Anda di halaman 1dari 147

KAJIAN HUKUM PERALIHAN STATUS PMDN MENJADI

PMA PADA PT TEGUHKARSA WANALESTARI

SKRIPSI
Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HARI JULIENTO WIJAYA


NIM: 150200017
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

anugerahNya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu

persyaratan dalam mencapai Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari karena segala keterbatasan yang ada, skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat

membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran

yang bersifat membangun.

Namun terlepas dari segala tuntutan kekurangan yang ada pada penulisan

skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr .Budiman Ginting, S.H, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. O.K. Saidin, S.H., M. Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


ii

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.Hum, sebagai Ketua

Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan

bimbingan kepada skripsi ini.

7. Ibu Tri Murti Lubis., S.H., M.H., selaku Sekretaris bagian Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

8. Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H, LLM, sebagai sebagai Dosen Pembimbing II

yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

9. Bapak Alwan, S.H, M.Hum, sebagai dosen Penasehat Akademik bagi

penulis selama menjalani proses studi di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

10. Seluruh dosen yang telah banyak memberikan dedikasi kepada penulis

serta seluruh pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang membantu penulis selama masa perkuliahan.

11. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih yang sangat besar kepada

kedua orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, nasihat,

motivasi dan dukungan lahir maupun batin sehingga penulis dapat

memperoleh pendidikan tinggi dan dengan doa mereka juga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12. Terima kasih kepada Adik penulis dan juga seluruh keluarga besar penulis

yang telah memberi doa dan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


iii

13. Terima kasih terkhusus kepada Stephania, S.E, BBA, sebagai

penyemangat dan teman bertukar pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah membantu penulis

tetap semangat dan termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Terima kasih kepada seluruh rekan di Fakultas Hukum USU terkhusus

stambuk 2015 dan stambuk lainnya yang telah membantu penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ...........i

DAFTAR ISI .........................................................................................................iv

ABSTRAK.............................................................................................................vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6

D. Keaslian Penulisan .................................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8

F. Metode Penelitian. .................................................................. 17

G. Sistematika Penulisan.............................................................. 19

BAB II : PENGATURAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DI

INDONESIA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perusahaan Penanaman Modal di

Indonesia ................................................................................ 22

B. Bentuk Perusahaan Penanaman Modal di Indonesia ............. 32

C. Manfaat Kegiatan Perusahaan Penanaman Modal Bagi

Perekonomian di Indonesia .................................................... 40

D. Pengawasan Kegiatan Perusahaan Penanaman Modal di

Indonesia ................................................................................ 44

Universitas Sumatera Utara


v

BAB III : PEROLEHAN STATUS PERUSAHAAN PENANAMAN

MODAL DAN PERALIHANNYA

A. Perizinan Penanaman Modal .................................................. 51

B. Tata Cara Memperoleh Status Sebagai Perusahaan Penanaman

Modal ..................................................................................... 63

C. Akibat Hukum dari Status Sebagai Perusahaan Penanaman

Modal ..................................................................................... 71

D. Peralihan Status Perusahaan Penanaman Modal …………… 75

BAB IV : ASPEK HUKUM TERHADAP PERALIHAN STATUS PMDN

MENJADI PMA PADA PT TEGUHKARSA WANALESTARI

A. Identitas Perusahaan PT Teguhkarsa Wanalestari …............. 82

B. Tata Cara Peralihan Status PMDN Menjadi PMA yang

Dilakukan PT Teguhkarsa Wanalestari ................................. 83

C. Bagan Skema Peralihan Status PT Teguhkarsa Wanalestari . 88

D. Akibat Hukum dari Peralihan Status PMDN Menjadi PMA

yang Dilakukan PT Teguhkarsa Wanalestari ......................... 89

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 92

B. Saran ...................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


vi

ABSTRAK
KAJIAN HUKUM PERALIHAN STATUS PMDN MENJADI PMA PADA
PT TEGUHKARSA WANALESTARI

Hari Juliento Wijaya


Bismar Nasution**
Detania Sukarja***
Penanaman modal merupakan salah satu sumber pemasukan dana yang
penting dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian negara.
Dilihat dari sumbernya, status penanaman modal dapat dibedakan menjadi
penanaman modal yang bersumber dari dalam negeri, dan penanaman modal yang
bersumber dari asing. Dalam pelaksanaanya status penanaman modal tersebut
dapat melakukan peralihan dari PMDN menjadi PMA maupun sebaliknya.
Pemasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana pengaturan
penanaman modal di Indonesia, bagaimana proses hukum untuk memperoleh
status perusahaan penanaman modal dan peralihannya, serta bagaimana aspek
hukum terhadap peralihan status PMDN menjadi PMA pada PT Teguhkarsa
Wanalestari.
Penelitian ini mengunakan metode yuridis-normatif. Yaitu penelitian yang
dilakukan berdasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
yaitu inventaris perturan-peraturan yang berkaitan dengan penanaman modal, PT,
status perusahaan penanaman modal, dan pengaturan mengenai penanaman modal
yang diatur oleh BKPM, yang dikaji pada PT Teguhkarsa Wanalestari untuk hasil
penelitian yang lebih mendalam.
Kesimpulan yang dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah bahwa
pengaturan penanaman modal di Indonesia pada saat ini diatur dengan berbagai
macam peraturan perundang-undangan tentang penanaman modal yang dalam
proses hukum untuk memperoleh status penanaman modal dan peralihannya terus
mengalami peningkatan mulai dari pembaharuan Undang-Undang Penanaman
Modal yang menjadi kepastian hukum penanaman modal di Indonesia,
peningkatan fasilitas pelayanan dengan menghadirkan BKPM dan menerapkan
PTSP yang tentu saja bertujuan untuk mempermudahkan dan meringankan para
penanam modal. Peralihan status PMDN menjadi PMA pada PT Teguhkarsa
Wanalestari merupakan keharusan yang mana peralihan status PMDN menjadi
PMA yang disebabkan masuknya modal asing dalam perusahaan induknya,
mengakibatkan PT Teguhkarsan Wanalestari juga menerima modal asing
walaupun tidak secara langsung. Hal lain juga yang mengharuskan PT Teguhkarsa
Wanalestari melakukan peralihan status adalah guna menghindari agar
dikemudian hari tidak terjadi kontradiksi ataupun pertentangan atas Daftar Negatif
Investasi.
Kata Kunci : Penanaman Modal, Penanaman Modal Dalam Negeri, Peralihan
Status, Penanaman Modal Asing

Mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi bukanlah hal yang asing lagi bagi kita semua. Batasan antara ruang dan

waktu menjadi hal yang tak lagi menghambat kehidupan manusia dan cenderung tanpa batas

(borderless state).1 Sektor perekonomian yang merupakan salah satu aspek dalam kehidupan

manusia pun tak luput dari globalisasi. Kemudahaan investasi atau penanaman modal oleh

investor local maupun asing menjadi salah satu hal yang didatangkan melalui proses ini.

Dalam setiap kegiatan penanaman modal selalu terkait dengan kemungkinan

terjadinya resiko yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau bahkan hilangnya nilai

modal, maka tidaklah heran jika sebelum melakukan penanaman modal perlu

dipertimbangkan faktor-faktor tertentu, sehingga disamping mendapatkan keuntungan yang

optimal juga dapat meminimalisir kerugian.2

Dalam penanaman modal dimasa globalisasi ini, berdampak pada arus informasi yang

begitu cepat, dimana informasi tentang peluang untuk melakukan penanaman modal dengan

begitu luas tersebar dan dengan mudah didapat. Segala informasi tentang setiap potensi,

peluang, dan resiko yang dapat diterima oleh investor harus diperoleh dengan cepat dan

cermat, agar dapat mengambil keputusan yang tepat, sebab siapa yang menguasai informasi

dialah yang terdepan.3 Terlebih saat ini hampir seluruh negara membuka diri untuk menerima

investor asing. Maka dari itu tepatlah yang dikatakan pakar ekonomi Dorodjatun Kuntjoro-

Jakti yang mengemukakan:

1
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2007), hlm. 1
2
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratma, Hukum Investasi dan Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), hlm. 5
3
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
“Meningkatnya perekonomian di banyak negara ini, sebagai akibatnya adalah
“interdepedensi” pada akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang
semangkin tinggi di dunia, yang terlihat bukan hanya pada arus peningkatan barang
tapi juga pada arus jasa serta arus uang dan modal. Pada gilirannya arus investasi di
dunia semangkin mengikuti perkembangan keterbukaan ini, sehingga dewasa ini
peningkatan arus investasi itulah yang memacu arus perdangangan di dunia.” 4

Mengenai pengertian investasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti

penanaman uang atau modal. Kata Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam

atau menginvestasikan uang atau modal.5 Investasi atau penanaman modal merupakan istilah

yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan.

Dimana investasi merupakan bahasa yang biasa digunaka dalam dunia usaha, sedangkan

penanaman modal adalah istilah yang lazim digunakan dalam perundang-undangan. Namun

pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama, sehingga kadangkala

digunakan secara interchangeable.6

Investasi dan penanaman modal dapat dilakukan oleh seseorang secara pribadi

(natural person) maupun oleh badan hukum (juridical person) dengan tentunya memiliki

tujuan untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik dalam bentuk

tunai (cash money), peralatan (equipment), asset tidak bergerak, hak atas kekayaan

intelektual, maupun keahlian.7

Salah satu sumber dana suatu negara yang sedang berkembang adalah penanaman

modal, dimana penanaman modal menjadi sumber dana yang penting dan memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian negara. Penanaman modal juga dianggap

sebagai aliran modal yang relatif stabil jika dibandingkan dengan aliran modal lainnya. Oleh

karenanya Indonesia perlu untuk memiliki berbagai kebijakan yang harus dilakukan untuk

4
Yanto Bashri, Mau Ke Mana Pembangunan Ekonomi Indonesia. Prisma Pemikiran Prof. Dr.
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (Jakrta: Predna Media,2003), hlm. 12-13
5
Hasan Shadily, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Jakarta, hlm. 330
6
Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 10
7
Ida Bagus Rachmadi Supancana, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
mencapai suatu tujuan yaitu mensejahterakan masyarakatnya, dengan cara penanaman modal

baik yang dilakukan oleh investor dalam negeri maupun investor asing.8

Dalam rangka mendorong penanaman modal di Indonesia maka hadirlah Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Indonesia yang memiliki fungsi sebagai

penghubung antara dunia usaha dan pemerintah, BKPM mendapat tugas untuk mendorong

investasi langsung, baik yang dari dalam negeri maupun yang datang dari investor asing,

dengan menciptakan keadaan investasi yang kondusif. Setelah pengembalian status menjadi

kementerian ditahun 2009 dan melapor langsung kepada Presiden, maka sasaran lembaga

promosi investasi ini tidak hanya untuk meningkatkan jumlah investasi yang lebih besar dari

investor dalam maupun luar negeri, namun juga mendapatkan investasi yang bermutu agar

dapat memperbaiki kesenjangan sosial dan mengurangi penganguran. 9

Pada pelaksanannya status dari perusahaan dapat melakukan peralihan. Dimana

sebuah perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat melakukan peralihan

status menjadi Penanaman Modal Asing (PMA), dan begitu juga sebaliknya. Peralihan status

tersebut dapat dilakukan dengan melalui proses yang telah ditentukan oleh peraturan

perundang-undangaan mengenai penanaman modal dan tata cara perizinan penanaman

modal.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU

PT), Perseroan Terbatas (PT) dapat melakukan pengalihan saham dengan syarat sudah

disetujui dalam rapat pemegang saham (RUPS). 10 Dalam konteks penanaman modal ketika

terjadi pengalihan karena terjadinya perubahan dalam modal perseroan yang menyebabkan

masuknya modal asing sepenuhnya atau hanya sebagian saja, wajib mengajukan izin prinsip

8
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi EraGlobalisasi
(Malang: Bayumedia, Publishing, 2003), hlm. 8
9
BKPM, “Tugas dan Fungsi”, https://www2.bkpm.go.id/id/tentang-bkpm/tugas-pokok-dan-fungsi-
bkpm (diakses pada tanggal 1 Februari 2019)
10
Indonesia (Peseroan Terbatas), Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun
2007, LN No. 106 Tahun 2007, TLN No. 4756, Pasal 125, ayat 4
Universitas Sumatera Utara
atau izin usaha penanaman modal asing karena status perusahaan berubah dari penanaman

modal dalam negeri menjadi penanaman modal asing. Hal ini sesuai dengan definisi

penanaman modal asing yaitu pada pasal 1, ayat 6 Peraturan BKPM Nomor 13 Tahun 2017

tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal. Jadi sekecil

apapun modal asing masuk kedalam perusahaan penanaman modal dalam negeri akan

mengubah status penanaman modal dari penanaman modal dalam negeri menjadi penanaman

modal asing.11

Salah satu contohnya pada PT Teguhkarsa Wanalestari yang telah melakukan

peralihan status dari PMDN menjadi PMA pada tahun 2016, yang seharusnya berdasarkan

uraian paragraf sebelumnya, peralihan status PMDN menjadi PMA disebabkan karena

terjadinya perubahan pada modal yang mengakibatkan masuknya modal asing. Sedangkan

pada PT Teguhkarsa Wanalestari terjadi peralihan status PMDN menjadi PMA, akibat

beralihnya status induk perusahaannya dari PMDN menjadi PMA.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas tentang pentingnya peranan penanaman

modal dalam pembangunan ekonomi yang harus didukung oleh peraturan perundang-

undangan yang ada, dengan mengkaji secara hukum khususnya masalah peralihan status

penanaman modal yang telah dilakukan PT Teguhkarsa wanalestari yang melakukan

peralihan status dari PMDN menjadi PMA, yang diakibatkan karena beralihnya status induk

perusahaannya dari PMDN menjadi PMA. Penulis tertarik untuk mengangkat dan menulis

skripsi dengan judul “KAJIAN HUKUM PERALIHAN STATUS PMDN MENJADI

PMA PADA PT TEGUHKARSA WANALESTARI”

B. Perumusan Masalah

11
Indonesia (BKPM No. 13 Tahun 2017), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal, BKPM No. 13 Tahun 2017, Berita
Negara No. 1767 Tahun 2017, Pasal 1, ayat 6
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan penanaman modal di Indonesia?

2. Bagaimana proses hukum untuk memperoleh status perusahaan penanaman modal dan

peralihannya?

3. Bagaimana aspek hukum terhadap peralihan status PMDN menjadi PMA pada PT

Teguhkarsa Wanalestari?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan dari

penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui secara rinci pengaturan hukum di Indonesia mengenai penanaman

modal.

b. Untuk mengetahui prosedur hukum sebuah perusahaan agar dapat memperoleh status

perusahaan penanaman modal dan tata cara peralihannya.

c. Untuk mengetahui akibat dalam aspek hukum terhadap peralihan status PMDN

menjadi PMA yang terjadi pada PT Teguhkarsa Wanalestari.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangaan hukum

terutama mengenai penanaman modal di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Penulisan dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa hukum serta masyarakat

agar dapat lebih memahami pengaturan tentang penanaman modal di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


D. Keaslian Penulisan

Untuk dapat melihat dan mengetahui keaslian penulisan dari skripsi yang saya susun

dengan judul “Kajian Hukum Peralihan Status PMDN Menjadi PMA Pada PT TeguhKarsa

Wanalestari”. Bahwasannya penulis telah melakukan pemeriksaan terhadap berbagai judul

skripsi yang tercatat pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara/Arsip Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara dan belum pernah dilakukan penulisan skripsi dengan judul

tersebut di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Melalui surat tertanggal 6 Februari

2019 yang diajukan oleh penulis, dan dinyatakan “tidak ada judul yang sama” dan adanya

perbedaan substansi yang terdapat dalam judul skripsi ini dengan judul-judul lain yang

tercatat dalam Arsip Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara. Penulis menulis skripsi ini berdasarkan literature-literatur yang diperoleh di

perpustakaan, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penanaman modal,

media cetak, media eletronik, dan melalui bantuan dari para pihak. Adapun skripsi terdahulu

yang pernah ditulis sebelumnya dan memiliki keterkaitan dengan judul skripsi penulis ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitri Aprilliani mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2011 dengan judul “Tinjau Yuridis Perubahan

Bentuk Hukum PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dari PMA menjadi BUMN” yang

berbeda dengan penelitian ini dimana mengkaji secara hukum peralihan status Perusahaan

penanaman modal dengan status PMDN beralih menjadi perusahaan penanaman modal

dengan status PMA dengan maksud pada PT Teguhkarsa Wanalestari, sedangkan penelitian

dengan keterkaitan tersebut dilihat dari judulnya membahas tentan tinjauan yuridis terhadap

peralihan status perusahaan penanaman modal dengan status PMA menjadi perusahaan

penanaman modal dengan status BUMN yang dimaksudkan pada PT. Indonesia Asahan

Aluminium (Inalum).

Universitas Sumatera Utara


Pada dasarnya penelitian yang terdahulu yang dilakukan peneliti tersebut diatas tidak

sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok permasalahan yang dibahas.

Dengan demikian, penulisan skripsi ini bukan hasil tiruan atau penggandaan karya tulis orang

lain. Maka dari itu penulisan skripsi ini adalah sebuah karya tulis ilmiah yang asli dan secara

secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dikemudian hari.

Kalaupun terdapat pendapat atau kutipan dalam penulisan skripsi ini, hal tersebut hanyalah

sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

bertanggungjawab apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul yang sama atau telah

ditulis oleh orang lain sebelum skripsi ini di buat, maka hal tersebut dapat diminta

pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Penanaman Modal

Berdasarkan pasal 1, ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (UU Penanaman Modal), memberikan defenisi mengenai penanaman

modal yaitu:

“Penanaman Modal Adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri, maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia.”12

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa Penanaman

Modal adalah penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan

memperoleh keuntungan dari jumlah uang atau modal yang ditanam13

Dari pengertian-pengetian diatas terkhusus UU Penanaman Modal dapat diketahui

dari sumbernya penanaman modal terbagi menjadi dua jenis yaitu PMDN dan PMA.

Selanjutnya Penanaman Modal juga terbagi berdasarkan mekanismenya yaitu Penanaman

12
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 1
13
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
Modal Langsung (Direct Investment) dan penanaman modal tidak langsung (Indirect

Investment).14

Direct Investment adalah jenis penanaman modal dengan mekanisme dimana

pemegang saham memiliki kontrol pada pengurus perusahaan sehari-hari. Investasi secara

langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam

kegiatan pengelolaan modal. Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor

langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung

apabila terjadi suatu kerugian.15

Indirect Investment adalah jenis penanaman modal yang memiliki mekanisme dimana

investor dapat melakukan investasi, namun tidak terlibat secara langsung dan cukup dengan

memegangnya dalam bentuk saham dan obligasi. 16 Investasi tidak langsung pada umumnya

merupakan investasi jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di

pasar uang. Investasi ini disebut sebagai investasi jangka pendek karena pada umumnya

mereka melakukan jual-beli saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif

singkat, tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka

perjual-belikan.17 UU Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara

investasi langsung dan investasi tidak langsung. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal

2 undang-undang tersebut, yang mengatakan:

“yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara


Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk
penanaman modal tidak langsung atau portofolio.”18

2. Perseroan Terbatas (PT)

14
Ida Bagus Rachmadi Supancana, op.cit., hlm. 4
15
loc.cit.
16
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm. 38
17
Ida Bagus Rachmadi Supancana, op.cit., hlm. 4
18
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 2
Universitas Sumatera Utara
Istilah PT berasal dari istilah hukum Dagang Belanda Wetboek van Koophandel

(Wvk) yaitu Naamloze Vennootschaap dengan singkatan NV.19 Istilah PT terdiri dari dua

kata, yaitu Perseroan dan Terbatas. Perseroan merujuk pada modal PT yang terdiri atas sero-

sero atau saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk pada tanggung jawab pemengang

saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.20

Pengertian dalam pasal 1 UU PT dimana definisi PT yang selanjutnya disebut

perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham

dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksananaannya.21

Berdasarkan sifat kepemilikian sahamnya terdapat 2 (dua) jenis Perseroan yaitu:

a. Perseroan Terbuka

Perseroan Terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya

memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum (emiten), sesuai

dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.22

Yang dimaksud dengan perseroan terbuka di atas, dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal) merupakan Perusahaan Publik. Yaitu

perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang

saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar

rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.”23

19
Kurniawan, Hukum Perusahaan (Yogyakarta: Genta Publishing, 2014) hlm. 57
20
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26
Tahun 2007, hlm. 5
21
Kurniawan, op.cit., hlm. 58
22
Bung Pokrol, “Perbedaan Perusahaan Terbuka dan Tertutup”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl66/perbedaan-perusahaan-terbuka-dan-tertutup/ (diakses pada
tanggal 3 Februari 2019)
23
Indonesia (Pasar Modal), Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 64
Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 1, ayat 22
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang dimaksud penawaran umum oleh emiten berarti kegiatan penawaran

efek yang dilakukan untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur

dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Pada prinsipnya, pengertian

penawaran efek yang demikian memperhatikan kondisi-kondisi sebagai berikut:24

a. Setiap penawaran efek kepada lebih dari 100 pihak.

b. Setiap penawaran efek yang menggunakan media massa dianggap sebagai

suatu penawaran kepada lebih dari 100 (seratus) pihak.

c. Suatu Penawaran efek bukan merupakan suatu penawaran umum sebagaimana

dimaksud dalam UU Pasar Modal, jika nilai seluruh penawaran dari

penawaran efek tersebut kurang dari Rp.1 miliar.

b. Perseroan Tertutup

Perseroan Tertutup adalah perusahaan terbatas yang belum pernah menawarkan

saham-saham kepada publik melalui penawaran umum dan jumlah pemegang sahamnya

belum sampai kepada jumah pemegang saham dari suatu perusahaan publik. Saham-saham

tersebut tidak diperjual-belikan di pasar modal atau di bursa saham. Jenis saham Perseroan

Tertutup adalah saham atas nama atau saham atas tunjuk. Dengan menggunakan saham atas

nama, maka prosedur peralihan investor tidak mudah dilakukan dan harus dilakukan dengan

mekanisme tertentu.25

3. Status Perusahaan Penanaman Modal

Berdasarkan pengertian UU Penanaman Modal terdapat dua jenis status perusahaan

penanaman modal yang dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu:

a. Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

24
Bung Pokrol, op.cit.
25
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: Citra Aditya Bakti,1999) hlm. 14

Universitas Sumatera Utara


PMDN pertama kali diatur di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU Penanaman Modal).

