri, dengan
memperdayakan sekolah melalui pemberian kkewenangan lebih besar kepada
sekolah (otonomi), dan mendorong sekolah untuk memulai mengambil
keputusan secara partisipatif yang melibatkan semua warga sekolah dan pihak
sekolah perlu membentuk komite sekolah sebagai pengganti BP3/POMG, dengan
melibatkan masyarakat yang lebih luas. Dampak positif penerapan MBS
adalah:36
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
b. Meningkatkan kepedulian dan kesadaran warga sekolah dan masayrakat
dalam menyelenggarakan pendidikan/sekolah melalui pengambilan
keputusan bersama;
c. Meningkatkan tanggung jawab pendidikan kepada orangtua, masayarakat,
pemerintah/sekolah terutama dalam peningkatan mutu;
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk membangun mutu
yang lebih baik.
Penggunaan MBS ini dikarenakan oleh beberapa alasan, yaitunya:

36
Ibid, h. 31

123
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

a. Sekolah lebih mengetahui tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan


ancaman bagi sekolah, sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolah;
b. Sekolah lebih mengetahuai tentang kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik;
c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolah yang paling tahu tentang
apa yang terbaik bagi sekolah;
d. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat setempat;
e. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan, dann sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat;
f. Sekolah dapat bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan
masing-masing sekolah yang disampaikan kepada pemerintah, orangtua, dan
masyarakat, sehingga sekolah akan berusaha keras untuk mencapai sasaran
pendidikan yang telah direncanakan;
g. Sekolah dapat bersaing secara sehat dengan sekolah-sekolah lainnya untuk
meningkatkan mutu melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan
orangtua, masyarakat, pemda setemapat;
h. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah secara cepat.
4. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam MBS
Menurut bahasa pemimpin disebut dengan al – imamah dapat diartikan
sebagai orang yang diikuti oleh kaumnya. Sedangkan menurut istilah al – imamah
adalah suatu kedudukan/jabatan yang diadakan untuk mengganti tugas kenabian
dalam rangka memelihara agama dan mengendalikan dunia.37

37
Djazuli, Fiqh Siyasah, (Bogor: Kencana, 2003), h., 84

124
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership yang berasal


dari kata “to lead” yang berarti memimpin, yaitu suatu kegiatan memberi
pengrahan, bimbingan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.38
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain untuk dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan.39
Kepemimpinan atau leadership merupakan seni dan keterampilan orang dalam
memanfaatkan kekuasaannya untuk memengaruhi orang lain agar melaksanakan
aktivitas tertentu yang diarahkan pada tujuan yang ttelah ditetapkan.40
Kepemimpinan juga berarti sekumpulan dari serangkaian kemampuan
dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan
sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh
semangat, ada kegembiraan batin serta tidak terpaksa.41
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses mempengaruhi yang dilakukan melalui kegiatan memberi pengarahan oleh
seseorang dengan serangkaian kemampuan dalam meyakinkan yang dipimpinnya,
agar dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
Adapun sumber-sumber yang memungkinkan seseorang dapat diangkat
menjadi pemimpin adalah bermacam-macam.
1. Sifat-sifat seseorang (personil traits). Seperti ketangkasan, keberanian,
kecepatan dalam mengambil keputusan dan lain-lain.
2. Tradisi kepemimpinan yang bersumber tradisi ini ada dua kemungkinan.
3. Menurut asas kelahiran/keturunan. Seperti anak raja menjadi raja, turunan
bangsawan menjdi menjadi bangsawan, dan sebagainya (berlaku dlam
masyarakat feodal).

38
Asnawir, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, (Padang: IAIN Press, 2003), h. 52
39
Moch. I Dochi Anwar, Kepemimpinan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Angkasa, 1986), h. 3
40
U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Cet. ke-
2, h. 139
41
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya,
1998), h. 26

125
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

4. Menurut umurnya atau yang paling lama dinasnya, banyak pengalaman.


5. Kekuatan magis, dlam sejarah banyak terdapat orang-orang yang muncul
sebagai pemimpin karena mempunyi kekuatan magis.
6. Prestise yakni pengalaman-pengalaman sebagai pemimpin dalam suatu
lapangan pekerjaan memberi kepadanya prestise kepemimpinan, tidak
mustahil bagi rang yang demikian itu jika pindah lapangan pekerjaan masih
tetap menjadi pemimpin.
7. Kebutuhan yang mengkondisioner (conditioned needs).
8. Kecakapan khusus; karena dia adalah satu-satunya orang orang dalam
kelompok/golongan itu yang mempunyai kecakapan atau keahlian dalam hal
kesenian, maka dialah yang menjadi pemimpin kesenian.
9. Diangkat. Karena ada lowongan, umpamanya diangkat sebagai kepala
sekolah.42
David G. Bowers dan Stanley E. Seashore mengusulkan empat dimensi
pokok dari srtuktur fundamental kepemimpinan, yaitu:
1. Bantuan (Support) = tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga
seseorang dan merasa dianggap penting.
2. Kemudahan interaksi = tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota
kelompok untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang saling
menyenangkan.
3. Pengutamaan tujuan = tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi
penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik.
4. Kemudahan bekerja = tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan dengan
kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengoordinasian, perencanaan,
dan penyediaan sumber-sumber seperti alat-alat, bahan-bahan, dan
pengetahuan teknis.43
Kepemimpinan kepala sekolah berusaha menghubungkan tujuan sekolah
dengan sekolah dan mengamalkan kreativitas, setiap kepala sekolah membawa

