SKRIPSI
Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
anugerahNya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu
Penulis menyadari karena segala keterbatasan yang ada, skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat
membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran
Namun terlepas dari segala tuntutan kekurangan yang ada pada penulisan
skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. O.K. Saidin, S.H., M. Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas
7. Ibu Tri Murti Lubis., S.H., M.H., selaku Sekretaris bagian Departemen
8. Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H, LLM, sebagai sebagai Dosen Pembimbing II
Sumatera Utara.
10. Seluruh dosen yang telah banyak memberikan dedikasi kepada penulis
11. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih yang sangat besar kepada
kedua orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, nasihat,
memperoleh pendidikan tinggi dan dengan doa mereka juga penulis dapat
12. Terima kasih kepada Adik penulis dan juga seluruh keluarga besar penulis
14. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah membantu penulis
15. Terima kasih kepada seluruh rekan di Fakultas Hukum USU terkhusus
stambuk 2015 dan stambuk lainnya yang telah membantu penulis dalam
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................vi
BAB I : PENDAHULUAN
G. Sistematika Penulisan.............................................................. 19
INDONESIA
Indonesia ................................................................................ 22
Indonesia ................................................................................ 44
Modal ..................................................................................... 63
Modal ..................................................................................... 71
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 92
B. Saran ...................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
KAJIAN HUKUM PERALIHAN STATUS PMDN MENJADI PMA PADA
PT TEGUHKARSA WANALESTARI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi bukanlah hal yang asing lagi bagi kita semua. Batasan antara ruang dan
waktu menjadi hal yang tak lagi menghambat kehidupan manusia dan cenderung tanpa batas
(borderless state).1 Sektor perekonomian yang merupakan salah satu aspek dalam kehidupan
manusia pun tak luput dari globalisasi. Kemudahaan investasi atau penanaman modal oleh
investor local maupun asing menjadi salah satu hal yang didatangkan melalui proses ini.
terjadinya resiko yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau bahkan hilangnya nilai
modal, maka tidaklah heran jika sebelum melakukan penanaman modal perlu
Dalam penanaman modal dimasa globalisasi ini, berdampak pada arus informasi yang
begitu cepat, dimana informasi tentang peluang untuk melakukan penanaman modal dengan
begitu luas tersebar dan dengan mudah didapat. Segala informasi tentang setiap potensi,
peluang, dan resiko yang dapat diterima oleh investor harus diperoleh dengan cepat dan
cermat, agar dapat mengambil keputusan yang tepat, sebab siapa yang menguasai informasi
dialah yang terdepan.3 Terlebih saat ini hampir seluruh negara membuka diri untuk menerima
investor asing. Maka dari itu tepatlah yang dikatakan pakar ekonomi Dorodjatun Kuntjoro-
1
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2007), hlm. 1
2
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratma, Hukum Investasi dan Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), hlm. 5
3
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
“Meningkatnya perekonomian di banyak negara ini, sebagai akibatnya adalah
“interdepedensi” pada akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang
semangkin tinggi di dunia, yang terlihat bukan hanya pada arus peningkatan barang
tapi juga pada arus jasa serta arus uang dan modal. Pada gilirannya arus investasi di
dunia semangkin mengikuti perkembangan keterbukaan ini, sehingga dewasa ini
peningkatan arus investasi itulah yang memacu arus perdangangan di dunia.” 4
penanaman uang atau modal. Kata Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam
atau menginvestasikan uang atau modal.5 Investasi atau penanaman modal merupakan istilah
yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan.
Dimana investasi merupakan bahasa yang biasa digunaka dalam dunia usaha, sedangkan
penanaman modal adalah istilah yang lazim digunakan dalam perundang-undangan. Namun
pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama, sehingga kadangkala
Investasi dan penanaman modal dapat dilakukan oleh seseorang secara pribadi
(natural person) maupun oleh badan hukum (juridical person) dengan tentunya memiliki
tujuan untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik dalam bentuk
tunai (cash money), peralatan (equipment), asset tidak bergerak, hak atas kekayaan
Salah satu sumber dana suatu negara yang sedang berkembang adalah penanaman
modal, dimana penanaman modal menjadi sumber dana yang penting dan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian negara. Penanaman modal juga dianggap
sebagai aliran modal yang relatif stabil jika dibandingkan dengan aliran modal lainnya. Oleh
karenanya Indonesia perlu untuk memiliki berbagai kebijakan yang harus dilakukan untuk
4
Yanto Bashri, Mau Ke Mana Pembangunan Ekonomi Indonesia. Prisma Pemikiran Prof. Dr.
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (Jakrta: Predna Media,2003), hlm. 12-13
5
Hasan Shadily, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Jakarta, hlm. 330
6
Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 10
7
Ida Bagus Rachmadi Supancana, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
mencapai suatu tujuan yaitu mensejahterakan masyarakatnya, dengan cara penanaman modal
baik yang dilakukan oleh investor dalam negeri maupun investor asing.8
penghubung antara dunia usaha dan pemerintah, BKPM mendapat tugas untuk mendorong
investasi langsung, baik yang dari dalam negeri maupun yang datang dari investor asing,
dengan menciptakan keadaan investasi yang kondusif. Setelah pengembalian status menjadi
kementerian ditahun 2009 dan melapor langsung kepada Presiden, maka sasaran lembaga
promosi investasi ini tidak hanya untuk meningkatkan jumlah investasi yang lebih besar dari
investor dalam maupun luar negeri, namun juga mendapatkan investasi yang bermutu agar
sebuah perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat melakukan peralihan
status menjadi Penanaman Modal Asing (PMA), dan begitu juga sebaliknya. Peralihan status
tersebut dapat dilakukan dengan melalui proses yang telah ditentukan oleh peraturan
modal.
PT), Perseroan Terbatas (PT) dapat melakukan pengalihan saham dengan syarat sudah
disetujui dalam rapat pemegang saham (RUPS). 10 Dalam konteks penanaman modal ketika
terjadi pengalihan karena terjadinya perubahan dalam modal perseroan yang menyebabkan
masuknya modal asing sepenuhnya atau hanya sebagian saja, wajib mengajukan izin prinsip
8
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi EraGlobalisasi
(Malang: Bayumedia, Publishing, 2003), hlm. 8
9
BKPM, “Tugas dan Fungsi”, https://www2.bkpm.go.id/id/tentang-bkpm/tugas-pokok-dan-fungsi-
bkpm (diakses pada tanggal 1 Februari 2019)
10
Indonesia (Peseroan Terbatas), Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun
2007, LN No. 106 Tahun 2007, TLN No. 4756, Pasal 125, ayat 4
Universitas Sumatera Utara
atau izin usaha penanaman modal asing karena status perusahaan berubah dari penanaman
modal dalam negeri menjadi penanaman modal asing. Hal ini sesuai dengan definisi
penanaman modal asing yaitu pada pasal 1, ayat 6 Peraturan BKPM Nomor 13 Tahun 2017
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal. Jadi sekecil
apapun modal asing masuk kedalam perusahaan penanaman modal dalam negeri akan
mengubah status penanaman modal dari penanaman modal dalam negeri menjadi penanaman
modal asing.11
peralihan status dari PMDN menjadi PMA pada tahun 2016, yang seharusnya berdasarkan
uraian paragraf sebelumnya, peralihan status PMDN menjadi PMA disebabkan karena
terjadinya perubahan pada modal yang mengakibatkan masuknya modal asing. Sedangkan
pada PT Teguhkarsa Wanalestari terjadi peralihan status PMDN menjadi PMA, akibat
modal dalam pembangunan ekonomi yang harus didukung oleh peraturan perundang-
undangan yang ada, dengan mengkaji secara hukum khususnya masalah peralihan status
peralihan status dari PMDN menjadi PMA, yang diakibatkan karena beralihnya status induk
perusahaannya dari PMDN menjadi PMA. Penulis tertarik untuk mengangkat dan menulis
B. Perumusan Masalah
11
Indonesia (BKPM No. 13 Tahun 2017), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal, BKPM No. 13 Tahun 2017, Berita
Negara No. 1767 Tahun 2017, Pasal 1, ayat 6
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan penulis dalam
2. Bagaimana proses hukum untuk memperoleh status perusahaan penanaman modal dan
peralihannya?
3. Bagaimana aspek hukum terhadap peralihan status PMDN menjadi PMA pada PT
Teguhkarsa Wanalestari?
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan dari
modal.
b. Untuk mengetahui prosedur hukum sebuah perusahaan agar dapat memperoleh status
c. Untuk mengetahui akibat dalam aspek hukum terhadap peralihan status PMDN
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Penulisan dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa hukum serta masyarakat
Untuk dapat melihat dan mengetahui keaslian penulisan dari skripsi yang saya susun
dengan judul “Kajian Hukum Peralihan Status PMDN Menjadi PMA Pada PT TeguhKarsa
skripsi yang tercatat pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan belum pernah dilakukan penulisan skripsi dengan judul
tersebut di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Melalui surat tertanggal 6 Februari
2019 yang diajukan oleh penulis, dan dinyatakan “tidak ada judul yang sama” dan adanya
perbedaan substansi yang terdapat dalam judul skripsi ini dengan judul-judul lain yang
tercatat dalam Arsip Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera
media cetak, media eletronik, dan melalui bantuan dari para pihak. Adapun skripsi terdahulu
yang pernah ditulis sebelumnya dan memiliki keterkaitan dengan judul skripsi penulis ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitri Aprilliani mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2011 dengan judul “Tinjau Yuridis Perubahan
Bentuk Hukum PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dari PMA menjadi BUMN” yang
berbeda dengan penelitian ini dimana mengkaji secara hukum peralihan status Perusahaan
penanaman modal dengan status PMDN beralih menjadi perusahaan penanaman modal
dengan status PMA dengan maksud pada PT Teguhkarsa Wanalestari, sedangkan penelitian
dengan keterkaitan tersebut dilihat dari judulnya membahas tentan tinjauan yuridis terhadap
peralihan status perusahaan penanaman modal dengan status PMA menjadi perusahaan
penanaman modal dengan status BUMN yang dimaksudkan pada PT. Indonesia Asahan
Aluminium (Inalum).
sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok permasalahan yang dibahas.