Berdasarkan Pasal 1 UU Penanaman Modal PMDN merupakan kegiatan investasi

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia, yang dibuat oleh investor

dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Definisi investor dalam negeri

adalah perorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik

Indonesia, atau daerah investasi di Republik Indonesia. Badan usaha Indonesia yang

dimaksud ialah dalam bentuk PT. 26

Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 UU Penanaman Modal, menjelaskan bahwa investasi

dalam negeri bisa dilakukan dalam bentuk badan usaha yang adalah badan hukum, tidak

berbadan hukum, atau individu, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Selanjutnya, di

ayat 3 lebih lanjut dijelaskan domestik dan investor asing yang berinvestasi di PT dilakukan

dengan melakukan hal berikut: 27

1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian PT;

2. Membeli saham; dan

3. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)

PMA pertama kali diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2007 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal (UU Penanaman Modal).

Dalam UU Penanaman Modal memberi pengertian tentang PMA yang mana diartikan

sebagai kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

26
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 2
27
Ibid., Pasal 5, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.28

PMA adalah peseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah

asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia 29

Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga

negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan badan hukum Indonesia yang

sebagaian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 30 Kelebihan penanaman modal

asing:31

1. Sifatnya permanen/jangka panjang;

2. Memberi andil dalam alih teknologi;

3. Memberi andil dalam alih ketrampilan; dan

4. Membuka lapangan kerja baru

Maka dari itu Salim H.S. dan Budi Sutrisno dalam bukunya berpendapat:

“banyaknya keuntungan yang didapat oleh Indonesia dari penanam modal asing
membuat negara semakin tergantung dengan keberadaan penanam modal asing,
terutama dalam hal pembangunan ekonomi Indonesia.”

4. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)


Pada tahun 1973 dibentuk suatu lembaga yaitu BKPM, yang mengantikan fungsi yang

dijalankan oleh Panitia Teknis Penanaman Modal yang dibentuk sebelumnya pada tahun

1968, dengan tujuan memudahkan proses kegiatan penanaman modal di Indonesia.

Berdasarkan UU Penanaman Modal pada tahun 2007, maka BKPM berubah menjadi sebuah

lembaga Pemerintah yang merupakan koordinator kebijakan penanaman modal, baik antar

instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, maupun pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. BKPM juga

28
Ibid., Pasal 1, ayat 3
29
Ibid., Pasal 1, ayat 6
30
Ibid., Pasal 1, ayat 8
31
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 39
Universitas Sumatera Utara
diamanatkan sebagai advokasi bagi investor, seperti menjamin tidak adanya ekonomi biaya

tinggi. BKPM adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas untuk

merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam negeri

maupun luar negeri.32

Dengan ditetapkannya UU Penanaman Modal pada tahun 2007, BKPM menjadi

sebuah lembaga Pemerintah yang menjadi koordinator kebijakan penanaman modal, baik

koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah

dengan pemerintah daerah maupun pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. BKPM

juga diamanatkan sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin tidak

adanya ekonomi biaya tinggi. 33 Tepatnya pada pasal 27 UU Penanaman Modal disebutkan:34

a. Pemerintah mengkoordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar-

pemerintah, antar-instansi pemerintah dengan Bank Indonesia, antar-instansi

pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antar-pemerintah daerah.

b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada

ayat 1 dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal.

c. Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dipimpin

oleh seorang kepala dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

d. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat 3

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Penegasan posisi BKPM yang tercantum dalam UU Penanaman Modal semangkin

memperkuat kedudukannya sebagai lembaga yang menangani langsung tentang penanaman

modal, seperti yang dijelaskan dalam pasal 27 diatas, kepala BKPM bertanggung jawab

langsung kepada Presiden. Dimana dalam penjelasan Pasal 27, ayat 3 disebutkan, yang

32
BKPM, “Profil”, https://www.bkpm.go.id/id/tentang-bkpm/profil-lembaga (diakses pada tanggal 1
Februari 2019)
33
BKPM, “Tugas dan Fungsi”, op.cit.
34
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 27
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dengan bertanggung jawab langsung kepada Presiden adalah bahwa BKPM dalam

melakukan tugas, menjalankan fungsi, dan menyampaikan tanggung-jawabnya langsung

kepada Presiden.35

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP), dimana pejabat yang berwenang untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

investasi adalah BKPM, yang dibantu oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman

Modal (PDPPM) dan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal

(PDKPM).36

F. Metode Penelitian

Guna melengkapi Skripsi ini agar lebih mengarah ketujuan dan dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang dipergunakan antara lain:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada skripsi adalah penelitian yuridis-normatif. Yaitu

penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan (law in books) atau hukum

dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang

dianggap pantas.37 Penelitian ini didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder yaitu inventaris perturan-peraturan yang berkaitan dengan penanaman modal, PT,

status perusahaan penanaman modal, dan pengaturan mengenai penanaman modal yang

diatur oleh BKPM. Untuk menunjang keakuratan dalam penelitian, peneliti juga melakukan

studi pada PT Teguhkarsa Wanalestari untuk hasil penelitian yang lebih mendalam, serta

wawancara kepada narasumber yang merupakan ahli dibidangnya.

35
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 144
36
Indonesia (Perpres No. 27 Tahun 2009), Peraturan Presiden tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
Perpres No. 27 Tahun 2009, Pasal 31
37
Amiruddin dan Zainal Askin,Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003) hlm. 118
Universitas Sumatera Utara
2. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data yang diperoleh dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya mempunyai kekuatan

hukum mengikat. Dalam penelitian ini antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

4. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu

5. Peraturan BKPM Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata Cara

Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal

6. Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan

BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan

Nonperizinan Penanaman Modal

7. Peraturan BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin

Prinsip Penanaman Modal

8. Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara

Permohonan Penanaman Modal.

b. Bahan hukum sekunder yaitu berbagai sumber kepustakaan berupa bahan hukum

yang isinya menjelaskan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini adalah

buku-buku, makalah, artikel dari surat kabar dan majalah, internet, data-data yang

diperoleh dari PT Teguhkarsa Wanalestari dan bahan-bahan yang behubungan

dengan perubahan bentuk perusahaan.

c. Bahan hukum tersier yaitu berbagai bahan yang memberikan penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa

Universitas Sumatera Utara


Indonesia, serta pencarian pada website-website yang berhubungan dengan penelitian

ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis

mengunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan

dilakukan untuk mengumpulkan data melalui pengkajian terhadap buku-buku, surat kabar,

makalah ilmiah, majalah, internet, data-data yang diperoleh dari PT Teguhkarsa Wanalestari,

peraturan perundang-undangan, tulisan-tulisan para pakar hukum dan bahan-bahan lain yang

berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripi ini.

4. Analisis Data

Penulis dalam menganalisa data mengunakan metode dengan menganalisis data

secara analisis kualitatif. Yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan

selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas

dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna

mendapatkan data yang bersifat deskripstif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan

dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 38

G. Sistematika Penulisan

Suatu penulisan skripsi diperlukan sistematika penulisan yang teratur dan berkaitan

antara satu dengan lainnya sehingga dapat mempermudah penyesuaian antara masalah yang

diangkat dengan pembahasan skripsi. Skripsi yang berjudul “Kajian Hukum Peralihan Status

PMDN Menjadi PMA Pada PT Teguhkarsa Wanalestari”, memiliki sistematika penulisannya

yang terdapat dalam beberapa bab. Berikut sistematika skripsi ini:

38
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 24
Universitas Sumatera Utara
Bab I merupakan bab yang akan membahas tentang pendahuluan, yang merupakan

gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penelitian.

Bab II membahas tentang pengaturan perusahaan penanaman modal di Indonesia,

yang antara lain: mengenenai pengertian dan dasar hukum perusahaan penanaman modal di

Indonesia, bentuk-bentuk dari perusahaan penanaman modal di Indonesia, manfaat dari

adanya kegiatan perusahaan penanaman modal di sector perekonomian dan bagaimana

pengawasan penanaman modal di Indonesia.

Bab III akan melanjutkan tentang penjelasan penanaman modal terkhusus pada

perolehan status dari perusahaan penanaman modal serta peralihannya yang antara lain:

menjabarkan tentang perizinan penanaman modal, tata cara memperoleh status sebagai

perusahaan penanaman modal beserta akibat hukum dari status tersebut dan bagaimana

peralihan status perusahaan penanaman modal.

Bab IV akan membahas inti permasalahan pada skripsi ini. Di bab IV akan membahas

tentang kajian hukum peralihan status PMDN menjadi PMA pada PT TeguhKarsa

Wanalestari. Pada bab ini akan menguraikan secara mendalam mengenai: identitas dari

perusahaan PT Teguhkarsa Wanalestari, bagimana tata cara peralihan status PMDN menjadi

PMA yang telah dilakukan oleh PT Teguhkarsa Wanalestari, serta akibat hukum yang terjadi

kepada PT Teguhkarsa Wanalestari setelah melakukan peralihan status tersebut.

Bab V yaitu bab terakhir atau merupakan bab penutup yang akan membahas tentang

kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan dan merangkumkannya

secara keseluruhan. Lalu setelah diperoleh kesimpulan maka akan diberikan saran-saran dari

penulis yang diharapkan akan bermanfaat untuk kedepan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PENGATURAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perusahaan Penanaman Modal di Indonesia

1. Pengertian Perusahaan Penanaman Modal

Untuk mempelajari istilah perusahaan penanaman modal dimulai dengan pengertian

akan perusahaan terlebih dahulu, istilah perusahaan merupakan suatu pengertian ekonomi

yang termuat dalam KUH Dagang khususnya pasal 6, namun demikian apabila ditelusuri

dalam KUH Dagang yang demikian luasnya tidak membuat rumusan atau penafsiran otentik

atau penjelasan resmi secara yuridis mengenai arti dari perusahaan.39

Pengertian tentang perusahaan dapatlah kita bahas lebih jelas dalam UU PT, yaitu

pada pasal 1, ayat 1:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.”40

Bentuk usaha yang lazim kita sebut sebagai badan usaha atau perusahaan secara

umum dapat kita golongkan menjadi dua yaitu badan usaha yang berbadan hukum dan badan

usaha yang tidak berbadan hukum. Berikut adalah perbedaan antara perusahaan berbadan

hukum dan perusahaan tidak berbadan hukum:

a. Perusahaan berbadan hukum

Pada usaha yang berbadan hukum, untuk pendiriannya mutlak diperlukan pengesahan

dari pemerintah, misalnya dalam hal mendirikan PT, mutlak diperlukan pengesahan akta

39
Kurniawan, op.cit., hlm. 3
40
Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
pendirian dan Anggarang Dasar PT tersebut oleh pemerintah.41 Menurut H.M.N.

Purwosutjipto, ada 3 (tiga) kriteria badan usaha yang berbadan hukum:42

1. Adanya harta kekayaan terpisah (hak-hak) dengan tujuan tertentu terpisah dari

kekayaan pribadi antar anggota atau sekutu atau pemegang saham dan badan

yang bersangkutan. Tegasnya ada pemisahan kekayaan antara kekayaan badan

atau perusahaan dan kekayaan pribadi para anggota atau sekutu atau

pemegang sahamnya;

2. Ada kepentingan yang menjadi tujuan badan yang bersangkutan;

3. Adanya beberapa orang yang menjadi pengurus badan tersebut.

b. Perusahaan tidak berbadan hukum

Sementara untuk usaha tidak berbadan hukum, syarat adanya pengesahan akta

pendirian oleh pemerintah tidak diperlukan. Misalnya, untuk mendirikan sebuah CV

walaupun menggunakan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri, tetapi

tidak diperlukan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 43

Dalam menjalankan fungsinya perusahaan memerlukan sumber hukum, dimana

sumber hukum digunakan sebagai dasar berpijak yang memiliki kekuatan memaksa (power to

enforce) kepada siapapun yang akan mendirikan ataupun melakukan aturan main terhadap

suatu badan usaha atau perseroan, dimana sumber hukum sendiri memiliki pengertian yang

mana segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang

bersifat memaksa, atau dengan kata lain sumber hukum adalah tempat dimana kita bisa

menemukan hukum44

41
Kurniawan, op. cit. hlm. 26
42
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1982),
hlm. 46
43
Kurniawan, loc.cit.
44
Ibid. hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
Abdulkadir Muhammad, menjelaskan Sumber Hukum Perusahaan adalah setiap pihak

yang menciptakan kaidah atau ketentuan hukum perusahaan. Pihak-pihak tersebut dapat

berupa badan legislatif yang menciptakan undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan

perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim yang memutus perkara yang menciptakan

yurisprudensi, masyarakat pengusaha yang menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan.

Dengan demikian, Sumber Hukum Perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang

tersebar dalam perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan mengenai

perusahaan.45

Selanjutnya pengertian penanaman modal, yang dimaksud sebagai penanaman modal

telah diatur dalam UU Penanaman Modal, Pasal 1 ayat 1 yaitu:

“Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia.”46

Mengenai penanaman modal dalam berbagai kepustakaan hukum ekonomi dan

hukum bisnis, secara terminologi penanaman modal dapat diartikan sebagai penanaman

modal yang dilakukan secara langsung oleh investor local/domestic investor, investor

asing/Foreign Direct Investment (FDI) dan penanaman modal yang dilakukan secara tidak

langsung oleh pihak asing/Foreign Indirect Investment (FII). Untuk yang FII ini dikenal

dengan istilah penanaman modal dalam bentuk portofolio yakni pembelian efek lewat

lembaga pasar modal (Capital Market).47

Beberapa pengertian mengenai penanaman modal yang dikutip dari beberapa

sumber:

a. Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi digunakan istilah investment

(investasi/penanaman modal) yang mempunyai arti:

45
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Surabaya: Ghalia Indonesia,2008) hlm. 86
46
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 1
47
Rosyidah Rakhmawati, op.cit., hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
“Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan
pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke resiko yang dirancang
untuk mendapatkan modal. Penanaman modal dapat pula berarti menunjuk ke suatu
investasi keuangan (di mana investor menempatkan uang kedalam suatu sarana) atau
menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang ingin memetik keuntungan
dari keberhasilan pekerjaannya.”48

b. Dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, dijelaskan istilah penanaman

modal digunakan untuk:

“Penggunaan atau pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang-barang


produsen atau barang-barang konsumen. Dalam arti yang semata-mata bercorak
keuangan, penanaman modal mungkin berarti penempatan dana-dana kapital dalam
suatu perusahaan selama jangka waktu yang relatif panjang, supaya memperoleh
suatu hasil yang teraturdengan maksimum keamanan.”49

c. Dalam Kamus Ekonomi dikemukakan, penenaman modal memiliki 2 makna yakni:

“Pertama, penanaman modal berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda tidak
bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin modal yang dilekatkan dan
memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut yang membedakan
penanaman modal dengan spekulasi. Kedua, dalam teori ekonomi, investasi atau
penanaman modal berarti pembelian alat produksi (termasuk di dalamnya benda-
benda untuk dijual) dengan modal berupa uang.”50

d. Dalam Kamus Hukum Ekonomi digunakan terminologi, Investment, Penanaman

Modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk

jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli

sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.51

e. Dalam KBBI disebutkan, investasi atau penanaman modal berarti Pertama,

Penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan

memperoleh keuntungan; Dan kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam. 52

Dari pengertian-pengertian tersebut mengenai penanaman modal, dapat diketahui

bahwa secara umum pengertian penanaman modal adalah kegiatan menyisihkan sebagian
48
John Downes, Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan & Investasi, terj. Soesanto
Budhidarmo, (Jakarta: Penerbit Elex Media Komputendo, 1994), hlm. 300
49
A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi keuangan Perdagangan, (Jakarta: Penerbit Radnya
Paramita, 1991), hlm. 340
50
Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), (Bandung: Penerbit Alumni, 1982), hlm. 190
51
A.F.Elly Erawaty, J.S.Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Indonesia Inggris, (Jakarta: Penerbit ELIPS,
1996), hlm. 69
52
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta:
Penerbit Balai Pustaka, 1995), hlm. 386
Universitas Sumatera Utara
pendapatannya untuk digunakan sebagai suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu

tertentu akan mendapatkan hasil.53

2. Dasar Hukum Penanaman Modal

Setelah kemerdekaan nasional keberadaan penanaman modal di Indonesia

berlangsung dengan berbagai dinamikanya, sejak awal kemerdekaan (1945-1949), masa Orde

Lama (1949-1967), masa Order Baru (1967-1998), dan masa Reformasi sampai sekarang

(sejak 1998), penanaman modal di Indonesia menjadi suatu yang sifatnya yang tidak dapat

dihindarkan (inevitable).54

Dalam hal pembahasan ketentuan penanaman modal jika dilihat kebelakang,

memakan waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan roh yang terkandung dalam

penanaman modal menganut paham liberal yang belum sepenuhnya dapat diterima oleh

berbagai pihak. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya masukan-masukan yang

disampaikan oleh para pihak yang mempunyai perhatian terhadap pengaturan hukum

penanaman modal terwujud dalam UU Penanaman Modal saat ini.55

Paham liberal dalam UU Penanaman Modal dapat dilihat dari perlakuan yang

diberikan oleh pemerintah kepada penanam modal. Dalam undang-undang ini tidak

dibedakan perlakuan terhadap penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri.56

sesuai dengan yang tertulis dalam pasal 6, ayat 1 UU Penanaman Modal, yakni:

“Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang
berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”57

Terbitnya UU Penanaman Modal tahun 2007 merupakan secerah harapan dalam iklim

investasi di Indonesia, dimana selama ini undang-undang investasi yang ada dianggap sudah

53
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm 32-33
54
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2013),
hlm. 2
55
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 126
56
Sentosa Sembiring, loc.cit.
57
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 6, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
tidak memadai lagi sebagai landasan hukum untuk menarik investor. Untuk itu, tidaklah

berlebihan jika berbagai pihak menyebutkan UU Penanaman Modal cukup kempetitif.58

UU Penanaman Modal hadir sebagai undang-undang yang mengatur kegiatan

penanaman modal di Indonesia untuk semua sector (secara umum), dan berikut peraturan-

peraturan sektoral penanaman modal-modal di Indonesia, antara lain:

a. Sektor Pertanian:

1. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun 2015 tentang Syarat,

Tata Cara Dan Standar Operasional Prosedur Pemberian Rekomendasi Teknis Izin

Usaha Di Bidang Pertanian Dalam Rangka Penanaman Modal.

2. Sektor Perkebunan : Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan.

b. Sektor Kelautan dan Perikanan:

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.

c. Sektor Kehutanan: Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

d. Sektor Pertambangan: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara.

e. Sektor Perindustrian:

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

f. Sektor Perbankan: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

g. Sektor Perdagangan: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

h. Sektor Pariwisata: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

i. Sektor Perhubungan: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

58
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm. 129
Universitas Sumatera Utara
j. Sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

k. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.

l. Sektor Pendidikan: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Penaman modal yang melakukan penanaman modal di Indonesia harus dilakukan

sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UU Penanaman Modal yaitu sebagai beriku:

a. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang

berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan

hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia,

kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

c. Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam

bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan:

1. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;

2. membeli saham; dan

3. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 2 jo. penjelasan Pasal 2 UU Penanaman Modal dikatakan bahwa

ketentuan dalam UU Penanaman Modal ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor

Universitas Sumatera Utara


di wilayah Republik Indonesia, dan yang dimaksud dengan “penanaman modal ini berlaku

bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah Republik Indonesia” adalah penanaman

modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung (portofolio).59

Dalam UU Penanaman Modal juga telah mencantumkan bagaimana asas-asas dalam

pengelenggaraan penanaman modal yang diatur dalam Pasal 3, ayat 1, yaitu:60

a) Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan

ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan

tindakan dalam bidang penanamn modal;

b) Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman

modal;

c) Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

d) Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara, yaitu asas perlakukan

pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,

baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara

penanam modal dari suatu Negara asing dan penanam modal dari Negara asing

lainnya;

e) Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara

bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan sejahteraan rakyat;

f) Efesiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal

dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha

yang adil, kondusif, dan berdaya saing;


59
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 2
60
Ibid., Pasal 3, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
g) Berkelanjutan, yaitu asa yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses

pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan

kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa

datang;

h) Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup;

i) Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

mengedepankan potensi bangsa dan Negara dengan tidak menutup diri pada

masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi;

j) Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asa yang berupaya

menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan ekonomi

nasional.

B. Bentuk Perusahaan Penanaman Modal di Indonesia

1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

PMDN pertama kali diatur di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No.

25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU Penanaman Modal).

