Anda di halaman 1dari 24

c

1
c

S  



 c

 


Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Saat ini DBD masih menjadi masalah
kesehatan di dunia terutama negara endemis seperti Indonesia. ¦ 
 
    (WHO) memperkirakan sebanyak 50 juta orang
terinfeksi dengue setiap tahun dengan 500.000 kasus demam berdarah
dengue dan 22.000 kematian terjadi di usia anak-anak. Jumlah rata-rata
kasus baru demam dengue dan demam berdarah dengue di dunia pada tahun
2000-2007 yaitu 925.896 kasus1. Pada Januari - Oktober 2009 jumlah kasus
DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 121.423 kasus2.
Jumlah angka kesakitan dan kematian DBD setiap tahun bervariasi. Jumlah
kematian DBD baik di dunia maupun di Indonesia masih sangat tinggi.
Regional Asia Tenggara terjadi peningkatan kasus sebesar 18% pada tahun
2007 dibandingkan dengan 2006. Angka kematian DBD di regional Asia
Tenggara masih dibawah 1%. Angka kematian DBD di Indonesia pada
tahun 2004-2007 mengalami penurunan dari 1,5% menjadi 1%
dibandingkan dengan tahun 1999-2003. Namun, angka kematian DBD ini
masih belum sesuai dengan target pemerintah yaitu dibawah 1%3. Angka
kematian DBD di Jawa Timur menurut kelompok umur dari tahun 1999-
2000 adalah kelompok umur 5-9 tahun sebesar 40,48%4.
Angka kesakitan dan kematian DBD di Indonesia masih tinggi akibat tidak
ada obat khusus atau vaksin demam berdarah dengue. Penyebab lain adalah
kurangnya partisipasi masyarakat dan lintas sektoral dalam upaya
pengendalian DBD. Selain itu, kurangnya pelatihan dokter dalam
penanganan DBD dan dukungan diagnosis laboratorium yang kurang
memadai turut berperan3.
Pemeriksaan laboratorium untuk menegakan diagnosis demam berdarah
dengue dapat dengan mengisolasi virus, pemeriksaan serologi dan

c
c
2
c

pemeriksaan è    (RNA). Pemeriksaan laboratorium yang ada


sekarang, tidak semuanya dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis
DBD. Beberapa pemeriksaan memerlukan teknik khusus dan biaya mahal
seperti pemeriksaan RNA virus dan isolasi virus5. Penetapan diagnosis
demam berdarah dengue masih mengacu pada ¦   
   
dengan melihat gejala klinis dan laboratorium serta dikonfirmasi dengan uji
inhibisi hemaglutinasi sebagai baku emas Uji inhibisi hemaglutinasi
memerlukan waktu kurang lebih 24 jam dan membutuhkan 2 jenis sampel
darah (fase akut dan konvalesens)6. Oleh karena uji inhibisi tidak dapat
memberikan waktu yang cepat, sekarang telah tersedia pemeriksaan
laboratorium yang murah dan cepat seperti uji    
      (NS1 ICT), imunoglobulinM/G ICT dan NS1
       (ELISA). Akan tetapi, permasalahan
yang muncul dari pemeriksaan virus dengue yang cepat dan murah ini
terdapat pada spesifitas dan sensitivitas dari masing-masing uji tersebut
untuk menegakan diagnosis infeksi DBD. Oleh karena itu, penulis ingin
menganalisis secara komprehensif dan logis tentang uji serologis yang
dapat digunakan untuk penegakan diagnosis dini DBD pada anak.
’ c 




Berdasarkan literatur dan bukti ilmiah yang telah didapat, muncul suatu
pertanyaan yang menjadi rumusan masalah karya tulis tinjauan pustaka ini.
Perumusan masalahnya adalah:
³Uji serologi apakah yang dapat digunakan dalam menegakan diagnosis
dini demam berdarah dengue pada anak?´
r c ÿ


a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui uji serologi yang dapat digunakan untuk penegakan
diagnosis dini demam berdarah dengue pada anak.
b. Tujuan Khusus
1.c Mengetahui macam uji diagnosis dini demam berdarah dengue.

c
c
3
c

2.c Mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas pada macam uji


diagnosis dini demam berdarah dengue.
3.c Mengetahui keuntungan dan kelebihan dari macam uji diagnosis dini
demam berdarah dengue.
4.c Mengetahui uji diagnosis dini demam berdarah dengue yang dapat
digunakan.
 c 




a.c Pemerintah
1.c Membantu pemerintah dalam menurunkan angka kematian penderita
DBD
2.c Memberikan rekomendasi pemerintah dalam menetapkan kebijakan
penegakan diagnosis DBD
b.c Masyarakat
Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai pemeriksaan
laboratorium yang cepat dan murah serta memiliki sensitivitas dan
spesifitas yang tinggi dalam mengetahui infeksi DBD.

c
c
4
c

SS ÿ ÿ



c 

  
Perlu diperahatikan untuk klinisi dalam menggunakan uji diagnosis yang
berkembang sekarang, karena tidak semua uji diagnosis memiliki nilai
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Selain itu, perlu diperhatikan oleh
klinisi dan masyarakat bahwa uji diagnosis yang sesuai dalam penegakan
diagnosis dini demam berdarah dengue pada anak sangat penting, karena
apabila diagnosis demam berdarah dengue tidak dapat dilakukan sedini
mungkin dan penatalaksanaan yang lambat maka dapat menimbulkan
sindrom syok dengue sampai kematian. 
’c 
  

