Anda di halaman 1dari 13

GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta

meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini juga diikuti
dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program infrastruktur
dengan basis masyarakat.

Logo GERMAS yang terkesan sederhana ternyata memiliki makna yang dalam; mengetahui makna yang
ada di balik logo tersebut dapat menjadi awal untuk lebih memahami dan mengapresiasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat yang telah dicanangkan sejak tahun 2015 lalu. Pada logo tersebut terdapat tiga
buah bidang dengan warna biru turqoise yang merupakan lambang dari 3 Pilar Program Indonesia Sehat.
Ketiga pilar tersebut adalah Penerapan Paradiga Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional.

Sedangkan bidang hijau terang dengan bentuk hati merupakan lambang dari semangat universal dan
tulus dari upaya membawa seluruh warga negara Indonesia untuk lebih sehat tanpa memandang
perbedaan suku bangsa, ras, strata sosial dan latar belakang budayanya.

Huruf K yang terdapat pada logo mewakili kata Kesehatan yang merupakan bidang dari Kementrian yang
bertanggung jawab atas GERMAS.

Bagian logo berbentuk lima ujung pada sebuah bidang bulat mewakili lima nilai Kemenkes; yaitu Pro
rakyat, Responsif, Efektif dan Bersih serta berlandaskan Pancasila.

Sedangkan garis menyerupai busur panah melambangkan tujuan dari Kemenkes Republik Indonesia
berupa mewujudkan negara Indonesia yang sehat.\

7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


1. Melakukan Aktivitas Fisik

2.Makan Buah dan Sayur

3.Tidak Merokok

4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol

5.Melakukan Cek Kesehatan Berkala

6.Menjaga Kebersihan Lingkungan

7.menggunakan jamban

NAWACITA
Kementerian Kesehatan berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui agenda
prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan Nawa Cita, sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi


domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

VISI

Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia yaitu Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut
diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi pembangunan yaitu:

MISI

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang


kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

NILAI-NILAI

Pro Rakyat

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan


kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
golongan, agama dan status sosial ekonomi.
Inklusif

Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan
kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi,
organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

Responsif

Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam
mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-
faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga
diperlukan penangnganan yang berbeda pula.

Efektif

Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat
efisien.

Bersih

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
transparan, dan akuntabel.

BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan
sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes Indonesia menjadi BPJS
Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.[1]
Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT
Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan.

PHBS

􀀁 PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah
rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2. Memberi bayi ASI eksklusif

3. Menimbang bayi dan balita

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

PHBS di Sekolah

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI SEKOLAH

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.

2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.

4. Olahraga yang teratur dan terukur.

5. Memberantas jentik nyamuk.

6. Tidak merokok di sekolah.

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.

IMUNISASI

1. BCG

Vaksinasi BCG harus diberikan pada bayi sebelum berusia 3 bulan. Jika usia bayi sudah lebih dari 3 bulan,
dianjurkan untuk terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin. Vaksinasi BCG bisa diberikan jika uji tuberkulin
menunjukkan hasil negatif. Tempat penyuntikan vaksin BCG yang dianjurkan yakni pada lengan kanan
atas.

2. DTP

Vaksinasi DTP dianjurkan untuk diberikan sebanyak lima kali, masing-masing pada usia:

2, 4, 6 – 18 bulan dan 4-6 tahun, atau

2 – 3 – 4 - 18 bulan dan SD kelas 1

Baca Juga : 5 Gejala Difteri pada Anak yang Harus Segera Ditangani
3. Campak

Vaksinasi campak merupakan imunisasi dasar lengkap yang harus diberikan saat bayi berusia 9 bulan.
Vaksinasi diulang saat anak berusia 2 tahun dan saat masuk sekolah SD.

4. Cacar Air

Vaksinasi cacar air harus diberikan pada anak-anak yang belum pernah menderita cacar air, yakni pada
saat berusia 12 – 15 bulan.

5. Hepatitis B

Vaksinasi hepatitis B harus diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan, sebanyak 3 dosis:

Dosis pertama: Diberikan saat bayi baru lahir. Tepatnya sebelum bayi berusia 12 jam.

Dosis kedua: Diberikan saat bayi berusia 1 – 2 bulan.

Dosis ketiga: Diberikan saat bayi berusia 6 – 12 bulan.

Jika bayi mendapatkan vaksin kombinasi yang mengandung hepatitis B, maka dapat diberikan 4 dosis.

Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B, perlu mendapatkan vaksin hepatitis B dosis
pertama sebelum usianya 12 jam ditambah dengan imunoglobulin hepatitis B pada saat bersamaan di
bagian paha yang berbeda (dilakukan setelah mendapat suntikan vitamin K1).

Pemberian vaksin selanjutnya dapat diberikan sesuai jadwal. Saat berusia 9-18 bulan, bayi yang lahir dari
ibu dengan hepatitis B perlu diperiksa antiHBs dan HbsAg.

6. Hib

Vaksin Hib dianjurkan untuk diberikan saat bayi berusia 2, 4, 6 bulan dan diulang pada usia 12 – 15 bulan
dengan dosis tergantung usia bayi (3 atau 4 dosis).

7. Flu

Vaksinasi flu dapat diberikan setiap tahun saat anak berusia 6 bulan hingga 8 tahun dalam 2 dosis
dasar/awal.

8. MMR

Vaksinasi MMR harus diberikan sebanyak 2 dosis pada anak-anak, yakni:

Dosis pertama saat anak berusia 12 – 15 bulan.

Dosis kedua saat anak berusia 4-6 tahun.

Interval antara dosis pertama dengan dosis kedua berjarak setidaknya 28 hari. Sehingga dosis kedua
dapat diberikan lebih cepat. Vaksinasi ini dapat diberikan bersama dengan vaksinasi lain.

9. Pneumokokus

Saat bayi berusia 2, 4, 6, dan 12 - 15 bulan, harus mendapatkan vaksinasi pneumokokus konjugasi secara
rutin.

Baca Juga : Pentingkah Si Kecil Mendapat Imunisasi Tambahan?


10. Polio

Anak-anak perlu mendapatkan 4 dosis vaksinasi polio dengan jadwal pemberian dosis pertama saat lahir
dan dilanjutkan saat berusia 2, 4, 6 bulan. Kemudian, diulang saat berusia 18 bulan dan 4 – 6 tahun.

11. Rotavirus

Vaksinasi rotavirus terbagi menjadi 2 jenis yang diberikan sebanyak 2 atau 3 dosis, tergantung jenis
vaksin yang digunakan. Vaksin dapat diberikan dengan cara diminum (bukan disuntik) saat bayi berusia 2,
4 (dan 6 bulan jika diberikan 3 dosis). Dapat diberikan bersama vaksin lain.