Pengertian tentang PMDN dahulu terdapat dalam pasal 1, ayat 2 Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri meneyebutkan bahwa

PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal

dalam negeri.61 Sedangkan yang dimaksud dengan PMDN dalam UU Penanaman Modal

yang berlaku saat ini yaitu dalam Pasal 1, ayat 5 UU Penanaman Modal adalah perseorangan

61
Indonesia (PMDN), Undang-Undang tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, UU No. 6 Tahun
1968, LN No. 33 Tahun 1968, Pasal 1, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
WNI, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan

penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.62

PMDN seperti yang dijelaskan dalam UU Penanaman Modal adalah modal-modal

yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau

badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.63

PMDN bisa dilakukan oleh individu, badan usaha negara dan/atau pemerintah sendiri

membuat investasi di wilayah Republik Indonesia. Kegiatan usaha atau jenis usaha terbuka

bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan

tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan pembatasan kepemilikan aset Negara alih bisnis

dari perusahaan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar

Perubahan Bidang Usaha tertutup dan Buka Bisnis dengan persyaratan di Sektor Investasi

atau Penanaman Modal.64

Hal lain yang mengatur tentang PMDN adalah Pasal 5, ayat 1 UU Penanaman Modal,

disana menjelaskan bahwa investasi di dalam negeri bisa dilakukan dalam bentuk badan

usaha adalah badan hukum, tidak berbadan hukum, atau individu, sesuai dengan ketentuan

undang-undang.65

2. Penanaman Modal Asing (PMA)

62
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 5
63
Ibid., Pasal 1, ayat 9
64
Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), Peraturan Presiden tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup
dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal, Perpres No. 44 Tahun
2016, LN No. 97 Tahun 2016
65
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
PMA merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka

menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui

penciptaan suatu produksi atau jasa.66

Sebelumnya di dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing menyebutkan bahwa:

“pengertian penanaman modal asing dalam undang–undang ini hanyalah meliputi


penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan
ketentuan–ketentuan, undang–undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia, dalam artian bahwa pemilik modal secara langsung
menanggung risiko dari penanaman modal tersebut”67

Lalu dalam UU Penanaman Modal yang berlaku saat ini menjelaskan dalam Pasal 1,

ayat 3 tentang PMA dimana PMA adalah:

“Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik


Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal
asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”68

Sedangkan dalam pengertian modal asing dalam Pasal 1, ayat 8 menjelaskan bahwa

modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing,

badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau

seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 69

Maka dari uraian di atas jelas bahwa yang dimaksud penanam modal asing (foreign

investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan

dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), dimana terdapat pengabungan antara

modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capita) dan modal yang sumbernya

berasal dari dalam negeri (domestic capital).70 Modal asing yang berpatungan merupakan

66
Febby Hidayanti, “Hukum Penanaman Modal Asing”, https://www.notarisdanppat.com/hukum-
penanaman-modal-asing/ (diakses pada tanggal 13 Februari 2019)
67
Indonesia (PMA), Undang-Undang tentang Penanaman Modal Asing, UU No.1 Tahun 1967, LN
No. 1 Tahun 1967, TLN No. 2818, Pasal 1
68
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 3
69
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), Ibid., Pasal 1, ayat 8
70
David Kairupan, op. cit., hlm. 21
Universitas Sumatera Utara
modal asing yang bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, di mana saham yang

dimiliki oleh pihak asing maksimal 95%, sedangkan pihak penanam modal Indonesia

minimal 5%.71

Dalam Pasal 5, ayat 2 UU Penanaman Modal juga telah mengatur tentang badan

hukum dalam penanaman modal asing tersebut yang menyatakan bahwa Penanaman modal

asing wajib dalam bentuk PT berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam

wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Dari pasal

tesebut dapat diketahui bahwa terdapat unsur yang melekat dalam ketentuan PMA mengenai

bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing, yaitu harus berbentuk PT,

didasarkan pada hukum Indonesia, serta berkedudukan di dalam wilayah negara Republik

Indonesia.72

Pemerintah mengharuskan usaha PMA berbentuk PT bertujuan untuk memberikan

kepastian hukum dalam pelaksanaan penanaman modal asing itu sendiri. Berikut adalah

instrumen kepastian hukum yang diberikan dalam PT sebagaimana diatur dalam UU PT:

a. Anggaran Dasar

Berdasarkan UU PT, jenis dan kegiatan usaha serta tata cara pelaksanaan kegiatan PT

diatur dalam anggaran dasar yang dibuat dalam akta notarial dan harus didaftarkan serta

disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Kemenkumham”).73

Begitu pula terhadap setiap perubahan anggaran dasar harus diberitahukan kepada

Kemenkumham, yang mana beberapa di antara perubahan tersebut, bahkan juga harus

mendapatkan persetujuan dari Kemenkumham. Melalui mekanisme ini, memperlihatkan

bahwa adanya kepastian hukum terhadap setiap tindakan dan kegiatan usaha PT harus sesuai

71
Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta: Ind-Hill Co, 2003), hlm.28
72
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 2
73
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 15, ayat 1
Universitas Sumatera Utara
dengan UU PT dan anggaran dasar. Hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan

nama orang perorangan saja seperti pada badan usaha yang tidak berbadan hukum. 74

Pada badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum (Firma, CV, Persekutuan

perdata, dan lain-lain), anggaran dasar para pendiri tidak membutuhkan pengesahan dari

Kemenkumham. Guna memenuhi asas publisitas, akta pendirian badan usaha cukup

didaftarkan kepada panitera pengadilan sesuai domisili badan usaha tersebut. 75

b. Pengalokasian Modal

Satu hal yang paling krusial dalam pelaksanaan PMA adalah pengalokasian modal

dan penggunaannya dalam menjalankan tujuan kegiatan usaha. Dalam PT penggunaan modal

untuk kegiatan usaha hanya dapat digunakan dengan persetujuan perseroan yang ditempuh

dengan mekanisme dan kesepakatan para pemegang saham yang dituangkan dalam anggaran

dasar.76

Sehingga setiap tindakan dalam PT merupakan tindakan atas nama perseroan dan

tidak bisa dilakukan hanya dengan persetujuan orang perorangan semata. Berbeda halnya

dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum yang dalam menjalankan

tindakannya dapat bertindak dan bertanggung jawab atas nama orang perorangan tanpa

persetujuan dari para pendiri badan usaha tersebut. Tentunya jika hal ini terjadi pada PMA,

maka bentuk badan usaha tersebut tidak memberikan kepastian hukum terhadap modal yang

ditanamkan oleh pihak asing.77

Demikian pula, bentuk penyertaan modal asing dalam suatu PT yang dapat dibuktikan

dengan saham. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbadan hukum, kepemilikan

74
Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, “Alasan Penanaman Modal Asing Harus Dalam Bentuk PT”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50759704ac972/mengapa-penanaman-modal-asing-harus-dalam-
bentuk-pt/ (diakses pada tanggal 13 Februari 2019)
75
Ibid.
76
Ibid.
77
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
para pendiri tidak dapat diwujudkan dalam bentuk saham melainkan hanya kekayaan

perseroan semata yang diatur oleh para pendiri sendiri.78

Pengalokasian modal dengan bentuk saham ini memiliki maksud dan tujuan yang di

antaranya menentukan:79

1. besar suara dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan perseroan dan

2. menentukan besar dividen dan/atau kerugian (tanggung jawab) yang akan

diterima/diderita atas kegiatan usaha perseroan.

c. Tanggung Jawab yang Terbatas

Pasal 3, ayat 1 UU PT menyatakan bahwa:

“Para pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas tindakan PT dan
perikatan yang dilakukan oleh PT melebihi dari saham yang dimiliki oleh masing-
masing pemegang saham”.80

Berdasarkan ketentuan di atas, bahwa besar tanggung jawab pemegang saham dalam PT

hanya sebatas pada besar saham yang dimiliki dan tidak dapat mencakup kekayaan pribadi

dari pemegang saham.81

Di dalam PT terdapat pemisahan kekayaan pribadi pemegang saham dengan PT itu

sendiri. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum, dalam

pemenuhan tanggung jawab oleh para pendiri tidak dibatasi berdasarkan besar kekayaan yang

ditanamkan dalam badan usaha, tetapi dapat mencakup kekayaan pribadi dari para pendiri

tersebut.82

d. Organ Perseroan

78
Ibid.
79
Ibid.
80
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 3, ayat 1
81
Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, op.cit.
82
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
PT dalam menjalankan kegiatan usahanya dijalankan oleh organ perseroan yang

terdiri dari:83

1) Rapat Umum Pemegang Saham;

2) Dewan Komisaris; dan

3) Direksi.

Dari ketiga organ perseroan di atas, masing-masing organ memiliki kapasitas dan

kewajiban masing-masing dalam menjalankan kegiatan usaha perseroan yang dituangkan

dalam anggaran dasar dan UU PT. Berbeda halnya dengan badan usaha yang tidak berbadan

hukum yang dalam menjalankan kegiatan usahanya hanya dijalankan oleh paling sedikit 2

(dua) orang dan pengambilan keputusan dapat dilakukan langsung oleh pesero/sekutu aktif

dalam badan usaha non-badan hukum tersebut.84

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penanaman modal asing memiliki beberapa

bentuk kerja sama usaha. Berikut beberapa bentuk kerja sama dalam hal penanaman modal

asing sebagai berikut:

a. Joint Venture

Adalah suatu kerangka perjanjian antara dua pihak atau lebih yang memiliki

tujuan yang sama, dengan kerja sama yang dilakukan oleh modal asing dengan modal

nasional yang semata-mata berdasarkan perjanjian/kontrak saja (contractual).85

b. Kontrak Karya

Kontrak Karya adalah perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia

dengan Perusahaan Berbadan Hukum Indonesia dalam rangka penanaman modal

asing untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan mineral.86

83
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 2
84
Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, op.cit.
85
Hukum Online, “Joint venture”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl784/syarat-dua-
perusahaan-dalam-negeri-membuat-joint-venture/ (diakses tanggal 14 Februari 2019)
Universitas Sumatera Utara
c. Portofolio Investment

Investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik melalui pasar modal

maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam perusahaan. merupakan

investasi jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual-beli saham

tergantung kepada fluktuasi nilai saham yang hendak mereka perjual-belikan.87

C. Manfaat Kegiatan Perusahaan Penanaman Modal Bagi Perekonomian di Indonesia

Investasi atau penanaman modal oleh investor mempunyai peranan yang sangat

penting bagi pertumbuhan perekonomian negara. Kehadiaran perusahaan PMA secara

langsung menambah devisa negara dengan membawa masuk modal asing, serta menambah

juga penghasilan negara dalam sektor pajak. Investasi yang terjadi juga berperan bagi

masyarakat, karena investasi tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

pemecahan masalah lapangan pekerjaan, dimana tingkat pertumbuhan angkatan kerja tiap

tahunnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Banyaknya lulusan perguruan tinggi

ataupun dibawahnya yang belum mendapat pekerjaan akan menjadi persoalan yang cukup

gawat bila mana tidak tertangani dengan baik. Hal lain yang juga menjadi manfaat bagi

negara penerima modal ialah, dapat menciptakan jumlah permintaan (demand) terhadap

produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa terlebih lagi jika investor asing

berorientasi ekspor, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan

(transfer of know how).88

Secara manfaat ada dua akibat utama dari penanaman modal yang menguntungkan

Indonesia. Pertama, meningkatnya pendapatan riil (tercermin pada peningkatan tingkat upah

86
Indonesia (Permen No. 5 Tahun 2017), Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Republik Melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, Permen No. 5 Tahun 2017, Berita Negara No. 98 Tahun 2017, Pasal 1,
ayat 11
87
Ida Bagus Rachmadi Supancana, op.cit., hlm. 4
88
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm 8
Universitas Sumatera Utara
bagi konsumen, atau peningkatan penerimaan pemerintah). Kedua, adanya manfaat-manfaat

tidak langsung misalnya diperkenalkannya teknologi dan pengetahuan baru.89

Melihat sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran investor cukup berperan dalam

pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan ekonomi di daerah yang FDI

menjalankan aktivitasnya.90

Manfaat penanaman modal menurut William A. Fennel dan Joseph W. Tyler, serta

Eric M. Burt. Manfaat-manfaat tersebut meliputi:91

1. Memberi modal kerja;

2. mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi pasar;

3. meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor;

4. penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru;

5. negara penerima (host country) tidak merisaukan atau menghadapi risiko ketika

suatu perusahaan penanaman modal yang didirikan di negaranya, ternyata tidak

mendapatkan untung dari modal yang ditanamnya; dan

6. membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negara-negara

penerima.

Arti pentingnya kehadiran investor asing juga dikemukakan oleh Gunarto Suhardi: 92

“Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi tidak langsung
(portofolio), karena langsung lebih permanen, selain itu, investasi langsung:
1. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;
2. mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;
3. memberikan residu baik berupa peralatan mampu alih teknologi;
4. apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat
dirunut oleh pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan
devisa dan pajak bagi negara;
5. lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;
6. memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor
berasalh dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.”

89
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 187
90
Aminuddin Ilmar, loc.cit.
91
Salim H.S., Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 87
92
Hendrik Budi Untung, op.cit., hlm. 42
Universitas Sumatera Utara
Prof. Erman Rajagukguk berpendapat mengenai manfaat penanaman modal. beliau

menyebutkan:93

“Bagi Negara tempat dilakukannya kegiatan penanaman modal (host country)


kehadiran penanaman modal asing tidak saja penting dari segi perolehan devisa atau
untuk melengkapi keterbatasan biaya pembangunan, tetapi efek lain yang ditimbulkan
oleh kegiatan penanaman modal pada pembangunan ekonomi host country, antara lain
penyediaan lapangan kerja, penghematan devisa melalui pengembangan industri non-
migas, pembangunan daerah-daerah tertinggal alih teknologi dan peningkatan sumber
daya manusia.”

Dengan demikian kehadiran penanam modal asing memberikan sejumlah manfaat

bagi tuan rumah (host country). Manfaat secara langsung diperoleh dari pemasukan tambahan

devisa yang berasal dari modal yang dibawa dana pajak-pajak yang dibayar kepada Negara.94

Walaupun kehadiran investor membawa manfaat bagi negara penerima modal, disisi

lain investor yang hendak menanamkan modalnya juga tidak lepas dari orientasi bisnis

(bussines oriented), apakah modal yang diinvestasikan aman dan bisa menghasilkan

keuntungan. Jadi, dapat dimengerti mengapa investor asing sebelum menanamkan modalnya,

investor melakukan penelitian pendahuluan lewat studi kelayakan (feasibility study), baik dari

aspek hukum, finansial maupun politik apakah kondusif untuk berbisnis di negara yang akan

dituju. Hal ini penting untuk memprediksi resiko yang akan dihadapi.95

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapatlah kita lihat masih adanya

perdebatan dan perbedaan sudut pandang mengenai manfaat kehadiran perusahaan

penanaman modal terutama FDI.

Pada dasarnya tujuan penyelenggaraan kegiatan penanaman modal sudah dituangkan

dalam Pasal 3, ayat 2 UU Penanaman Modal, yaitu:96

1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

2. menciptakan lapangan kerja;

93
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: UI Press, 2005), hlm. 20-21
94
Ibid., hlm. 26
95
Hendrik Budi Untung, op.cit., hlm. 43
96
Lihat Indonesia (UU Penanaman Modal), op.cit., Pasal 3 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
3. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

5. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

6. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan

dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan

8. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dari hal-hal tersebut dapatlah kita lihat begitu pentingnya kehadiran penanaman

modal baik oleh dalam negeri maupun asing secara langsung yang berpotensi besar

membantu kebangkitan pertumbuhan perekonomian negara.

D. Pengawasan Kegiatan Perusahaan Penanaman Modal di Indonesia

Pengawasan kegiatan pelaksanaan Penanaman Modal dilaksanakan terhadap

Penanaman Modal baik yang masih dalam tahap konstruksi (tahap pembangunan) maupun

Penanaman Modal yang telah produksi/operasi komersial (telah ada izin usaha).97

Kegiatan pengawasan dilakukan melalui pengumpulan, verifikasi, dan evaluasi data

realisasi Penanaman Modal yang tercantum dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang

disampaikan oleh perusahaan sesuai dengan Perizinan Penanaman Modal yang dimiliki oleh

perusahaan.98

Perusahaan yang telah memperoleh Perizinan Penanaman Modal wajib membuat dan

menyampaikan LKPM secara berkala dan disampaikan kepada BKPM, BPMPTSP Provinsi,

BPMPTSP Kabupaten/Kota, dan kepada Badan Pengusahaan KPBPB apabila lokasi proyek

97
Susan Saraswati, “Penanaman Modal”, http://hukumpenanamanmodal.com/perizinan-
bkpm/penanaman-modal-pedoman-dan-tata-cara-pengendalian-pelaksanaan-penanaman-modal/ (diakses pada
tanggal 14 Februari 2019)
98
Susan Saraswati, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
berada di wilayah KPBPB atau administrator KEK apabila lokasi proyek berada di wilayah

KEK.99

Evaluasi penanaman modal dilakukan secara preventif dan korektif (termasuk

represif). Secara preventif, pengendalian pelaksanaan penanaman modal dilakukan dengan:


100

1. Pemantauan kompilasi, yakni verifikasi serta evaluasi dari Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) dan berbagai sumber lainnya;

2. Melakukan pembinaan dengan cara penyuluhan tentang aturan penanaman modal.

Pembinaan juga dilakukan dengan cara memberikan konsultasi dan bimbingan

pelaksanaan penanaman modal sesuai ketentuan perizinan yang dimiliki penanam

modal. Pembinaan lainnya dengan cara memberikan bantuan dan memfasilitasi

investor yang mengalami masalah, kendala dan hambatan ketika merealisasikan

proyek penanaman modalnya;

3. Melakukan pengawasan dengan cara meneliti dan mengevaluasi terhadap

informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal beserta fasillitas yang telah

diberikan kepada proyek investasi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meninjau

ke lokasi proyek penanaman modal secara langsung. Pengawasan selanjutnya

dilakukan dengan menindaklanjuti penyimpangan terhadap ketentuan penanaman

modal yang berlaku.

Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP

Kabupaten/Kota, badan pengusahaan KPBPB, atau administrator KEK memiliki

kewenangannya masing-masing. Hal ini bisa dilihat dari kewenangan (dalam memproses

99
Ibid.
100
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pendaftaran penanaman modal, izin prinsip penanaman modal, persetujuan penanaman modal

dan izin usaha) yang dimiliki.101

Pelaksanaan kegiatan pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh BKPM, BPMPTSP

Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, badan pengusahaan KPBPB, atau administrator KEK

sesuai kewenangan (maupun pelimpahan kewenangan) yang dimilikinya. Terhadap

permasalahan teknis yang dialami oleh investor, instansi teknis terkait juga dapat melakukan

kegiatan pembinaan.102

Instansi penanaman modal tingkat kabupaten/kota dapat melakukan kegiatan

pengawasan kepada perusahaan di dalam wilayahnya sendiri. Sedangkan terhadap

perusahaan yang berlokasi di lintas kabupaten/kota, maka kewenangan pengawasannya

berada di pundak instansi penanaman modal provinsi. BKPM bertugas mengawasi

penggunaan fasilitas fiskal oleh investasi yang masih menjadi kewenangan pemerintah. 103

Setiap pelaksanaan kegiatan evaluasi harus dimulai dengan langkah koordinasi

dengan intansi berwenang terkait di masing-masing tingkatannya. Termasuk pula jika akan

mengadakan kegiatan pengawasan di lokasi proyek, maka perusahaan yang bersangkutan

harus diberitahukan dahulu lewat surat resmi.104

Namun kegiatan evaluasi dapat berlangsung mendadak bila ditemui situasi yang

memaksa, seperti pencemaran lingkungan, permintaan perusahaan sendiri atau instansi

berwenang terkait maupun karena pengaduan masyarakat. Terhadap situasi seperti itu, baik

BKPM maupun instansi penanaman modal tingkat provinsi dapat melakukan kegiatan

101
Indonesia (BKPM No 17 Tahun 2015), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, BKPM No. 17 Tahun 2015,
Berita Negara No. 1481 Tahun 2015, Pasal 7
102
Ibid., Pasal 8
103
Ibid., Pasal 9
104
Ibid., Pasal 11
Universitas Sumatera Utara
pemantauan, pembinaan dan pengawasan tanpa melalui koordinasi terlebih dahulu dengan

instansi berwenang setempat.105

Evaluasi represif Sanksi yang dikeluarkan oleh instansi penanaman modal nasional

sesuai tingkat kewenangannya ini dapat berupa peringatan tertulis. Jika peringatan tertulis itu

diabaikan dapat dilanjutkan dengan pembatasan kegiatan106

Jika di dalam kegiatan evaluasi preventif banyak ditemui persoalan krusial yang

merugikan masyarakat dan negara, kegiatan evaluasi dapat dilanjutkan secara korektif

(represif). Dalam kategori rendah dapat berupa sanksi administratif. Ini diberikan kepada

perusahaan yang melalaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai investor serta

menyalahgunakan fasilitas penanaman modal. Instansi penanaman modal nasional sesuai

tingkat kewenangannya dapat menjatuhkan sanksi administratif kepada perusahaan yang:107

1. Tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagai Penanam Modal;

2. Melakukan penyimpangan terhadap:

a. Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal; atau

b. Ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal termasuk fasilitas pembebasan bea

masuk mesin dan/atau barang, bahan, dan non fiskal (ketenagakerjaan) yang

telah diberikan.

3. Telah berproduksi komersial yang belum memiliki izin usaha.

Sanksi administratif yang berupa:108

1. Peringatan tertulis atau peringatan secara daring;

2. Pembatasan kegiatan usaha;

3. Pembekuan kegiatan usaha dan fasilitas Penanaman Modal; atau

105
Ibid., Pasal 12
106
Susan Saraswati, op.cit.
107
Ibid.
108
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Pembatalan atau pencabutan perizinan Penanaman Modal dan kegiatan usaha atau

fasilitas Penanaman Modal.