Dengan demikian, penulisan skripsi ini bukan hasil tiruan atau penggandaan karya tulis orang
lain. Maka dari itu penulisan skripsi ini adalah sebuah karya tulis ilmiah yang asli dan secara
Kalaupun terdapat pendapat atau kutipan dalam penulisan skripsi ini, hal tersebut hanyalah
sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
bertanggungjawab apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul yang sama atau telah
ditulis oleh orang lain sebelum skripsi ini di buat, maka hal tersebut dapat diminta
pertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Penanaman Modal
modal yaitu:
“Penanaman Modal Adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri, maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia.”12
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa Penanaman
Modal adalah penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
dari sumbernya penanaman modal terbagi menjadi dua jenis yaitu PMDN dan PMA.
12
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 1
13
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
Modal Langsung (Direct Investment) dan penanaman modal tidak langsung (Indirect
Investment).14
pemegang saham memiliki kontrol pada pengurus perusahaan sehari-hari. Investasi secara
langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam
kegiatan pengelolaan modal. Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor
langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung
Indirect Investment adalah jenis penanaman modal yang memiliki mekanisme dimana
investor dapat melakukan investasi, namun tidak terlibat secara langsung dan cukup dengan
memegangnya dalam bentuk saham dan obligasi. 16 Investasi tidak langsung pada umumnya
merupakan investasi jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di
pasar uang. Investasi ini disebut sebagai investasi jangka pendek karena pada umumnya
mereka melakukan jual-beli saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif
singkat, tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka
investasi langsung dan investasi tidak langsung. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal
14
Ida Bagus Rachmadi Supancana, op.cit., hlm. 4
15
loc.cit.
16
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm. 38
17
Ida Bagus Rachmadi Supancana, op.cit., hlm. 4
18
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 2
Universitas Sumatera Utara
Istilah PT berasal dari istilah hukum Dagang Belanda Wetboek van Koophandel
(Wvk) yaitu Naamloze Vennootschaap dengan singkatan NV.19 Istilah PT terdiri dari dua
kata, yaitu Perseroan dan Terbatas. Perseroan merujuk pada modal PT yang terdiri atas sero-
sero atau saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk pada tanggung jawab pemengang
saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.20
perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksananaannya.21
a. Perseroan Terbuka
Perseroan Terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya
memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum (emiten), sesuai
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal) merupakan Perusahaan Publik. Yaitu
perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang
rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.”23
19
Kurniawan, Hukum Perusahaan (Yogyakarta: Genta Publishing, 2014) hlm. 57
20
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26
Tahun 2007, hlm. 5
21
Kurniawan, op.cit., hlm. 58
22
Bung Pokrol, “Perbedaan Perusahaan Terbuka dan Tertutup”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl66/perbedaan-perusahaan-terbuka-dan-tertutup/ (diakses pada
tanggal 3 Februari 2019)
23
Indonesia (Pasar Modal), Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 64
Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 1, ayat 22
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang dimaksud penawaran umum oleh emiten berarti kegiatan penawaran
efek yang dilakukan untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur
b. Perseroan Tertutup
saham-saham kepada publik melalui penawaran umum dan jumlah pemegang sahamnya
belum sampai kepada jumah pemegang saham dari suatu perusahaan publik. Saham-saham
tersebut tidak diperjual-belikan di pasar modal atau di bursa saham. Jenis saham Perseroan
Tertutup adalah saham atas nama atau saham atas tunjuk. Dengan menggunakan saham atas
nama, maka prosedur peralihan investor tidak mudah dilakukan dan harus dilakukan dengan
mekanisme tertentu.25
24
Bung Pokrol, op.cit.
25
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: Citra Aditya Bakti,1999) hlm. 14
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia, yang dibuat oleh investor
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Definisi investor dalam negeri
adalah perorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik
Indonesia, atau daerah investasi di Republik Indonesia. Badan usaha Indonesia yang
dalam negeri bisa dilakukan dalam bentuk badan usaha yang adalah badan hukum, tidak
ayat 3 lebih lanjut dijelaskan domestik dan investor asing yang berinvestasi di PT dilakukan
PMA pertama kali diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2007 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Dalam UU Penanaman Modal memberi pengertian tentang PMA yang mana diartikan
sebagai kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
26
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 2
27
Ibid., Pasal 5, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya
PMA adalah peseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah
Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga
negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan badan hukum Indonesia yang
sebagaian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 30 Kelebihan penanaman modal
asing:31
Maka dari itu Salim H.S. dan Budi Sutrisno dalam bukunya berpendapat:
“banyaknya keuntungan yang didapat oleh Indonesia dari penanam modal asing
membuat negara semakin tergantung dengan keberadaan penanam modal asing,
terutama dalam hal pembangunan ekonomi Indonesia.”
dijalankan oleh Panitia Teknis Penanaman Modal yang dibentuk sebelumnya pada tahun
Berdasarkan UU Penanaman Modal pada tahun 2007, maka BKPM berubah menjadi sebuah
lembaga Pemerintah yang merupakan koordinator kebijakan penanaman modal, baik antar
instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, maupun pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. BKPM juga
28
Ibid., Pasal 1, ayat 3
29
Ibid., Pasal 1, ayat 6
30
Ibid., Pasal 1, ayat 8
31
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 39
Universitas Sumatera Utara
diamanatkan sebagai advokasi bagi investor, seperti menjamin tidak adanya ekonomi biaya
tinggi. BKPM adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas untuk
merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam negeri
sebuah lembaga Pemerintah yang menjadi koordinator kebijakan penanaman modal, baik
koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah
dengan pemerintah daerah maupun pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. BKPM
juga diamanatkan sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin tidak
adanya ekonomi biaya tinggi. 33 Tepatnya pada pasal 27 UU Penanaman Modal disebutkan:34
modal, seperti yang dijelaskan dalam pasal 27 diatas, kepala BKPM bertanggung jawab
langsung kepada Presiden. Dimana dalam penjelasan Pasal 27, ayat 3 disebutkan, yang
32
BKPM, “Profil”, https://www.bkpm.go.id/id/tentang-bkpm/profil-lembaga (diakses pada tanggal 1
Februari 2019)
33
BKPM, “Tugas dan Fungsi”, op.cit.
34
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 27
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dengan bertanggung jawab langsung kepada Presiden adalah bahwa BKPM dalam
kepada Presiden.35
Satu Pintu (PTSP), dimana pejabat yang berwenang untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
investasi adalah BKPM, yang dibantu oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman
(PDKPM).36
F. Metode Penelitian
Guna melengkapi Skripsi ini agar lebih mengarah ketujuan dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang dipergunakan antara lain:
dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang
dianggap pantas.37 Penelitian ini didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder yaitu inventaris perturan-peraturan yang berkaitan dengan penanaman modal, PT,
status perusahaan penanaman modal, dan pengaturan mengenai penanaman modal yang
diatur oleh BKPM. Untuk menunjang keakuratan dalam penelitian, peneliti juga melakukan
studi pada PT Teguhkarsa Wanalestari untuk hasil penelitian yang lebih mendalam, serta
35
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 144
36
Indonesia (Perpres No. 27 Tahun 2009), Peraturan Presiden tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
Perpres No. 27 Tahun 2009, Pasal 31
37
Amiruddin dan Zainal Askin,Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003) hlm. 118
Universitas Sumatera Utara
2. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data yang diperoleh dari:
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya mempunyai kekuatan
4. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu
5. Peraturan BKPM Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata Cara
BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
7. Peraturan BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin
8. Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara
b. Bahan hukum sekunder yaitu berbagai sumber kepustakaan berupa bahan hukum
yang isinya menjelaskan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini adalah
buku-buku, makalah, artikel dari surat kabar dan majalah, internet, data-data yang
c. Bahan hukum tersier yaitu berbagai bahan yang memberikan penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa
ini.
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis
mengunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan
dilakukan untuk mengumpulkan data melalui pengkajian terhadap buku-buku, surat kabar,
makalah ilmiah, majalah, internet, data-data yang diperoleh dari PT Teguhkarsa Wanalestari,
peraturan perundang-undangan, tulisan-tulisan para pakar hukum dan bahan-bahan lain yang
4. Analisis Data
secara analisis kualitatif. Yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas
dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna
mendapatkan data yang bersifat deskripstif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan
G. Sistematika Penulisan
Suatu penulisan skripsi diperlukan sistematika penulisan yang teratur dan berkaitan
antara satu dengan lainnya sehingga dapat mempermudah penyesuaian antara masalah yang
diangkat dengan pembahasan skripsi. Skripsi yang berjudul “Kajian Hukum Peralihan Status
38
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 24
Universitas Sumatera Utara
Bab I merupakan bab yang akan membahas tentang pendahuluan, yang merupakan
gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
yang antara lain: mengenenai pengertian dan dasar hukum perusahaan penanaman modal di
Bab III akan melanjutkan tentang penjelasan penanaman modal terkhusus pada
perolehan status dari perusahaan penanaman modal serta peralihannya yang antara lain:
menjabarkan tentang perizinan penanaman modal, tata cara memperoleh status sebagai
perusahaan penanaman modal beserta akibat hukum dari status tersebut dan bagaimana
Bab IV akan membahas inti permasalahan pada skripsi ini. Di bab IV akan membahas
tentang kajian hukum peralihan status PMDN menjadi PMA pada PT TeguhKarsa
Wanalestari. Pada bab ini akan menguraikan secara mendalam mengenai: identitas dari
perusahaan PT Teguhkarsa Wanalestari, bagimana tata cara peralihan status PMDN menjadi
PMA yang telah dilakukan oleh PT Teguhkarsa Wanalestari, serta akibat hukum yang terjadi
Bab V yaitu bab terakhir atau merupakan bab penutup yang akan membahas tentang
kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan dan merangkumkannya
secara keseluruhan. Lalu setelah diperoleh kesimpulan maka akan diberikan saran-saran dari
akan perusahaan terlebih dahulu, istilah perusahaan merupakan suatu pengertian ekonomi
yang termuat dalam KUH Dagang khususnya pasal 6, namun demikian apabila ditelusuri
dalam KUH Dagang yang demikian luasnya tidak membuat rumusan atau penafsiran otentik
Pengertian tentang perusahaan dapatlah kita bahas lebih jelas dalam UU PT, yaitu
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.”40
Bentuk usaha yang lazim kita sebut sebagai badan usaha atau perusahaan secara
umum dapat kita golongkan menjadi dua yaitu badan usaha yang berbadan hukum dan badan
usaha yang tidak berbadan hukum. Berikut adalah perbedaan antara perusahaan berbadan
Pada usaha yang berbadan hukum, untuk pendiriannya mutlak diperlukan pengesahan
dari pemerintah, misalnya dalam hal mendirikan PT, mutlak diperlukan pengesahan akta
39
Kurniawan, op.cit., hlm. 3
40
Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
pendirian dan Anggarang Dasar PT tersebut oleh pemerintah.41 Menurut H.M.N.