!’"
Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue. Virus
dengue ini ditularkan kepada manusia oleh nyamuk     dan
    yang terinfeksi virus dengue. Virus dengue termasuk
famili    dan genus  . Sampai saat ini, virus dengue
telah diketahui mempunyai 4 jenis serotipe yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3
dan DEN-48.
Virus dengue memiliki genome RNA untai tunggal (ssRNA) yang
dikelilingi oleh nukleokapsid    dan dibungkus oleh lemak.
Diameter virus dengue sekitar 40-50nm dan panjang sekitar 11 kb
(kilobases). Sebuah       ! (SORF) terdapat di dalam
RNA yang mengkode 3 protein struktural dan 7 protein nonstruktural.
Protein struktural terdiri atas kapsid (C; 12-14 kDa), membran (M; 8 kDa),
dan selubung (E; 51-59 kDa). Protein nonstruktural terdiri atas NS1, NS2a,
NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS59,10.cc

c
11
Gambar 1. Genom RNA dengue virus

c
c
5
c

Nonstruktural 1 (NS1) merupakan glukoprotein yang fungsinya masih


belum diketahui dengan jelas. NS2 memiliki 2 protein (NS2a dan NS2b)
yang berperan pada proses poliprotein. NS3 memiliki sebagian proteinase
yang berfungsi sebagai sitosol. NS4 memiliki peran pada replikasi RNA.
NS5 berperan dalam mewujudkan RNA     yang tergantung pada
polimerase RNA12. c c
Diagnosis demam berdarah dengue
Diagnosis DBD ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis WHO tahun
1997. Diagnosis dapat ditegakan apabila memenuhi 2 kriteria klinis
ditambah peningkatan hematokrit, kriteria tersebut yaitu: 1) Terdapat
demam tinggi tanpa sebab yang jelas berlangsung 2-7 hari; 2) Terdapat
manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji   "    !,
 ,    , , perdarahan mukosa, epitaksis, perdarahan
gusi, hematemesis dan melena; 3) Adanya tanda kebocoran plasma akibat
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, seperti nadi cepat dan lemah,
penurunan tekanan nadi, hipotensi, akral dingin, kulit lembab, efusi pleura,
asites dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hematokrit
20% atau lebih; 4) Hasil pemeriksaan darah didapatkan trombositopenia
(100.000 sel/ml atau kurang)9.
¦  
   (1997) membagi derajat DBD dalam 4 tingkat,
yaitu sebagai berikut9 :
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan dengan uji   "positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (” 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan
penderita tampak gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan
tekanan darah yang tidak dapat diukur.

c
c
6
c

Imunopatogenesis demam berdarah dengue


Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
betina     atau     yang telah terinfeksi virus
dengue. Masa inkubasi virus dengue dalam tubuh nyamuk betina sekitar 8-
12 hari. Setelah memasuki tubuh manusia, virus dengue akan menuju organ
sasaran yaitu hati, nodus limfatikus, sumsum tulang, dan paru. Masa
inkubasi virus dengue dalam tubuh manusia sekitar 4-7 hari dari mulai
masuknya virus ke dalam tubuh manusia. Virus dengue masuk ke dalam
tubuh mengikuti sirkulasi sistemik dan akan menuju sel target utama yaitu
makrofag dan monosit. Viremia terjadi 3-10 hari sebelum demam
muncul12,13.
Respon imun yang terjadi di dalam tubuh akibat infeksi virus dengue yaitu
respon imun nonspesifik dan spesifik. Respon imun pertama kali terjadi
adalah respon imun nonspesifik. Respon imun humoral nonspesifik yang
terjadi adalah terbentuknya  ! Į(IFNĮ) dan IFNȕ dari sel makrofag
yang terinfeksi untuk menghambat replikasi virus dan melindungi sel
makrofag lain yang belum terinfeksi. Komplemen teraktivasi langsung pada
infeksi virus dengue melalu jalur alternatif dalam imunitas nonspesifik dan
jalur klasik dalam imunitas spesifik. Komplemen ini berperan sebagai
opsonin untuk meningkatkan fagositosis makrofag dan monosit12,13.
Makrofag terinfeksi virus dapat berinteraksi dengan limfosit. Virus dengue
yang terdapat didalam sel makrofag akan dicerna oleh enzim di sitosol sel.
Protein penyusun virus dengue dipecah oleh enzim dalam sel makrofag
menjadi peptida, kemudian akan berikatan dengan molekul #$ 
       % & c MHC I) yang dibentuk oleh retikulum
endoplasma. Peptida tersebut dipresentasikan ke permukaan sel makrofag
oleh MHC kelas I dan II untuk memberikan sinyal ke sel limfosit T.
Peningkatan fagositosis makrofag memicu produksi   (IL1), IL6
dan '    ( Į (TNF-Į). Ikatan MHC kelas I dengan T %
è  (TCR) T helper (TH) CD8+ mengaktivasi T helper CD8+ sebagai
sel T sitolitik dan memberikan sinyal bahwa makrofag telah terinfeksi virus