Evaluasi represif pada tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dalam bentuk

pencabutan izin usaha penanaman modal. Instansi penanaman modal nasional sesuai tingkat

kewenangannya dapat melakukan pencabutan terhadap pendaftaran penanaman modal, izin

prinsip penanaman modal, persetujuan penanaman modal atau izin pendirian Kantor

Perwakilan Perusahaan Asing yang tengah merealisasikan proyek investasinya. 109

Melakukan Pencabutan terhadap Perizinan Penanaman Modal yang telah

dilaksanakan dalam bentuk Kegiatan Nyata baik administratif atau fisik dan pelanggaran

tertentu dan mendesak. Pencabutan Perizinan Penanaman Modal dilakukan berdasarkan: 110

1. Permohonan dari perusahaan;

2. Usulan dari BPMPTSP Provinsi atau BPMPTSP Kabupaten/Kota atau Badan

Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK kepada BKPM untuk Perizinan

Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BKPM, atau yang diterbitkan BPMPTSP

Provinsi dan saat ini menjadi kewenangan Pemerintah Pusat;

3. Usulan dari BPMPTSP Kabupaten/Kota pada BPMPTSP Provinsi untuk Perizinan

Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BPMPTSP Kabupaten/Kota dan saat ini

masih menjadi kewenangan provinsi;

4. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau

5. Usulan Pencabutan dari Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Teknis.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab ini, maka dapat disimpulkan

bahwa pengaturan penanaman modal di Indonesia pada saat ini diatur dengan berbagai

109
Ibid.
110
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
macam peraturan perundang-undangan tentang penanaman modal. Berbagai macam

peraturan perundang-undangan mengatur tentang penanaman modal itu sendiri, seperti UU

Penanaman Modal, UU Pasar Modal, UU PT, Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009

tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang

Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di

Bidang Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan

Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 17 Tahun 2017 tentang

Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Peraturan

Perundang-Undangan lain yang berhubungan dengan Penanaman Modal.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PEROLEHAN STATUS PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DAN

PERALIHANNYA

A. Perizinan Penanaman Modal

Setelah jatuhnya rezim Orde Baru oleh kekuatan reformasi pada tahun 1998,

serangkaian upaya pembenahan dan penyempurnaan terhadap kebijakan dalam ketentuan

perundang-undangan dibidang investasi terus diupayakan oleh pemerintah untuk

menciptakan iklim investasi yang favourable dengan menyederhanakan proses dan tata cara

perizinan serta persetujuan dalam rangka penanaman modal.111

Dalam mewujudkan iklim penanaman modal yang favourable tersebut, khususnya di

bidang perizinan diperlukan beberapa proses yang telah ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan, di mana pengertian dari perizinan itu sendiri adalah segala bentuk

persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas,

dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.112

Pada awalnya persetujuan dan perizinan penanaman modal dilimpahkan kepada

daerah-daerah dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah jo. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Sedangkan untuk PMDN

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 117 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas

Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal,

111
Dhaniswara K. Harjono, op.cit., hlm. 166
112
Indonesia (BKPM No. 14 Tahun 2015), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal, BKPM No. 14 Tahun 2015, Berita Negara
No. 1478 Tahun 2015, Pasal 1, ayat 9
Universitas Sumatera Utara
diserahkan kepada daerah, dimana untuk melaksanakan pelimpahan wewenang tersebut,

Gubernur Kepala Daerah Propinsi dapat menugaskan Kepala Badan Koordinasi Penanaman

Modal Daerah (BKPMD). Namun sejak tanggal 12 April 2004 persetujuan dan perizinan

penanaman modal disentralisasikan kepada pemerintah pusat dengan ditetapkannya

keputusan presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal

Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui

Sistem Pelayanan Satu Atap.113

Seiring berjalannya waktu sistem Pelayanan Satu Atap dianggap kurang efektif, maka

dari itu ditetapkanlah UU Penanaman Modal, dengan sistem PTSP yang dimaksudkan untuk

membantu penanaman modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan

informasi mengenai penanaman modal mengantikan Sistem Pelayanan Satu Atap yang

diangap kurang efektif, di mana keberagaman kebijakan yang berlaku dalam setiap otonom

daerah juga memberikan kendala terhadap Sistem Pelayanan Satu Atap, seperti dalam

memberikan sebuah ijin di suatu pemerintah daerah memiliki beberapa kriteria yang dapat

berbeda dengan daerah lainnya. Kendala yang lain adalah belum semua wilayah di

pemerintah daerah memliki koneksi antar sesama instansi sehingga data belum secara

kolektif terkumpul. Layanan satu atap pun terkadang masih belum bisa secara pasti

diterapkan karena pendaftar harus tetap mengurus beberapa kelengkapan dokumen di kantor

instansi yang lain.114

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Pasal 1, ayat 11

mendefinisikan “Penyelenggaraan Terpadu Satu Pintu” sebagai kegiatan penyelenggaraan

perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan

sampai ketahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat.115 Pasal 1, ayat 7 Peraturan

BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman

113
David Kairupan, op. cit., hlm. 41
114
David Kairupan, Ibid., hlm. 42
115
Ibid., hlm. 43
Universitas Sumatera Utara
Modal juga mendefinisikan PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non-

perizinan berdasarkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi

yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya dimulai

dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu

tempat.116

Untuk mempermudah proses perizinan penanaman modal agar dapat dilaksanakan di

satu tempat saja, PTSP dilakukan oleh lembaga yang berwenang dibidang penanaman modal

yang mendapat pendelegasian dari lembaga yang memiliki kewenangan perizinan dan

nonperizinan di tingkat pusat, provinsi atau kabupaten/kota. Lembaga yang dimaksud di atas

adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman

Modal Daerah (BKPMD). Sebab semakin panjang jalur birokrasi atau prosedur yang harus

dilalui, semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.117

BKPM membedakan bentuk badan usaha dalam penanaman modal bagi investor

asing dan investor dalam negeri. Dalam Pasal 11, ayat 1 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun

2009 diatur bahwa badan usaha pada PMA harus berdiri dalam bentuk perseroan terbatas

yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara

Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang. Sedangkan untuk bentuk

badan usaha PMDN, tidak diatur bahwa investor harus mendirikan badan usahanya dalam

bentuk perseroan terbatas. Bentuk badan usaha pada PMDN dapat berbentuk badan hukum,

tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.118

BKPMD juga menyelenggarakan 2 jenis pelayanan modal bagi para investor di

wilayah Indonesia, yaitu:

116
Lihat Indonesia (BKPM No. 14 Tahun 2015), op.cit., Pasal 1, ayat 7
117
Andrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
hlm. 49
118
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 11
Universitas Sumatera Utara
1. Pelayanan Perizinan Penanaman Modal, terdiri atas:119

a. Izin Prinsip Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip, merupakan izin untuk

memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh

fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas

fiskal.

b. Izin Usaha, merupakan izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk melaksanakan

kegiatan produksi/operasi komersial baik produksi barang maupun jasa sebagai

pelaksanaan atas pendaftaran/izin prinsip/persetujuan penanaman modalnya,

kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip perluasan,

merupakan izin untuk memulai rencana perluasan, merupakan izin untuk memulai

rencana perluasan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh

fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas

fiskal.

d. Izin Usaha Perluasan, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk

melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial atas penambahan kapasitas

produksi melebihi kapasitas produksi yang telah diizinkan, sebagai pelaksanaan

atas izin prinsip perluasan/persetujuan perluasan yang dimiliki oleh perusahaan,

kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral.

e. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, disebut juga izin prinsip perubahan,

merupakan izin untuk melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan

dalam izin prinsip/izin prinsip perluasan sebelumnya.

f. Izin Usaha Perubahan, adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk

melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin usaha/izin usaha

119
David Kairupan, op.cit., hlm. 57-60
Universitas Sumatera Utara
perluasan sebelumnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam

pelaksanaan kegiatan penanaman modal.

g. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal, disebut juga izin

prinsip penggabungan perusahaan, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh

perusahaan hasil penggabungan, untuk melaksanakan bidang usaha perusahaan

hasil penggabungan.

h. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal, merupakan izin yang

wajib dimiliki oleh perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha (surviving

company) setelah terjadinya merger, untuk melaksanakan kegiatan

produksi/operasi komersial perusahaan merger.

i. Izin Pembukaan Kantor Cabang, merupakan izin yang wajib dimiliki oleh

perusahaan yang ingin membuka kantor perusahaan baru sebagai cabang dari

kantor perusahaan inti yang sudah melaksanakan kegiatan produksi/operasi

komersial.

j. Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing, merupakan izin yang wajib dimiliki

oleh perusahaan yang ingin mendaftarkan suatu perusahaan asing sebagai

perwakilan dari perusahaan inti yang sudah melaksanakan kegiatan

produksi/operasi komersial.

k. Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing (SIUP3A),

merupakan izin yang wajib dimiliki bagi perusahaan yang sudah memiliki kantor

perwakilan perusahaan asing yang menginginkan kantor perwakilan perusahaan

perdagangan asing tersebut untuk melaksanakan kegiatan produksi/operasi

komersial di bidang yang sama dengan perusahaan inti.

l. Izin lokasi, merupakan izin yang diberikan kepada perusahaanuntuk memperoleh

tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai

Universitas Sumatera Utara


izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan

usaha penanaman modalnya.

2. Layanan Non-Perizinan Penanaman Modal, terdiri atas:120

a. Fasilitas bea masuk atas impor mesin.

b. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan.

c. Usulan fasilitas Pajak Penghasilan (Pph) Badan untuk Penanaman modal di

bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu.

d. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P), merupakan tanda pengenal yang

harus dimiliki oleh importir mengenai produsen barang yang diimpornya dalam

melakukan kegiatan importasi barang, yang digunakan oleh pemerintah sebagai

instrumen penataan tertib impor dalam rangka pelaksanaan kebijakan

perdagangan luar negeri di bidang impor.

e. Angka Pengenal Importir Umum (API-U), merupakan tanda pengenal yang harus

dimiliki oleh importir dalam melakukan kegiatan importasi barang, yang

digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen penataan tertib impor dalam rangka

pelaksanaan kebijakan perdagangan luar negeri di bidang impor.

f. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), adalah pengesahan rencana

jumlah, jabatan dan lama penggungaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai

dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing dan penerbitan izin

mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (RPTKA).

g. Rekomendasi Visa untuk Bekerja (TA.01), merupakan rekomendasi yang

diperlukan guna memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga

negara asing.

120
David Kairupan, Ibid., hlm. 60-62
Universitas Sumatera Utara
h. Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), merupakan pemberian izin bagi

perusahaan penanaman modal untuk mempekerjakan tenaga kerja asing dalam

jumlah jabatan dan periode tertentu

Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 10, ayat 1 Peraturan BKPM Nomor 12

tahun 2009, semua bidang usaha terbuka bagi penanaman modal, kecuali ditentukan lain oleh

perundang-undangan. Dalam hal ini, terdapat pula bidang usaha atau jenis usaha yang

dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan bagi penanaman modal yang

penetapannya diatur dengan peraturan perundang-undangan. Investor yang akan melakukan

kegiatan penanaman modal diwajibkan untuk memperhatikan peraturan perundang-undangan

tersebut demi mengetahui bidang usaha atau jenis usaha apa saja yang dinyatakan tertutup

dan terbuka dengan persyaratan tertentu.121

Dalam bidang penanaman modal atau biasa juga disebut dengan Daftar Negatif

Investasi (DNI), Pemerintah membaginya dalam tiga bidang, yaitu:122

1. Bidang usaha terbuka;

2. Bidang usaha tertutup;

3. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan.

Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk

ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik. 123 Segala bidang

usaha yang tidak dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan di dalam peraturan

perundang-undangan khususnya Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar

Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di

121
Renintha Karina (1), “Mekanisme Perizinan Penanaman Modal”,
http://hukumpenanamanmodal.com/izin-penanaman-modal/mekanisme-perizinan-penanaman-modal/ (diakses
pada tanggal 17 Februari 2019)
122
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 54
123
loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
Bidang Penanaman Modal atau Daftar Negatif Investasi (DNI) yang berlaku saat ini adalah

bidang usaha terbuka.124

Sedangkan untuk bidang usaha yang tertutup adalah bidang usaha yang tertutup atau

dilarang untuk ditanamkan investasi, di dalam Pasal 12, ayat 2 UU Penanaman Modal telah

ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi

domestik maupun investasi asing, yang meliputi:125

1) Produksi Senjata;

2) Mesiu;

3) Alat Peledak;

4) Peralatan Perang;

5) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.

Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12, ayat 2 UU Penanaman Modal telah

dituangkan dalam DNI.

Dalam Lampiran I, ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk

investasi domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup

untuk investasi yaitu:126

1. Budidaya Ganja

2. Penangkapan Spesies Ikan yang Tercantum dalam Appendix I Convention on

International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)

3. Pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam

4. Pemanfaatan (Pengambilan) Koral/Karang dari Alam Untuk: Bahan

Bangunan/Kapur/Kalsium, Akuarium, dan Souvenir/Perhiasan, Serta Koral Hidup

atau Koral Mati (recent death coral) dari Alam

124
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Pasal 3
125
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 12, ayat 2
126
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Lampiran I
Universitas Sumatera Utara
5. Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri

6. Industri Bahan Aktif Pestisida: Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT), Aldrin,

Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan Toxaphene

7. Industri Bahan Kimia Indu stri dan Industri Bah.an Perusak Lapisan Ozone (BPO):

Polychlorinated Biphenyl (PCB), Hexachlorobenzene; dan Carbon Tetrachloride

(CTC), Methyl Chloroform, Methyl Bromide, Trichloro Fluoro Methane (CFC-11),

Dichloro Trijluoro Ethane (CFC-12), Trichloro Trifluoro Ethane (CFC-113),

Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CF C-114}, Chloro Pentajluoro Ethane (CFC-115),

Chloro Trijluoro Methane (CFC-13), Tetrachloro Dijluoro Ethane (CFC-112),

Pentachloro Fluoro Ethane (CFC-111), Chloro Heptafluoro Propane (CFC-217),

Dicholoro Hexafluoro Propane (CFC-216). Trichloro Propane (CFC-213),

Hexachloro Difluoro Propane (CFC-211), Bromo Chloro Difluoro Methane (Halon-

1211), Bromo Trifluoro Methane (Halon-1301), Dibromo Tetrafluoro Ethane (Halon-

2402), R-500, R-502.

8. Industri Bahan Kirnia Daftar-1 Konvensi Senjata Kimia Sebagaimana Tertuang

Dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan

Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia

9. lndustri Minuman Keras Mengandung Alkohol

10. lndustri Minuman Mengandung Alkohol: Anggur

11. Industri Minuman Mengandung Malt

12. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Terminal Penumpang Angkutan Darat

13. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Penimbangan Kendaraan Bermotor

14. Telekomunikasi/Sarana Bantu Navigasi Pelayanan dan Vessel Traffic Information

System (VTIS)

15. Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan

16. Penyelenggaraan Pengujian Tipe Kendaraan Berrnotor

Universitas Sumatera Utara


17. Manajemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan

Orbit Satelit

18. Museum Pemerintah

19. Peninggalan Sejarah dan Purbakala (candi, keraton, prasasti, petilasan, bangunan

kuno, dsb)

20. Perjudian/Kasino

Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan

nonkomersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari sektor

yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.127

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu

yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu

bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi,

Kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan penanarn modal dari

negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).128

Dalam pasal 2, ayat 2 DNI yang menyatakan tentang syarat yang dimaksud adalah:129

a) Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan: yang dicadangkan atau kemitraan

dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi; dan

b) Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan tertentu yaitu:

1. Batasan kepemilikan asing;

2. Lokasi tertentu;

3. Perizinan khusus;

4. Modal dalam negeri 100% (seratus persen) dan/atau

5. batasan kepemilikan modal dalam kerangka kerjasama ASEAN

127
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, op.cit., hlm. 56
128
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Pasal 1, ayat 4
129
Ibid., Pasal 2, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan dalam

Lampiran II dengan syarat dalam pasal 2, ayat 2a dan dalam Lampiran III dengan syarat

dalam pasal 2, ayat 2b.

B. Tata Cara Memperoleh Status sebagai Perusahaan Penanaman Modal

Status perusahaan PMDN adalah status untuk badan usaha yang bentuk badan

usahanya tidak harus dalam bentuk badan hukum. Seperti yang diketahui, berbagai wadah

kegiatan bisnis yang dilakukan masyarakat tidak semuanya berbadan hukum dan bahkan

hanya dikelola oleh perorangan, seperti yang tertulis dalam Pasal 5, ayat 1 UU Penanaman

Modal, dimana tertulis:

“Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”130

Mengenai kegiatan penanaman modal itu sendiri juga telah dijelaskan dalam Pasal 1 ayat, 2

UU Penanaman Modal yaitu:

“Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.”131

Dalam Pasal 5 UU Penanaman Modal, dijelaskan mengenai Permohonan penanaman

modal baru dalam rangka PMDN:132

1) Permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMDN dapat diajukan oleh PT,

Commanditaire Vennootschap (CV), Firma (Fa), Koperasi, BUMN, BUMD, atau

Perorangan

2) Permohonan penanaman modal baru dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

diajukan kepada Kepala BPKM dalam dua rangkap dengan menggunakan formulir

Model I/PMDN,

130
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 1
131
Ibid., Pasal 1, ayat 2
132
Ibid., Pasal 5
Universitas Sumatera Utara
3) Persetujuan atas permohonan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat 2

diterbitkan dalam bentuk Surat Persetujuan PMDN (SP PMDN)

Ketentuan di atas berlaku seperti yang tertulis, di mana kegiatan penanaman modal

tersebut dilakukan oleh PMDN, namun jika perusahaan tersebut memperoleh modal asing

seratus persen (100%) atau hanya sebagian saja, wajib mengajukan izin prinsip atau izin

usaha PMA karena status perusahaan berubah dari PMDN menjadi PMA.133

Berbeda dengan PMDN, status perusahaan PMA dijelaskan dalam Pasal 5, ayat 2 UU

Penanaman Modal, bahwa PMA wajib dalam bentuk PT berdasarkan Hukum Indonesia dan

berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh

Undang-Undang. Melalui pasal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat unsur yang melekat

dalam ketentuan penanaman modal asing mengenai bentuk hukum dari perusahaan PMA,

yaitu harus berbentuk Perseroan Terbatas, didasarkan pada Hukum Indonesia, serta

berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.134

Pengertian PT sebagaimana ditentukan dalam UU PT, di mana PT adalah badan

hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi

syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini, serta peraturan pelaksanaannya. 135

Ketentuan tentang pendirian perusahaan penanaman modal diatur dalam Peraturan

BKPM Nomor 1/P/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan

Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan

Penanaman Modal Asing.136 Dalam Pasal 2 menjelaskan:137

133
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 1, ayat 2
134
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 5, ayat 2
135
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 1
136
Sentosa Sembiring, op.cit., hlm 136-137
137
Indonesia (BKPM No. 57/SK/2004), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman
Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, BKPM No. 57/SK/2004, Pasal 2
Universitas Sumatera Utara
1. Calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam

rangka PMDN dan PMA wajib mengajukan permohonan kepada kepala BKPM.

2. Syarat Persetujuan (SP) atas permohonan penanaman modal dalam rangka PMDN

dan PMA ditandatangani oleh kepala BKPM.

3. Penanaman modal yang telah memperoleh Surat Persertujuan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 2, ayat 2 wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan

pelaksanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan penanaman modal.

4. Perizinan pelaksanaan penanaman modal sebagaimana dimaksud ayat 3 terdiri dari:

a. Perizinan yang diterbitkan oleh BKPM, berupa:

1. Angka Pengenal Importer Terbatas;

2. Izin Usaha/Izin Usaha Tetap/Izin Perluasan;

3. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

4. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang bekerja di lebih

satu Provinsi;

5. Fasilitas pembebasan/keringan Bea masuk atas Pengimporan Barang Modal

atau Bahan Baku/Penolong dan Fasilitas Fiskal lainnya.

b. Perizinan yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi sesuai kewenangannya,

berupa perpanjang izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing untuk Tenaga Kerja

Asing yang bekerja di wilayah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi.

c. Perizinan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota, berupa:

1. Izin Lokasi;

2. Sertifikat Hak Atas Nama;

3. Izin Mendirikan Bangunan;

4. Izin Undang-Undang Gangguan/HO.

Universitas Sumatera Utara


Permohonan penanaman modal baru untuk PMA diatur dalam Pasal 6 Peraturan

BKPM Nomor 1/P/2008 sebagai berikut:138

1. Permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA dapat diajukan oleh:

a. Warga Negara Asing dan/atau badan hukum asing dan/atau perusahaan PMA;

b. Warga Negara Asing dan/atau badan hukum asing dan/atau perusahaan PMA

bersama dengan warga negara Indonesia;

c. PT yang sebagian saham atau seluruh modalnya dimiliki oleh penanam modal

asing.

2. Permohonan penanaman modal baru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan

kepada Kepala BKPM dalam dua rangkap dengan menggunakan formulir Model

I/PMA.

3. Persetujuan atas penanaman modal sebagaiman dimaksud pada ayat 2 diterbitkan

dalam bentuk Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (SP PMA)

Selanjutnya, untuk mendirikan suatu perusahaan penanaman modal di Indonesia, baik

PMDN maupun PMA harus melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan oleh peraturan

Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:139

a. Pengajuan Izin Sementara untuk pendirian PT PMA melalui BPKM dengan

terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif

Investasi untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka untuk

investasi asing, dan jika terbuka, berapa besar komposisi penanaman modal asing

yang diperbolehkan.

138
Indonesia (BKPM No. 1/P/2008), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 Tentang
Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal
Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, BKPM No. 1/P/2008, Pasal 6
139
Shanti Rachmadsyah, “Pendirian PT PMA”,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c106ba70922c/pendirian-pt-pma (diakses pada tanggal 17
Februari 2019)
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka harus mengajukan aplikasi kepada

BKPM Pusat, tetapi untuk pendirian perusahaan PMDN, dapat mengajukan

aplikasi kepada BKPMD yang memiliki kewenangan berdasarkan bidang usaha

dan Lokasi Perusahaan PMDN tersebut. Pengajuan pendirian dilakukan dengan

mengisi formulir aplikasi yang telah ditentukan dalam Lampiran I Peraturan

BKPM No. 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan

Nonperizinan Penanaman Modal, dan melampirkan dokumen-dokumen sebagai

berikut:

1. Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang

dikeluarkan oleh kedutaan besar/kantor perwakilan negara yang bersangkutan

di Indonesia untuk pemohon adalah pemerintah negara lain;

2. rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan

asing;

3. rekaman Anggaran Dasar (Article of Association) dalam Bahasa Inggris atau

terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dari penerjemah tersumpah untuk

pemohon adalah untuk perusahaan penanaman modal asing, atau dalam

Bahasa Indonesia untuk perusahaan penanaman modal dalam negeri;

4. rekaman akta pendirian perusahaan dan perubahannya beserta pengesahan dari

Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia;

5. rekaman NPWP baik untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia maupun

badan usaha Indonesia;

6. permohonan pendaftaran ditandatangani di atas meterai cukup oleh seluruh

pemohon (bila perusahaan belum berbadan hukum) atau oleh direksi

perusahaan (bila perusahaan sudah berbadan hukum);

7. surat kuasa asli bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak

dilakukan secara langsung oleh pemohon/direksi perusahaan;

Universitas Sumatera Utara


c. Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari BKPM dikeluarkan, selanjutnya

mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal dari BKPM, yaitu izin

untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat

memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya

memerlukan fasilitas fiskal (Pasal 1, ayat 16 Peraturan BKPM No. 15 Tahun

2015). Izin prinsip diajukan dengan mengisi formulir aplikasi sesuai dengan

lampiran Peraturan BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata

Cara Izin Prinsip Penanaman Modal yang ke III (untuk perusahaan PMDN) dan

yang ke IV (untuk perusahaan PMA), dan melampirkan:

1. Bukti diri pemohon, yaitu:

a. Pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran;

b. rekaman akta pendirian perusahaan dan perubahannya;

c. rekaman pengesahan anggaran dasar perusahaan dari Menteri Hukum dan

HAM;

d. rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

2. Keterangan rencana kegiatan, berupa:

a. Uraian proses produksi yang mencantumkan jenis bahan-bahan dan

dilengkapi dengan diagram alir (flowchart);

b. uraian kegiatan usaha sektor jasa;

c. rekomendasi dari instansi pemerintah terkait.

d. Setelah izin prinsip keluar dan perusahaan telah siap melakukan

kegiatan/berproduksi komersial, maka perusahaan tersebut wajib memperoleh izin

usaha dari BKPM. Izin usaha didapat dengan mengajukan permohonan pada

BKPM, dengan mengisi formulir aplikasi sesuai dengan lampiran III Peraturan

BKPM Nomor 15 Tahun 2015 dan melampirkan dokumen-dokumen sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Laporan Hasil Pemeriksaan proyek (LHP), untuk permohonan Izin Usaha atau

Izin Usaha Perluasan yang kegiatan usahanya memerlukan fasilitas bea masuk

atas impor barang dan bahan;

2. rekaman akta pendirian dan pengesahan serta akta perubahan dan pengesahan

dari Kementerian Hukum dan HAM;

3. rekaman Pendaftaran/Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan/Surat Persetujuan

Penanaman Modal/Izin Usaha dan/atau Surat Persetujuan Perluasan

Penanaman Modal/Izin Usaha Perluasan yang dimiliki;

4. rekaman NPWP;

5. bukti penguasaan/penggunaan tanah atas nama:

(1) Rekaman sertifikat Hak Atas Tanah atau akta jual beli tanah oleh PPAT,

atau

(2) rekaman perjanjian sewa-menyewa tanah.