1. Adanya harta kekayaan terpisah (hak-hak) dengan tujuan tertentu terpisah dari
kekayaan pribadi antar anggota atau sekutu atau pemegang saham dan badan
atau perusahaan dan kekayaan pribadi para anggota atau sekutu atau
pemegang sahamnya;
Sementara untuk usaha tidak berbadan hukum, syarat adanya pengesahan akta
tidak diperlukan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 43
sumber hukum digunakan sebagai dasar berpijak yang memiliki kekuatan memaksa (power to
enforce) kepada siapapun yang akan mendirikan ataupun melakukan aturan main terhadap
suatu badan usaha atau perseroan, dimana sumber hukum sendiri memiliki pengertian yang
mana segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang
bersifat memaksa, atau dengan kata lain sumber hukum adalah tempat dimana kita bisa
menemukan hukum44
41
Kurniawan, op. cit. hlm. 26
42
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1982),
hlm. 46
43
Kurniawan, loc.cit.
44
Ibid. hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
Abdulkadir Muhammad, menjelaskan Sumber Hukum Perusahaan adalah setiap pihak
yang menciptakan kaidah atau ketentuan hukum perusahaan. Pihak-pihak tersebut dapat
perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim yang memutus perkara yang menciptakan
Dengan demikian, Sumber Hukum Perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang
perusahaan.45
“Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia.”46
hukum bisnis, secara terminologi penanaman modal dapat diartikan sebagai penanaman
modal yang dilakukan secara langsung oleh investor local/domestic investor, investor
asing/Foreign Direct Investment (FDI) dan penanaman modal yang dilakukan secara tidak
langsung oleh pihak asing/Foreign Indirect Investment (FII). Untuk yang FII ini dikenal
dengan istilah penanaman modal dalam bentuk portofolio yakni pembelian efek lewat
sumber:
45
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Surabaya: Ghalia Indonesia,2008) hlm. 86
46
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 1
47
Rosyidah Rakhmawati, op.cit., hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
“Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan
pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke resiko yang dirancang
untuk mendapatkan modal. Penanaman modal dapat pula berarti menunjuk ke suatu
investasi keuangan (di mana investor menempatkan uang kedalam suatu sarana) atau
menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang ingin memetik keuntungan
dari keberhasilan pekerjaannya.”48
“Pertama, penanaman modal berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda tidak
bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin modal yang dilekatkan dan
memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut yang membedakan
penanaman modal dengan spekulasi. Kedua, dalam teori ekonomi, investasi atau
penanaman modal berarti pembelian alat produksi (termasuk di dalamnya benda-
benda untuk dijual) dengan modal berupa uang.”50
Modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk
jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli
Penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan; Dan kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam. 52
bahwa secara umum pengertian penanaman modal adalah kegiatan menyisihkan sebagian
48
John Downes, Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan & Investasi, terj. Soesanto
Budhidarmo, (Jakarta: Penerbit Elex Media Komputendo, 1994), hlm. 300
49
A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi keuangan Perdagangan, (Jakarta: Penerbit Radnya
Paramita, 1991), hlm. 340
50
Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), (Bandung: Penerbit Alumni, 1982), hlm. 190
51
A.F.Elly Erawaty, J.S.Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Indonesia Inggris, (Jakarta: Penerbit ELIPS,
1996), hlm. 69
52
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta:
Penerbit Balai Pustaka, 1995), hlm. 386
Universitas Sumatera Utara
pendapatannya untuk digunakan sebagai suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu
berlangsung dengan berbagai dinamikanya, sejak awal kemerdekaan (1945-1949), masa Orde
Lama (1949-1967), masa Order Baru (1967-1998), dan masa Reformasi sampai sekarang
(sejak 1998), penanaman modal di Indonesia menjadi suatu yang sifatnya yang tidak dapat
dihindarkan (inevitable).54
memakan waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan roh yang terkandung dalam
penanaman modal menganut paham liberal yang belum sepenuhnya dapat diterima oleh
disampaikan oleh para pihak yang mempunyai perhatian terhadap pengaturan hukum
Paham liberal dalam UU Penanaman Modal dapat dilihat dari perlakuan yang
diberikan oleh pemerintah kepada penanam modal. Dalam undang-undang ini tidak
dibedakan perlakuan terhadap penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri.56
sesuai dengan yang tertulis dalam pasal 6, ayat 1 UU Penanaman Modal, yakni:
“Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang
berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”57
Terbitnya UU Penanaman Modal tahun 2007 merupakan secerah harapan dalam iklim
investasi di Indonesia, dimana selama ini undang-undang investasi yang ada dianggap sudah
53
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm 32-33
54
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2013),
hlm. 2
55
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 126
56
Sentosa Sembiring, loc.cit.
57
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 6, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
tidak memadai lagi sebagai landasan hukum untuk menarik investor. Untuk itu, tidaklah
penanaman modal di Indonesia untuk semua sector (secara umum), dan berikut peraturan-
a. Sektor Pertanian:
Tata Cara Dan Standar Operasional Prosedur Pemberian Rekomendasi Teknis Izin
e. Sektor Perindustrian:
i. Sektor Perhubungan: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
58
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 129
Universitas Sumatera Utara
j. Sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat:
Permukiman.
Pendidikan Nasional.
a. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai
c. Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam
ketentuan dalam UU Penanaman Modal ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor
bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah Republik Indonesia” adalah penanaman
modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung (portofolio).59
a) Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan
b) Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman
modal;
c) Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d) Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara, yaitu asas perlakukan
baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara
penanam modal dari suatu Negara asing dan penanam modal dari Negara asing
lainnya;
e) Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara
kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa
datang;
h) Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan potensi bangsa dan Negara dengan tidak menutup diri pada
j) Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asa yang berupaya
nasional.
PMDN pertama kali diatur di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No.
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri meneyebutkan bahwa
PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri.61 Sedangkan yang dimaksud dengan PMDN dalam UU Penanaman Modal
yang berlaku saat ini yaitu dalam Pasal 1, ayat 5 UU Penanaman Modal adalah perseorangan
61
Indonesia (PMDN), Undang-Undang tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, UU No. 6 Tahun
1968, LN No. 33 Tahun 1968, Pasal 1, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
WNI, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan
yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.63
PMDN bisa dilakukan oleh individu, badan usaha negara dan/atau pemerintah sendiri
membuat investasi di wilayah Republik Indonesia. Kegiatan usaha atau jenis usaha terbuka
bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan
tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan pembatasan kepemilikan aset Negara alih bisnis
dari perusahaan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar
Perubahan Bidang Usaha tertutup dan Buka Bisnis dengan persyaratan di Sektor Investasi
Hal lain yang mengatur tentang PMDN adalah Pasal 5, ayat 1 UU Penanaman Modal,
disana menjelaskan bahwa investasi di dalam negeri bisa dilakukan dalam bentuk badan
usaha adalah badan hukum, tidak berbadan hukum, atau individu, sesuai dengan ketentuan
undang-undang.65
62
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 5
63
Ibid., Pasal 1, ayat 9
64
Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), Peraturan Presiden tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup
dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal, Perpres No. 44 Tahun
2016, LN No. 97 Tahun 2016
65
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
PMA merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka
menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui
Lalu dalam UU Penanaman Modal yang berlaku saat ini menjelaskan dalam Pasal 1,
Sedangkan dalam pengertian modal asing dalam Pasal 1, ayat 8 menjelaskan bahwa
modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing,
badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau
Maka dari uraian di atas jelas bahwa yang dimaksud penanam modal asing (foreign
investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan
dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), dimana terdapat pengabungan antara
modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capita) dan modal yang sumbernya
berasal dari dalam negeri (domestic capital).70 Modal asing yang berpatungan merupakan
66
Febby Hidayanti, “Hukum Penanaman Modal Asing”, https://www.notarisdanppat.com/hukum-
penanaman-modal-asing/ (diakses pada tanggal 13 Februari 2019)
67
Indonesia (PMA), Undang-Undang tentang Penanaman Modal Asing, UU No.1 Tahun 1967, LN
No. 1 Tahun 1967, TLN No. 2818, Pasal 1
68
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 3
69
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), Ibid., Pasal 1, ayat 8
70
David Kairupan, op. cit., hlm. 21
Universitas Sumatera Utara
modal asing yang bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, di mana saham yang
dimiliki oleh pihak asing maksimal 95%, sedangkan pihak penanam modal Indonesia
minimal 5%.71
Dalam Pasal 5, ayat 2 UU Penanaman Modal juga telah mengatur tentang badan
hukum dalam penanaman modal asing tersebut yang menyatakan bahwa Penanaman modal
asing wajib dalam bentuk PT berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam
wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Dari pasal
tesebut dapat diketahui bahwa terdapat unsur yang melekat dalam ketentuan PMA mengenai
bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing, yaitu harus berbentuk PT,
didasarkan pada hukum Indonesia, serta berkedudukan di dalam wilayah negara Republik
Indonesia.72
kepastian hukum dalam pelaksanaan penanaman modal asing itu sendiri. Berikut adalah
instrumen kepastian hukum yang diberikan dalam PT sebagaimana diatur dalam UU PT:
a. Anggaran Dasar
Berdasarkan UU PT, jenis dan kegiatan usaha serta tata cara pelaksanaan kegiatan PT
diatur dalam anggaran dasar yang dibuat dalam akta notarial dan harus didaftarkan serta
Begitu pula terhadap setiap perubahan anggaran dasar harus diberitahukan kepada
Kemenkumham, yang mana beberapa di antara perubahan tersebut, bahkan juga harus
bahwa adanya kepastian hukum terhadap setiap tindakan dan kegiatan usaha PT harus sesuai
71
Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta: Ind-Hill Co, 2003), hlm.28
72
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 2
73
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 15, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
dengan UU PT dan anggaran dasar. Hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan
nama orang perorangan saja seperti pada badan usaha yang tidak berbadan hukum. 74
Pada badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum (Firma, CV, Persekutuan
perdata, dan lain-lain), anggaran dasar para pendiri tidak membutuhkan pengesahan dari
Kemenkumham. Guna memenuhi asas publisitas, akta pendirian badan usaha cukup
b. Pengalokasian Modal
Satu hal yang paling krusial dalam pelaksanaan PMA adalah pengalokasian modal
dan penggunaannya dalam menjalankan tujuan kegiatan usaha. Dalam PT penggunaan modal
untuk kegiatan usaha hanya dapat digunakan dengan persetujuan perseroan yang ditempuh
dengan mekanisme dan kesepakatan para pemegang saham yang dituangkan dalam anggaran
dasar.76
Sehingga setiap tindakan dalam PT merupakan tindakan atas nama perseroan dan
tidak bisa dilakukan hanya dengan persetujuan orang perorangan semata. Berbeda halnya
dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum yang dalam menjalankan
tindakannya dapat bertindak dan bertanggung jawab atas nama orang perorangan tanpa
persetujuan dari para pendiri badan usaha tersebut. Tentunya jika hal ini terjadi pada PMA,
maka bentuk badan usaha tersebut tidak memberikan kepastian hukum terhadap modal yang
Demikian pula, bentuk penyertaan modal asing dalam suatu PT yang dapat dibuktikan
dengan saham. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbadan hukum, kepemilikan
74
Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, “Alasan Penanaman Modal Asing Harus Dalam Bentuk PT”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50759704ac972/mengapa-penanaman-modal-asing-harus-dalam-
bentuk-pt/ (diakses pada tanggal 13 Februari 2019)
75
Ibid.
