PENDAHULUAN
1
4. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar
orang dewasa.
5. Untuk mengetahui bagaimana tipe belajar orang dewasa.
6. Untuk mengetahui metode dan teknik orang dewasa dalam melakukan
proses pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Usia Reproduktif
Bagi sebagian besar orang-orang dewasa muda, menjadi orang tua
atau sebagai ayah/ibu merupakan satu di antara peranannya yang sangat
penting dalam hidupnya. Apabila seseorang telah mulai memasuki hidup
berumah tangga dalam akhir masa remaja, maka orang dewasa yang
bersangkutan mempersiapkan diri mengambil peranannya sebagai orang
dewasa sejak usia 20-an sampai akhir usia 30-an. Mengambil peranan
dalam hal ini, khusus dalam hal melahirkan dan membesarkan anak-
anak mereka, karena “produktivitas” atau kesuburan yang
dimanfaatkan dengan cepat (akhir masa remaja), maka banyak diantara
orang dewasa ini yang telah memiliki cucu sebelum mereka mengakhiri
masa dewasa awal.
4
seseorang dewasa awal menyelesaikan pendidikan sekolah mereka, maka
menghadang pula persoalan yang berhubungan dengan perkejaan dan
jabatan. Kompleknya persoalan pekerjaan ini, disebabkan oleh faktor-
faktor yang berhubungan dengan intern individu itu sendiri, faktor-faktor
lingkungan sosial termasuk orang tua, faktor kesempatan kerja dan
lapangan kerja yang tersedia.
Persoalan berhubungan dengan pemilihan teman hidup
merupakan satu diantara persoalan sangat penting dalam masa
dewasa. Dalam pemilihan teman hidup ini, sebelum memasuki jenjang
perkawinan telah terdapat persoalan yang berhubungan dengan
penyesuaian, baik terhadap calon istri/suami maupun terhadap orang-orang
lain yang punya hubungan, beserta norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang berlaku. Persoalan lain yang menonjol dirasakan dalam masa dewasa
adalah berhubungan dengan hal-hal keungan. Persoalan ini mencakup
aspek usaha mendapatkannya dan aspek pengeluarannya dalam
pembelanjaan. Kebutuhan-kebutuhan dalam memenuhi tuntutan hidup
perkawinan dan adanya minat-minat untuk memiliki barang-barang
perlengkapan, mendorong sesorang untuk mendapatkan sumber keungan
lain yang mencukupi kebutuhan.
5
emosinya, sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil atau
kalem.
6
Akan tetapi, apabila seseorang dewasa awal memiliki harapan yang
tinggi dapat menyebabkannya harus “mendaki” dengab sekuat tenaga
untuk mencapai harapan-harapannya itu. Menurut H.S. becker (1964),
harapan-harapan untuk memperoleh status sosial atau jabatan yang terlalu
tinggi (tidak sesuai kemampuan) merupakan peluang utnuk mendapatkan
stres, patah hati yang selanjutnya dapat menimbulkan kekacauan-
kekacauan psikologis atau masalah-masalah psikosomatis.
7
4. Daya ingat
Diakui banyak orang bahwa makin lanjut usia dibarengi dengan
penurunan daya ingat. Orang dewasa lebih mudah lupa dibanding
anak-anak. Ada ungkapan tentang perbedaan anak dan orang dewasa
dalam belajar bahwa anak belajar ibarat mengukir di atas batu.
Artinya anak-anak lebih lama untuk memahami sesuatu tetapi kalau
sudah paham terus diingatnya dan sulit untuk dilupakan. Sedangkan
pada orang dewasa, ia mudah memahami sesuatu tetapi belum beberapa
lama sudah terlupakan. Ibarat mengukir di atas air, oleh karena itu dalam
proses belajar orang dewasa catatan dan resume atau rangkuman materi
pelajaran sangatlah membantu peserta.