6. bukti penguasaan/penggunaan gedung/bangunan:

(1) Rekaman Izin Mendirikan Bangunan (IMB), atau

(2) rekaman akta jual beli/perjanjian sewa menyewa gedung/bangunan.

7. Rekaman Izin Gangguan (UUG/HO) atau rekaman Surat Izin Tempat Usaha

(SITU) bagi perusahaan yang berlokasi di luar kawasan industri;

8. rekaman Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM) periode terakhir;

9. rekaman persetujuan/pengesahan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) atau rekaman persetujuan/pengesahan dokumen Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL);

Dengan melalui tahapan-tahapan tersebut, maka perusahaan sudah memperoleh status

sebagai perusahaan penanaman modal, baik PMDN dengan ketentuannya maupun PMA

dengan ketentuannya. Perusahaan penanaman modal tersebut juga sudah dapat melakukan

Universitas Sumatera Utara


kegiatan produksi serta berhak memperoleh segala pelayanan dan fasilitas yang menjadi hak

perusahaan penanaman modal.

C. Akibat Hukum dari Status Sebagai Perusahaan Penanaman Modal

Akibat hukum ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum, dimana suatu

hubungan hukum tersebut pastilah memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh

Undang-undang. Begitu juga akan peristiwa hukum perolehan status sebagai perusahaan

penanaman modal, di mana hal tersebut akan mendatangkan akibat hukum bagi perusahaan

tersebut.140

Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap peristiwa hukum akan mendatangkan

akibat hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban. Berikut hak dan kewajiban dari akibat

hukum perolehan status perusahaan penanaman modal menurut peraturan Perundang-

undangan Indonesia:

a) Hak Perusahaan Penanaman Modal

Suatu perusahaan penanaman modal yang sudah memiliki status yang sah di

Indonesia menurut UU Penanaman Modal memiliki hak-hak sebagai berikut:

1. Hak untuk dapat mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang

diinginkannya;141

2. hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, tanpa ada penundaan

yang didasarkan pada perlakuan diskriminasi, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Hak-hak transfer dan repatriasi ini meliputi:142

a) Modal;

b) keuntungan, bunga bank, dividen, dan pendapatan lain;

c) dana-dana yang diperlukan untuk:

140
Sovia Hasanah, “Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum/
(diakses pada tanggal 17 Februari 2019)
141
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 8, ayat 1
142
Ibid., Pasal 8, ayat 3
Universitas Sumatera Utara
1) pembelian bahan baku dan penolong barang setengah jadi atau barang jadi;

2) penggantian barang modal dalam rangka untuk melindungi kelangsungan

hidup penanaman modal.

3) tambahan dana yang diperlukan bagi pembayaran penanaman modal;

4) dana-dana untuk pembayaran kembali pinjaman;

5) royalty atau biaya yang harus dibayar;

6) pendapatan dari perseorangan warga Negara asing yang bekerja dalam

perusahan penanaman modal;

7) hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;

8) kompensasi atas kerugian;

9) kompensasi atas pengambilalihan;

d) pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus

dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah

kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual.

3. hak untuk menggunakan tenaga ahli warga Negara asing untuk jabatan dan keahlian

tertentu;143

4. hak untuk mendapatkan kepastian hak, hukum, dan perlindungan;144

5. hak mendapatkan informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang

dijalankannya;145

6. hak pelayanan;146

7. hak mendapatkan berbagai bentuk fasilitas, kemudahan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.147

b) Kewajiban Perusahaan Penanaman Modal

143
Ibid., Pasal 3, ayat 2
144
Ibid., Pasal 14, huruf a
145
Ibid., Pasal 14, huruf b
146
Ibid., Pasal 14, huruf c
147
Ibid., Pasal 14, huruf d
Universitas Sumatera Utara
Suatu perusahaan penanaman modal yang sudah memiliki status yang sah di

Indonesia menurut UU Penanaman Modal memiliki kewajiban-kewajiban sebagai berikut:148

1. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

2. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

3. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada

BKPM;

4. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman

modal; dan

5. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain hak dan kewajiban yang dijelaskan di atas, di dalam Pasal 16 UU Penanaman

Modal juga ada mengatur tentang tanggung jawab perusahaan penanaman modal, yaitu:149

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal

menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara

sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal

lain yang merugikan negara;

d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan

f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Peralihan Status Perusahaan Penanaman Modal

Mengenai status perusahaan penanaman modal, dalam peraturan perundang-undangan

Indonesia dan telah dijelaskan tentang masing-masing bentuk statusnya di BAB II, yaitu

148
Ibid., Pasal 15
149
Ibid., Pasal 16
Universitas Sumatera Utara
PMDN dan PMA. Status dari penanaman modal tersebut, dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di Indonesia dapat melakukan peralihan status, baik dari PMDN

menjadi PMA maupun sebaliknya. Berikut beberapa ketentuan yang mengakibatkan

peralihan status perusahann penanaman modal, dan tata cara peralihannya:

1. Perusahaan PMDN beralih menjadi Perusahaan PMA

Pengalihan bagi Perusahaan PMDN menjadi Perusahaan PMA terjadi apabila

perusahaan PMDN melakukan perubahan penyertaan dalam modal perseroan yang berakibat

masuknya modal asing, yang menyebabkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal

asing. Di dalam Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009, didalam Pasal 1, ayat 2

menyatakan:

”Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.”150

Maka dalam ketentuan tersebut mengharuskan Perusahaan PMDN tersebut beralih status

menjadi Perusahaan PMA karena telah melakukan perubahan penyertaan dalam modal

perseroan yang berakibat masuknya modal asing.

Perusahaan PMDN yang menjual sahamnya kepada pemilik modal asing, harus

memperhatikan ketentuan bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan di dalam

penanaman modal. Karena menurut pasal 12, ayat 1 UU Penanaman Modal menyatakan

bahwa pada umumnya semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali

bidang usaha atau jenis usaha yang memang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan

persyaratan.151 Persyaratan inilah yang diatur lebih lanjut dalam DNI.

Undang-Undang Penanaman Modal mengatur secara singkat mengenai Daftar Negatif

Investasi sebagai berikut:152

150
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 1, ayat 2
151
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 12, ayat 1
152
Ibid., Pasal 12, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
a. Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang;

b. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-

undang.

Oleh karena itu, jika bidang usaha perusahaan induk dan/atau anak perusahaan

PMDN yang ingin memasukan kepemilikan modal asing termasuk dalam Daftar Negatif

Investasi, maka kepemilikan modal perusahaan PMDN tersebut tidak dapat dijual ataupun

dialihkan ke pemodal asing.

2. Tata Cara Peralihan Status Perusahaan PMDN Mejadi Perusahaan PMA

a. Dalam hal peralihan ini, Apabila dalam pengalihan perusahaan tersebut tidak atau

belum memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha, Pasal 23, ayat 1 Peraturan Kepala

BKPM No.12 tahun 2009 mewajibkan dilakukannya Pendaftaran penanaman modal

perusahaan sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM.153

b. Jika Perusahaan PMDN telah memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha, Pasal 23, ayat 2

Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 mewajibkan perusahaan yang melakukan

perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing yang

mengakibatkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal asing, wajib

mengajukan permohonan Izin Prinsip atau Izin Usaha atas penanaman modalnya

sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM. 154 Modal asing

didefinisikan sebagai modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga

negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum

Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.155

c. Jika saat sebagai PMDN telah memiliki izin prinsip atau izin usaha pada bidang

usaha yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi atau pemerintah

kabupaten/kota. Selanjutnya ketika berubah menjadi PMA harus mengajukan

permohonan izin prinsip atau izin usaha ke PTSP BKPM (Pemerintah Pusat).
153
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 23, ayat 1
154
Ibid., Pasal 23, ayat 2
155
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 8
Universitas Sumatera Utara
Permohonan disertai surat pengantar dari PTSP provinsi atau PTSP kabupaten/kota

yang berisi rencana masuknya modal asing. Jika permohonan tersebut tidak kunjung

ditanggapi dalam jangka waktu sepuluh hari kerja, investor cukup melampirkan tanda

terima pengajuan permohonan surat tersebut. 156

3. Perusahaan PMA beralih menjadi Perusahaan PMDN

Pengalihan Perusahaan PMA menjadi Perusahaan PMDN terjadi apabila perusahaan

penanaman modal asing melakukan perubahan penyertaan dalam modal perseroan yang

mengakibat keluarnya seluruh modal asing yang menyebabkan seluruh modal perseroan

menjadi modal dalam negeri.157

Sedangkan PMA sebagai mana pada ketentuan Pasal 1, ayat 3 Undang-Undang

Penanaman Modal, haruslah memenuhi beberapa unsur yang antara lain:158

a. Merupakan kegiatan menanam modal;

b. Melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia;

c. Dilakukan oleh penanam modal asing; dan

d. Menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan

penanam modal dalam negeri.

maka dengan hilangnya kepemilikan asing di dalamnya, unsur asing sudah tidak ada

di dalam suatu PT PMA maka status dari PT PMA tersebut berubah menjadi PT PMDN

dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau

PTSP PDKPM sesuai kewenangannya.159

156
Renintha Karina (2), “Peralihan Kepemilikan Saham Asing”,
http://hukumpenanamanmodal.com/kepemilikan-saham-asing/pengalihan-kepemilikan-saham-asing/ (diakses
pada tanggal 17 Februari 2019)
157
Ibid.
158
Lihat Indonesia (Penanaman Modal), op.cit., Pasal 1, ayat 3
159
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 24
Universitas Sumatera Utara
4. Tata Cara Peralihan Status Perusahaan PMA Mejadi PMDN

a. Dalam hal perusahaan telah memiliki pendaftaran saat akan melakukan pengalihan

kepemilikan saham asing, Pasal 24, ayat 1 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009

mewajibkan dilakukannya pendaftaran penanaman modal perusahaan sebagai akibat

dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM

sesuai kewenangannya.160

b. Apabila perusahaan sudah memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha, maka sesuai Pasal

24, ayat 2 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009, perusahaan tersebut diwajibkan

untuk mengajukan permohonan Izin Prinsip atau Izin Usaha penanaman modalnya

sebagai akibat dari perubahan yang terjadi ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau

PTSP PDKPM sesuai kewenangannya. 161

Perusahaan PMA dengan bidang usaha yang merupakan kewenangan pemerintah

provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota wajib melampirkan Surat Pengantar dari PTSP

BKPM tentang rencana keluarnya seluruh modal asing sebelum melakukan Pendaftaran atau

mengajukan Izin Prinsip atau Izin Usaha.162

Akibat hukum bagi perusahaan PMDN yang terdapat modal asing di dalamnya namun

tidak melakukan peralihan menjadi PMA, begitu juga sebaliknya perusahaan PMA yang

sudah tidak memiliki modal asing di dalamnya namum belum beralih menjadi PMDN, dapat

di kenakan sanksi oleh BKPM karena dianggap telah melakukan penyimpangan terhadap

perizinan dan nonperizinan penanaman modal.163 Sanksi yang dapat diberikan adalah sanksi

administratif yang berupa:164

1. Peringatan tertulis atau peringatan secara daring;

2. Pembatasan kegiatan usaha;

160
Ibid., Pasal 24, ayat 1
161
Ibid., Pasal 24, ayat 2
162
Ibid., Pasal 24, ayat 3
163
Susan Saraswati, op.cit.
164
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembekuan kegiatan usaha dan fasilitas Penanaman Modal; atau

4. Pembatalan atau pencabutan perizinan Penanaman Modal dan kegiatan usaha atau

fasilitas Penanaman Modal.

Pada tahap yang lebih tinggi, tidak menutup kemungkinan dapat diberi sanksi dalam bentuk

pencabutan izin usaha penanaman modal.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di bab ini, maka dapat disimpulkan

bahwa proses hukum untuk memperoleh status penanaman modal dan peralihannya di

Indonesia saat ini sudah melalui banyak hal, mulai dari pembaharuan Undang-Undang

Penanaman Modal yang menjadi kepastian hukum penanaman modal di Indonesia,

peningkatan fasilitas pelayanan dengan menghadirkan BKPM dan menerapkan PTSP yang

tentu saja bertujuan untuk mempermudahkan dan meringankan para penanam modal.

Proses untuk memperoleh status penanaman modal di Indonesia berbeda antara

PMDN dan PMA di mana PMDN bentuk badan usahanya tidak harus berbadan hukum

sedangkan pada PMA harus berbentuk badan hukum yaitu PT,

Lalu perusahaan penanaman modal mengajuan Izin Sementara untuk pendirian PT PMA

melalui BPKM dengan terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang

Daftar Negatif Investasi untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka

untuk investasi asing, dan jika terbuka, berapa besar komposisi penanaman modal asing yang

diperbolehkan. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka harus mengajukan aplikasi kepada

BKPM Pusat, tetapi untuk pendirian perusahaan PMDN, dapat mengajukan aplikasi kepada

BKPMD yang memiliki kewenangan berdasarkan bidang usaha dan Lokasi Perusahaan

PMDN tersebut. Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari BKPM dikeluarkan,

selanjutnya mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal dari BKPM, yaitu izin

untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas

fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiscal. Setelah izin

Universitas Sumatera Utara


prinsip keluar dan perusahaan telah siap melakukan kegiatan/berproduksi komersial, maka

perusahaan tersebut wajib memperoleh izin usaha dari BKPM untuk dapat melakukan

kegiatan/berproduksi komersial.

Peralihan status perusahaan penanaman modal di Indonesia terbagi menajadi dua

yaitu:

1. PMDN menjadi PMA

Disebabkan karena masuknya modal asing sepenuhnya atau sebagian dalam

perusahaan yang mengharuskanya beralih status dari PMDN menjadi PMA.

2. PMA menajadi PMDN

Disebabkan karena terjadinya pengalihan pada saham, yang mengakibatkan

keluarnya seluruh modal asing dari perusahaan.

Dan perlihan-peralihan tersebut mengharuskan perusahaan mengajukan ulang izin prinsip

atau izin usahanya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

ASPEK HUKUM TERHADAP PERALIHAN STATUS PMDN MENJADI PMA PADA

PT TEGUHKARSA WANALESTARI

A. Identitas Perusahaan PT Teguhkarsa Wanalestari

PT Teguhkarsa Wanalestari merupakan salah satu grup perusahaan swasta

perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dengan wilayah operasional di seluruh Pulau

Sumatera, yang beralamat di Jalan Pemuda Nomor 102 C, RT 01/RW 09, Kelurahan Tampan,

Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. PT Teguhkarsa Wanalestari telah

berdiri sejak tahun 1988 yang bergerak dibidang perkebunan khususnya menjalankan usaha

dalam bidang perkebunan kelapa sawit, industri pengolahan kelapa sawit (CPO), industri

pengolahan inti sawit dan minyak inti sawit (PKO) dan mendagangkan hasil produksinya,

termaksud import dan ekspor.165

Bentuk badan usaha PT Teguhkarsa Wanalestari adalah berbentuk PT, dimana

pengertian PT sebagaimana yang telah di tentukan di dalam UU PT adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.166

PT Teguhkarsa Wanalestari berstatus sebagai anak perusahaan yang memiliki sumber

modal dari induk perusahaannya. Sumber saham PT Teguhkarsa Wanalestari bersumber dari

dua pihak, yaitu PT Sumatera Rumpun Sejahtera dan PT Permata Agroindo Jaya, dengan

jumlah total saham sebesar Rp. 85.000.000.000,00 (delapan puluh lima miliar Rupiah).167

Berdasarkan izin prinsip Penanaman Modal Asing dengan Nomor 2844/1/IP/PMA/2016 oleh

165
Notaris Linda Herawati (Akta No. 39 Tahun 2017), Akta Peryataan Keputusan Para Pemegang
Saham PT Teguhkarsa Wanalestari Nomor 39, Tanggal 19 September 2017
166
Lihat Indonesia (Peseroan Terbatas), op.cit., Pasal 1, ayat 1
167
Notaris Linda Herawati (Akta No. 76 Tahun 2016), Akta Pernyataan Pemegang Saham PT
Teguhkarsa Wanalestari Nomor 76 Tanggal 22 Juni 2016
Universitas Sumatera Utara
BKPM, tertera pada bagian “Pernyataan Dalam Modal Perseroan” yaitu dana bersumber

dari:168

1. PT Sumatera Rumpun Sejahtera dengan memegang 95% saham atau dengan nilai

nominal saham Rp. 80.750.000.000,00 (delapan puluh miliar tujuh ratus lima

puluh juta Rupiah).

2. PT Permata Agroindo Jaya dengan memegang 5% saham atau dengan nilai

nominal saham Rp 4.250.000.000,00 (empat miliar dua ratus lima puluh juta

Rupiah).

B. Tata Cara Peralihan Status PMDN Menjadi PMA yang Dilakukan PT Teguhkarya

Wanalestari

Terjadinya peralihan status perusahaan PMDN menjadi perusahaan PMA diakibatkan

karena perubahan dalam modal perseroan yang disebabkan masuknya modal asing seratus

persen (100%) atau hanya sebagian saja ke dalam suatu perusahaan PMDN yang pada

awalnya kepemilikan modal perusahaan tersebut sepenuhnya dimiliki oleh penanam modal

dalam negeri. Maka perusahaan tersebut wajib mengajukan izin prinsip atau izin usaha PMA

karena status perusahaan berubah dari PMDN menjadi PMA.169 Maka sekecil apapun modal

asing masuk kedalam perusahaan PMDN akan mengubah status penanaman modal dari

PMDN menjadi PMA.

Pada PT Teguhkarsa Wanalestari peralihan status dari PMDN menjadi PMA

didasarkan karena didahului peralihan status dari PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh

PT Sumatera Rumpun Sejahtera selaku induk perusahaannya, walaupun ketentuan yang

tertulis dalam Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara

Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal, yang memuat kewajiban anak perusahaan

168
BKPM (Izin Prinsip No.2844/1/IP/PMA/2016), Badan Koordinasi Penanaman Modal, Izin Prinsip
Penanaman Modal Asing Nomor 2844/1/IP/PMA/2016, PT Teguhkarsa Wanalestari
169
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 1, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
untuk memperoleh izin Prinsip PMA ketika induk perusahaan beralih status dari PMDN

menjadi PMA tersebut telah diubahan melalui Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2013

tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5

Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman

Modal.170 Ketentuan yang dirubah diantaranya adalah dengan menghapus beberapa

ketentuan, yaitu penghapusan pada:

1. Pasal 28, ayat 8 Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 yang berbunyi:171

“Bagi perusahaan penanam modal dalam negeri yang menjual sebagian atau seluruh
sahamnya kepada perorangan/badan usaha asing/perusahaan PMA untuk
mendapatkan Izin Prinsip.”

Untuk mendapatkan Izin Prinsip, perusahaan PMA sebagaimana dimaksud pada ayat

1 harus melengkapi permohonannya dengan melampirkan daftar nama

perusahaan/anak perusahaan yang sebagian sahamnya selama ini telah dimiliki oleh

perusahaan PMDN tersebut.

2. Pasal 28, ayat 9 Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 yang berbunyi:172

”Atas diterbitkannya Izin Prinsip sebagaimana perusahaan PMA kepada perusahaan


pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat 8, harus ditindak lanjuti oleh anak
perusahaan dengan mengajukan izin Prinsip sebagai perusahaan PMA.”
maka perubahan status suatu induk perusahaan yang berubah status menjadi PMA tidak lagi

diwajibkan dengan diikuti perubahan status pula oleh perusahaan anak dari perusahaan

induknya.

Namun untuk tidak terjadi pelanggaran atas ketentuan DNI sebagaimana diatur dalam

Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan

Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dimana induk

170
Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2013), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal, No. 12 Tahun 2013, Berita Negara
No. 1138 Tahun 2013
171
Indonesia (BKPM No. 5 Tahun 2013), Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal, BKPM No. 5 Tahun 2013,
Berita Negara No. 584 Tahun 2013, Pasal 28, ayat 8
172
Ibid., Pasal 28, ayat 9
Universitas Sumatera Utara
perusahaan berstatus PMA yang memiliki saham pada anak perusahaannya yang telah

dimiliki sebelum ia berstatus PMA akan beralih status juga menjadi PMA karena akan

terdapat juga modal asing dalam anak perusahaannya tersebut. Hal ini mencegah agar induk

perusahaan yang berstatus PMA tidak membentuk anak perusahaan yang tidak berstatus

PMA untuk melakukan kegiatan usaha yang dilarang untuk PMA. 173 Pada PT Teguhkarsa

Wanalestari yang beoprasi dibidang usaha kelapa sawit, dalam DIN Lampiran III No. 37

menyatakan terbuka dengan persyaratan sebagai berikut:174

1. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

2. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

Maka PT Teguhkarsa Wanalestari harus memenuhi persyaratan tersebut.

Tata cara peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh PT Teguhkarsa

Wanalestari sama seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa pada Pasal 23, ayat

2 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 mewajibkan perusahaan yang melakukan

perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing yang

mengakibatkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal asing. 175 Maka PT

Teguhkarsa Wanalestari mengajukan permohonan Izin Prinsip PMA sebagai akibat dari

perubahan sumber saham yang terjadi.