76
Ibid.
77
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
para pendiri tidak dapat diwujudkan dalam bentuk saham melainkan hanya kekayaan
Pengalokasian modal dengan bentuk saham ini memiliki maksud dan tujuan yang di
antaranya menentukan:79
“Para pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas tindakan PT dan
perikatan yang dilakukan oleh PT melebihi dari saham yang dimiliki oleh masing-
masing pemegang saham”.80
Berdasarkan ketentuan di atas, bahwa besar tanggung jawab pemegang saham dalam PT
hanya sebatas pada besar saham yang dimiliki dan tidak dapat mencakup kekayaan pribadi
sendiri. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum, dalam
pemenuhan tanggung jawab oleh para pendiri tidak dibatasi berdasarkan besar kekayaan yang
ditanamkan dalam badan usaha, tetapi dapat mencakup kekayaan pribadi dari para pendiri
tersebut.82
d. Organ Perseroan
78
Ibid.
79
Ibid.
80
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 3, ayat 1
81
Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, op.cit.
82
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
PT dalam menjalankan kegiatan usahanya dijalankan oleh organ perseroan yang
terdiri dari:83
3) Direksi.
Dari ketiga organ perseroan di atas, masing-masing organ memiliki kapasitas dan
dalam anggaran dasar dan UU PT. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbadan
hukum yang dalam menjalankan kegiatan usahanya hanya dijalankan oleh paling sedikit 2
(dua) orang dan pengambilan keputusan dapat dilakukan langsung oleh pesero/sekutu aktif
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penanaman modal asing memiliki beberapa
bentuk kerja sama usaha. Berikut beberapa bentuk kerja sama dalam hal penanaman modal
a. Joint Venture
Adalah suatu kerangka perjanjian antara dua pihak atau lebih yang memiliki
tujuan yang sama, dengan kerja sama yang dilakukan oleh modal asing dengan modal
b. Kontrak Karya
83
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 2
84
Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, op.cit.
85
Hukum Online, “Joint venture”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl784/syarat-dua-
perusahaan-dalam-negeri-membuat-joint-venture/ (diakses tanggal 14 Februari 2019)
Universitas Sumatera Utara
c. Portofolio Investment
Investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik melalui pasar modal
investasi jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual-beli saham
Investasi atau penanaman modal oleh investor mempunyai peranan yang sangat
langsung menambah devisa negara dengan membawa masuk modal asing, serta menambah
juga penghasilan negara dalam sektor pajak. Investasi yang terjadi juga berperan bagi
pemecahan masalah lapangan pekerjaan, dimana tingkat pertumbuhan angkatan kerja tiap
tahunnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Banyaknya lulusan perguruan tinggi
ataupun dibawahnya yang belum mendapat pekerjaan akan menjadi persoalan yang cukup
gawat bila mana tidak tertangani dengan baik. Hal lain yang juga menjadi manfaat bagi
negara penerima modal ialah, dapat menciptakan jumlah permintaan (demand) terhadap
produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa terlebih lagi jika investor asing
berorientasi ekspor, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan
Secara manfaat ada dua akibat utama dari penanaman modal yang menguntungkan
Indonesia. Pertama, meningkatnya pendapatan riil (tercermin pada peningkatan tingkat upah
86
Indonesia (Permen No. 5 Tahun 2017), Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Republik Melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, Permen No. 5 Tahun 2017, Berita Negara No. 98 Tahun 2017, Pasal 1,
ayat 11
87
Ida Bagus Rachmadi Supancana, op.cit., hlm. 4
88
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm 8
Universitas Sumatera Utara
bagi konsumen, atau peningkatan penerimaan pemerintah). Kedua, adanya manfaat-manfaat
Melihat sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran investor cukup berperan dalam
pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan ekonomi di daerah yang FDI
menjalankan aktivitasnya.90
Manfaat penanaman modal menurut William A. Fennel dan Joseph W. Tyler, serta
5. negara penerima (host country) tidak merisaukan atau menghadapi risiko ketika
penerima.
Arti pentingnya kehadiran investor asing juga dikemukakan oleh Gunarto Suhardi: 92
“Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi tidak langsung
(portofolio), karena langsung lebih permanen, selain itu, investasi langsung:
1. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;
2. mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;
3. memberikan residu baik berupa peralatan mampu alih teknologi;
4. apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat
dirunut oleh pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan
devisa dan pajak bagi negara;
5. lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;
6. memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor
berasalh dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.”
89
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 187
90
Aminuddin Ilmar, loc.cit.
91
Salim H.S., Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 87
92
Hendrik Budi Untung, op.cit., hlm. 42
Universitas Sumatera Utara
Prof. Erman Rajagukguk berpendapat mengenai manfaat penanaman modal. beliau
menyebutkan:93
bagi tuan rumah (host country). Manfaat secara langsung diperoleh dari pemasukan tambahan
devisa yang berasal dari modal yang dibawa dana pajak-pajak yang dibayar kepada Negara.94
Walaupun kehadiran investor membawa manfaat bagi negara penerima modal, disisi
lain investor yang hendak menanamkan modalnya juga tidak lepas dari orientasi bisnis
(bussines oriented), apakah modal yang diinvestasikan aman dan bisa menghasilkan
keuntungan. Jadi, dapat dimengerti mengapa investor asing sebelum menanamkan modalnya,
investor melakukan penelitian pendahuluan lewat studi kelayakan (feasibility study), baik dari
aspek hukum, finansial maupun politik apakah kondusif untuk berbisnis di negara yang akan
dituju. Hal ini penting untuk memprediksi resiko yang akan dihadapi.95
93
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: UI Press, 2005), hlm. 20-21
94
Ibid., hlm. 26
95
Hendrik Budi Untung, op.cit., hlm. 43
96
Lihat Indonesia (UU Penanaman Modal), op.cit., Pasal 3 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
3. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan
Dari hal-hal tersebut dapatlah kita lihat begitu pentingnya kehadiran penanaman
modal baik oleh dalam negeri maupun asing secara langsung yang berpotensi besar
Penanaman Modal baik yang masih dalam tahap konstruksi (tahap pembangunan) maupun
Penanaman Modal yang telah produksi/operasi komersial (telah ada izin usaha).97
realisasi Penanaman Modal yang tercantum dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang
disampaikan oleh perusahaan sesuai dengan Perizinan Penanaman Modal yang dimiliki oleh
perusahaan.98
Perusahaan yang telah memperoleh Perizinan Penanaman Modal wajib membuat dan
menyampaikan LKPM secara berkala dan disampaikan kepada BKPM, BPMPTSP Provinsi,
BPMPTSP Kabupaten/Kota, dan kepada Badan Pengusahaan KPBPB apabila lokasi proyek
97
Susan Saraswati, “Penanaman Modal”, http://hukumpenanamanmodal.com/perizinan-
bkpm/penanaman-modal-pedoman-dan-tata-cara-pengendalian-pelaksanaan-penanaman-modal/ (diakses pada
tanggal 14 Februari 2019)
98
Susan Saraswati, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
berada di wilayah KPBPB atau administrator KEK apabila lokasi proyek berada di wilayah
KEK.99
diberikan kepada proyek investasi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meninjau
kewenangannya masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari kewenangan (dalam memproses
99
Ibid.
100
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pendaftaran penanaman modal, izin prinsip penanaman modal, persetujuan penanaman modal
permasalahan teknis yang dialami oleh investor, instansi teknis terkait juga dapat melakukan
kegiatan pembinaan.102
penggunaan fasilitas fiskal oleh investasi yang masih menjadi kewenangan pemerintah. 103
dengan intansi berwenang terkait di masing-masing tingkatannya. Termasuk pula jika akan
Namun kegiatan evaluasi dapat berlangsung mendadak bila ditemui situasi yang
berwenang terkait maupun karena pengaduan masyarakat. Terhadap situasi seperti itu, baik
BKPM maupun instansi penanaman modal tingkat provinsi dapat melakukan kegiatan
101
Indonesia (BKPM No 17 Tahun 2015), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, BKPM No. 17 Tahun 2015,
Berita Negara No. 1481 Tahun 2015, Pasal 7
102
Ibid., Pasal 8
103
Ibid., Pasal 9
104
Ibid., Pasal 11
Universitas Sumatera Utara
pemantauan, pembinaan dan pengawasan tanpa melalui koordinasi terlebih dahulu dengan
Evaluasi represif Sanksi yang dikeluarkan oleh instansi penanaman modal nasional
sesuai tingkat kewenangannya ini dapat berupa peringatan tertulis. Jika peringatan tertulis itu
Jika di dalam kegiatan evaluasi preventif banyak ditemui persoalan krusial yang
merugikan masyarakat dan negara, kegiatan evaluasi dapat dilanjutkan secara korektif
(represif). Dalam kategori rendah dapat berupa sanksi administratif. Ini diberikan kepada
perusahaan yang melalaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai investor serta
masuk mesin dan/atau barang, bahan, dan non fiskal (ketenagakerjaan) yang
telah diberikan.
105
Ibid., Pasal 12
106
Susan Saraswati, op.cit.
107
Ibid.