c
c
7
c

dengue. Ikatan MHC kelas II dengan sel T helper CD4+ (TH1 dan TH2)
menyebabkan sel T helper CD4+ teraktivasi dan kemudian mengaktivasi
limfosit B. Sel TH 1 yang teraktivasi akan mensekresi IL2, IFNȖ dan TNF-ȕ
yang berperan dalam respon inflamasi dan aktivasi sel T sitolitik. Sel TH2
yang teraktivasi akan mensekresi IL4, IL5, IL6, IL10 dan IL13 yang
berperan dalam respon imun humoral dan aktivasi sel limfosit B. Limfosit B
yang telah teraktivasi akan berproliferasi menjadi sel memori dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan menghasilkan IgM dan
IgG12,14,15 .
Interleukin1 dan IL6 memicu produksi prostaglandin, mempengaruhi pusat
termoregulasi sehingga memicu timbulnya demam. TNF-Į yang dihasilkan
dari aktifasi makrofag dapat merusak endotel dan meningkatkan
permeabilitas kapiler, sehingga dapat menimbulkan perembesan plasma dan
perdarahan. Apabila gangguan permeabilitas kapiler ini tidak segera diatasi,
maka anak yang terinfeksi DBD akan jatuh kedalam sindrom syok dengue
(SSD)12,15.
Infeksi virus dengue pertama kali akan membentuk antibodi seumur hidup
yang bersifat neutralisasi. Antibodi neutralisasi ini berguna untuk
meningkatkan fagositosis makrofag. Akan tetapi pada infeksi virus dengue
yang kedua dengan serotipe yang berbeda akan terbentuk antibodi
nonneutralisasi yang memiliki sifat opsonisasi, internalisasi dan tidak
menetralkan virus sehingga memudahkan sel makrofag dan monosit
terinfeksi serta memacu replikasi virus dalam sel12,16.
rc  
 

        atau uji inhibisi hemaglutinasi
merupakan suatu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui infeksi virus
dengue. Pemeriksaan ini menggunakan sepasang sera dan dapat digunakan
untuk mengindentifikasi infeksi primer dan sekunder, tetapi tidak memiliki
spesifisitas yang tinggi untuk membedakan antara infeksi virus dengue
dengan virus lain dari genus  . Uji inhibisi hemaglutinasi ini
merupakan baku emas WHO untuk mendiagnosis infeksi dengue. Uji ini

c
c
8
c

menetapkan titer antibodi anti-dengue yang dapat menghambat kemampuan


virus dengue mengaglutinasi sel darah merah angsa. Antibodi hemaglutinasi
inhibisi dapat bertahan dalam waktu 48 tahun atau lebih. Uji ini sangat ideal
untuk penelitian seroepidemiologi9.
Selama ini, uji inhibisi hemaglutinasi sudah banyak ditinggalkan karena
memerlukan waktu pemeriksaan yang lama; tidak dapat digunakan untuk
diagnosis dini infeksi dengue; membutuhkan interval waktu yang tepat
untuk mengumpulkan pasangan sera (akut dan konvalesen); memerlukan
waktu untuk mendapatkan hasil sedikitnya 7 hari; ketidakmampuan
mengukur respon antibodi dan serotipe spesifik dari infeksi dengue;
pengenceran sera serial yang tidak tepat dan memiliki reaksi silang
terhadap antibodi yang mirip dengan respon imunologi dari   lain
seperti  ) !  )  !  $       yang dapat
menyulitkan diagnosis17,18,19. Selain kerugian yang banyak, uji inhibisi
hemaglutinasi juga memiliki keuntungan yaitu dapat mengetahui
peningkatan titer antibodi antivirus dengue yang dapat menentukan kejadian
infeksi primer maupun sekunder; tidak menggunakan alat untuk membaca
hasil, sederhana dan murah dibandingkan dengan      6,20.
Pinsip pemeriksaan uji inhibisi hemaglutinasi
Prinsip pemeriksaan uji inhibisi hemaglutinasi adalah mengetahui ada
tidaknya antibodi yang menghambat ikatan antara hemaglutinasi yang
terdapat pada permukaan virus dengan reseptor yang ada pada permukaan
sel darah merah angsa. Hasil uji inhibisi aglutinasi dinyatakan positif bila
tidak terdapat aglutinasi dan menunjukkan empat kali peningkatan titer pada
fase konvalesens dibanding dengan fase akut. Hasil uji negatif dinyatakan
bila terdapat aglutinasi. Infeksi primer dinyatakan positif apabila titer
antibodi kurang dari 1:2560 pada masa konvalesens dan positif infeksi
sekunder apabila titer sama atau lebih dari 1:2560 pada masa konvalesens6,9.
c ˜  
  
 ! S"
 (       merupakan suatu pemeriksaan
serologi yang bertujuan untuk deteksi jumlah protein yang dihasilkan dari

c
c
9
c

reaksi imunologi dan protein spesifik dari antigen seperti IgM, IgG dan
NS121. ELISA dilakukan dengan plat mikrotiter atau   ) yang
umumnya terdiri dari 96 sumur. Reagen antibodi dilapiskan di dasar setiap
sumur. Sampel pasien ditambahkan ke dalam sumur, dan jika terdapat
antigen, sampel akan berikatan dengan reagen antibodi dalam sumur.
Kemudian antibodi kedua (detektor) ditambahkan ke dalam sumur yang
akan bereaksi dengan antigen. Setelah pencucian antibodi kedua yang tidak
terikat, substrat untuk enzim tersebut ditambahkan ke dalam masing-masing
sumur pada urutan waktu yang tepat, dan menghasilkan produk berwarna
yang kemudian dibaca nilai absorbansinya dengan spektrofotometri22.
Nonstruktural 1  (      (ELISA)
Nonstruktural 1 ELISA merupakan suatu pemeriksaan yang cepat untuk
mengetahui infeksi virus dengue dengan menemukan antigen NS1 dengan
metode ELISA23,24. NS1 ELISA memiliki beberapa keuntungan dalam
menegakan diagnosis demam berdarah dengue yaitu dapat memberikan
hasil dalam waktu ± 3 jam, memiliki nilai sensitivitas dan spesifitas yang
tinggi, dapat digunakan untuk menegakan diagnosis dini demam berdarah
dengue, tidak terjadi reaksi silang dengan genus   lain dan mudah
dilakukan. Kekurangan yang dimiliki dalam pemeriksaan NS1 ELISA yaitu
kurang sensitif dalam deteksi infeksi dengue sekunder, relatif mahal dan
terbatas waktu karena NS1 hanya bisa terdeteksi dalam rentan waktu hari
1-6 onset demam25,26,27.
Nonstruktural 1
Nonstruktural 1 merupakan glikoprotein dengan berat molekul 46-50 kD
yang dihasilkan oleh virus dengue. NS1 sangat penting bagi replikasi virus
dengue dan kelangsungan hidup virus. Selama replikasi virus, NS1
ditempatkan di dalam organel sel yang diinfeksinya. NS1 ditranslokasikan
ke dalam retikulum endoplasma melalui sinyal hidropobik. NS1
disekresikan oleh sel dalam bentuk heksamer terdiri dari subunit dimer24,28 .
Antigen NS1 muncul pada hari pertama onset demam dan menurun ke
tingkat yang tidak terdeteksi setelah hari ke 5-6 demam. NS1 menghasilkan

c
c
10
c

respon i nologi humoral yang sangat kuat Saat ini NS1 banyak diteliti
untuk alat diagnosis infeksi dengue24,28.

c
29
·ambar 2. Respon antigen dan antibodi pada infeksi primer

c
c
·ambar 3. Respon antigen dan antibodi pada infeksi sekunder29
Prinsip Nonstruktural 1  c  

c c
Deteksi antigen NS1 dengan ELISA merupakan prosedur yang berharga,
karena memungkinkan deteksi infeksi sebelum serokonversi. Antigen NS1
dapat ditemukan dalam serum dari hari 1-6 onset demam. NS1 berbeda
dengan antibodi IgM yang tidak terdeteksi sampai hari ke 3 demam28.
Prinsip pemeriksaan antigen NS1 dengan ELISA adalah antigen NS1
dalam serum berikatan dengan antibodi antiNS1 yang menempel pada
permukaan 
  c dari 
)c ( c ). Sisa serum akan

dibersihkan dari  c  dengan mencuci.  c 
$ c  * c
 ditambahkan ke  c , kemudian  c c tersebut
diinkubasi. Selanjutnya,  c c dicuci dan sistem substrat berwarna,
lalu tetrametilbenzidin/ hidrogen peroksida (TMB/ 2O2) ditambahkan ke

c
c
11
c

dalam  +. Substrat ini dihidrolisis oleh enzim dan terjadi
perubahan      ke warna biru. Setelah menghentikan reaksi tersebut
dengan asam, TMB berubah warna menjadi kuning. Warna yang terbentuk
merupakan indikasi adanya antigen NS1 dalam serum yang diuji. Kemudian
absorbansinya dibaca dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang
450 nm30.
Sensitivitas dan spesifisitas
Nilai sensitivitas dan spesifisitas NS1 ELISA sangat bervariasi.
Tergantung dari pabrik yang mengeluarkan. Selama ini diketahui ada 2
pabrik terkenal yang mengeluarkan produk pemeriksaan NS1 ELISA yaitu
BioRad PlateliaTM NS1 ELISA dan Panbio NS1 ELISA. Seperti halnya
penelitian yang dilakukan oleh Kumarasamy   pada 224 sampel serum
infeksi akut yang menggunakan metode BioRad PlateliaTM NS1 ELISA,
menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas tinggi sebesar 93,3% dan
100%31.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kumarasamy   pada 213 sampel
dengan menggunakan metode BioRad PlateliaTM NS1 ELISA, memiliki
sensitivitas dan spesifisitas sebesar 93,4% dan 100%25. Selain itu Hang 
mengatakanbahwa BioRad PlateliaTM NS1 ELISA memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi untuk menegakan diagnosis infeksi dengue pada
hari pertama onset demam baik pada infeksi primer maupun sekunder. Nilai
sensitivitas dan spesifitas dari pemeriksaan NS1 ELISA yaitu 83,2% dan
100%. Sensitivitas NS1 ELISA dapat dipengaruhi oleh durasi infeksi
dengue. Sensitivitas paling tinggi didapatkan pada hari pertama sampai hari
ke tiga onset demam32. Penelitian yang dilakukan oleh Pok  
menyebutkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan BioRad
PlateliaTM NS1 ELISA yaitu 81,7% dan 100%23. Penelitian lain oleh Lima 
 mengatakan bahwa BioRad PlateliaTM NS1 ELISA memiliki sensitivitas
dan spesifisitas sebesar 83,6% dan 98,7%33. Dussart   menyimpulkan
bahwa nilai sensitivitas dan spesifisitas BioRad PlateliaTM NS1 ELISA yaitu
88,7% dan 100%27. Sekaran   mengatakan bahwa nilai sensitivitas