Tanggal 15 Januari : Hari Kanker Anak Sedunia

2. Tanggal 27 Januari : Hari Kusta Sedunia

3. Tanggal 04 Februari : Hari Kanker Sedunia

4. Tanggal 24 Maret : Hari Tuberkolosis Se- Dunia

5. Tanggal 07 April : Hari Kesehatan Se- Dunia

6. Tanggal 08 April : Hari Anak-anak Balita

7. Tanggal 10 April : Hari Meluas Malaria Se- Dunia

8. Tanggal 11 April : Hari Kanker Tulang

9. Tanggal 17 April : Hari Hemofilia Se- Dunia

10. Tanggal 18 April : Hari Diabetes Nasional

11. Tanggal 22 April : Hari Demam Berdarah

12. Tanggal 24 April : Hari Imunisasi

13. Tanggal 01 Mei : Hari Asma

14. Tanggal 08 Mei : Hari Palang Merah Se- Dunia

15. Tanggal 10 Mei : Hari Lupus Se-Dunia

16. Tanggal 29 Mei : Hari Lanjut Usia Nasional

17. Tanggal 31 Mei : Hari Tanpa Tembakau Se- Dunia

18. Tanggal 17 Juli : Hari Saka Bakti Husada

19. Tanggal 23 Juli : Hari Anak Nasional

20. Tanggal 01 Agustus : Hari Remaja Asia

21. Tanggal 01 - 07 Agustus : Pekan ASI Se- Dunia

22. Tanggal 15 September : Hari Peduli Limfoma se- Dunia

23. Tanggal 16 September : Hari Pangan Nasional


24. Tanggal 17 September : Hari Palang Merah Indonesia

25. Tanggal 24 September : Hari Jantung se- Dunia

26. Tanggal 28 September : Hari Rabies se- Dunia

27. Tanggal 30 September : Hari Hati Sedunia

28. Tanggal 04-12 September : Pekan Peduli Hepatitis B

29. Tanggal 09 Oktober : Hari Penglihatan se- Dunia

30. Tanggal 01 - 07 Agustus : Pekan ASI Se- Dunia

31. Tanggal 10 Oktober : Hari Kesehatan Jiwa se- Dunia

32. Tanggal 15 Oktober : Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) se- Dunia

33. Tanggal 18 Oktober : Hari Menopause se- Dunia

34. Tanggal 20 Oktober : Hari Osteoporosis se- Dunia/Nasional

35. Tanggal 24 Oktober : Hari Dokter Nasional

36. Tanggal 12 November : Hari Kesehatan Nasional (HKN)

37. Tanggal 14 November : Hari Diabetes se- Dunia

38. Tanggal 15 November : Hari Penyakit Paru

39. Tanggal 28 November : Hari menanam Pohon Indonesia

40. Tanggal 01 Desember : Hari AIDS se- Dunia

41. Tanggal 03 Desember : Hari Penyandang Cacat se- Dunia

42. Tanggal 05 Desember : Hari Relawan se- Dunia

43. Tanggal 20 Desember : Hari Kesetiakawanan Sosial Nasiona

l44. Tanggal 22 Desember : Hari Ibu

45. Tanggal 27 Desember : Hari Kesatuan Gerak PKK

46. Tanggal 28 Desember : Hari Kusta se- Dunia

UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.

UU 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan


Kode etik perawat adalah merupakan bagian yang harus dijalankan dan diterapkan oleh setipa
perawat dalam menjalankan profesi keperawatan sehari-harinya. Dalam sebuah profesi apapun itu
tentunya sebuah kode etik diperlukan dan dibutuhkan dan juga harus dipatuhi dengan benar.. Termasuk
dalam profesi keperawatan ini, maka organisasi keperawatan Indonesia PPNI juga mempunyai kode etik
yang harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh keseluruhan anggota perawat tanpa terkecuali dan hal
tersebut dinamakan dengan kode etik keperawatan.

Kode etik perawat adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.

Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas serta fungsi perawat
adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap
kode etik sehingga kejadian akan pelanggaran etik dapat dihindarkan dan diminimalisasi. Demikian
kurang lebih yang dmaksud dengan makna definisi dan juga pengertian kode etik keperawatan.

Fungsi Tujuan Kode Etik Perawat

Manfaat kode etik keperawatan yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status profesional
dengan cara sebagai berikut :

• Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan
menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat

• Menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai
landasan dalam penerapan praktek etikal

• Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien / klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional
kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor
dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan

• Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

Kode Etik Keperawatan Indonesia :

1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat

Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggungjawab yang


bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.

Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa memelihara suasana


lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari
individu, keluarga dan masyarakat.

Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi
dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
2. Tanggungjawab terhadap tugas

Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional
dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,
keluarga dan masyarakat.

Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran
politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas
keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

3. Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya

Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada sesama


perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan
kemampuan dalam bidang keperawatan.

4. Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan

Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-sendiri dan atau
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang
bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.

Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku
dan sifat pribadi yang luhur.

Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan
serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.

Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai
sarana pengabdiannya.

5. Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan negara

Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang diharuskan oleh


pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.

Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
Aborsi adalah tindakan untuk mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan yang pada dasarnya di larang di Indonesia. Dalam Kitab undang-
undang hukum pidana pengaturan mengenai aborsi masuk dalam bab kejahatan terhadap nyawa.
Meningkatnya Angka kematian Ibu karena praktek aborsi yang dilakukan dengan tidak aman dan tidak
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang melakukan tindakan aborsi. Alasan tersebut yang
kemudian memunculkan adanya pengecualian larangan aborsi, yakni pada pasal 75 ayat (2) Undang-
undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan dengan
alasan kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaaan. Tindakan aborsi sebagaimana yang
dimaksud pada pasal 75 hanya dapat dilakukan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki sertifikat yang di
tetapkan oleh menteri, namun dalam hal ini pasal tersebut tidak menjelaskan mengenai kualifikasi siapa
saja Tenaga Kesehatan yang berwenang melakukan tindakan aborsi karena Tenaga Kesehatan dibedakan
menjadi beberapa macam berdasarkan Undang-Undang Tenaga Kesehatan. Adapun tujuan dari skripsi ini
yaitu untuk mengetahui siapa saja tenaga kesehatan yang berwenang melakukan tindakan aborsi legal.
Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan tersebut digunakan pendekatan peraturan perundang-
undangan dan pendekatan konseptual, yang dengan pendekatan tersebut dapat di tarik kesimpulan
bahwa tenaga kesehatan yang berwenang melakukan tindakan aborsi legal ialah dokter berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 3 Tahun 2016 Tentang Pelatihan dan Penyelenggaraan Pelayanan
Aborsi atas Indikasi Kedaruratan Medis dan Kehamilan Akibat Perkosaan