108
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Pembatalan atau pencabutan perizinan Penanaman Modal dan kegiatan usaha atau
Evaluasi represif pada tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dalam bentuk
pencabutan izin usaha penanaman modal. Instansi penanaman modal nasional sesuai tingkat
prinsip penanaman modal, persetujuan penanaman modal atau izin pendirian Kantor
dilaksanakan dalam bentuk Kegiatan Nyata baik administratif atau fisik dan pelanggaran
tertentu dan mendesak. Pencabutan Perizinan Penanaman Modal dilakukan berdasarkan: 110
Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BKPM, atau yang diterbitkan BPMPTSP
Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BPMPTSP Kabupaten/Kota dan saat ini
Teknis.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab ini, maka dapat disimpulkan
bahwa pengaturan penanaman modal di Indonesia pada saat ini diatur dengan berbagai
109
Ibid.
110
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
macam peraturan perundang-undangan tentang penanaman modal. Berbagai macam
Penanaman Modal, UU Pasar Modal, UU PT, Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009
tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan
Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Peraturan
PERALIHANNYA
Setelah jatuhnya rezim Orde Baru oleh kekuatan reformasi pada tahun 1998,
menciptakan iklim investasi yang favourable dengan menyederhanakan proses dan tata cara
bidang perizinan diperlukan beberapa proses yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan, di mana pengertian dari perizinan itu sendiri adalah segala bentuk
Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas,
dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.112
Pemerintahan Daerah jo. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Sedangkan untuk PMDN
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 117 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal,
111
Dhaniswara K. Harjono, op.cit., hlm. 166
112
Indonesia (BKPM No. 14 Tahun 2015), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal, BKPM No. 14 Tahun 2015, Berita Negara
No. 1478 Tahun 2015, Pasal 1, ayat 9
Universitas Sumatera Utara
diserahkan kepada daerah, dimana untuk melaksanakan pelimpahan wewenang tersebut,
Gubernur Kepala Daerah Propinsi dapat menugaskan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD). Namun sejak tanggal 12 April 2004 persetujuan dan perizinan
Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui
Seiring berjalannya waktu sistem Pelayanan Satu Atap dianggap kurang efektif, maka
dari itu ditetapkanlah UU Penanaman Modal, dengan sistem PTSP yang dimaksudkan untuk
membantu penanaman modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan
informasi mengenai penanaman modal mengantikan Sistem Pelayanan Satu Atap yang
diangap kurang efektif, di mana keberagaman kebijakan yang berlaku dalam setiap otonom
daerah juga memberikan kendala terhadap Sistem Pelayanan Satu Atap, seperti dalam
memberikan sebuah ijin di suatu pemerintah daerah memiliki beberapa kriteria yang dapat
berbeda dengan daerah lainnya. Kendala yang lain adalah belum semua wilayah di
pemerintah daerah memliki koneksi antar sesama instansi sehingga data belum secara
kolektif terkumpul. Layanan satu atap pun terkadang masih belum bisa secara pasti
diterapkan karena pendaftar harus tetap mengurus beberapa kelengkapan dokumen di kantor
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Pasal 1, ayat 11
perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan
sampai ketahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat.115 Pasal 1, ayat 7 Peraturan
BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman
113
David Kairupan, op. cit., hlm. 41
114
David Kairupan, Ibid., hlm. 42
115
Ibid., hlm. 43
Universitas Sumatera Utara
Modal juga mendefinisikan PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non-
perizinan berdasarkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi
yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya dimulai
dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu
tempat.116
satu tempat saja, PTSP dilakukan oleh lembaga yang berwenang dibidang penanaman modal
yang mendapat pendelegasian dari lembaga yang memiliki kewenangan perizinan dan
nonperizinan di tingkat pusat, provinsi atau kabupaten/kota. Lembaga yang dimaksud di atas
adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD). Sebab semakin panjang jalur birokrasi atau prosedur yang harus
BKPM membedakan bentuk badan usaha dalam penanaman modal bagi investor
asing dan investor dalam negeri. Dalam Pasal 11, ayat 1 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun
2009 diatur bahwa badan usaha pada PMA harus berdiri dalam bentuk perseroan terbatas
yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang. Sedangkan untuk bentuk
badan usaha PMDN, tidak diatur bahwa investor harus mendirikan badan usahanya dalam
bentuk perseroan terbatas. Bentuk badan usaha pada PMDN dapat berbentuk badan hukum,
tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.118
116
Lihat Indonesia (BKPM No. 14 Tahun 2015), op.cit., Pasal 1, ayat 7
117
Andrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
hlm. 49
118
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 11
Universitas Sumatera Utara
1. Pelayanan Perizinan Penanaman Modal, terdiri atas:119
a. Izin Prinsip Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip, merupakan izin untuk
fiskal.
b. Izin Usaha, merupakan izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk melaksanakan
c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip perluasan,
merupakan izin untuk memulai rencana perluasan, merupakan izin untuk memulai
fiskal.
d. Izin Usaha Perluasan, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk
e. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip perubahan,
merupakan izin untuk melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan
f. Izin Usaha Perubahan, adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk
melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin usaha/izin usaha
119
David Kairupan, op.cit., hlm. 57-60
Universitas Sumatera Utara
perluasan sebelumnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam
hasil penggabungan.
i. Izin Pembukaan Kantor Cabang, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh
perusahaan yang ingin membuka kantor perusahaan baru sebagai cabang dari
komersial.
j. Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing, merupakan izin yang wajib dimiliki
produksi/operasi komersial.
merupakan izin yang wajib dimiliki bagi perusahaan yang sudah memiliki kantor
tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai
harus dimiliki oleh importir mengenai produsen barang yang diimpornya dalam
e. Angka Pengenal Importir Umum (API-U), merupakan tanda pengenal yang harus
digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen penataan tertib impor dalam rangka
jumlah, jabatan dan lama penggungaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai
dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing dan penerbitan izin
diperlukan guna memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga
negara asing.
120
David Kairupan, Ibid., hlm. 60-62
Universitas Sumatera Utara
h. Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), merupakan pemberian izin bagi
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 10, ayat 1 Peraturan BKPM Nomor 12
tahun 2009, semua bidang usaha terbuka bagi penanaman modal, kecuali ditentukan lain oleh
perundang-undangan. Dalam hal ini, terdapat pula bidang usaha atau jenis usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan bagi penanaman modal yang
tersebut demi mengetahui bidang usaha atau jenis usaha apa saja yang dinyatakan tertutup
Dalam bidang penanaman modal atau biasa juga disebut dengan Daftar Negatif
Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk
ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik. 123 Segala bidang
usaha yang tidak dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan di dalam peraturan
Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di
121
Renintha Karina (1), “Mekanisme Perizinan Penanaman Modal”,
http://hukumpenanamanmodal.com/izin-penanaman-modal/mekanisme-perizinan-penanaman-modal/ (diakses
pada tanggal 17 Februari 2019)
122
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 54
123
loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
Bidang Penanaman Modal atau Daftar Negatif Investasi (DNI) yang berlaku saat ini adalah
Sedangkan untuk bidang usaha yang tertutup adalah bidang usaha yang tertutup atau
dilarang untuk ditanamkan investasi, di dalam Pasal 12, ayat 2 UU Penanaman Modal telah
ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi
1) Produksi Senjata;
2) Mesiu;
3) Alat Peledak;
4) Peralatan Perang;
Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12, ayat 2 UU Penanaman Modal telah
Dalam Lampiran I, ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk
investasi domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup
1. Budidaya Ganja
124
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Pasal 3
125
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 12, ayat 2
126
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Lampiran I
Universitas Sumatera Utara
5. Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri
7. Industri Bahan Kimia Indu stri dan Industri Bah.an Perusak Lapisan Ozone (BPO):
Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CF C-114}, Chloro Pentajluoro Ethane (CFC-115),
System (VTIS)
Orbit Satelit
19. Peninggalan Sejarah dan Purbakala (candi, keraton, prasasti, petilasan, bangunan
kuno, dsb)
20. Perjudian/Kasino
nonkomersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari sektor
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu
yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu
bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi,
Kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan penanarn modal dari
Dalam pasal 2, ayat 2 DNI yang menyatakan tentang syarat yang dimaksud adalah:129
a) Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan: yang dicadangkan atau kemitraan
2. Lokasi tertentu;
3. Perizinan khusus;
127
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 56
128
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Pasal 1, ayat 4
129
Ibid., Pasal 2, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan dalam
Lampiran II dengan syarat dalam pasal 2, ayat 2a dan dalam Lampiran III dengan syarat
Status perusahaan PMDN adalah status untuk badan usaha yang bentuk badan
usahanya tidak harus dalam bentuk badan hukum. Seperti yang diketahui, berbagai wadah
kegiatan bisnis yang dilakukan masyarakat tidak semuanya berbadan hukum dan bahkan
hanya dikelola oleh perorangan, seperti yang tertulis dalam Pasal 5, ayat 1 UU Penanaman
“Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”130
Mengenai kegiatan penanaman modal itu sendiri juga telah dijelaskan dalam Pasal 1 ayat, 2
“Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.”131
1) Permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMDN dapat diajukan oleh PT,
Perorangan
diajukan kepada Kepala BPKM dalam dua rangkap dengan menggunakan formulir
Model I/PMDN,
130
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 1
131
Ibid., Pasal 1, ayat 2
132
Ibid., Pasal 5
Universitas Sumatera Utara
3) Persetujuan atas permohonan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat 2
Ketentuan di atas berlaku seperti yang tertulis, di mana kegiatan penanaman modal
tersebut dilakukan oleh PMDN, namun jika perusahaan tersebut memperoleh modal asing
seratus persen (100%) atau hanya sebagian saja, wajib mengajukan izin prinsip atau izin
usaha PMA karena status perusahaan berubah dari PMDN menjadi PMA.133
Berbeda dengan PMDN, status perusahaan PMA dijelaskan dalam Pasal 5, ayat 2 UU
Penanaman Modal, bahwa PMA wajib dalam bentuk PT berdasarkan Hukum Indonesia dan
berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh
Undang-Undang. Melalui pasal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat unsur yang melekat
dalam ketentuan penanaman modal asing mengenai bentuk hukum dari perusahaan PMA,
yaitu harus berbentuk Perseroan Terbatas, didasarkan pada Hukum Indonesia, serta
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini, serta peraturan pelaksanaannya. 135
BKPM Nomor 1/P/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan
Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan
133
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 1, ayat 2
134
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 2
135
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 1
136
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm 136-137
137
Indonesia (BKPM No. 57/SK/2004), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman
Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, BKPM No. 57/SK/2004, Pasal 2
Universitas Sumatera Utara
1. Calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam
rangka PMDN dan PMA wajib mengajukan permohonan kepada kepala BKPM.