42
Ahmad Sabri, Administrasi Pendidikan, (Padang: IAIN Press, 2000), h. 22-23
43
Ngalim Purwanto, Op. Cit., h. 29

126
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

pengaruh besar terhadap pengajaran untuk kebaikan dan keburukan. Kepala


sekolah memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai aspek
lingkungan sekolah dan kinerjanya dalam memantau pengalaman kearah masa
depan yang menjanjikan. Maju mundurnya sekolah tergantung kepada sekolah.
Seberapa besar kekuasaan kepala sekolah tergantung seberapa jauh MBS
dapat diimplementasikan.
Seorang kepala sekolah hendaknya mampu memimpin dan benar-benar
sesosok pemimpin yang mempunyai ilmu pendidikan sesuai dengan apa yang
ditugaskan padanya. Seorang kepala sekolah hendaknya harus mempunyai bakat
kepemimpinan ynag tinggi. Kepala sekolah yang berkualitas adalah kepala
sekolah yang mampu membawa perubahan terhadap sekolah yang dipimpinnya
dan sesuai dengan keahliannya. Kepala sekolah yang memimpin tanpa dengan
ilmu kependidikan yang hanya bermodalkan kekuasaan dan kedekatannya dengan
atasannya serta kebiasaannya menakut-nakuti para guru dan muridnya saja. Hal
ini akan berdampak buruk pada suatu sekolah yang akan dipimpinnya, dan tidak
akan tercapai tujuan sekolah sesuai dengan yang diinginkan. Bila kepala sekolah
bermodalkan kekuasaan maka seorang kepala sekolah menganggap kepala
sekolah merupakan suatu jabatan atau profesi. Padahal yang perlu diingat
bahwasanya kepala sekolah merupakan suatu tugas tambahan sebagai seorang
guru dan sudah sanggup bertanggung jawab lebih dan memenuhi persyaratan
sebagai seorang kepala sekolah. Bila sanggup memenuhi persyaratan dan mampu
memimpin suatu sekolah makajadilah kepala yang berilmu dan bermartabat.

C. Kesimpulan
1. Manajemen tentunya tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada yaitu
(POAC) planning, organizing, actuating dan controlling.
2. Manajemen Berbasis Sekolah mampu meningkatkan kualitas pendidikan,
dalam hal ini kepala sekolah menjadi pemimpin dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah yang dimaksud. Pemberian kekuasaan secara utuh
sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika,

127
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

melainkan tahapan-tahapan sesuai dengan kerjasama organisasi dan program


yang dibuat. Apabila dilaksanakan dengan baik maka tercapailah apa yang
diinginkan oleh suatu sekolah tersebut ada proses transisi dari manajemen
dengan sistem dikontrol oleh pusat menjadi menggunakan MBS. Kepala
sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi “Learning Person”
seseorang yang senantiasa berusaha menambah pengetahuan dan
keterampilannya.

KEPUSTAKAAN

Anwar, Moch. I Dochi, Kepemimpinan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:


Angkasa, 1986

Asnawir, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Padang: IAIN IB Press, 2003

Bukhari, M, DKK, Azas-Azas Manajemen, Yogyakarta: Aditya Media, 2005

Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme


Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Departemen Agama RI, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005),
Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Departemen Agama RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2003

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010

Djazuli, Fiqh Siyasah, Bogor: Kencana, 2003

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009

Hasri, Salfen, Sekolah Efektif dan Guru Efektif, Makasar: Yayasan Pendidikan
Makasar, 2004

http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_sekolah (Diakses Tanggal 20 Mei 2015)

Indar, Djumransjah, Perencanaan Pendidikan (Strategi dan Implementasinya),


Surabaya: Karya Abditama, 1995

128
JURNAL MENATA Volume 3, No 1, Januari-Juni 2020

Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2012

-------, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2008

Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1983

-------, Administrasi Pendidikan, Surabaya: Haji Mas Agung, 1997

Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004


Poerwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010

-------, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010

Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru,


Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012

Sabri, Ahmad, Administrasi Pendidikan, Padang: IAIN Press, 2000

Saefullah, U, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2014

Sahertian, Piet A, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1994

-------, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka


Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011

Sujanto, Bedjo, Menajemen Pendidikan, Berbasis Sekolah, Model Pengelolaan


Sekolah di Era Otonomi Daerah, Jakarta: CV. Sagung Seto, 2007

Tanthowi, Jawahir, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an, Jakarta:


Pustaka al-Husna, 1983

Tilaar, HAR, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Vembriarto, ST, Pengantar Perencanaan Pendidikan (Educational Planning),


Yogyakarta: Andi Offset, 1988

Wojowarsito, Purwadarminta, Kamus lengkap Indonesia Inggris, Jakarta: Hasta, 1974

129

Anda mungkin juga menyukai