c
c
12
c

BioRad PlateliaTM NS1 ELISA dengan IgM positif dan negatif yaitu 93,5%
dan 55%. Nilai spesifisitas BioRad PlateliaTM NS1 ELISA yaitu 100%26.
Panbio NS1 ELISA memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang
bervariasi seperti yang ditunjukkan pada pemeriksaan NS1 dengan BioRad
TM
Platelia NS1 ELISA, tetapi pada Panbio NS1 ELISA memiliki nilai
sensitivitas yang lebih rendah dari BioRad Platelia TM NS1 ELISA. Panbio
NS1 ELISA memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas sebesar 72,3% dan
100%33. Pok  mendapatkan nilai sensitivitas yang rendah dan spesifitas
yang sama dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qiu  
Nilai sensitivitas dan spesifisitas yang dimiliki pada pemeriksaan Panbio
NS1 ELISA oleh Pok sebesar 67% dan 100%, Qiu  mendapatkan
nilai sensitivitas dan spesifisitas sebesar 83,3% dan 100%23,34.
c S   
!Srÿ"
      merupakan suatu pemeriksaan serologi yang
bertujuan untuk deteksi antigen yang terdapat dalam darah dengan
kromatograf. Prinsip pemeriksaan ICT mencakup reaksi antigen dengan
antibodi yang dikonjugasikan ke partikel berwarna. Kompleks imun yang
terbentuk kemudian mengalir melalui suatu regio reaksi membran yang
dilapisi oleh antibodi penangkap terhadap antigen yang sama. Untuk
pemeriksaan ICT, ada 2 jenis antibodi spesifik yang digunakan. Salah satu
antibodi yang bergerak dalam kromatograf dan yang lainnya diberi label
dengan emas koloid yang terbenam di dalam kromatograf22,35.
Nonstruktural 1 Ag Strip
Dengue NS1 Ag Strip merupakan tes imunokromatografi untuk deteksi
cepat antigen NS127. Uji NS1 Ag Strip memiliki beberapa keuntungan
dalam menegakan diagnosis demam berdarah dengue yaitu dapat
memberikan hasil dalam waktu kurang dari 1 jam, memiliki nilai sensitivitas
dan spesifitas yang tinggi, tidak terjadi reaksi silang dengan genus
  lain dan mudah dilakukan. Kekurangan yang dimiliki dalam
pemeriksaan NS1 Ag strip yaitu tidak dapat menunjukkan infeksi primer
atau sekunder, relatif mahal dan terbatas waktu karena NS1 hanya bisa

c
c
13
c

terdeteksi dalam rentan waktu hari 1-6 onset demam26,27. NS1 Ag strip tidak
ada perbedaan yang bermakna dalam mendeteksi infeksi DEN-1, DEN-2
dan DEN-323.
Prinsip Nonstruktural 1 Ag Strip
Prinsip pemeriksaan NS1 Ag Strip yaitu dengan mencampurkan satu tetes
   !! dengan serum dalam tabung spesimen. Kemudian
kromatograf ditempatkan dalam tabung. Kromatograf memiliki 2 garis yaitu
garis kontrol (C, kompleks partikel biotin-emas koloid dengan dilapisi

streptavidin) dan garis tes (T, kompleks partikel      ( 
     (mAb)-antigen NS1-emas koloid). Antigen NS1 dikatakan positif
apabila garis T dan C terlihat, negatif apabila garis C saja yang terlihat.
Hasil tes dikatakan tidak valid bila garis C tida terlihat27.

Gambar 4. Prinsip pemeriksaan NS1 Ag Strip36


Sensitivitas dan spesifisitas
Dussart   mengatakan bahwa sensitivitas dan spesifisitas yang
didapatkan pada pemeriksaan antigen NS1 dengan NS1 Ag Strip adalah
81,5% dan 100%27. Selain itu, Lima  mengatakan bahwa NS1 Ag Strip
memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 89,6% dan 99,1%33.

c
c
14
c

   #,-      (IgM/IgG ICT)


Antibodi IgM terhadap dengue merupakan petanda infeksi primer karena
antibodi IgM ini timbul sekitar tiga sampai lima hari setelah demam,
meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksi
sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua
minggu sesudah infeksi. Antibodi IgG ini meningkat sangat cepat dan
menurun secara lambat dalam waktu yang lama serta dapat bertahan seumur
hidup37.
   #,- ICT merupakan suatu pemeriksaan serologi yang
bertujuan untuk deteksi antidengue IgM dan IgG dengan metode
imunokromatografi serta untuk membedakan infeksi dengue primer atau
sekunder. Pemeriksaan ini memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah,
sederhana, mendapatkan hasil kurang dari 10 menit dan memiliki spesifitas
yang tinggi. Kekurangan yang dimiliki oleh pemeriksaan ini yaitu terjadi
reaksi silang dengan reaksi genus  dan malaria38.
Prinsip    #,-      (IgM/IgG ICT)
Prinsip pemeriksaan IgM/IgG ICT yaitu hampir sama dengan metode
ELISA, tetapi pemeriksaan IgM/IgG ICT ini menggunakan kromatograf
(membran selulosa). Pemeriksaan IgM/IgG ICT ini menggunakan ikatan
partikel emas koloid-protein konjugasi. Serum atau whole blood dicampur
dengan !! dan kemudian diteteskan ke kaset uji. Campuran buffer dan
serum melewati kompleks antibodi/     di dalam kaset uji dan
kemudian mengikat imunoglobulin dalam sampel. Di dalam kaset tersebut
terdapat 3 garis uji untuk antigen yaitu garis IgM, IgG dan garis kontrol (C).
Jika ada antibodi terhadap demam berdarah (IgM atau IgG) berikatan
dengan antigen di dalam kaset tersebut, maka garis dari masing-masing
antobodi tersebut terlihat39. Hasil dikatakan negatif bila hanya garis kontrol
yang muncul. Infeksi primer bila hanya garis IgM yang muncul. Infeksi
sekunder akut bila garis IgM dan IgG yang muncul. Infeksi sekunder atau
infeksi masa lalu bila hanya garis IgG saja yang muncul. Hasil dikatakan
tidak valid bila selama 20 menit garis kontrol tidak muncul40.