Berikut tata cara peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh PT

Teguhkarsa WanaLestari:

a. PT Teguhkarsa Wanalestari yang masih PMDN berdasarkan:

173
Bimo Prasetio dan Dwinanda Febriany, “Status Anak Perusahaan dari PT yang Beralih Jadi PMA”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f225c2e65c42/status-anak-perusahaan-dari-pt-yang-beralih-jadi-
pma (diakses pada tanggal 17 Februari 2019)
174
Lihat Indonesia (Perpres No. 44 Tahun 2016), op.cit., Lampiran III
175
Lihat Indonesia (BKPM No. 12 Tahun 2009), op.cit., Pasal 23, ayat 2
Universitas Sumatera Utara
1. Izin Prinsip PMDN yang dibuat oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perzinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Siak No. 21/IP/X/PMDN/2014. 176

2. Akta Pemegang Saham yang dibuat oleh Notaris Linda Herawati, S.H. No. 76

Tanggal 22 Juni 2016, menyatakan Saham PT Teguhkarsa Wanalestari dipegang

oleh:177

1) PT Sumatera Rumpun Sejahterah, berkedudukan Di Medan (PMDN)

2) PT Permata Agroindo Jaya, berkedudukan di Balikpapan (PMDN)

b. PT Teguhkarsa Wanalestari melakukan peralihan status dari PMDN menjadi PMA,

dengan mengajukan Izin Prinsip PMA dengan melampirkan Izin prinsip yang lama dan

surat rekomendasi.178

c. PT Teguhkarsa Wanalestari telah beralih status menjadi PMA berdasarkan:

1. Izin Prinsip Penanaman Modal Asing yang dibuat oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) No.2844/1/IP/PMA/2016. Yang menerangkan prihal Penyertaan

Dalam Modal Perseroan:179

1) PT Sumatera Rumpun Sejahterah, Negara asal Hong Kong, RRT (PMA).

2) PT Permata Agroindo Jaya, Negara asal Indonesia (PMDN).

2. Akta Peryataan Keputusan Para Pemegang Saham PT Teguhkarsa Wanalestari dibuat

oleh Notaris Linda Herawati, S.H. No. 39 Tanggal 19 September 2017, menyatakan

mengubah PT Teguhkarsa Wanalestari menjadi Penanaman Modal Asing (PMA). 180

176
BPMP2T Kabupaten Siak (Izin Prinsip No.21/IP/X/PMDN/2014), Pemerintah Kabupaten Siak
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perzinan Terpadu, Izin Prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri
No.21/IP/X/PMDN/2014, PT Teguhkarsa Wanalestari
177
Lihat Notaris Linda Herawati (Akta No. 76 Tahun 2016), op.cit.
178
Kementrian Pertanian (Rekomendasi Teknis No. 28/PI3400/E/08/2016), Kementrian Pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan, Rekomendasi Teknis Nomor 28/PI3400/E/08/2016
179
Lihat BKPM (Izin Prinsip No.2844/1/IP/PMA/2016), op.cit.
180
Lihat Notaris Linda Herawati (Akta No. 39 Tahun 2017), op.cit.
Universitas Sumatera Utara
C. Bagan Skema Peralihan Status PT Teguhkarsa Wanalestari

Saham awal PT Teguhkarsa Wanalestari yang masih berstatus PMDN

PT Sumatera
Rumpun Sejahterah
PMDN
95% saham
PT Teguhkarsa
Wanalestari
PMDN
PT Permata
Agroindo Jaya
PMDN
5% Saham

Universitas Sumatera Utara


Proses Peralihan Status PT Teguhkarsa Wanalestari

Status PMDN
1. Izin Prinsip PMDN
2. Akta No. 76 Tanggal 22 Juni 2016

Mengajukan permohonan Izin Prinsip PMA


dengan melampirkan:
1. Izin Prinsip PMDN
2. Surat Rekomendasi

Status PMA
1. Izin Prinsip PMA
2. Akta No. 39 Tanggal 19 September 2017

Saham PT Teguhkarsa Wanalestari setelah menjadi PMA

PT Sumatera
Rumpun Sejahterah
PMA
95% saham
PT Teguhkarsa
Wanalestari
PMA
PT Permata
Agroindo Jaya
PMDN
5% Saham

D. Akibat Hukum Dari Peralihan Status PMDN Menjadi PMA yang Dilakukan PT

Teguhkarsa Wanalestari

Universitas Sumatera Utara


Pengalihan status PT Teguhkarsa Wanalestari dari PMDN menjadi PMA

mengharuskannya untuk melalui proses-proses sebagaimana yang sudah dipaparkan pada

sub-bab sebelumnya. Proses tersebut tentunya memerlukan waktu yang tidak singkat.

Pada dasarnya terjadinya peralihan status PMDN menjadi PMA seperti yang telah

dijelaskan di bab sebelumnya, disebabkan karena adanya perubahan dalam modal perseroan

yang berakibat masuknya modal asing seratus persen (100%) atau hanya sebagian saja ke

dalam suatu perusahaan PMDN yang pada awalnya kepemilikan modal perusahaan tersebut

sepenuhnya dimiliki oleh PMDN. Namun masuknya modal asing pada PT Teguhkarsa

Wanalestari tidaklah secara langsung, melaikan masuk melalui induk perusahaannya yang

juga selaku pemegang saham mayoritas (95%) yang melakukan peralihan status menjadi

PMA.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa sejak diberlakukannya Peraturan BKPM

Nomor 12 Tahun 2013 yang menggantikan Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013, maka

tidak ada lagi kewajiban bagi anak perusahaan untuk merubah status perusahaaannya menjadi

perusahaan PMA apabila induk perusahaannya berubah status menjadi PMA. Namun

masuknya modal asing kedalam induk perusahaan PT Teguhkarsa Wanalestari berakibat

hukum dengan mewajibkan tidak hanya induk perusahaan namun juga PT Teguhkarsa

Wanalestari selaku anak perusahaanya untuk melakukan peralihan status dari PMDN menjadi

PMA, karena secara tidak langsung PT Teguhkarsa Wanalestari juga menerima aliran modal

asing yang masuk. Hal ini juga agar dikemudian hari tidak terjadi kontradiksi ataupun

pertentangan atas Daftar Negatif Investasi sebagaimana termuat dalam Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang

Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, dimana induk perusahaan yang

berstatus PMA tidak membentuk anak perusahaan yang tidak berstatus PMA untuk

melakukan kegiatan usaha yang dilarang untuk PMA.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab ini, maka dapat disimpulkan

bahwa peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan oleh PT Teguhkarsa

Wanalestari merupakan keharusan. Keadaan peralihan status PMDN menjadi PMA yang

dilakukan oleh PT Sumatera Rumpun Sejahtera selaku induk perusahaan yang juga menjadi

pemegang saham mayoritaslah yang mengharuskan PT Teguhkarsa Wanalestari untuk ikut

juga beralih status dari PMDN menjadi PMA, walaupun kewajiban anak perusahaan untuk

ikut beralih status menjadi PMA ketika induk perusahaan beralih status dari PMDN menjadi

PMA yang diatur dalam Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 telah diubah melalui

Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2013. Namun, jika mencermati definisi PMA yang

terdapat dalam Pasal 1, ayat 2 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009, maka PT Teguhkarsa

Wanalestari juga menerima modal asing yang masuk walaupun tidak secara langsung.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan mengenai Kajian Hukum Peralihan Status PMDN

Menjadi PMA Pada PT Teguhkarsa Wanalestari, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. pengaturan penanaman modal di Indonesia pada saat ini diatur dengan berbagai macam

peraturan perundang-undangan tentang penanaman modal. Berbagai macam peraturan

perundang-undangan mengatur tentang penanaman modal itu sendiri, seperti Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Terpadu Satu Pintu, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang

Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata

Cara Permohonan Penanaman Modal, Peraturan BKPM Nomor 17 Tahun 2017 tentang

Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Peraturan

Perundang-Undangan lain yang berhubungan dengan Penanaman Modal.

2. proses hukum untuk memperoleh status penanaman modal dan peralihannya di Indonesia

saat ini sudah melalui banyak hal, mulai dari pembaharuan Undang-Undang Penanaman

Modal yang menjadi kepastian hukum penanaman modal di Indonesia, peningkatan

fasilitas pelayanan dengan menghadirkan BKPM dan menerapkan PTSP yang tentu saja

bertujuan untuk mempermudahkan dan meringankan para penanam modal.

Proses untuk memperoleh status penanaman modal di Indonesia berbeda antara

PMDN dan PMA di mana PMDN bentuk badan usahanya tidak harus berbadan hukum

Universitas Sumatera Utara


sedangkan pada PMA harus berbentuk badan hukum yaitu PT. Perusahaan penanaman

modal mengajuan Izin Sementara untuk pendirian PT PMA melalui BPKM dengan

terlebih dahulu memperhatikan Perpres No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif

Investasi untuk mengetahui apakah bidang usaha PT PMA tersebut terbuka untuk

investasi asing, dan jika terbuka, berapa besar komposisi penanaman modal asing yang

diperbolehkan. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka harus mengajukan aplikasi

kepada BKPM Pusat, tetapi untuk pendirian perusahaan PMDN, dapat mengajukan

aplikasi kepada BKPMD yang memiliki kewenangan berdasarkan bidang usaha dan

Lokasi Perusahaan PMDN tersebut. Setelah izin pendaftaran penanaman modal dari

BKPM dikeluarkan, selanjutnya mengajukan permohonan izin prinsip penanaman modal

dari BKPM, yaitu izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang

dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya

memerlukan fasilitas fiscal. Setelah izin prinsip keluar dan perusahaan telah siap

melakukan kegiatan/berproduksi komersial, maka perusahaan tersebut wajib memperoleh

izin usaha dari BKPM untuk dapat melakukan kegiatan/berproduksi komersial.

Peralihan status perusahaan penanaman modal di Indonesia terbagi menajadi dua

yaitu:

1) PMDN menjadi PMA

Disebabkan karena masuknya modal asing sepenuhnya atau sebagian dalam

perusahaan yang mengharuskanya beralih status dari PMDN menjadi PMA.

2) PMA menajadi PMDN

Disebabkan karena terjadinya pengalihan pada saham, yang mengakibatkan

keluarnya seluruh modal asing dari perusahaan.

Dan perlihan-peralihan tersebut mengharuskan perusahaan mengajukan ulang izin prinsip

atau izin usahanya.

Universitas Sumatera Utara


3. Peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan PT Teguhkarsa Wanalestari

merupakan keharusan. Keadaan peralihan status PMDN menjadi PMA yang dilakukan PT

Sumatera Rumpun Sejahtera selaku induk Perusahaan yang juga menjadi pemgang saham

mayoritaslah yang menharuskan PT Teguhkarsa Wanalestari untuk ikut juga melakukan

peralihan status PMDN menjadi PMA, yang walaupun kewajiban anak perusahaan untuk

ikut beralih status menjadi PMA ketika induk perusahaan beralih status dari PMDN

menjadi PMA yang diatur dalam Peraturan BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang

Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal telah diubahan

melalui Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan

Tata Cara Perizinan dan NonPerizinan Penanaman Modal, namun jika mencermati

definisi PMA yang terdapat dalam pasal 1 ayat 2 Peraturan BKPM Nomor 12 Tahun

2009, maka PT Teguhkarsa Wanalestari juga menerima modal asing yang masuk secara

tidak langsung.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan dari pembahasan Kajian Hukum Peralihan Status

PMDN Menjadi PMA Pada PT Teguhkarsa Wanalestari diatas, maka saran yang dapat diberi

adalah sebagai berikut:

1. Para pembuat peraturan perundang-undangan diharapkan dapat lebih bijak dan penuh

pertimbangan dalam membuat suatu peraturan dengan melihat kondisi kenyatan yang ada

khususnya terkait dalam hal investasi, sehinga tidak terjadi suatu timpang tindih persepsi

khususnya terhadap kewajiban penyesuaian anak perusahaan yang merupakan perusahaan

biasa atau PMDN menjadi PMA ketika Induk Perusahaannya menjadi PMA, karena

peraturan tentang penanaman modal haruslah terus mengalami pembaharuan dan

penyesuaian dengan perkembangan zaman sehingga dapat terus menciptakan kepastian

hukum terhadap penanam modal di Indonesia.


Universitas Sumatera Utara
2. Diharapkan peraturan perundang-undangan yang menyangkut tentang proses perolehan

status perusahaan penanaman modal dan peralihannya dapat terus diperbaharui dan

dikembangkan agar dapat memberikan berbagai fasilitas, kemudahan, keringanan, dan

tentu saja kepastian hukum, untuk meningkatkan kepercayaan para investor dalam

melakukan penanaman modal di Indonesia.

3. Kepada setiap perusahaan dalam melakukan peralihan status dari PMDN menjadi PMA

agar melakukan permohonan izin-izin setiap anak perusahaannya untuk ikut beralih

menjadi PMA khususnya yang menerima modal dari perusahaan induk yang berstatus

PMA, yang disesuaikan dengan ketentuan perizinan di bidang Penanaman Modal

sebagaimana diatur dalam SK 5/2013 sebagaimana telah dirubah dengan SK12/2013.H

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2007.

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratma, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta: Sinar

Grafika, 2010.

Yanto Bashri, Mau Ke Mana Pembangunan Ekonomi Indonesia, Prisma Pemikiran Prof. Dr.

Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Jakrta: Predna Media, 2003.

Hasan Shadily, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Jakarta, 2005.

Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Ida Bagus Rachmadi Supancana, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di

Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006.

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi

EraGlobalisasi, Malang: Bayumedia, Publishing, 2003.

Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2008.

Kurniawan, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Genta Publishing, 2014.

Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis,

Volume 26 Tahun 2007.

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.

Universitas Sumatera Utara


Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2003.

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Djambatan,

1982.

Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Surabaya: Ghalia Indonesia, 2008.

John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Kamus Istilah Keuangan & Investasi, terj.

Soesanto Budhidarmo, Jakarta: Penerbit Elex Media Komputendo, 1994.

A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi keuangan Perdagangan, Jakarta: Penerbit Radnya

Paramita, 1991.

Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Bandung: Penerbit Alumni, 1982.

A.F.Elly Erawaty dan J.S.Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Indonesia Inggris, Jakarta:

Penerbit ELIPS, 1996.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1995.

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia, Jakarta: Kencana,

2013.

Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, Jakarta: Ind-Hill Co, 2003.

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004.

Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: UI Press, 2005.

Andrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta: Sinar Grafika,

2010.

Universitas Sumatera Utara


2. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Bidang

Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Republik Melalui Kegiatan

Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2017 tentang

Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 17 Tahun 2015 tentang

Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman

dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan Dalam Rangka

Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1/P/2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor

57/SK/2004 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang

Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal

Asing

Universitas Sumatera Utara


Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang

Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang

Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5

Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman

Modal

3. Internet

BKPM, “Tugas dan Fungsi”, https://www2.bkpm.go.id/id/tentang-bkpm/tugas-pokok-dan-

fungsi-bkpm

Bung Pokrol, “Perbedaan Perusahaan Terbuka dan Tertutup”,

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl66/perbedaan-perusahaan-terbuka-dan-

tertutup/

BKPM, “Profil”, https://www.bkpm.go.id/id/tentang-bkpm/profil-lembaga

Febby Hidayanti, “Hukum Penanaman Modal Asing”,

https://www.notarisdanppat.com/hukum-penanaman-modal-asing/

Bimo Prasetio dan Nadifa Assegaf, “Alasan Penanaman Modal Asing Harus Dalam Bentuk

PT” https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50759704ac972/mengapa-

penanaman-modal-asing-harus-dalam-bentuk-pt/

Hukum Online, “Joint venture”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl784/syarat-

dua-perusahaan-dalam-negeri-membuat-joint-venture/

Universitas Sumatera Utara


Susan Saraswati, “Penanaman Modal”, http://hukumpenanamanmodal.com/perizinan-

bkpm/penanaman-modal-pedoman-dan-tata-cara-pengendalian-pelaksanaan-

penanaman-modal/

Renintha Karina (1), “Mekanisme Perizinan Penanaman Modal”,

http://hukumpenanamanmodal.com/izin-penanaman-modal/mekanisme-perizinan-

penanaman-modal/

Shanti Rachmadsyah, “Pendirian PT PMA”,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c106ba70922c/pendirian-pt-pma

Sovia Hasanah, “Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum”,

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5aebc758a2210/arti-peristiwa-hukum-

dan-hubungan-hukum/

Renintha Karina (2), “Peralihan Kepemilikan Saham Asing”,

http://hukumpenanamanmodal.com/kepemilikan-saham-asing/pengalihan-

kepemilikan-saham-asing/

Bimo Prasetio dan Dwinanda Febriany, “Status Anak Perusahaan dari PT yang Beralih Jadi

PMA”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f225c2e65c42/status-anak-

perusahaan-dari-pt-yang-beralih-jadi-pma

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I

Notaris Linda Herawati: Akta Pernyataan Pemegang Saham PT Teguhkarsa

Wanalestari Nomor 76 Tanggal 22 Juni 2016.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
92

LAMPIRAN II

Notaris Linda Herawati: Akta Peryataan Keputusan Para Pemegang Saham PT

Teguhkarsa Wanalestari Nomor 39, Tanggal 19 September 2017.

Universitas Sumatera Utara


v^i-/;.? vV;•■ ’'^'i* -r':^,:;-V:•'*V£U'.''*1-:'i;l...■■■

$&[<$ S '^STTTTl'KTirA'-f'nil ■
aSit"'1t>iV.if \rVrnVlrXi k htV iriI:'Vv »’*”iT ^ irT w 'ii'ii> i ';'ii'ii4 w iiil7 v f'

■s -'■‘ ■wi v'.-<,•.••; >■>..•
■’;?' . / V/'c. -,;V 'ij.V -> ;>■„-; v " --■- i ■“'-
'•-'•••■■'■s:-;.■-;*-i..{-A,,WX;<
v *• .-.K' ih > j. *■•.i : ".r . -'J t , ' .'• V.? ' \ \'s-: /y -: * > . < * • ■■'<>'■'.{:'-"t ' +*.■■’■±-■y ' t
1
;■; !■,■■*2','.; * ■
,'l'. \ & - .’- i ' ;-/■ ;■.-\/V : ? V a ” v - > ' v ^ - . - ^ v j.a . ,
• *> V -^y* . J/ i * iraT".- i ''r' - 'i' - \ : •' * t . i : 1 !
&V*V>:
; e ^
teas
>:v'i vdr’','>7*
y;
'■/->/■yx'cx1.'r-
/
''^-■r^ls
':-■
;’
.y.v*‘<vy*i*
-,y
"
-
r*1j»Sl!?vt\
r y ^/y-r *l

S \ ^ -y' S-^Ojy *'-'U

fcv T. ,t-;v-'"•v-i';':^v.:-;
■%&rs ':’f^"'

£,* ;A -i'
•■/.••'••••..y/v/,rv ^-rl' :^:V^ ^ .'::■f'v- ^
>;r'.^;=j'-tv-.>>V"" ^ ^'’:'^ ’' ^

fe'/d -
:'r'
S i l l ® 8f f ll l l p il f i ! li y
:*V^V’; . ^ ' ; ; ? ; v ^ > ^ : V r ?

^:.!,
i'.v.:;.-.,.’
, '..-v.-.-.. ^ .r-:.v^;'v-'v' •"•;y-v-';',•.;*•v•/;£..-•.vv-~1". ;^/.v -v ■;*.;/'v?;,
:?>•••.*•!:'-'
lj;^i,';\. ';:i; .'iy y :-;x

.:'■'■■:■ -':-=■'=; y? '-'r ill.':' '••'" J : ; i'■:■■?■':'1 i'/ X ■.'■’• :■V' i'r';/: V / / m ■1 :.'
fey ':■'■/:::XX;//'/;.v';;-^i7ft^^j;,i'f-^*s.-'-'l'll ■i.’-'V.-■:\'iz£&i
^J^'H "■£
;
.'>-'Kjoirior
™,\f’»P■A#.!■
.,jj'_-j-^^■•- »*.•»V- :;■
m'*ff,^■ CV
«■■•
•'
■"Ph
•*
-v
'
p•■
«•m
::
H>-
■ ■/■
•:••■■_■!■*f'.
•■ •
-
.:
■,'
■i■
^.
'-i:'^}
^V ’P'*-■/
'\ y-^•v,-•; v /^•;;.-y.y::^ f';-':*--y/Vxy'
y .: y'*; x/'y,’.y^ y^y i ///^yi/ry; ; ; ;:/. y> ■y f; '-/ x y ^ y ‘v y^.' y/■^; v- ■''-^' /y-v j-i’Sy/
'1
ftSfe
fcVvL ^i-iT^hVihaii
^--'-^ iX
'^'J-'’-*'-*-■■*.■.**■liMiiiumi■'m*>«■■«'■■■■■■■'■'i.i■'.j''.•
.**/'-;.*'
- ; y ;f : . y y y y i ' ^ -/-.-:/ y v /'/-.-''y ^ y-x/i/- .-/y '.’ •/. /'*■'; i1, 'i?« ■

t e syy^yyyii ., ^ . r ..