1. Faktor penglihatan
Pada umumnya orang lanjut usia (40 – 60 tahun), ketajaman
penglihatan berkurang oleh karena itu pengelompokan peserta jangan
terlalu banyak. Usahan setiap kelompok antara 15 – 25 orang, sehingga
dimungkinkan penataan tempat duduk lebih dekat dengan sumber
belajar. Media pembelajaran seperti OHP, flipchart, slide, dan lain-lain
agar dibuat sedemikian rupa sehingga peserta dapat melihat dengan
jelas.
2. Faktor pendengaran
Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi pendengaran juga
menurun. Dalam hal ini perlu pengaturan secara baik dari
fasilitator maupun media yang digunakan seperti radio, kaset, dan
lain-lain harus memungkinkan semua peserta dapat mendengar
dengan jelas.
8
3. Faktor artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam
rongga mulut. Pada usia lanjut, banyak yang sebagian giginya
tanggal, tenggoroan yang tidak sesempurna pada masa remaja.
Apalagi yang mendapat gangguan syaraf akibat stroke, bibir menurun,
dan pipi cekung serta tidak jarang secara reflek bergetar, dan lain-lain.
Kondisi seperti ini mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan yang
tidak tepat mempengaruhi makna bahasa. Hal tersebut perlu disadarin
oleh fasilitator agar pelafalan kata diupayakan dengan tepat.
4. Faktor penyakit
Bertambah usiapun sering dibarengi dengan penyakit yang
disebabkan fungsi organ tubuh mulai berkurang. Biasanya
penyakit yang mengiringi usia itu adalah gula darah, kolesterol,
tekanan darah yang meninggi atau menurun, dan lain-lain.
Gangguan penyakit ini mengurangi stamina fisik dan ketahanan psikis.
Dengan kondisi ini perlu diperhatikan: Agenda pelajaran perlu
dipertimbangkan untuk tidak menjadwalkan proses belajar hingga larut
malam, latihan fisik yang berlebihan dan pengaturan menu makanan
yang cocok.
9
kadang mengorganisasi pengetahuannya mengenai topik yang
dibahas, menurut cara yang sistematis dan logis.
2. Belajar Konsep
Lovell ( 1984: 54-63 ) dan Travers ( 1977: 453-465 )
mengemukakan teori mempelajari konsep baru dan struktur konsep
dengan menelaah secara lebih terperinci tentang bagaimana
mengorganisasi informasi baru ke dalam konteks materi yang telah
ada dalam memori jangka panjang. Penelaahan ini dimulai dengan
membahas cara pembentukan asosiasi sederhana di antara sejumlah kata,
kemudian meneliti cara mempelajari konsep baru, cara mengaitkan konsep
konsep yang ada untuk membentuk struktur konsep yang menjadi jantung
berfungsinya kecerdasan individu.
Setiap orang dewasa, mungkin pernah mengalami kesulitan dalam
mempelajari asosiasi sederhana yang berdiri sendiri, misalnya mempelajari
rumus konversi mengubah ukuran isi: liter menjadi kilo, atau sebaliknya.
Kebanyakan orang dewasa melakukan kegiatan belajar kognitif secara
formal atau kebetulan, akan terlibat ke dalam pembentukan suatu struktur
konsep yang telah ada di dalam memori jangka panjangnya. Apabila ia
belajar dengan menghapal rumus konversi, maka rumus tersebut tidak
akan berguna jika ia lupakan sesuatu bagian dari rumus itu.
3. Belajar Keterampilan
Lovell ( 1984: 63-74 ) dan Travers ( 1977: 104 – 127 )
mengemukakan teori tentang belajar keterampilan sebagai berikut.
Semua jenis keterampilan, apakah keterampilan industrial ataukah
keterampilan untuk sehari-hari, apakah melibatkan kegiatan fisik
atau sebagian besar merupakan kegiatan mental, memiliki ciri-ciri
yang umum. Kesemuanya dipelajari, kesemuanya melibatkan kegiatan
yang terorganisasi dan terkoordinasi dalam hubungannya dengan beberapa
objek atau peristiwa khusus dan kesemuanya melibatkan urutan dan
koordinasi sejumlah proses yang berbeda atau yang urutanyya bersifat
10
sementara. Kegiatan ini bersifat rangkaian (serial) dalam arti satu kegiatan
diikuti oleh kegiatan lain.