2. Syarat Persetujuan (SP) atas permohonan penanaman modal dalam rangka PMDN
satu Provinsi;
berupa perpanjang izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing untuk Tenaga Kerja
1. Izin Lokasi;
1. Permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA dapat diajukan oleh:
a. Warga Negara Asing dan/atau badan hukum asing dan/atau perusahaan PMA;
b. Warga Negara Asing dan/atau badan hukum asing dan/atau perusahaan PMA
c. PT yang sebagian saham atau seluruh modalnya dimiliki oleh penanam modal
asing.
kepada Kepala BKPM dalam dua rangkap dengan menggunakan formulir Model
I/PMA.
PMDN maupun PMA harus melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan oleh peraturan
terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif
Investasi untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka untuk
investasi asing, dan jika terbuka, berapa besar komposisi penanaman modal asing
yang diperbolehkan.
138
Indonesia (BKPM No. 1/P/2008), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 Tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal
Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, BKPM No. 1/P/2008, Pasal 6
139
Shanti Rachmadsyah, “Pendirian PT PMA”,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c106ba70922c/pendirian-pt-pma (diakses pada tanggal 17
Februari 2019)
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka harus mengajukan aplikasi kepada
BKPM No. 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
berikut:
1. Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang
asing;
Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia;
7. surat kuasa asli bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak
mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal dari BKPM, yaitu izin
2015). Izin prinsip diajukan dengan mengisi formulir aplikasi sesuai dengan
lampiran Peraturan BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata
Cara Izin Prinsip Penanaman Modal yang ke III (untuk perusahaan PMDN) dan
HAM;
usaha dari BKPM. Izin usaha didapat dengan mengajukan permohonan pada
BKPM, dengan mengisi formulir aplikasi sesuai dengan lampiran III Peraturan
berikut:
Izin Usaha Perluasan yang kegiatan usahanya memerlukan fasilitas bea masuk
2. rekaman akta pendirian dan pengesahan serta akta perubahan dan pengesahan
4. rekaman NPWP;
(1) Rekaman sertifikat Hak Atas Tanah atau akta jual beli tanah oleh PPAT,
atau
7. Rekaman Izin Gangguan (UUG/HO) atau rekaman Surat Izin Tempat Usaha
sebagai perusahaan penanaman modal, baik PMDN dengan ketentuannya maupun PMA
dengan ketentuannya. Perusahaan penanaman modal tersebut juga sudah dapat melakukan
Akibat hukum ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum, dimana suatu
hubungan hukum tersebut pastilah memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh
Undang-undang. Begitu juga akan peristiwa hukum perolehan status sebagai perusahaan
penanaman modal, di mana hal tersebut akan mendatangkan akibat hukum bagi perusahaan
tersebut.140
Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap peristiwa hukum akan mendatangkan
akibat hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban. Berikut hak dan kewajiban dari akibat
undangan Indonesia:
Suatu perusahaan penanaman modal yang sudah memiliki status yang sah di
1. Hak untuk dapat mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang
diinginkannya;141
2. hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, tanpa ada penundaan
a) Modal;
140
Sovia Hasanah, “Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum/
(diakses pada tanggal 17 Februari 2019)
141
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 8, ayat 1
142
Ibid., Pasal 8, ayat 3
Universitas Sumatera Utara
1) pembelian bahan baku dan penolong barang setengah jadi atau barang jadi;
d) pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus
dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah
3. hak untuk menggunakan tenaga ahli warga Negara asing untuk jabatan dan keahlian
tertentu;143
dijalankannya;145
6. hak pelayanan;146
peraturan perundang-undangan.147
143
Ibid., Pasal 3, ayat 2
144
Ibid., Pasal 14, huruf a
145
Ibid., Pasal 14, huruf b
146
Ibid., Pasal 14, huruf c
147
Ibid., Pasal 14, huruf d
Universitas Sumatera Utara
Suatu perusahaan penanaman modal yang sudah memiliki status yang sah di
BKPM;
modal; dan
Selain hak dan kewajiban yang dijelaskan di atas, di dalam Pasal 16 UU Penanaman
Modal juga ada mengatur tentang tanggung jawab perusahaan penanaman modal, yaitu:149
a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal
c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal
Indonesia dan telah dijelaskan tentang masing-masing bentuk statusnya di BAB II, yaitu
148
Ibid., Pasal 15
149
Ibid., Pasal 16
Universitas Sumatera Utara
PMDN dan PMA. Status dari penanaman modal tersebut, dengan ketentuan peraturan
perusahaan PMDN melakukan perubahan penyertaan dalam modal perseroan yang berakibat
masuknya modal asing, yang menyebabkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal
asing. Di dalam Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009, didalam Pasal 1, ayat 2
menyatakan:
”Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.”150
Maka dalam ketentuan tersebut mengharuskan Perusahaan PMDN tersebut beralih status
menjadi Perusahaan PMA karena telah melakukan perubahan penyertaan dalam modal
Perusahaan PMDN yang menjual sahamnya kepada pemilik modal asing, harus
memperhatikan ketentuan bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan di dalam
penanaman modal. Karena menurut pasal 12, ayat 1 UU Penanaman Modal menyatakan
bahwa pada umumnya semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali
bidang usaha atau jenis usaha yang memang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan
150
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 1, ayat 2
151
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 12, ayat 1
152
Ibid., Pasal 12, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
a. Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang;
undang.
Oleh karena itu, jika bidang usaha perusahaan induk dan/atau anak perusahaan
PMDN yang ingin memasukan kepemilikan modal asing termasuk dalam Daftar Negatif
Investasi, maka kepemilikan modal perusahaan PMDN tersebut tidak dapat dijual ataupun
a. Dalam hal peralihan ini, Apabila dalam pengalihan perusahaan tersebut tidak atau
belum memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha, Pasal 23, ayat 1 Peraturan Kepala
b. Jika Perusahaan PMDN telah memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha, Pasal 23, ayat 2
perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing yang
mengajukan permohonan Izin Prinsip atau Izin Usaha atas penanaman modalnya
sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM. 154 Modal asing
didefinisikan sebagai modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga
negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum
Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.155
c. Jika saat sebagai PMDN telah memiliki izin prinsip atau izin usaha pada bidang
permohonan izin prinsip atau izin usaha ke PTSP BKPM (Pemerintah Pusat).
153
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 23, ayat 1
154
Ibid., Pasal 23, ayat 2
155
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 8
Universitas Sumatera Utara
Permohonan disertai surat pengantar dari PTSP provinsi atau PTSP kabupaten/kota
yang berisi rencana masuknya modal asing. Jika permohonan tersebut tidak kunjung
ditanggapi dalam jangka waktu sepuluh hari kerja, investor cukup melampirkan tanda
penanaman modal asing melakukan perubahan penyertaan dalam modal perseroan yang
mengakibat keluarnya seluruh modal asing yang menyebabkan seluruh modal perseroan
maka dengan hilangnya kepemilikan asing di dalamnya, unsur asing sudah tidak ada
di dalam suatu PT PMA maka status dari PT PMA tersebut berubah menjadi PT PMDN
dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau
156
Renintha Karina (2), “Peralihan Kepemilikan Saham Asing”,
http://hukumpenanamanmodal.com/kepemilikan-saham-asing/pengalihan-kepemilikan-saham-asing/ (diakses
pada tanggal 17 Februari 2019)
157
Ibid.
158
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 3
159
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 24
Universitas Sumatera Utara
4. Tata Cara Peralihan Status Perusahaan PMA Mejadi PMDN
a. Dalam hal perusahaan telah memiliki pendaftaran saat akan melakukan pengalihan
kepemilikan saham asing, Pasal 24, ayat 1 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009
dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM
sesuai kewenangannya.160
b. Apabila perusahaan sudah memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha, maka sesuai Pasal
24, ayat 2 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009, perusahaan tersebut diwajibkan
untuk mengajukan permohonan Izin Prinsip atau Izin Usaha penanaman modalnya
sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau
provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota wajib melampirkan Surat Pengantar dari PTSP
BKPM tentang rencana keluarnya seluruh modal asing sebelum melakukan Pendaftaran atau
Akibat hukum bagi perusahaan PMDN yang terdapat modal asing di dalamnya namun
tidak melakukan peralihan menjadi PMA, begitu juga sebaliknya perusahaan PMA yang
sudah tidak memiliki modal asing di dalamnya namum belum beralih menjadi PMDN, dapat
di kenakan sanksi oleh BKPM karena dianggap telah melakukan penyimpangan terhadap
perizinan dan nonperizinan penanaman modal.163 Sanksi yang dapat diberikan adalah sanksi
160
Ibid., Pasal 24, ayat 1
161
Ibid., Pasal 24, ayat 2
162
Ibid., Pasal 24, ayat 3
163
Susan Saraswati, op.cit.
164
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembekuan kegiatan usaha dan fasilitas Penanaman Modal; atau
4. Pembatalan atau pencabutan perizinan Penanaman Modal dan kegiatan usaha atau
Pada tahap yang lebih tinggi, tidak menutup kemungkinan dapat diberi sanksi dalam bentuk
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di bab ini, maka dapat disimpulkan
bahwa proses hukum untuk memperoleh status penanaman modal dan peralihannya di
Indonesia saat ini sudah melalui banyak hal, mulai dari pembaharuan Undang-Undang
peningkatan fasilitas pelayanan dengan menghadirkan BKPM dan menerapkan PTSP yang
tentu saja bertujuan untuk mempermudahkan dan meringankan para penanam modal.
PMDN dan PMA di mana PMDN bentuk badan usahanya tidak harus berbadan hukum
Lalu perusahaan penanaman modal mengajuan Izin Sementara untuk pendirian PT PMA
melalui BPKM dengan terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang
Daftar Negatif Investasi untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka
untuk investasi asing, dan jika terbuka, berapa besar komposisi penanaman modal asing yang
diperbolehkan. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka harus mengajukan aplikasi kepada
BKPM Pusat, tetapi untuk pendirian perusahaan PMDN, dapat mengajukan aplikasi kepada
BKPMD yang memiliki kewenangan berdasarkan bidang usaha dan Lokasi Perusahaan
PMDN tersebut. Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari BKPM dikeluarkan,
selanjutnya mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal dari BKPM, yaitu izin
untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas
fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiscal. Setelah izin
perusahaan tersebut wajib memperoleh izin usaha dari BKPM untuk dapat melakukan
kegiatan/berproduksi komersial.
yaitu:
PT TEGUHKARSA WANALESTARI
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dengan wilayah operasional di seluruh Pulau
Sumatera, yang beralamat di Jalan Pemuda Nomor 102 C, RT 01/RW 09, Kelurahan Tampan,
Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. PT Teguhkarsa Wanalestari telah
berdiri sejak tahun 1988 yang bergerak dibidang perkebunan khususnya menjalankan usaha
dalam bidang perkebunan kelapa sawit, industri pengolahan kelapa sawit (CPO), industri
pengolahan inti sawit dan minyak inti sawit (PKO) dan mendagangkan hasil produksinya,
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
modal dari induk perusahaannya. Sumber saham PT Teguhkarsa Wanalestari bersumber dari
dua pihak, yaitu PT Sumatera Rumpun Sejahtera dan PT Permata Agroindo Jaya, dengan
jumlah total saham sebesar Rp. 85.000.000.000,00 (delapan puluh lima miliar Rupiah).167
Berdasarkan izin prinsip Penanaman Modal Asing dengan Nomor 2844/1/IP/PMA/2016 oleh
165
Notaris Linda Herawati (Akta No. 39 Tahun 2017), Akta Peryataan Keputusan Para Pemegang
Saham PT Teguhkarsa Wanalestari Nomor 39, Tanggal 19 September 2017
166
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 1
167
Notaris Linda Herawati (Akta No. 76 Tahun 2016), Akta Pernyataan Pemegang Saham PT
Teguhkarsa Wanalestari Nomor 76 Tanggal 22 Juni 2016
Universitas Sumatera Utara
BKPM, tertera pada bagian “Pernyataan Dalam Modal Perseroan” yaitu dana bersumber
dari:168
1. PT Sumatera Rumpun Sejahtera dengan memegang 95% saham atau dengan nilai
nominal saham Rp. 80.750.000.000,00 (delapan puluh miliar tujuh ratus lima
nominal saham Rp 4.250.000.000,00 (empat miliar dua ratus lima puluh juta
Rupiah).
B. Tata Cara Peralihan Status PMDN Menjadi PMA yang Dilakukan PT Teguhkarya
Wanalestari
karena perubahan dalam modal perseroan yang disebabkan masuknya modal asing seratus
persen (100%) atau hanya sebagian saja ke dalam suatu perusahaan PMDN yang pada
awalnya kepemilikan modal perusahaan tersebut sepenuhnya dimiliki oleh penanam modal
dalam negeri. Maka perusahaan tersebut wajib mengajukan izin prinsip atau izin usaha PMA
karena status perusahaan berubah dari PMDN menjadi PMA.169 Maka sekecil apapun modal
asing masuk kedalam perusahaan PMDN akan mengubah status penanaman modal dari
didasarkan karena didahului peralihan status dari PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh
tertulis dalam Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara
Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal, yang memuat kewajiban anak perusahaan
168
BKPM (Izin Prinsip No.2844/1/IP/PMA/2016), Badan Koordinasi Penanaman Modal, Izin Prinsip
Penanaman Modal Asing Nomor 2844/1/IP/PMA/2016, PT Teguhkarsa Wanalestari
169
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 1, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
untuk memperoleh izin Prinsip PMA ketika induk perusahaan beralih status dari PMDN
menjadi PMA tersebut telah diubahan melalui Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2013
tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5
Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman
1. Pasal 28, ayat 8 Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 yang berbunyi:171
“Bagi perusahaan penanam modal dalam negeri yang menjual sebagian atau seluruh
sahamnya kepada perorangan/badan usaha asing/perusahaan PMA untuk
mendapatkan Izin Prinsip.”
Untuk mendapatkan Izin Prinsip, perusahaan PMA sebagaimana dimaksud pada ayat
perusahaan/anak perusahaan yang sebagian sahamnya selama ini telah dimiliki oleh
2. Pasal 28, ayat 9 Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 yang berbunyi:172
diwajibkan dengan diikuti perubahan status pula oleh perusahaan anak dari perusahaan
induknya.
Namun untuk tidak terjadi pelanggaran atas ketentuan DNI sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dimana induk
170
Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2013), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal, No. 12 Tahun 2013, Berita Negara
No. 1138 Tahun 2013
171
Indonesia (BKPM No. 5 Tahun 2013), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal, BKPM No. 5 Tahun 2013,
Berita Negara No. 584 Tahun 2013, Pasal 28, ayat 8
172
Ibid., Pasal 28, ayat 9
Universitas Sumatera Utara
perusahaan berstatus PMA yang memiliki saham pada anak perusahaannya yang telah
dimiliki sebelum ia berstatus PMA akan beralih status juga menjadi PMA karena akan
terdapat juga modal asing dalam anak perusahaannya tersebut. Hal ini mencegah agar induk
perusahaan yang berstatus PMA tidak membentuk anak perusahaan yang tidak berstatus
PMA untuk melakukan kegiatan usaha yang dilarang untuk PMA. 173 Pada PT Teguhkarsa
Wanalestari yang beoprasi dibidang usaha kelapa sawit, dalam DIN Lampiran III No. 37
Tata cara peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh PT Teguhkarsa
Wanalestari sama seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa pada Pasal 23, ayat
perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing yang
Teguhkarsa Wanalestari mengajukan permohonan Izin Prinsip PMA sebagai akibat dari
Berikut tata cara peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh PT
Teguhkarsa WanaLestari:
173
Bimo Prasetio dan Dwinanda Febriany, “Status Anak Perusahaan dari PT yang Beralih Jadi PMA”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f225c2e65c42/status-anak-perusahaan-dari-pt-yang-beralih-jadi-
pma (diakses pada tanggal 17 Februari 2019)
174
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Lampiran III
175
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 23, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
1. Izin Prinsip PMDN yang dibuat oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
2. Akta Pemegang Saham yang dibuat oleh Notaris Linda Herawati, S.H. No. 76
oleh:177
dengan mengajukan Izin Prinsip PMA dengan melampirkan Izin prinsip yang lama dan
surat rekomendasi.178
1. Izin Prinsip Penanaman Modal Asing yang dibuat oleh Badan Koordinasi Penanaman
oleh Notaris Linda Herawati, S.H. No. 39 Tanggal 19 September 2017, menyatakan
176
BPMP2T Kabupaten Siak (Izin Prinsip No.21/IP/X/PMDN/2014), Pemerintah Kabupaten Siak
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perzinan Terpadu, Izin Prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri
No.21/IP/X/PMDN/2014, PT Teguhkarsa Wanalestari
177
Lihat Notaris Linda Herawati (Akta No. 76 Tahun 2016), op.cit.
178
Kementrian Pertanian (Rekomendasi Teknis No. 28/PI3400/E/08/2016), Kementrian Pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan, Rekomendasi Teknis Nomor 28/PI3400/E/08/2016
179
Lihat BKPM (Izin Prinsip No.2844/1/IP/PMA/2016), op.cit.
180
Lihat Notaris Linda Herawati (Akta No. 39 Tahun 2017), op.cit.
Universitas Sumatera Utara
C. Bagan Skema Peralihan Status PT Teguhkarsa Wanalestari
PT Sumatera
Rumpun Sejahterah
PMDN
95% saham
PT Teguhkarsa
Wanalestari
PMDN
PT Permata
Agroindo Jaya
PMDN
5% Saham
Status PMDN
1. Izin Prinsip PMDN
2. Akta No. 76 Tanggal 22 Juni 2016
Status PMA
1. Izin Prinsip PMA
2. Akta No. 39 Tanggal 19 September 2017
PT Sumatera
Rumpun Sejahterah
PMA
95% saham
PT Teguhkarsa
Wanalestari
PMA
PT Permata
Agroindo Jaya
PMDN
5% Saham
D. Akibat Hukum Dari Peralihan Status PMDN Menjadi PMA yang Dilakukan PT
Teguhkarsa Wanalestari
sub-bab sebelumnya. Proses tersebut tentunya memerlukan waktu yang tidak singkat.
Pada dasarnya terjadinya peralihan status PMDN menjadi PMA seperti yang telah
dijelaskan di bab sebelumnya, disebabkan karena adanya perubahan dalam modal perseroan
yang berakibat masuknya modal asing seratus persen (100%) atau hanya sebagian saja ke
dalam suatu perusahaan PMDN yang pada awalnya kepemilikan modal perusahaan tersebut
sepenuhnya dimiliki oleh PMDN. Namun masuknya modal asing pada PT Teguhkarsa
Wanalestari tidaklah secara langsung, melaikan masuk melalui induk perusahaannya yang
juga selaku pemegang saham mayoritas (95%) yang melakukan peralihan status menjadi
PMA.
Nomor 12 Tahun 2013 yang menggantikan Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013, maka
tidak ada lagi kewajiban bagi anak perusahaan untuk merubah status perusahaaannya menjadi
perusahaan PMA apabila induk perusahaannya berubah status menjadi PMA. Namun
hukum dengan mewajibkan tidak hanya induk perusahaan namun juga PT Teguhkarsa
Wanalestari selaku anak perusahaanya untuk melakukan peralihan status dari PMDN menjadi
PMA, karena secara tidak langsung PT Teguhkarsa Wanalestari juga menerima aliran modal
asing yang masuk. Hal ini juga agar dikemudian hari tidak terjadi kontradiksi ataupun
pertentangan atas Daftar Negatif Investasi sebagaimana termuat dalam Peraturan Presiden
Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang
Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, dimana induk perusahaan yang
berstatus PMA tidak membentuk anak perusahaan yang tidak berstatus PMA untuk
bahwa peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh PT Teguhkarsa
Wanalestari merupakan keharusan. Keadaan peralihan status PMDN menjadi PMA yang
dilakukan oleh PT Sumatera Rumpun Sejahtera selaku induk perusahaan yang juga menjadi
juga beralih status dari PMDN menjadi PMA, walaupun kewajiban anak perusahaan untuk
ikut beralih status menjadi PMA ketika induk perusahaan beralih status dari PMDN menjadi
PMA yang diatur dalam Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 telah diubah melalui
Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2013. Namun, jika mencermati definisi PMA yang
terdapat dalam Pasal 1, ayat 2 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009, maka PT Teguhkarsa
Wanalestari juga menerima modal asing yang masuk walaupun tidak secara langsung.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjadi PMA Pada PT Teguhkarsa Wanalestari, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. pengaturan penanaman modal di Indonesia pada saat ini diatur dengan berbagai macam
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Terpadu Satu Pintu, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata
Cara Permohonan Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Peraturan
2. proses hukum untuk memperoleh status penanaman modal dan peralihannya di Indonesia
saat ini sudah melalui banyak hal, mulai dari pembaharuan Undang-Undang Penanaman
fasilitas pelayanan dengan menghadirkan BKPM dan menerapkan PTSP yang tentu saja
PMDN dan PMA di mana PMDN bentuk badan usahanya tidak harus berbadan hukum
modal mengajuan Izin Sementara untuk pendirian PT PMA melalui BPKM dengan
terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif
Investasi untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka untuk
investasi asing, dan jika terbuka, berapa besar komposisi penanaman modal asing yang
kepada BKPM Pusat, tetapi untuk pendirian perusahaan PMDN, dapat mengajukan
aplikasi kepada BKPMD yang memiliki kewenangan berdasarkan bidang usaha dan
Lokasi Perusahaan PMDN tersebut. Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari
dari BKPM, yaitu izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang
memerlukan fasilitas fiscal. Setelah izin prinsip keluar dan perusahaan telah siap
yaitu:
merupakan keharusan. Keadaan peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan PT
Sumatera Rumpun Sejahtera selaku induk Perusahaan yang juga menjadi pemgang saham
peralihan status PMDN menjadi PMA, yang walaupun kewajiban anak perusahaan untuk
ikut beralih status menjadi PMA ketika induk perusahaan beralih status dari PMDN
menjadi PMA yang diatur dalam Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal telah diubahan
melalui Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan
Tata Cara Perizinan dan NonPerizinan Penanaman Modal, namun jika mencermati
definisi PMA yang terdapat dalam pasal 1 ayat 2 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun
2009, maka PT Teguhkarsa Wanalestari juga menerima modal asing yang masuk secara
tidak langsung.
B. Saran
PMDN Menjadi PMA Pada PT Teguhkarsa Wanalestari diatas, maka saran yang dapat diberi
1. Para pembuat peraturan perundang-undangan diharapkan dapat lebih bijak dan penuh
pertimbangan dalam membuat suatu peraturan dengan melihat kondisi kenyatan yang ada
khususnya terkait dalam hal investasi, sehinga tidak terjadi suatu timpang tindih persepsi
biasa atau PMDN menjadi PMA ketika Induk Perusahaannya menjadi PMA, karena
status perusahaan penanaman modal dan peralihannya dapat terus diperbaharui dan
tentu saja kepastian hukum, untuk meningkatkan kepercayaan para investor dalam
3. Kepada setiap perusahaan dalam melakukan peralihan status dari PMDN menjadi PMA
agar melakukan permohonan izin-izin setiap anak perusahaannya untuk ikut beralih
menjadi PMA khususnya yang menerima modal dari perusahaan induk yang berstatus
1. Buku
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratma, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta: Sinar
Grafika, 2010.
Yanto Bashri, Mau Ke Mana Pembangunan Ekonomi Indonesia, Prisma Pemikiran Prof. Dr.
Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Ida Bagus Rachmadi Supancana, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008.
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis,
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.
Persada, 2003.
1982.
John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan & Investasi, terj.
Paramita, 1991.
A.F.Elly Erawaty dan J.S.Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Indonesia Inggris, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, Jakarta: Kencana,
2013.
Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, Jakarta: Ind-Hill Co, 2003.
Andrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta: Sinar Grafika,
2010.
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Bidang
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman
dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1/P/2008 tentang Perubahan
57/SK/2004 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang
Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal
Asing
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman
Modal
3. Internet
fungsi-bkpm
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl66/perbedaan-perusahaan-terbuka-dan-
tertutup/
https://www.notarisdanppat.com/hukum-penanaman-modal-asing/
Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, “Alasan Penanaman Modal Asing Harus Dalam Bentuk
PT” https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50759704ac972/mengapa-
penanaman-modal-asing-harus-dalam-bentuk-pt/
dua-perusahaan-dalam-negeri-membuat-joint-venture/
bkpm/penanaman-modal-pedoman-dan-tata-cara-pengendalian-pelaksanaan-
penanaman-modal/
http://hukumpenanamanmodal.com/izin-penanaman-modal/mekanisme-perizinan-
penanaman-modal/
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c106ba70922c/pendirian-pt-pma
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-
dan-hubungan-hukum/
http://hukumpenanamanmodal.com/kepemilikan-saham-asing/pengalihan-
kepemilikan-saham-asing/
Bimo Prasetio dan Dwinanda Febriany, “Status Anak Perusahaan dari PT yang Beralih Jadi
PMA”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f225c2e65c42/status-anak-
perusahaan-dari-pt-yang-beralih-jadi-pma
LAMPIRAN II
$&[<$ S '^STTTTl'KTirA'-f'nil ■
aSit"'1t>iV.if \rVrnVlrXi k htV iriI:'Vv »’*”iT ^ irT w 'ii'ii> i ';'ii'ii4 w iiil7 v f'
’
■s -'■‘ ■wi v'.-<,•.••; >■>..•
■’;?' . / V/'c. -,;V 'ij.V -> ;>■„-; v " --■- i ■“'-
'•-'•••■■'■s:-;.■-;*-i..{-A,,WX;<
v *• .-.K' ih > j. *■•.i : ".r . -'J t , ' .'• V.? ' \ \'s-: /y -: * > . < * • ■■'<>'■'.{:'-"t ' +*.■■’■±-■y ' t
1
;■; !■,■■*2','.; * ■
,'l'. \ & - .’- i ' ;-/■ ;■.-\/V : ? V a ” v - > ' v ^ - . - ^ v j.a . ,
• *> V -^y* . J/ i * iraT".- i ''r' - 'i' - \ : •' * t . i : 1 !
&V*V>:
; e ^
teas
>:v'i vdr’','>7*
y;
'■/->/■yx'cx1.'r-
/
''^-■r^ls
':-■
;’
.y.v*‘<vy*i*
-,y
"
-
r*1j»Sl!?vt\
r y ^/y-r *l
fcv T. ,t-;v-'"•v-i';':^v.:-;
■%&rs ':’f^"'
£,* ;A -i'
•■/.••'••••..y/v/,rv ^-rl' :^:V^ ^ .'::■f'v- ^
>;r'.^;=j'-tv-.>>V"" ^ ^'’:'^ ’' ^
fe'/d -
:'r'
S i l l ® 8f f ll l l p il f i ! li y
:*V^V’; . ^ ' ; ; ? ; v ^ > ^ : V r ?
^:.!,
i'.v.:;.-.,.’
, '..-v.-.-.. ^ .r-:.v^;'v-'v' •"•;y-v-';',•.;*•v•/;£..-•.vv-~1". ;^/.v -v ■;*.;/'v?;,
:?>•••.*•!:'-'
lj;^i,';\. ';:i; .'iy y :-;x
.:'■'■■:■ -':-=■'=; y? '-'r ill.':' '••'" J : ; i'■:■■?■':'1 i'/ X ■.'■’• :■V' i'r';/: V / / m ■1 :.'
fey ':■'■/:::XX;//'/;.v';;-^i7ft^^j;,i'f-^*s.-'-'l'll ■i.’-'V.-■:\'iz£&i
^J^'H "■£
;
.'>-'Kjoirior
™,\f’»P■A#.!■
.,jj'_-j-^^■•- »*.•»V- :;■
m'*ff,^■ CV
«■■•
•'
■"Ph
•*
-v
'
p•■
«•m
::
H>-
■ ■/■
•:••■■_■!■*f'.
•■ •
-
.:
■,'
■i■
^.
'-i:'^}
^V ’P'*-■/
'\ y-^•v,-•; v /^•;;.-y.y::^ f';-':*--y/Vxy'
y .: y'*; x/'y,’.y^ y^y i ///^yi/ry; ; ; ;:/. y> ■y f; '-/ x y ^ y ‘v y^.' y/■^; v- ■''-^' /y-v j-i’Sy/
'1
ftSfe
fcVvL ^i-iT^hVihaii
^--'-^ iX
'^'J-'’-*'-*-■■*.■.**■liMiiiumi■'m*>«■■«'■■■■■■■'■'i.i■'.j''.•
.**/'-;.*'
- ; y ;f : . y y y y i ' ^ -/-.-:/ y v /'/-.-''y ^ y-x/i/- .-/y '.’ •/. /'*■'; i1, 'i?« ■
t e syy^yyyii ., ^ . r ..
Nomor: 39.-
1207236901860001; ----------------------------------------
yakni: -----------------------------------------------
m a k a : ----- =
------------------------------- ------------
--------------------Pasal 2------------------------
Perdagangan. ----------------------------------
amanat. ------------------------------------
-----------------------SAHAM---------------------
apabila:-------------------------------------
c . meninggal d u n i a ; ------------------------
pelaksanaannya. ---------------------------------------
Perdagangan. ---------------------------------------
----------- s a H A M -----------------------
b e r l a k u . --------------------------------------------
kurangnya: -----------------------------------------
dicantumkan: ---------------------------------------
10
p e n g g a n t i . --------- .-------------------------------
R U P S . ------- ---------------------------------------
tersebut. ------------------------------------------
-----------------------Pasal 8 -------------------------
a. Direksi menyampaikan:---------------------------
R U P S ; -------------------------------------------
R UP S ;-------------------------------------------
keuangan. -------------------------------------------
-----------------------Pasal 9--------------------------
b u l a t . ----------------------------------------------
Komisaris. -----------------------------------------
RUPS. -----------------------------------------------
Terbatas. ------------------------------------------
sewaktu-waktu. -------------------------------------
P e r s e r o a n ; --------------- :-----------------------
Perseroan; --------------------------------------
baginya. -------------------------------------------
a t a u ---------------------------------------------
----------------------Pasal 13 -------------------------
setiap waktu:--------------------------------------
yang sah.---------------------------------------
menentukan.---------- ;-----------------
dikeluarkan.------------------------------------
Komisaris Utama.-----------------------------------
yang b e r l a k u .--------------------------------------
nya sewaktu-waktu.---------------------------------
ini.------------------------------------------------
menyebutkan alasannya.----------------------------
apabila :------------------------------------------1—
ayat 5;------------------------------------------
c . meninggal dunia;-:
-------------------------------
----------------------Pasal 15 -------------------------
Komisaris. -----------------------------------------
dimulai. -------------------------------------------
datang. --------------------------------------------
Tahunan. --------------------------------------------
----------------------Pasal 18--------------------------
Pasal 19--------------------------
perundang-undangan. --------;-----------------------
----------------------Pasal 20--------------------------
26
a. perseroan terbatas-----
SEJAHTERA, berkedudukan
JAYA, berkedudukan di -
Balikpapan, sejumlah —
3175044107640003; — .-----------------------------------
saksi. ----------------------------------------------------
notaris. --------------------------------------------------
29
Pemerintah Kabupaten Siak Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perzinan Terpadu,
Wanalestari.
Badan Koordinasi Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal Asing Nomor
LAMPIRAN V