PERAN & FUNGSI PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

Masalah penyaLahgunaan NAPZA merupakan masalah global dan memerlukan partisipasi aktif seluruh
komponen bangsa dalam penanganannya, termasuk tenaga kesehatan. Perawat sebagai bagian dari
tenaga kesehatan mutlak wajib melaksanakan fungsi dan perannya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat termasuk penanganan penyalahgunaan NAPZA.

1. Fungsi Perawat

a. Independent

Fungsi independent perawat adalah ”those activities that are considered to be within nursing’s scope of
diagnosis and treatment”. Dalam fungsi ini tindakan perawat dalam penanganan klien pengguna NAPZA
tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan. Dalam kaitan dengan penanggulangan penggunaan NAPZA tindakan perawat diantaranya :

1) Pengkajian klien pengguna NAPZA.

2) Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kegiatan sehari-hari.


3) Mendorong klien berperilaku secara wajar.

b. Interdependent

Fungsi interdependent perawat adalah ”carried out in conjunction with other health team members”.
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lain. Fungsi ini
dilaksanakan dengan pembentukan tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Dan anggota tim kesehatan
lain bekerja sesuai kompetensinya masing-masing. Contoh tindakannya adalah melakukan kolaborasi
rehabilitasi klien pengguna NAPZA, dimana perawat bekerja dengan psikiater, social worker, ahli gizi juga
rohaniwan,

c. Dependent

Fungsi dependent perawat adalah “the activities perfomed based on the physician’s order”. Dalam fungsi
ini perawat bertindak membantu dokter dalam meberikan pelayanan medik. Perawat membantu dokter
memberikan pelayanan pengobatan atau pemberian psikofarmaka dan tindakan khusus yang menjadi
kewenangan dokter dan seharusnya dilakukan oleh dokter. Contoh pada tindakan detoksifikasi NAPZA.

2. Peran Perawat

Peran perawat ini diterjemahkan dalam perannya sebagai provider, edukator, advokator, dan role model.

a. Provider/Pelaksana

Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai penyedia layanan keperawatan (praktisi). Perawat
baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
ketergantungan obat0obatan terlarang baik secara individu, keluarga, atau pun masyarakat. Peran ini
biasanya dilaksanakan oleh perawat di tatanan pelayanan seperti rumah sakit khusus ketergantungan
obat, unit pelayanan psikiatri, puskesmas atau di masyarakat. Untuk mencapai peran ini seorang perawat
harus mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri dan kolaborasi, memiliki pengetahuan tentang
ilmu dan kiat keperawatan, mempunyai pengetahuan tentang NAPZA, keterampilan, sikap empati dalam
memberikan asuhan keperawatan. Dalam menjalankan peran sebagai care giver, perawat menggunakan
metode pemecahan masalah dalam bentuk asuhan proses keperawatan untuk membantu klien
mengatasi masalah kesehatannya.

b. Edukator/Pendidik

Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat melakukan pendidikan kesehatan tentang
NAPZA dan dampaknya bagi kesehatan kepada klien baik individu, keluarga atau kelompok yang berada
di bawah tanggungjawabnya. Untuk melaksanakan peran ini, perawat harus mempunyai keterampilan
dalam hubungan interpersonal yang efektif, mengetahui prinsip yang dianut oleh klien, mempunyai
kemampuan proses belajar dan mengajar dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang NAPZA.

c. Advokat.

Hal yang tidak pernah disadari adalah pengguna NAPZA sebenarnya ”korban”. Langkah saat ini dimana
menempatkan pengguna napza sebagai kriminal sebenarnya sangat tidak tepat, karena sebenarnya yang
dibutuhkan oleh pengguna NAPZA adalah akses terhadap layanan-layanan yang dapat membantu
mereka pulih dari kecanduannya. Di Indonesia saat ini sudah ada peraturan yang menyebutkan bahwa
pengguna napza dapat dikirim ke panti rehabilitasi untuk menjalani perawatan sebagai ganti hukuman
kurungan. Namun sayangnya, semenjak peraturan tersebut berlaku tahun 1997 (UU no.22 tahun 1997
tentang narkotika & UU no.5 tahun 1997 tentang psikotropika). Belum banyak yang dikirim ke panti
rehabilitasi atas perintah hakim di pengadilan. Hal ini terjadi terutama karena masih kurangnya batasan
antara pengguna dan pengedar di dalam UU Narkotika yang sekarang berlaku. Disinilah perawat harus
mengambil peranan sebagai protector dan advocat. Peran ini dilaksanakan dengan berupaya melindungi
klien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban klien, selalu “berbicara untuk pasien” dan
menjadi penengah antara pasien dengan orang lain, membantu dan mendukung klien dalam membuat
keputusan serta berpartisipasi dalam menyusun kebijakan kesehatan terutama program rehabilitasi
pengguna NAPZA.

d. Role model

Keperawatan merupakan sebuah profesi dimana masyarakat memandang perawat sebagai seorang
tokoh yang dihargai, diangga orang yang paling banyak tahu tentang kesehatan. Hal ini menjadikan
seorang perawat terikat oleh kode etik profesi dalam menjalankanperannya baik di tatanan pelayanan
maupun di kehidupan sosial masyarakat. Adalah suatu keharusan sebagai seorang perawat memberikan
contoh hidup yang sehat. Namun tanpa disadari perawat merupakan salah satu profesi yang berpotensi
tinggi mendorong seorang perawat menjadi pengguna NAPZA. Hal ini karena pengetahuan yang
dimilikinya tentang obat-obatan dan kesempatan terbuka terhadap akses layanan obat-obatan di tatanan
pelayanan. Untuk itu diperlukan jiwa yang kuat agar perawat terhindar dari mapraktik yang menjurus
kepada penyalahgunaan NAPZA. Hal ini mengingat masayarakat akan memandang perawat adalah orang
yang seharusnya bersih dari segala kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan.

BPJS Non Penerima Bantuan Iuran BPJS Penerima Bantuan Iuran

Peserta Non-PBI berhak atas fasilitas kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 BPJS. Peserta BPJS PBI hanya berhak
untuk BPJS kelas 3.

Peserta BPJS Non PBI dapat memilih fasilitas kesehatan yang telah ditentukan dan sudah bekerjasama
dengan BPJS sesuai dengan domisili. Peserta BPJS PBI hanya dapat berobat di fasilitas tingkat 1
puskesmas kelurahan atau desa.

Program Non PBI dikhususkan untuk warga yang meliputi Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), bukan
pekerja seperti pemilik perusahaan dan pekerja penerima upah. Peserta BPJS PBI hanya berhak
atas BPJS kelas 3.

Peserta BPJS Non PBI yang khusus mengambil kelas 1 dan kelas 2 dapat naik kelas perawatan apabila
kondisi kamar yang menjadi haknya di rumah sakit penuh. Peserta BPJS PBI dan non PBI yang
mengambil kelas 3 tidak bisa naik kelas ketika dirawat.

Anggota Non Penerima Bantuan Iuran harus membayar iuran bulanan meskipun anggota bersangkutan
berasal dari golongan pekerja menerima upah yang ditanggung sebagian oleh perusahaan peserta.
Sedangkan untuk anggota BPJS PBI, iuran bulanannya ditanggung oleh pemerintah, jadi tidak
perlu membayar iuran sendiri.

Peserta Non Penerima Bantuan Iuran mandiri yang mengambil kelas 1 dan kelas 2 wajib memiliki
rekening bank ketika mendaftar. Peserta BPJS Non Penerima Bantuan Iuran yang mengambil kelas
3 tidak perlu memiliki rekening bank.
Untuk menjadi peserta BPJS PBI dan berhenti menjadi anggota hanya dapat direkomendasikan oleh data
rekonsiliasi dari Kementerian Sosial atas referensi dari dinas sosial setempat, jika sesuai dengan kategori
miskin dan kurang mampu maka peserta akan didaftarkan menjadi peserta BPJS PBI Untuk peserta
Non Penerima Bantuan Iuran dapat mendaftarkan diri secara pribadi baik melalui perusahaan tempat
bekerja atau datang langsung ke kantor BPJS jika ingin menjadi peserta mandiri.

Anda mungkin juga menyukai