c
c
15
c

·ambar 5. Prinsip Pemeriksaan IgM/Ig· ICT36


Sensitivitas dan spesifisitas
Nilai sensitivitas dan spesifitas dari pemeriksaan IgM/Ig· ICT sangat
bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh Nga c dengan menggunakan
2 alat pemeriksaan IgM/Ig· ICT dari label produksi yang berbeda bahwa
Panbio dengue duo casette menunjukkan nilai sensitivitas untuk IgM dan
Ig· adalah 67,3% dan 66,4%, sedangkan nilai spesifisitas untuk IgM dan
Ig· yaitu 91,7% dan 94,4%. SD Bioline dengue Ig·/IgM strip
menunjukkan nilai sensitivitas untuk IgM dan Ig· yaitu 10,6% dan 90,4%,
sedangkan nilai spesifisitas untuk IgM dan Ig· yaitu 99% dan 88,5%41.
Berbeda dengan hasil penelitian yang didapat oleh ·roen ccbahwa nilai
sensitivitas IgM yang didapatkan lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan
oleh Nga c yaitu 100%, dan sensitivitas untuk Ig· lebih rendah dari Nga
c  yaitu 52%. ·roen mendapatkan nilai spesifisitas untuk IgM dan Ig·
sebesar 92% dan 100%41,42. Suankeow dan Kittigul mengatakan bahwa
pemeriksaan IgM/Ig· ICT memiliki nilai sensitivitas yang baik dalam
menentukan infeksi primer dan sekunder. Nilai sensitivitas untuk infeksi
primer dan sekunder yang didapatkan yaitu 79% dan 80%, dengan
spesifisitas 95%43.

c
c
16
c

SSS ÿ  S





 c    
#



Sumber informasi yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1.c Literatur dalam kepustakaan, yaitu buku acuan terkait dengan
pemeriksaan laboratorium dan penyakit infeksi demam berdarah dengue.
2.c Jurnal ilmiah dan artikel   dengan tipe file pdf. Jurnal ilmiah
didapat melalui mesin pencari www.pubmed.govD www.google.com dan
http://google.scholar.com dengan kata kunci:     
! , demam berdarah dengue,      !  

   ! ,    !      ! ,  
   
           !   !            
 
       !               
 dan        !      #,-
     .
  
3.c  dengan tipe file pdf dengan kata kunci:     dan  

   
4.c Batasan tahun yang digunakan adalah dari tahun 1996- 2010.
’ c  

 

Informasi ilmiah berupa jurnal ilmiah, laporan penelitian, buletin, 
katalog laboratorium dan tinjauan pustaka digunakan untuk mencari
jawaban permasalahan terkait keilmuan dan terutama bukti ilmiah. Hasil
pencarian informasi dikelompokkan sesuai pertanyaan dalam perumusan
permasalahan. Bukti-bukti ilmiah yang diklasifikasikan berdasarkan
kesimpulan untuk kemudian dianalisis dan dikomparasi sehingga penulis
dapat menarik suatu kesimpulan dan rekomendasi yang logis.

c
c
17
c

S$  SS
SÿS



c 

Uji diagnosis dengue sangat dibutuhkan dalam menegakan diagnosis dini
demam berdarah dengue dan menghindari anak yang terinfeksi virus dengue
jatuh dalam keadaan sindrom syok dengue. WHO telah menetapkan uji
inhibisi hemaglutinasi sebagai baku emas dalam pemeriksaan konfirmasi
untuk menegakan diagnosis demam berdarah dengue9. Uji inhibisi
hemaglutinasi ini memiliki banyak kerugian yaitu memerlukan waktu
pemeriksaan yang lama; tidak dapat digunakan untuk diagnosis dini infeksi
dengue; membutuhkan interval waktu yang tepat untuk mengumpulkan
pasangan sera (akut dan konvalesen) dan biasanya memerlukan waktu
sedikitnya 7 hari untuk untuk mendapatkan hasil; ketidakmampuan
mengukur respon antibodi dan serotipe spesifik dari infeksi dengue; adanya
risiko pengenceran sera serial yang tidak tepat dan memiliki reaksi silang
yang sangat tinggi terhadap antibodi yang mirip dengan respon imunologi
dari flavivirus lain, seperti  ) !  )  !  $ 
    yang dapat menyulitkan diagnosis9,17,19 .
Penegakan diagnosis yang ideal untuk demam berdarah dengue yaitu
dengan kultur virus dan pemeriksaan RNA, tetapi pemeriksaan ini
memerlukan 
 
 

 % 

 #
 
 
 &
 
#
 

29. Selama ini, banyak berkembang pemeriksaan laboratorium
yang digunakan untuk menegakan diagnosis demam berdarah dengue yang
cepat, sederhana, relatif murah dan memiliki nilai sensitivitas dan spesifitas
yang tinggi. Beberapa        dengue tersebut yaitu NS1
ELISA, NS1 Ag Strip dan    #,-    .
Alasan banyak peneliti untuk mengembangkan NS1 sebagai uji diagnostik
masa sekarang dan akan datang karena NS1 merupakan glikoprotein khusus
yang dihasilkan oleh virus dengue24,28. Selain itu NS1 dapat digunakan
untuk penegakan diagnosis dini karena NS1 ini muncul pada hari pertama