11
Untuk dapat memiliki sesuatu keterampilan, dibutuhkan
pemrosesan baik fisiologis maupu psikologis. Di antara banyak fungsinya,
sistem syaraf manusia menerima informasi tersebut, mengambil keputusan
tentang signifikannya, kemudian bilamana diperlukan, dilakukan tindakan
fisik sebagai akibat dari keputusan yang diambil.
5. Belajar Sikap
Travers ( 1977 : 491 – 521 ) menguraikan belajar sikap sebagai
berikut. Pendekatan dan penghindaran merupakan tingkah laku
internal, bergantung pada nilai positif atau negatif dari objek,
kejadian, dan gagasan. Beberapa di antara kecenderungan internal untuk
menerima atau menolak disebut sikap, sebagian lainnya minat, dan yang
lainnya disebut nilai. Perbedaan di antara ketiganya tidak jelas. Kadang-
kadang minat menunjukkan prereferensi untuk melakukan kegiatan, sikap
menunjuk pada pendekatan positif atau negatif untuk menghindari gagasan
12
atau objek. Sikap dan minat melibatkan konsep menolak atau menerima
serta melibatkan respons afektif ( perasaan ) terhadap objek.
13
kegiatan pembelajaran kelompok (group), dan kegiatan pembelajaran orang
banyak (massal).
Teknik penugasan adalah teknik penyajian bahan ajar yang sumber belajar
memberikan tugas kepada warga belajar untuk melakuka tugas atau mempelajari
14
sesuatu, yang kemudian warga belajar menyelesaikan dan melaporkan
pelaksanaan tugas itu kepada sumber belajar. Bermain peran adalah teknik
pembelajaran yang warga belajar mengasumsikan dirinya sebagai pelaku peran
untuk memaparkan keadaan nyata atau masalah yang muncul pada hubungan
antarmanusia atau masyarakat pada situasi tertentu. Dalam permainan, warga
belajar disyaratkan mengikuti aturan permainan dalam melakukan permainan
sampai tujuan yang ditetapkan tercapai.
15
pembelajaran yang diguakan untuk menghimpun pendapat, gagasan, dan
pemikiran setiap warga belajar (dalamm kelompok). Teknik cawan ikan (fish-
bowl) sering digunakan untuk menghimpun gagasan yang dapat digunakann untuk
perencanaan awal suatu kegiatan untuk mengevaluasi program. Seminar
merupakan teknik pembelajaran untuk membahas secara ilmiah masalah dalam
bidang kehidupan tertentu, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, agama, dan
kehidupan sehari-hari. Sumber belajar dapat mencari, menentukan, dan meminta
kesediaan narasumber, yaitu orang atau pakar di bidang yang dibahas dalam
seminar. Simposium sebagai teknik pembelajaran melibatkan dua orang
narasumber atau lebih (biasanya pakar di bidang tertentu) yang membahas secara
singkat suatu topik yang telah ditentukan oleh sumber belajar, mungkin bersama
warga belajar di depan warga belajar yang mengikuti simposium tersebut.
16
Dalam perencanaan, pimpinan formal bersama pemuka dan wakil masyarakat
mengidentifiksi dan merumumuskan masalah, menetapkan tujuan yang ingin
dicapai, dan menyusun langkah kegiatan atau program untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Mereka menyusun organisasi, menetapkan pembagian
tugas, mempersiapkan kemampuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan, dan menyusun alat evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan.
Masyarakat sebagai peserta didik atau warga belajar berperan dalam kegiatan,
sedangkan sumber belajar berperan sebagai fasilitator membantu masyarakat
melakukan kegiatan belajar untuk meningkatkan taraf hidup dan kehidupan
mereka.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi orang dewasa sudah memiliki konsep dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Karena mereka sudah memiliki bekal terlebih dahulu pada
saat melewati fase anak-anak dan remaja. Sehingga di masa dewasa
mereka tinggal menerapkan apa yang telah dipelajari di masa sebelumnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mapiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan:
Tinjauan dari Medan Pribadi dan Sosial Keluarga dan Jabatan
19