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN KEPUTUSAN PARA PEMEGANG SAHAM

"PT TEGUHKARSA WANALESTARI"

Nomor: 39.-

— Pada hari ini, hari Selasa, tanggal 19 (sembilan ---

belas) September tahun 2017 (dua ribu tujuh belas), ---

pukul 16.15 W.I.B (enam belas lewat lima belas menit --

Waktu Indonesia bagian B a r a t ) . --------------------------

— Berada dihadapan saya, LINDA HERAWATI, Sarjana -----

Hukum, notaris, berkedudukan di Kota Jakarta Pusat, ---

dengan wilayah jabatan seluruh wilayah Daerah Khusus --

Ibukota Jakarta, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang

saya, notaris kenal dan yang akan disebut nama-namanya

pada akhir akta in i . -------------------------------------

— Nyonya STEVENI, lahir di Binjai pada tanggal 29 ----

(dua puluh sembilan) Januari 1986 (seribu sembilan ----

ratus delapan puluh enam), Warga Negara Indonesia, ----

swasta, bertempat tinggal di Jakarta, Taman Palem -----

Lestari Blok D.3/5, Rukun Tetangga 009, Rukun W a r g a ---

015, Kelurahan Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng, -

Jakarta Barat, pemegang Nomor Induk Kependudukan -------

1207236901860001; ----------------------------------------

-menurut keterangannya dalam hal ini bertindak -----

berdasarkan.kuasa yang diberikan kepadanya oleh ----

"PT TEGUHKARSA WANALESTARI", berkedudukan di -------

Pekanbaru, Kota Pekanbaru, yang anggaran dasarnya --

telah beberapa kali diubah dan perubahan terakhir --

nya telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum —

Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan ----

surat keputusannya tertanggal 31 (tiga puluh satu) -

Maret 2016 (dua ribu enam belas) nomor --------------


1

Universitas Sumatera Utara


AHU-0006161.AH.01.02.TAHUN 2016, selanjutnya -------

perseroan terbatas "PT TEGUHKARSA WANALESTARI" -----

tersebut dalam akta ini cukup disebut "Perseroan". -

— Penghadap dikenal oleh saya, notaris. ---------------

— Penghadap mana senantiasa bertindak seperti tersebut

menerangkan terlebih dahulu : ---------------------------

— bahwa para pemegang saham Perseroan telah ----------

menyetujui/mengambil beberapa keputusan, antara lain —

mengenai penegasan perubahan status Perseroan dari ----

perusahaan biasa menjadi Penanaman Modal Asing (PMA), -

satu dan lain sebagaimana itu ternyata dari surat -----

Keputusan Sirkuler Pemegang Saham PT TEGUHKARSA -------

WANALESTARI, yang dibuat dibawah tangan dan bermeterai

cukup serta ditandatangani oleh seluruh pemegang saham

yang efektif pada tanggal 18 (delapan belas) September

2017 (dua ribu tujuh belas) serta dijahitkan pada asli

akta ini (selanjutnya cukup disebut "Keputusan Para ---

Pemegang Saham"); — 1--------------------------------------

— Bahwa atas persetujuan perubahan status Perseroan —

menjadi PMA telah mendapat izin/persetujuan dari Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), satu dan lain -------

sebagaimana ternyata dari suratnya tertanggal 19 -----

(sembilan belas) Oktober 2016 (dua ribu enam belas) ---

nomor 2844/1/IP/PMA/2016; -------------------------------

— bahwa berdasarkan Pasal 91 Undang-Undang nomor 40 —

Tahun 2007 (dua ribu tujuh) tentang Perseroan Terbatas,

para pemegang .saham dapat juga mengambil keputusan yang

sah dan mengikat diluar Rapat. Umum Pemegang Saham -----

dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara ---

yang sah menyetujui secara tertulis dengan -------------

Universitas Sumatera Utara


menandatangani usul yang bersangkutan. -----------------

Keputusan yang diambil dengan cara demikian, mempunyai-

kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan

sah dalam rapat umum pemegang saham dan karenanya -----

keputusan yang diambil dalam Keputusan Para Pemegang- -

Saham dapat juga dianggap sama dengan keputusan yang- -

diambil dalam rapat umum pemegang saham Perseroan; ----

— bahwa menurut keterangan penghadap, para pemegang —

saham yang telah menandatangani Keputusan Para Pemegang

Saham adalah segenap pemegang saham dalam Perseroan ---

yang mewakili seluruh saham yang telah ditempatkan dan-

disetor penuh dalam Perseroan hingga hari dan tanggal -

Keputusan Para Pemegang Saham ditandatangani, yakni ---

sebanyak 85.000 (delapan puluh lima ribu) saham; ------

-- bahwa para pemegang saham Perseroan -telah memberi --

kuasa kepada penghadap sebagaimana tercantum dalam ----

Keputusan Para Pemegang Saham untuk menyatakan --------

keputusan-keputusan tersebut dalam suatu akta notaris,-

hal mana hendak dinyatakan dalam akta ini. -------------

— Sehubungan dengan apa yang diuraikan diatas --------

penghadap senantiasa bertindak seperti tersebut -------

berdasarkan kuasa yang diberikan kepada penghadap -----

menerangkan dengan ini menyatakan keputusan-keputusan -

yang telah diambil tersebut adalah sebagai berikut: ---

1. Menegaskan kembali keputusan yang diambil oleh para

pemegang saham pada tanggal 30 (tiga puluh) --------

September 2016 (dua ribu enam belas), sebagaimana --

ternyata dari surat Keputusan Sirkuler Pemegang ----

Saham yang dibuat dibawah tangan dan bermeterai ----

cukup serta ditandatangani oleh seluruh pemegang ---


3

Universitas Sumatera Utara


saham tertanggal 30 (tiga puluh) September 2016 (dua

ribu enam belas) dan telah didaftarkan dalam buku —

tertentu untuk itu oleh saya, 'notaris, pada tanggal

30 (tiga puluh) September 2016 (dua ribu enam belas)

dibawah nomor 598/W/IX/2016 (Rangkap 1) yakni: -----

- Menegaskan kembali keputusan yang telah diambil —

oleh para pemegang saham pada tanggal 25 (dua ----

puluh lima) Agustus 2016 (dua ribu enam belas), —

sebagaimana ternyata dari surat Keputusan --------

Sirkuler Pemegang Saham yang dibuat dibawah ------

tangan dan bermeterai cukup serta ditandatangani-

oleh seluruh pemegang saham tertanggal 25 (dua ---

puluh lima) Agustus 2016 (dua ribu enam belas) ---

yakni: -----------------------------------------------

-Menegaskan kembali keputusan yang tel.ah diambil -

oleh para pemegang saham pada tanggal 16 (enama —

belas) Mei 2016 (dua ribu enam belas), -----------

sebagaimana ternyata dari surat Keputusan --------

Sirkuler Pemegang Saham yang dibuat dibawah ------

tangan dan bermeterai.cukup serta ditandatangani -

oleh seluruh pemegang saham tertanggal 16 (enam —

belas) Mei 2016 (dua ribu enam belas) yakni: -----

— Apabila izin/persetujuan dari instansi yang ---

berwenang telah diperoleh, termasuk namun tidak —

terbatas pada Badan Koordinasi Penanaman Modal, —

m a k a : ----- =
------------------------------- ------------

a. mengubah status Perseroan dari p e r u s a h a a n -----

biasa menjadi Penanaman Modal Asing (PMA). ----

b. mengubah ketentuan Pasal 2 dari Anggaran Dasar

Perseroan, sehingga untuk selanjutnya seluruh -


4

Universitas Sumatera Utara


Pasal 2 dari Anggaran Dasar Perseroan berbunyi

sebagai berikut: ---------------------------------

JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN. -------

--------------------Pasal 2------------------------

— Perseroan didirikan untuk jangka waktu yang

tidak terbatas, satu dan lain dengan tidak ----

mengurangi ketentuan sebagaimana yang diatur —

dalam Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 {dua —

ribu tujuh) tentang Penanaman Modal dan -------

seluruh peraturan pelaksanaannya. --------------

c. mengubah maksud dan tujuan serta kegiatan -----

usaha Perseroan dan karenanya mengubah --------

ketentuan Pasal 3 dari Anggaran Dasar ---------

Perseroan, sehingga untuk selanjutnya seluruh -

Pasal 3 dari Anggaran Dasar Perseroan ditulis -

dan berbunyi sebagai berikut: ------------------

MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA. —

------------------------ Pasal 3-------------------

1. Maksud dan tujuan Perseroan ialah berusaha -

dibidang Perkebunan, Perindustrian dan -----

Perdagangan. ----------------------------------

2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut —

di atas, Perseroan dapat melaksanakan ------

kegiatan usaha sebagai berikut: -------------

a. menjalankan usaha dalam b i d a n g ----------

perkebunan kelapa sawit; -----------------

b. menjalankan usaha dalam bidang industri -

pengolahan kelapa sawit (CPO), inti ----

sawit dan minyak inti sawit (PKO); ------

c. menjalankan perdagangan hasil p r o d u k s i —

Universitas Sumatera Utara


sub b di atas, termasuk import d a n ------

ekspor, dagang interinsuler dan lokal, —

baik untuk perhitungan sendiri atau -----

badan lain atas dasar komisi atau secara

amanat. ------------------------------------

mengubah ketentuan Pasal 5 ayat 2 d a r i ---------

Anggaran Dasar Perseroan, sehingga untuk -----

selanjutnya seluruh Pasal 5 ayat 2 dari ------

Anggaran Dasar Perseroan ditulis dan berbunyi

sebagai berikut: -------------------------------

-----------------------SAHAM---------------------

---------- : Pasal 5 --------------------

2. Yang boleh memiliki dan mempergunakan h a k -

atas saham adalah Warga Negara Indonesia —

atau badan hukum Indonesia dan/atau Warga -

Negara Asing atau badan hukum Asing yang —

memenuhi persyaratan sesuai dengan --------

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

. mengubah ketentuan Pasal 14 ayat 2 dan ayat --

6 dari Anggaran Dasar Perseroan, sehingga ----

untuk selanj utnya seluruh Pasal 14 ayat 2 dan

ayat 6 dari Anggaran Dasar Perseroan ditulis -

dan berbunyi sebagai berikut: -----------------

------------------ DEWAN KOMISARIS---------------

------------------ Pasal 14. --------------------

2. Yang boleh diangkat sebagai anggota-------

Komisaris adalah perseorangan Warga Negara

Indonesia dan/atau Warga Negara Asing yang

memenuhi persyaratan sesuai dengan--------

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


6
Universitas Sumatera Utara
6. Jabatan anggota Komisaris berakhir--------

apabila:-------------------------------------

a. mengundurkan diri sesuai dengan -------

ketentuan ayat 5; -----------------------

b. tidak lagi memenuhi persyaratan -------

perundang-undangan yang berlaku; -----

c . meninggal d u n i a ; ------------------------

d. diberhentikan berdasarkan keputusan----

Rapat Umum Pemegang Saham; -------------

e. masa jabatan telah berakhir sesuai ----

dengan ketentuan ayat 3 di a t a s . ------

2. Menyusun kembali seluruh Anggaran Dasar Perseroan —

sehubungan dengan perubahan status Perseroan menjadi

fasilitas PMA dengan memperhatikan izin/persetujuan

dari BKPM, sehingga untuk selanjutnya seluruh ------

Anggaran Dasar Perseroan ditulis dan berbunyi ------

sebagai berikut: --------------------------------------

------------- NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ---------------

----------------------- Pasal 1--------------------------

1. Perseroan Terbatas ini b e r n a m a :-------------------

------------ "PT. TEGUHKARSA WANALESTARI" ---------

(selanjutnya disebut dengan "Perseroan") --------

berkedudukan di Pekanbaru, Kota Pekanbaru. ------

2. Perseroan dapat membuka kantor cabang atau-------

kantor perwakilan, baik didalam maupun diluar ---

wilayah Republik Indonesia sebagaimana ----------

ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan ------

Dewan Komisaris. -----------------------------------

-------- JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN-----------

----------------------- Pasal 2 ---------------- ---------


7

Universitas Sumatera Utara


-- Perseroan didirikan untuk jangka waktu yang -----

tidak terbatas, satu dan lain dengan tidak ---------

mengurangi ketentuan sebagaimana yang diatur dalam -

Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 (dua ribu tujuh) -

tentang Penanaman Modal dan seluruh peraturan ------

pelaksanaannya. ---------------------------------------

----- MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA ------------

---------- '------------Pasal 3 --------------------------

1. Maksud dan tujuan Perseroan ialah berusaha-------

dibidang Perkebunan, Perindustrian dan ----------

Perdagangan. ---------------------------------------

2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut d i -----

atas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan -----

usaha sebagai berikut: ---------------------------

a. menjalankan usaha dalam bidang p e r k e b u n a n ----

kelapa sawit; ----------------------- :----------

b. menjalankan usaha dalam bidang i n d u s t r i ------

pengolahan kelapa sawit (CPO), inti sawit dan

minyak inti sawit (PKO); -----------------------

c. menjalankan perdagangan hasil produksi sub b -

di atas, termasuk import dan ekspor, dagang —

interinsuler dan lokal, baik u n t u k ------------

perhitungan sendiri atau badan lain a t a s -

dasar komisi atau secara amanat. --------------

------------------- M o D A L ------------- --------

------------------ Pasal4 -------------------- ------

1. Modal dasar Perseroan b e r j u m l a h ------------------

R p .200.000.000.000,00 (dua ratus miliar Rupiah) -

terbagi atas 200.000 {dua ratus ribu) saham, ----

masing-masing dengan nilai nominal sebesar -----


8

Universitas Sumatera Utara


R p .1.000.000,00 (satu juta Rupiah). --------------

2. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan -

disetor 42,5% (empat puluh dua koma lima --------

persen) atau sejumlah 85.000 (delapan puluh lima

ribu) saham dengan nilai nominal seluruhnya -----

sebesar Rp.85.000.000.000,00 (delapan puluh lima

miliar Rupiah) oleh para pemegang saham yang ----

telah mengambil bagian saham dan rincian serta —

nilai nominal saham yang disebutkan 'pada akhir —

akta ini. -------------------------------------------

3. Saham-saham yang masih dalam simpanan akan ------

dikeluarkan oleh Perseroan menurut keperluan ----

modal Perseroan, dengan persetujuan Rapat Umum —

Pemegang Saham "(RUPS"). Para pemegang saham ----

yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang -----

■ Saham mempunyai hak terlebih dahulu untuk -------

mengambil bagian atas saham yang hendak ---------

dikeluarkan dalam jangka waktu 14 (empat belas) -

hari sejak tanggal penawaran dilakukan dan ------

masing-masing pemegang saham berhak mengambil ---

bagian seimbang dengan jumlah saham yang mereka -

miliki (proporsional). ----------------------------

Apabila setelah dilakukan penawaran ternyata ----

masih ada sisa saham yang belum diambil bagian, -

maka Direksi berhak menawarkan sisa saham -------

tersebut kepada pemegang saham yang masih -------

berminat. Apabila setelah lewatnya jangka waktu -

14 (empat belas) hari terhitung sejak penawaran -

kepada pemegang saham tersebut masih ada sisa ---

saham yang tidak diambil bagian oleh pemegang ---

Universitas Sumatera Utara


saham, Direksi berhak menawarkan sisa saham -----

tersebut kepada pihak ketiga. --------------------

----------- s a H A M -----------------------

---------- ------------Pasal 5 -------------------------

1 . Semua saham yang dikeluarkan oleh Perseroan------

adalah saham atas nama. ---------------------------

2. Yang boleh memiliki dan mempergunakan hak atas —

saham adalah Warga Negara Indonesia atau badan —

hukum Indonesia dan/atau Warga Negara Asing atau

badan hukum Asing yang memenuhi persyaratan -----

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang -

b e r l a k u . --------------------------------------------

3. Bukti pemilikan saham dapat berupa surat saham. -

4. Dalam hal Perseroan tidak menerbitkan s u r a t .—

saham, pemilikan saham dapat dibuktikan dengan —

surat keterangan atau catatan yang dikeluarkan —

oleh Perseroan. ------------------------------------

5. Dalam hal dikeluarkan surat saham, maka untuk ---

setiap saham diberi sehelai surat saham. --------

6. Surat kolektif saham dapat dikeluarkan sebagai---

bukti pemilikan 2 {dua) saham atau lebih yang ---

dimiliki oleh seorang pemegang saham. ------------

7. Pada surat saham harus dicantumkan sekurang- ----

kurangnya: -----------------------------------------

a. nama dan alamat pemegang saham;----------------

b. nomor surat saham;------------------------------

c. tanggal pengeluaran surat saham.---------------

d. nilai nominal saham;----------------------------

8. Pada surat kolektif saham sekurangnya harus -----

dicantumkan: ---------------------------------------
10

Universitas Sumatera Utara


a. nama dan alamat pemegang saham;----------------

b. nomor surat kolektif saham;--------------------

c. nomor surat saham dan jumlah saham;-----------

d. nilai nominal saham;----------------------------

e. tanggal pengeluaran surat kolektif s a ham.-----

9. Surat saham dan surat kolektif saham harus ------

ditandatangani oleh seorang anggota Direksi dan

seorang anggota Dewan Komisaris. -----------------

--------------- PENGGANTI SURAT SAHAM -----------------

----------------------- Pasal 6--------------------------

1. Dalam hal surat saham rusak atau tidak dapat-----

dipakai, atas permintaan mereka yang -------------

berkepentingan, Direksi mengeluarkan surat saham

pengganti, setelah surat saham yang rusak atau —

tidak dapat dipakai tersebut diserahkan kembali -

kepada Direksi. ------------------------------------

2. Surat saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ----

harus dimusnahkan dan dibuat berita acara oleh —

Direksi untuk dilaporkan dalam RUPS berikutnya. -

3. Dalam hal surat saham hilang, atas permintaan----

mereka yang berkepentingan, Direksi mengeluarkan

surat saham pengganti setelah menurut pendapat —

Direksi kehilangan tersebut cukup dibuktikan dan

disertai jaminan yang dipandang perlu oleh ------

Direksi untuk tiap peristiwa yang khusus. -------

4. Setelah surat saham pengganti dikeluarkan, surat

saham yang dinyatakan hilang tersebut, tidak ----

berlaku lagi terhadap Perseroan. -----------------

5. Semua biaya yang berhubungan dengan pengeluaran -

surat saham pengganti, ditanggung oleh pemegang -


11

Universitas Sumatera Utara


saham yang berkepentingan., -----------------------

6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat

2, .ayat 3, ayat 4 dan ayat 5 mutatis mutandis ---

berlaku bagi pengeluaran ’surat kolektif s a h a m ---

p e n g g a n t i . --------- .-------------------------------

PEMINDAHAN HAK ATAS s A h a M ---------------

---------------------- Pasal 7 -------------------------

1. Pemindahan hak atas saham, harus berdasarkan-----

akta pemindahan hak yang ditandatangani oleh ----

yang memindahkan dan yang menerima pemindahan ---

atau kuasanya yang sah. ---------------------------

2. Pemindahan hak atas saham hanya diperkenankan----

dengan persetujuan RUPS. Pemegang saham yang ----

hendak memindahkan hak -atas saham harus ---------

mengajukan permohonan secara tertulis kepada ----

Perseroan melalui Direksi agar dapat diadakan ---

R U P S . ------- ---------------------------------------

3. Pemindahan hak atas saham harus mendapat---------

persetujuan dari instansi yang berwenang, jika —

peraturan perundang-undangan mensyaratkan hal ---

tersebut. ------------------------------------------

4. Mulai hari pemanggilan RUPS sampai dengan hari —

dilaksanakan RUPS, pemindahan hak atas saham ----

tidak diperkenankan. ------------------------------

------------- RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM ---------------

-----------------------Pasal 8 -------------------------

1. RUPS terdiri atas : ------------------------------

a. RUPS Tahunan;------------------------------- ■----

b. RUPS lainnya, yang dalam Anggaran Dasar ini —

disebut juga RUPS Luar Biasa yaitu RUPS yang -


12

Universitas Sumatera Utara


diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.