c
c
18
c

onset demam dan menurun ke tingkat yang tidak terdeteksi setelah hari ke
5-6. NS1 juga menghasilkan respon imunologi humoral yang sangat kuat
dan memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi 24,28. Kekurangan
yang dimiliki dalam pemeriksaan NS1 adalah tidak dapat membedakan
infeksi primer maupun sekunder dan memiliki batasan waktu untuk
mendiagnosis infeksi dengue ( hari pertama onset demam sampai hari ke-
6)26,27. Oleh karena itu, uji diagnosis infeksi dengue lainnya dikembangkan.
Uji diagnosis dengue yang cepat, mudah, sederhana dan memiliki
sensitivitas tinggi yang dikembangkan adalah    #,-
     . Uji IgM/IgG ICT ini bisa mendapatkan hasil tes
dalam waktu kurang dari 10 menit dan dapat membedakan infeksi primer
atau sekunder43. Akan tetapi, uji diagnosis ini memiliki kekurangan yaitu
dapat terjadi reaksi silang dengan genus   dan malaria dan tidak
dapat digunakan dalam penegakan diagnosis dini demam berdarah dengue
karena IgM timbul sekitar 3 sampai lima hari setelah demam, meningkat
tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksi sampai tiga
bulan. Selain itu, IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu
sesudah infeksi. Antibodi IgG ini meningkat sangat cepat dan menurun
secara lambat dalam waktu yang lama serta dapat bertahan seumur hidup37.

Gambar 6. Pemeriksaan laboratorium dan waktu yang tepat untuk


diagnosis demam berdarah dengue36

c
c
19
c

Perbandingan sensitivitas dan spesifisitas antara  ( ELISA, NS1 Ag Strip
dan     #,-      terhadap penegakan diagnosis
dini DBD

Tabel 1. Perbandingan sensitivitas dan spesifisitas antara  ( ELISA, NS1
Ag Strip dan     #,-      terhadap
penegakan diagnosis dini DBD
Metode uji diagnostik Peneliti Sensitivitas Spesifisitas Baku
diagnostik diagnostik emas
BioRad PlateliaTM NS1 Kumarasamy   93,3% 100% Isolasi
ELISA (224 sampel) virus
Kumarasamy   93,4% 100% Isolasi
(213 sampel) virus
Pok  81,7% 100% RT-
PCR
Lima  83,6% 98,7% Isolasi
virus
Dussart  88,7% 100% Isolasi
virus
Sekaran  93,5% 100% RT-
PCR
Hang  83,2% 100% RT-
PCR

Panbio NS1 ELISA Lima  72,3% 100% Isolasi


virus
 Pok  67% 100% RT-
PCR
 Qiu  83,3% 100% Isolasi
virus

NS1 Ag Strip (ICT) Dussart  81,5% 100% Isolasi
virus
 Lima  89,6% 99,1% Isolasi
virus

IgM/IgG ICT
Panbio dengue duo casette
IgM Nga  67,3% 91,7% Focus
IgG 66,4% 94,4% ELISA
SD Bioline dengue
IgG/IgM strip
IgM Nga  10,6% 99% HI
IgG 90,4% 88,5%

IgM Groen 100% 92% HI


IgG 52% 100%

Data pada tabel 1 menunjukkan perbedaan nilai sensitivitas dan spesifisitas


setiap metode pemeriksaan serologi untuk infeksi demam berdarah dengue.

c
c
20
c

Uji diagnostik demam berdarah dengue dengan menggunakan metode NS1


ELISA memiliki spesifisitas tinggi. Tidak ada perbedaan nilai spesifisitas
antara BioRad PlateliaTM NS1 ELISA dan Panbio NS1 ELISA, tetapi untuk
sensitivitas terdapat perbedaan nilai, yaitu BioRad PlateliaTM NS1 ELISA
memiliki rentang nilai antara 81,7-93,5% dan Panbio NS1 ELISA memiliki
rentang nilai sensitivitas yang lebar yaitu antara 67-83,3%. Pemeriksaan
NS1 dengan metode imunokromatografi memiliki nilai sensitivitas dan
spesifisitas yang tidak berbeda dengan metode ELISA. Rentang nilai
sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan NS1 dengan metode NS1 Ag Strip
yaitu 81,5-89,6% dan 99,1-100%.
Uji diagnostik demam berdarah dengue dengan SD Bioline dengue
IgG/IgM strip memiliki rentang nilai sensitivitas yang lebar, terutama pada
nilai sensitivitas IgM. Rentang nilai sensitivitas IgM yang dapat diamati
dalam tabel 1 yaitu 10,6-100%. IgG memiliki rentang nilai sensitivitas yang
tidak terlalu lebar jika dibandingkan dengan nilai sensitivitas IgM yaitu
52 - 90,4%. Nilai spesifisitas untuk IgM dan IgG dengan menggunakan SD
Bioline dengue IgM/IgG Strip tidak terdapat perbedaan dan memiliki nilai
spesifisitas yang tinggi. Retang nilai spesifisitas IgM dan IgG adalah 92-
99% dan 88,5-100%. Selain itu, nilai sensitivitas IgM dan IgG yang dimiliki
Panbio dengue duo casette adalah 67,3% dan 66,4%. Sedangkan nilai
spesifisitas IgM dan IgG Panbio dengue duo casette adalah 91,7% dan
94,4%.
Penelitian yang dilakukan Kumarasamy   Pok  , Lima  
Dussart   dan Sekaran   disponsori oleh perusahaan alat/uji
diagnostik yang digunakan untuk penelitian. Oleh karena itu, nilai
sensitivitas dan spesifisitas yang diperoleh dari masing-masing penelitian
kemungkinan masih dipengaruhi oleh kepentingan. Akan tetapi, cara dan
metode penelitian yang dilakukan sudah sesuai dengan kaidah ilmiah
penelitian.
Penegakan diagnosis dini demam berdarah dengue diartikan sebagai usaha
untuk mengetahui infeksi dengue dengan uji diagnostik cepat ketika anak

c
c
21
c

mengalami demam tinggi ” 4 hari dengan puncak demam pada hari ke-3
dari hari pertama demam dan uji   " positif atau dapat/tidak disertai
nyeri perut.
’c  
Pemeriksaan laboratorium merupakan alat bantu bagi dokter untuk
menegakan diagnosis. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak
semua uji diagnosis memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Perlu dipertimbangkan keuntungan dan kerugian bagi dokter dan
masyarakat. Nilai spesifisitas yang tinggi sangat penting jika digunakan
untu konfirmasi demam berdarah dengue dalam keadaan kejadian luar biasa.
Nilai sensitivitas yang tinggi sangat penting jika digunakan untuk
menunjang diagnosis klinis dan managemen penyakit demam berdarah
dengue29.
Uji diagnosis NS1 merupakan uji diagnosis yang tepat untuk uji diagnosis
dini demam berdarah dengue pada anak. Tidak ada perbedaan yang nyata
antara NS1 ELISA dengan NS1 Ag Strip. Perbedaan yang bisa
dipertimbangkan untuk penegakan diagnosis dini demam berdarah dengue
pada anak terhadap kedua pemeriksaan tadi yaitu kecepatan hasil yang
didapatkan. NS1 Ag Strip bisa mendapatkan hasil diagnosis kurang dari 1
jam. Perlu dipahami bahwa NS1 merupakan uji diagnosis dini demam
berdarah dengue yang dapat digunakan pada hari pertama onset demam
sampai hari ke-6 onset demam. Apabila anak datang pada hari ke-3 setelah
demam, pemeriksaan yang tepat untuk penegakan diagnosis dini demam
berdarah dengue adalah IgM/IgG ICT. Pemeriksaan IgM/IgG ICT ini dapat
digunakan hari ke-3 setelah demam karena IgM timbul sekitar 3-5 hari
setelah demam dan meningkat tajam dalam 1-3 minggu setelah onset
demam. Selain itu, IgG dapat dideteksi sekitar 2 minggu sesudah infeksi37.
Penting diingat bahwa     demam berdarah dengue bukan
merupakan penegak diagnosis mutlak demam berdarah dengue pada anak.
Penegakan diagnosis demam berdarah harus tetap disertai diagnosis klinis.

c
c
22
c

Tabel 2. Rangking uji diagnosis dini demam berdarah dengue


  
   '
 
  
  

1 NS1 Ag Strip 81,5-89,6% 99,1-100% Dapat memberikan hasil dalam waktu Tidak dapat menunjukkan infeksi
kurang dari 1 jam, memiliki nilai primer atau sekunder, relatif
sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, mahal dan terbatas waktu
tidak terjadi reaksi silang dengan
genus flavivirus lain dan mudah
dilakukan
TM
2 Biorad Platelia NS1 81,7-93,5% 98,7-100% Dapat memberikan hasil dalam waktu Kurang sensitif dalam deteksi
ELISA ± 3 jam, memiliki nilai sensitivitas infeksi dengue sekunder, relatif
3 Panbio NS1 ELISA 67-83,3% 100% dan spesifitas yang tinggi, dapat mahal dan terbatas waktu karena
digunakan untuk menegakan NS1 hanya bisa terdeteksi dalam
diagnosis dini demam berdarah rentan waktu hari 1-6 onset
dengue, tidak terjadi reaksi silang demam
dengan genus flavivirus lain dan
mudah dilakukan
4 Panbio dengue duo casette 67,3% (IgM) 91,7% (IgM) Mudah, sederhana, mendapatkan Terjadi reaksi silang dengan
66,4% (IgG) 94,4% (IgG) hasil kurang dari 10 menit dan genus  dan malaria
5 SD Bioline dengue IgM/IgG 10,6-100% (IgM) 92-99% (IgM) memiliki spesifitas yang tinggi
Strip 52-90,4% (IgG) 88,5-100% (IgG)

c
c
23
c

Rangking uji diagnosis dini demam berdarah dengue pada tabel 2


didasarkan pada nilai sensitivitas, spesifisitas, keuntungan dan kerugian.
Penulis mengharapkan tabel ini dapat dimanfaatkan masyarakat, pemerintah
dan dokter dalam mengambil keputusan pemilihan uji diagnosis dini demam
berdarah yang beredar di pasaran selama ini. Perlu diingat sekali lagi bahwa
meskipun uji diagnosis dini demam berdarah dengue bukanlah hal yang
mutlak untuk menegakan diagnosis demam berdarah, tetapi uji diagnosis
dini demam berdarah ini harus diikut sertakan dalam diagnosis klinis.
























c
c
24
c

$ S 




c 

Uji serologi yang dapat digunakan dalam menegakan diagnosis dini
demam berdarah dengue pada anak berdasarkan urutan adalah NS1 Ag
Strip, Biorad PlateliaTM NS1 ELISA, Panbio NS1 ELISA, Panbio dengue
duo casette, SD Bioline dengue IgM/IgG Strip.
’c 


1.c Masyarakat dan khususnya klinisi harus kritis dalam memilih uji
diagnosis dini demam berdarah dengue, yakni dengan
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing
berdasarkan bukti ilmiah.
2.c Pemerintah diharapkan menggunakan NS1 Ag Strip untuk Kejadian Luar
Biasa (KLB) demam berdarah dengue.

Anda mungkin juga menyukai