2. Istilah RUPS dalam Anggaran Dasar ini berarti -

keduanya, yaitu: RUPS Tahunan dan RUPS Luar -----

Biasa, kecuali dengan tegas ditentukan lain. ----

3. Dalam RUPS Tahunan: -------------------------------

a. Direksi menyampaikan:---------------------------

- laporan tahunan yang telah ditelaah o l e h ----

Dewan Komisaris untuk mendapat persetujuan —

R U P S ; -------------------------------------------

-laporan keuangan untuk mendapat pengesahan —

R UP S ;-------------------------------------------

j b. Ditetapkan penggunaan laba, dalam h al---------

Perseroan mempunyai saldo laba yang positif; -

c. Diputuskan mata acara lainnya dari RUPS yang —

telah diajukan sebagaimana mestinya dengan ---

memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar. ------

4. Persetujuan laporan tahunan termasuk Pengesahan -

laporan keuangan oleh RUPS Tahunan berarti ------

memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung ----

jawab sepenuhnya kepada anggota Direksi atas ----

tindakan pengurusan dan Dewan Komisaris atas ----

tindakan pengawasan yang telah dijalankan selama

tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut —

tercermin dalam laporan tahunan dan laporan -----

keuangan. -------------------------------------------

5. RUPS Luar Biasa dapat diselenggarakan ------------

sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan untuk -------

membicarakan dan memutuskan mata acara rapat ----

kecuali mata acara rapat yang dimaksud pada ayat

3 huruf a dan huruf b dengan memperhatikan ------


13

Universitas Sumatera Utara


peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

------ TEMPAT, PEMANGGILAN DAN PIMPINAN RUPS---------

-----------------------Pasal 9--------------------------

1. RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau

ditempat Perseroan melakukan kegiatan usaha. ----

2. RUPS diselenggarakan dengan melakukan -----------

pemanggilan terlebih dahulu kepada para pemegang

saham dengan surat tercatat dan/atau dengan -----

iklan dalam surat kabar harian. ------------------

3. Pemanggilan dilakukan paling lambat 14 (empat----

b elas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan dengan

tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan -----

tanggal RUPS diadakan. ----------------------------

4. Pemanggilan RUPS tidak diperlukan dalam hal semua

pemegang saham hadir dan semua menyetujui agenda

rapat dan keputusan disetujui dengan suara ------

b u l a t . ----------------------------------------------

5. RUPS dipimpin oleh Direktur Utama. ---------------

6. 'Jika Direktur Utama tidak ada atau berhalangan —

karena sebab apapun yang tidak perlu dibuktikan -

kepada pihak ketiga, RUPS dipimpin oleh salah ---

seorang anggota Direksi. --------------------------

7. Dalam hal semua anggota Direksi tidak hadir atau

berhalangan karena sebab apapun yang tidak ------

perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, RUPS ------

dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan -------

Komisaris. -----------------------------------------

8. Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris tidak ---

hadir atau berhalangan karena sebab apapun yang -

tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, RUPS


14

Universitas Sumatera Utara


dipimpin oleh salah seorang yang dipilih oleh ---

dan diantara mereka yang hadir dalam rapat. -----

------ KUORUM, HAK SUARA, DAN KEPUTUSAN RUPS --------

---------------------- Pasal 10 -------------------------

1. RUPS dapat dilangsungkan apabila kuorum ---------

kehadiran sebagaimana disyaratkan dalam Undang- -

undang Nomor 40 Tahun 2007 (dua ribu tujuh) -----

tentang Perseroan Terbatas telah dipenuhi. ------

2. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan —

dengan surat tertutup yang tidak ditandatangani -

dan mengenai hal lain secara lisan, kecuali -----

apabila ketua RUPS menentukan lain tanpa ada ----

keberatan dari pemegang saham yang hadir dalam —

RUPS. -------------------- --------------------------

3. Suara blanko dan/atau suara yang tidak sah ------

dianggap tidak ada dan tidak dihitung dalam -----

menentukan jumlah suara yang dikeluarkan dalam —

RUPS. -----------------------------------------------

4. RUPS dapat mengambil keputusan sebagaimana ------

ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun ---

2007 (dua ribu tujuh) tentang Perseroan ---------

Terbatas. ------------------------------------------

5. Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan ---

yang sah dan mengikat di luar RUPS dengan syarat

semua pemegang saham dengan hak suara yang sah —

menyetujui secara tertulis dengan menandatangani

usul yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan —

Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 (dua ribu -----

tujuh) Tentang Perseroan Terbatas. ---------------

---------------------- D I R E K S I ------------------- '------

Universitas Sumatera Utara


--------------------Pasal 11 — ---------------------

Perseroan diurus dan dipimpin oleh suatu Direksi

yang terdiri dari seorang anggota Direksi atau —

lebih. Apabila diangkat lebih dari seorang ------

anggota Direksi, maka seorang diantaranya dapat -

diangkat sebagai Direktur Utama. -----------------

Para anggota Direksi diangkat oleh RUPS untuk.---

jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan tidak -------

mengurangi hak RUPS untuk memberhentikannya -----

sewaktu-waktu. -------------------------------------

Jika oleh sebab apapun jabatan seorang atau -----

lebih atau semua anggota Direksi lowong, maka ---

dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak ---

terjadi lowongan, harus diselenggarakan RUPS ----

untuk mengisi lowongan itu dengan memperhatikan -

ketentuan peraturan perundang-undangan dan ------

Anggaran Dasar. ------------------------------------

Jika oleh sebab apapun semua jabatan anggota ----

Direksi lowong, maka untuk sementara Perseroan —

diurus oleh anggota Dewan Komisaris yang --------

ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris. -------------

Anggota Direksi berhak mengundurkan diri dari ---

jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis

mengenai maksudnya tersebut kepada Perseroan --

sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum -

tanggal pengunduran dirinya. ---------------------

Jabatan anggota Direksi berakhir, jika: ---------

a. mengundurkan diri sesuai ketentuan ayat 6; ---

b. tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan-----

perundang-undangan yang berlaku; --------------


16

Universitas Sumatera Utara


c. meninggal d u n i a ; ------ --------------------------

d. diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS; ----

e. masa jabatan telah berakhir sesuai dengan ----

ketentuan ayat 2 diat a s . ----------------------

------------ TUGAS DAN WEWENANG DIREKSI --------------

--------------------- Pasal 12 -------------------------

1. Direksi berhak mewakili Perseroan di dalam dan —

di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam -

segala kejadian, mengikat Perseroan dengan pihak

lain dan pihak lain dengan Perseroan, serta -----

menjalankan segala tindakan, baik mengenai ------

kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi ----

dengan pembatasan bahwa untuk: -------------------

a. meminjam atau meminjamkan uang atas nama -----

Perseroan (tidak termasuk mengambil uang -----

Perseroan di bank); ----------------------------

b. mendirikan suatu usaha baru atau turut serta -

pada perusahaan lain baik di dalam maupun di -

luar negeri; ------------------------------------

c. membeli barang-barang yang tidak b e r g e r a k ----

dan perusahaan-perusahaan; --------------------

d. membuka rekening koran pada Bank; -------------

e. menyewa dan/atau menyewakan harta kekayaan ---

P e r s e r o a n ; --------------- :-----------------------

f. menjual atau dengan cara lain melepaskan------

hak-hak atas harta tetap dan perusahaan- -----

perusahaan atau memberati harta kekayaan -----

Perseroan, yang nilainya kurang dari atau ----

sampai dengan 50% (lima puluh persen)'dari ---

harta kekayaan/asset Perseroan; ---------------


17

Universitas Sumatera Utara


g. mengikat Perseroan sebagai penjamin y an g ------

nilainya kurang dari atau sampai dengan 50% —

(lima puluh persen) dari harta kekayaan/asset

Perseroan; --------------------------------------

-harus dengan persetujuan dari Dewan Komisaris. -

2. a. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak

untuk- dan atas nama Direksi serta mewakili —

Perseroan. :------------ =--------------------

b. Dalam hal Direktur Utama tidak hadir atau-----

berhalangan karena sebab apapun juga, yang ---

tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, —

maka salah seorang anggota Direksi lainnya ---

berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas

nama Direksi serta mewakili Perseroan. -------

3. Dalam hal hanya ada seorang anggota Direksi,-----

maka segala tugas dan wewenang yang diberikan ---

kepada Direktur Utama atau anggota Direksi yang -

lain dalam Anggaran Dasar ini berlaku pula ------

baginya. -------------------------------------------

4. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:----

|a. mengalihkan, melepaskan kekayaan P e r s e r o a n ; —

a t a u ---------------------------------------------

b. menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan; -

yang merupakan -lebih dari 50% (lima p u l u h ----

persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan -----

dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik ----

yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, —

satu dan lain sesuai dengan ketentuan Pasal —

102 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (dua ---

ribu tujuh) tentang Perseroan Terbatas. ------


18

Universitas Sumatera Utara


------------------- r a p a t d i r e k s i ----------------------

----------------------Pasal 13 -------------------------

1. Penyelenggaraan Rapat Direksi dapat dilakukan---

setiap waktu:--------------------------------------

a. apabila dipandang perlu oleh seorang atau----

lebih anggota Direksi;-------------------------

b. atas permintaan tertulis dari seorang--------

atau lebih Dewan Komisaris; atau--------------

c. atas permintaan tertulis dari 1 (satu) orang-

atau lebih pemegang saham yang bersama-sama—

mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih—

dari jumlah seluruh saham dengan hak suara---

yang sah.---------------------------------------

2. Pemanggilan Rapat Direksi dilakukan oleh--------

anggota Direksi yang berhak bertindak untuk-----

dan atas nama Direksi menurut ketentuan Pasal 12

ayat 2 Anggaran Dasar ini.------------------------

3. Pemanggilan Rapat Direksi dilakukan dengan------

Surat Tercatat atau dengan surat yang------------

disampaikan langsung kepada setiap anggota------

Direksi, dengan mendapat tanda terima paling----

lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat------

diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal--

panggilan dan tanggal rapat.----------------------

4. Panggilan rapat itu harus mencantumkan acara,---

tanggal, waktu dan tempat rapat.-----------------

5. Rapat Direksi diadakan ditempat kedudukan-------

Perseroan atau tempat kegiatan usaha Perseroan.-

Apabila semua anggota Direksi hadir atau ■-----

diwakili, panggilan terlebih dahulu tersebut----


19

Universitas Sumatera Utara


tidak disyaratkan dan Rapat Direksi dapat-------

diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil----

keputusan yang sah dan mengikat.-----------------

6. Rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama,-----

dalam hal Direktur Utama tidak dapat hadir------

atau berhalangan yang tidak perlu dibuktikan----

kepada pihak ketiga, rapat Direksi dipimpin-----

oleh seorang anggota Direksi yang dipilih oleh—

dan dari antara anggota Direksi yang hadir.-----

7. Seorang anggota Direksi dapat diwakili dalam----

Rapat Direksi hanya oleh anggota Direksi--------

lainnya berdasarkan surat kuasa.-----------------

8. Rapat Direksi'adalah sah dan berhak mengambil---

keputusan yang mengikat apabila lebih dari H ----

{satu per dua) jumlah anggota Direksi hadir atau

diwakili dalam rapat.-----------------------------

9. Keputusan Rapat Direksi diambil berdasarkan-----

musyawarah untuk mufakat. Apabila tidak---------

tercapai, maka keputusan diambil dengan---------

pemungutan suara berdasarkan suara setuju-------

tidak kurang dari 1/2 (satu per dua) bagian-----

jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah dalam--

rapat. -------------------------- ----------- -------

10. Apabila suara yang setuju dan tidak setuju------

berimbang, maka ketua rapat yang akan-----------

menentukan.---------- ;-----------------

11. a. Setiap anggota Direksi yang hadir berhak-----

mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan-----

1 (satu) suara untuk setiap anggota =


-------

Direksi lain yang diwakilinya.-----------------


20

Universitas Sumatera Utara


b. Pemungutan suara mengenai diri orang --------

dilakukan dengan surat tertutup tanpa tanda—

tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai—

hal-hal lain dilakukan secara lisan, kecuali-

ketua rapat menentukan lain tanpa ada--------

keberatan dari yang hadir.--------------------

c. Suara blanko atau suara yang tidak sah ------

dianggap tidak dikeluarkan secara sah d an----

dianggap tidak ada serta tidak dihitung------

dalam menentukan jumlah suara yang------------

dikeluarkan.------------------------------------

12. Direksi dapat juga mengambil keputusan yang-----

sah tanpa mengadakan Rapat Direksi, dengan------

ketentuan semua anggota Direksi telah------------

diberitahu secara tertulis dan semua anggota----

Direksi memberikan persetujuan mengenai usul----

yang diajukan secara tertulis dengan-------------

menandatangani persetujuan tersebut.-------------

Keputusan yang diambil dengan cara demi kian-----

mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan---

yang diambil dengan sah dalam Rapat Direksi.----

------------------ DEWAN KOMISARIS---------------------

------------- Pasal 1 4 --------------------------

1. Dewan Komisaris terdiri dari seorang atau-------

lebih anggota Dewan Komisaris, apabila diangkat-

lebih dari seorang anggota Dewan Komisaris, maka

seorang diantaranya dapat diangkat sebagai------

Komisaris Utama.-----------------------------------

2. Yang boleh diangkat sebagai anggota Dewan-------

Komisaris adalah Warga Negara Indonesia---------


21

Universitas Sumatera Utara


dan/atau Warga Negara Asing yang memenuhi-------

persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan

yang b e r l a k u .--------------------------------------

Para anggota Dewan Komisaris diangkat oleh------

RUPS untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan—

tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan—

nya sewaktu-waktu.---------------------------------

Jika oleh sebab apapun jabatan anggota Dewan----

Komisaris lowong, maka dalam jangka waktu 30----

(tiga puluh) hari sejak terjadinya lowongan,----

harus diselenggarakan RUPS untuk mengisi--------

lowongan itu dengan memperhatikan ketentuan-----

peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar-

ini.------------------------------------------------

Anggota Dewan Komisaris berhak mengundurkan-----

diri dari jabatannya dengan memberitahukan------

secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada-

Perseroan paling kurang 30 (tiga puluh) har i ----

sebelum tanggal pengunduran dirinya.-------------

Anggota Dewan Komisaris dapat diberhentikan-----

sewaktu-waktu berdasarkan RUPS dengan----------- -

menyebutkan alasannya.----------------------------

Keputusan untuk memberhentikan anggota Dewan----

Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat 6------

diambil setelah yang bersangkutan diberi--------

kesempatan untuk membela diri dalam RUPS.-------

Dalam hal keputusan untuk memberhentikan--------

anggota Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud----

pada ayat 7 dilakukan dengan keputusan diluar--

RUPS sesuai dengan ketentuan sebagaimana--------


22

Universitas Sumatera Utara


dimaksud dalam Pasal 91 Undang-Undang nomor 40 —

Tahun 2007 (dua ribu tujuh) anggota Dewan-------

Komisaris yang bersangkutan diberitahu terlebih-

dahulu tentang rencana pemberhentian d an--------

diberikan kesempatan untuk, membela diri sebelum-

diambil keputusan memberhentian.-----------------

9. Pemberian kesempatan untuk membela diri---------

sebagaimana dimaksud pada ayat 7 tidak----------

diperlukan dalam hal yang bersangkutan tidak----

keberatan atas pemberhentian tersebut.----------

10. Jabatan anggota Dewan Komisaris berakhir--------

apabila :------------------------------------------1—

a. mengundurkan diri sesuai dengan ketentuan----

ayat 5;------------------------------------------

b. tidak lagi memenuhi persyaratan---------------

|perundang-undangan yang berlaku;--------------

c . meninggal dunia;-:
-------------------------------

d. diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS;----

e . masa jabatan telah berakhir sesuai dengan----

ketentuan ayat 3 diatas.-----------------------

-------- TUGAS DAN WEWENANG DEWAN KOMISARIS ---------

----------------------Pasal 15 -------------------------

1. Dewan Komisaris dalam rangka pengawasan d an------

pemberian nasihat kepada Direksi, setiap waktu —

dalam jam kerja kantor Perseroan berhak memasuki

bangunan dan halaman atau tempat lain yang ------

dipergunakan atau yang dikuasai oleh Perseroan —

dan berhak memeriksa semua-pembukuan, surat dan -

alat bukti lainnya, memeriksa dan mencocokkan ---

keadaan uang kas dan lain-lain serta berhak -----


23

Universitas Sumatera Utara


untuk mengetahui segala tindakan yang telah -----

dijalankan oleh D i r e k s i . --------------------------

2. Dalam menjalankan .tugas Dewan Komisaris berhak —

memperoleh penjelasan dari Direksi atau setiap —

anggota Direksi tentang segala hal yang ---------

diperlukan oleh Dewan Komisaris. -----------------

3. Dewan Komisaris diwajibkan mengurus Perseroan ---

untuk sementara dalam hal seluruh anggota -------

Direksi diberhentikan untuk sementara atau ------

Perseroan tidak mempunyai seorangpun anggota ----

Direksi dalam hal demikian, Dewan Komisaris -----

berhak untuk memberikan kekuasaan sementara -----

kepada seorang atau lebih diantara anggota ------

Dewan Komisaris atas tanggungan Dewan ------------

Komisaris. -----------------------------------------

4. Dalam hal hanya ada seorang anggota D e w a n -------

Komisaris maka segala tugas dan wewenang yang ---

diberikan kepada Komisaris Utama atau anggota ---

Dewan Komisaris dalam Anggaran Dasar ini --------

berlaku pula baginya. -----------------------------

------ --RAPAT DEWAN K O M I S A R I S -----------------

------- .-------------- Pasal 1 6 ------------------------ -

— Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ---

mutatis-mutandis berlaku bagi rapat Dewan ----------

Komisaris. ---------------------------------------- :----

— RENCANA KERJA, TAHUN BUKU DAN LAPORAN TAHUNAN-----

-----------------— Pasal 1 7 -----------------------------

1. Direksi menyampaikan rencana kerja yang----------

memuat juga anggaran tahunan Perseroan kepada --

RUPS dan Dewan Komisaris untuk mendapat ---------


24

Universitas Sumatera Utara


persetujuan dari para pemegang saham dan seluruh

anggota Dewan Komisaris sebelum tahun buku ------

dimulai. -------------------------------------------

2. Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 —

harus disampaikan paling lambat 14 (empat belas)

hari sebelum dimulainya tahun buku yang akan ----

datang. --------------------------------------------

3. Tahun buku Perseroan berjalan dari tanggal 1 ----

(satu) Januari sampai dengan tanggal 31 (tiga ---

puluh satu) Desember. Pada setiap akhir bulan ---

Desember buku Perseroan ditutup. -----------------

4. Direksi menyusun rencana kerja beserta Laporan —

tahunan dan menyediakannya di kantor Perseroan —

untuk dapat diperiksa oleh para pemegang saham —

terhitung sejak tanggal pemanggilan RUPS --------

Tahunan. --------------------------------------------

PENGGUNAAN LABA, PEMBAGIAN DIVIDEN INTERIM ------

--------------- DAN p e m b a g i a n DIVIDEN -----------------

----------------------Pasal 18--------------------------

1. Laba bersih Perseroan dalam suatu tahun buku ----

seperti tercantum dalam neraca dan perhitungan —

laba rugi yang telah disahkan oleh RUPS Tahunan -

dan merupakan saldo laba yang positif, dibagi ---

menurut cara penggunaannya yang ditentukan oleh -

RUPS tersebut. -------------------------------------

2. Jika perhitungan laba rugi pada suatu tahun -----

buku menunjukkan kerugian yang tidak dapat ------

ditutup dengan dana cadangan, maka kerugian itu -

akan tetap dicatat dan dimasukkan dalam ---------

perhitungan laba rugi dan dalam tahun buku ------


25

Universitas Sumatera Utara


selanjutnya Perseroan dianggap tidak mendapat ---

laba selama kerugian yang tercatat dan ----------

dimasukkan dalam perhitungan laba rugi itu ------

belum tertutup seluruhnya. ------------------------

3. Dalam hal keuangan Perseroan memungkinkan, ------

Perseroan dapat membagikan dividen interim ------

sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang -

disetujui oleh RUPS. ------------------------------

---------------- PENGGUNAAN CADANGAN ------------------

Pasal 19--------------------------

1. Penyisihan laba bersih untuk cadangan s a m p a i -----

mencapai 20% (dua puluh persen) dari jumlah -----

modal ditempatkan dan disetor dan hanya boleh ---

dipergunakan untuk menutup kerugian yang --------

tidak dipenuhi oleh cadangan lain. ---------------

2. Jika jumlah cadangan telah melebihi 20% {dua ----

puluh persen), RUPS dapat memutuskan agar -------

jumlah kelebihannya digunakan bagi keperluan ----

Perseroan. ------------------------------------- ----

3. Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 -------

yang belum dipergunakan untuk menutup ------------

kerugian dan kelebihan dana cadangan sebagaimana

dimaksud pada ayat 2 yang penggunaannya belum ---

ditentukan oleh RUPS harus dikelola oleh Direksi

dengan cara yang tepat menurut pertimbangan -----

Direksi, setelah memperoleh persetujuan Dewan ---

Komisaris serta memperhatikan peraturan ---------

perundang-undangan. --------;-----------------------

----------------- KETENTUAN PENUTUP -------------------

----------------------Pasal 20--------------------------
26

Universitas Sumatera Utara


— Segala sesuatu yang tidak atau belum cukup ------

diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diputuskan ---

dalam RUPS. -------------------------------------------

— Akhirnya penghadap bertindak dalam kedudukannya -

sebagaimana tersebut di atas menerangkan bahwa Modal

ditempatkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

2 telah diambil bagian dan disetor penuh dengan uang

tunai melalui kas Perseroan o l e h :

a. perseroan terbatas-----

PT. SUMATERA R U M P U N ---

SEJAHTERA, berkedudukan

di Medan, Kota Medan,—

sejumlah 80.750 -------

delapan puluh ribu ----

tujuh ratus lima puluh)

saham dengan nilai ----

nominal seluruhnya ----

sebesar ............... Rp. 80.750.000.000,00

(delapan puluh miliar -

tujuh ratus lima puluh-

juta Rupiah). ---------

b. perseroan terbatas ----

PT. PERMATA AGROINDO —

JAYA, berkedudukan di -

Balikpapan, Kota ------

Balikpapan, sejumlah —

4.250 (empat ribu dua -

ratus lima puluh) saham

dengan nilai nominal —

seluruhnya sebesar .... Rp. 4.250.000.000,00


27

Universitas Sumatera Utara


Cempat miliar dua ratus

lima puluh juta R u p i a h ) .

-Sehingga seluruhnya -----

berjumlah 85.000 {delapan-

puluh lima ribu) 'saham---

dengan nilai nominal -----

seluruhnya sebesar...... Rp. 85.000.000.000,00

(delapan puluh l i m a =■—

miliar Rupiah). ----------

3. Menunjuk dan memberi kuasa dengan hak substitusi ---

kepada Direksi Perseroan dan/atau

untuk membuat laporan dan/atau mengajukan permohonan

persetujuan yang diperlukan atas segala keputusan---

yang dibuat dalam Keputusan Para Pemegang Saham-----

kepada institusi pemerintahan terkait, termasuk-----

tetapi tidak terbatas pada Menteri Hukum dan Hak----

Asasi Manusia Republik Indonesia, mendaftarkan dalam

Daftar Perusahaan, dan untuk membuat perubahan------

perubahan dan/atau tambahan-tambahan sebagaimana----

diperlukan untuk mendapatkan■persetujuan tersebut---

dan untuk menandatangani setiap dokumen yang--------

diperlukan serta mengambil tindakan lain yang-------

diperlukan untuk melaksanakan keputusan tersebut.---

- Dari segala sesuatu yang diuraikan di atas sebagai —

buktinya: -------- -----------------------------------------

------------ M a k a A k t a Ini, ---------------

— Dibuat dan diresmikan di Jakarta, pada hari dan ----

tanggal seperti disebut pada awal akta ini, dengan di—

Universitas Sumatera Utara


hadiri o l e h : ----- ----------------------------------------

1. wanita Elitawati, lahir di Pematang Siantar pada .

tanggal 29 (dua puluh sembilan) Januari 1965 (seribu

sembilan ratus enam puluh lima), Warga Negara-------

Indonesia, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan------

Cideng Timur nomor 31, Jakarta Pusat, pemegang Nomor

Induk Kependudukan 3171016901650003;-----------------

2. nyonya Suwanti, lahir di Pacitan pada tanggal 1-----

(satu) Juli 1964 (seribu sembilan ratus delapan ----

puluh empat), Warga Negara Indonesia, bertempat ----

tinggal di Jakarta, Jalan Penggilingan Baru I nomor

2, Jakarta Timur, pemegang Nomor Induk Kependudukan

3175044107640003; — .-----------------------------------

-kedua-duanya pegawai kantor notaris, sebagai saksi- —

saksi. ----------------------------------------------------

— Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, notaris

kepada penghadap dan saksi-saksi, maka ditandatangani -

lah akta ini oleh penghadap, saksi-saksi dan saya, ----

notaris. --------------------------------------------------

— Diperbuat dengan tidak ada perubahan. ---------------

— Asli akta ini telah ditandatangani dengan sempurna.

— Diberikan untuk salinan yang sama bunyinya. --------

Jakarta, 19 September 2017.

29

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN III

Pemerintah Kabupaten Siak Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perzinan Terpadu,

Izin Prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri No.21/IP/X/PMDN/2014, PT Teguhkarsa

Wanalestari.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN IV

Badan Koordinasi Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal Asing Nomor

2844/1/IP/PMA/2016, PT Teguhkarsa Wanalestari.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
14

LAMPIRAN V

Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, Rekomendasi

Teknis Nomor 28/PI3400/E/08/2016.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai