Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar dirasa penting karena kehidupan manusia semakin
berkembang dan semakin maju seiring dengan berkembangnya teknologi
dan ilmu pengetahuan, tanpa belajar manusia akan tertinggal dan tidak bisa
mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian belajar merupakan
suatu kebutuhan yang dirasa sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi
sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Pada dasarnya orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman
belajar dalam hidupnya sehingga dalam proses pengajarannya harus
dilakukan dengan menggunakan teori belajar untuk orang dewasa yang
tentunya sangat berbeda dengan teori pengajaran untuk anak-anak serta
pengajarannya pun harus dilakukan oleh tenaga pendidikan yang telah
memahami berbagai teori dan konsep tentang proses pembelajaran untuk
orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud masa dewasa ?
2. Apa saja ciri-ciri masa dewasa ?
3. Bagaimana sifat dasar orang dewasa dalam belajar ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran orang
dewasa ?
5. Apa saja tipe-tipe belajar orang dewasa ?
6. Bagaimana metode dan teknik pembelajaran orang dewasa ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui maksud dari masa dewasa.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri masa dewasa.
3. Untuk memahami sifat dasar orang dewasa dalam belajar.

1
4. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar
orang dewasa.
5. Untuk mengetahui bagaimana tipe belajar orang dewasa.
6. Untuk mengetahui metode dan teknik orang dewasa dalam melakukan
proses pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Dewasa


Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan
individu setelah masa remaja. Pengertian masa dewasa dari sisi biologis
dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang
ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan
kesiapan untuk berproduksi (berketurunan). Dari sisi psikologis, masa ini
dapat diartikan sebagai periode dalam kehidupan individu yang ditandai
dengan ciri – ciri kedewasaan atau kematangan yaitu kestabilan emosi
(emotional stability), mampu mengendaikan perasaan tidak lekas marah,
sedih, cemas, gugup, frustasi, atau tidak mudah tersinggung, memiliki
kesadaran realitasnya (sense of reality) cukup tinggi mau menerima
kenyataan, tidak mudah melamun apabila mengalami kesulitan, dan tidak
menyalahkan orang lain atau keadaan apabila menghadapi kegagalan, bersikap
optimis dalam menghadapi kehidupan.
Sementara dari sisi pedagogis, masa dewasa ini ditandai dengan rasa
tanggungjawab (sense of responbility) terhadap semua perbuatannya, dan
juga terhadap kepeduliannya memelihara kesejahteraan hidup dirinya sendiri
dan orang lain, berperilaku sesuai dengan norma atau nilai – nilai agama,
memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya, dan
berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat

2.2 Ciri-Ciri Masa Dewasa


Ciri-ciri yang menonjol dalam masa dewasa yang membedakannya dengan
masa kehidupan yang lain, Nampak dalam adanya peletakan dasar dalam
banyak aspek kehidupannya, melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi
dibandingkan dengan remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emosi.
Sebagai kelanjutan masa remaja, masa dewasa memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

3
1. Usia Reproduktif
Bagi sebagian besar orang-orang dewasa muda, menjadi orang tua
atau sebagai ayah/ibu merupakan satu di antara peranannya yang sangat
penting dalam hidupnya. Apabila seseorang telah mulai memasuki hidup
berumah tangga dalam akhir masa remaja, maka orang dewasa yang
bersangkutan mempersiapkan diri mengambil peranannya sebagai orang
dewasa sejak usia 20-an sampai akhir usia 30-an. Mengambil peranan
dalam hal ini, khusus dalam hal melahirkan dan membesarkan anak-
anak mereka, karena “produktivitas” atau kesuburan yang
dimanfaatkan dengan cepat (akhir masa remaja), maka banyak diantara
orang dewasa ini yang telah memiliki cucu sebelum mereka mengakhiri
masa dewasa awal.

2. Usia Memantapkan Letak Kedudukan


Jika masa kanak-kanak masa remaja disebut sebagai masa
pertumbuhan atau “growing up”, maka masa dewasa merupakan usia
pemantapan letak kedudukan atau “settling down age”. Sejak seseorang
telah mulai memainkan peranannya sebagai orang dewasa, seperti
mereka menyetujui hal itu sebagai peranannya, hal itu menjadi suatu
keharusan untuk diikuti dalam pola-pola perilaku tertentu dalam
banyak aspek kehidupannya. Sebaliknya, adanya penghalang terhadap
kegiatan mencoba-coba dalam mengambil peranan baru sepanjang masa
kanak-kanak dan masa remaja, akan menghambat terjadinya stabilitas pola
perilaku dalam masa dewasa.

3. Usia Banyak Masalah


Dalam masa dewasa awal banyak persoalan yang baru
dialami. Persoalan-persoalan itu berbeda dengan persoalan yang pernah
dialami dalam masa-masa kanak-kanak mereka. Beberapa di antara
persoalan tersebut merupakn kelanjutan atau pengembangan
persoalan yang dialami dalam masa remaja akhir. Segera seteleah

4
seseorang dewasa awal menyelesaikan pendidikan sekolah mereka, maka
menghadang pula persoalan yang berhubungan dengan perkejaan dan
jabatan. Kompleknya persoalan pekerjaan ini, disebabkan oleh faktor-
faktor yang berhubungan dengan intern individu itu sendiri, faktor-faktor
lingkungan sosial termasuk orang tua, faktor kesempatan kerja dan
lapangan kerja yang tersedia.
Persoalan berhubungan dengan pemilihan teman hidup
merupakan satu diantara persoalan sangat penting dalam masa
dewasa. Dalam pemilihan teman hidup ini, sebelum memasuki jenjang
perkawinan telah terdapat persoalan yang berhubungan dengan
penyesuaian, baik terhadap calon istri/suami maupun terhadap orang-orang
lain yang punya hubungan, beserta norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang berlaku. Persoalan lain yang menonjol dirasakan dalam masa dewasa
adalah berhubungan dengan hal-hal keungan. Persoalan ini mencakup
aspek usaha mendapatkannya dan aspek pengeluarannya dalam
pembelanjaan. Kebutuhan-kebutuhan dalam memenuhi tuntutan hidup
perkawinan dan adanya minat-minat untuk memiliki barang-barang
perlengkapan, mendorong sesorang untuk mendapatkan sumber keungan
lain yang mencukupi kebutuhan.

4. Usia Tegang Dalam Hal Emosi


Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi dalam masa
dewasa, terutama sering dialami dalam paruhan awal masa ini.
Banyak diantara dewasa muda ini mengalami ketegangan emosi yang
berhubungan dengan persoalan-persoaln yang dialaminya seperti
jabatan, perkawinan, keungan dan sebagainya. Ketegangan emosi yang
timbul itu bertingkat-tingkat pula selaras dengan intensitas persoalan yang
dihadapinya dan sejauh mana seseorang dapaat mengatasi persoalan-
persoalan yang dihadapi tersebut. Menurut Robert J. Havighurst dalam
bukunya “Human Development and Education” (1953), bahwa sesorang
dalam usia awal atau pertengahan 30-an telah akan dapat memecahkan
persoalan-persoalan serta cukup dapat mengedepankan ketegangan

5
emosinya, sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil atau
kalem.

6
Akan tetapi, apabila seseorang dewasa awal memiliki harapan yang
tinggi dapat menyebabkannya harus “mendaki” dengab sekuat tenaga
untuk mencapai harapan-harapannya itu. Menurut H.S. becker (1964),
harapan-harapan untuk memperoleh status sosial atau jabatan yang terlalu
tinggi (tidak sesuai kemampuan) merupakan peluang utnuk mendapatkan
stres, patah hati yang selanjutnya dapat menimbulkan kekacauan-
kekacauan psikologis atau masalah-masalah psikosomatis.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Orang Dewasa


Faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa dalam belajar dapat
bersifat psikologis dan fisiologis. Faktor psikologis mencakup kebutuhan,
kecerdasan, motivasi, perhatian, berfikir, dan daya ingat. Sedangkan faktor
fisiologis mencakup pendengaran, penglihatan, dan kondisi fisiologis.
Beberapa faktor psikologis dapat diberikan contoh sebagai berikut:
1. Harapan masa depan
Harapan masa depan peserta paket dapat mempengaruhi semangat
belajar. Adanya keterkaitan dengan pengembangan kariernya di
masa depan akan memacu semangat belajar peserta paket.
2. Latar Belakang Sosial
Lingkungan sosial yang merupakan masyarakat belajar dapat
mempengaruhi peserta. Kesempatan belajar akan dirasakan sebagai
peluang berharga untuk menambah kepercayaan dirinya di
lingkungan sosialnya.
3. Keluarga
Bagi para peserta, latar belakang keluarga merupakan faktor yang
cukup dominan. Keluarga yang utuh dan harmonis serta penuh
syukur akan berpengaruh positif terhadap dirinya, begitupun
sebaliknya. Keluarga dengan banyak anak dan yang sedikit anak akan
menimbulkan masalah yang berbeda, hal tersebut juga mempengaruhi
sikap belajar.

7
4. Daya ingat
Diakui banyak orang bahwa makin lanjut usia dibarengi dengan
penurunan daya ingat. Orang dewasa lebih mudah lupa dibanding
anak-anak. Ada ungkapan tentang perbedaan anak dan orang dewasa
dalam belajar bahwa anak belajar ibarat mengukir di atas batu.
Artinya anak-anak lebih lama untuk memahami sesuatu tetapi kalau
sudah paham terus diingatnya dan sulit untuk dilupakan. Sedangkan
pada orang dewasa, ia mudah memahami sesuatu tetapi belum beberapa
lama sudah terlupakan. Ibarat mengukir di atas air, oleh karena itu dalam
proses belajar orang dewasa catatan dan resume atau rangkuman materi
pelajaran sangatlah membantu peserta.

Sedangkan faktor fisiologis merupakan faktor yang mempengaruhi pendidikan


orang dewasa yang disebabkan oleh berkurangnya ketahanan fisik orang dewasa.
Bertambahnya usia mempengaruhi ketahanan fisik terutama penglihatan,
pendengaran, artikulasi, dan penyakit. Berikut ini beberapa faktor fisiologis yang
mempengaruhi pendidikan orang dewasa.

1. Faktor penglihatan
Pada umumnya orang lanjut usia (40 – 60 tahun), ketajaman
penglihatan berkurang oleh karena itu pengelompokan peserta jangan
terlalu banyak. Usahan setiap kelompok antara 15 – 25 orang, sehingga
dimungkinkan penataan tempat duduk lebih dekat dengan sumber
belajar. Media pembelajaran seperti OHP, flipchart, slide, dan lain-lain
agar dibuat sedemikian rupa sehingga peserta dapat melihat dengan
jelas.
2. Faktor pendengaran
Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi pendengaran juga
menurun. Dalam hal ini perlu pengaturan secara baik dari
fasilitator maupun media yang digunakan seperti radio, kaset, dan
lain-lain harus memungkinkan semua peserta dapat mendengar
dengan jelas.

8
3. Faktor artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam
rongga mulut. Pada usia lanjut, banyak yang sebagian giginya
tanggal, tenggoroan yang tidak sesempurna pada masa remaja.
Apalagi yang mendapat gangguan syaraf akibat stroke, bibir menurun,
dan pipi cekung serta tidak jarang secara reflek bergetar, dan lain-lain.
Kondisi seperti ini mempengaruhi pelafalan seseorang. Pelafalan yang
tidak tepat mempengaruhi makna bahasa. Hal tersebut perlu disadarin
oleh fasilitator agar pelafalan kata diupayakan dengan tepat.
4. Faktor penyakit
Bertambah usiapun sering dibarengi dengan penyakit yang
disebabkan fungsi organ tubuh mulai berkurang. Biasanya
penyakit yang mengiringi usia itu adalah gula darah, kolesterol,
tekanan darah yang meninggi atau menurun, dan lain-lain.
Gangguan penyakit ini mengurangi stamina fisik dan ketahanan psikis.
Dengan kondisi ini perlu diperhatikan: Agenda pelajaran perlu
dipertimbangkan untuk tidak menjadwalkan proses belajar hingga  larut
malam, latihan fisik yang berlebihan dan pengaturan menu makanan
yang cocok.

2.4 Tipe – Tipe Belajar Orang Dewasa


1. Belajar Informasi
Lovell ( 1984: 50-54 ) mengemukakan teori mempelajari dan
mengorganisasi informasi verbal yang baru diperoleh. Menurut Lovell,
sebagian besar bahan yang dipelajari oleh orang dewasa, baik yang
dipelajari dalam lingkup pendidikan sekolah dan luar sekolah maupun
sebagai akibat dari belajar secara kebetulan (insidental) sebagai
konsekuensi yang tak dapat dielakkan dari kegiatan rutin sehari-hari,
peserta belajar dewasa terkadang belajar dari kata-kata yang
dipergunakannya sendiri, misalnya ketika membuat laporan atau
berpartisipasi dalam kelompok diskusi atau seminar, bahkan kadang-

9
kadang mengorganisasi pengetahuannya mengenai topik yang
dibahas, menurut cara yang sistematis dan logis.

2. Belajar Konsep
Lovell ( 1984: 54-63 ) dan Travers ( 1977: 453-465 )
mengemukakan teori mempelajari konsep baru dan struktur konsep
dengan menelaah secara lebih terperinci tentang bagaimana
mengorganisasi informasi baru ke dalam konteks materi yang telah
ada dalam memori jangka panjang. Penelaahan ini dimulai dengan
membahas cara pembentukan asosiasi sederhana di antara sejumlah kata,
kemudian meneliti cara mempelajari konsep baru, cara mengaitkan konsep
konsep yang ada untuk membentuk struktur konsep yang menjadi jantung
berfungsinya kecerdasan individu.
Setiap orang dewasa, mungkin pernah mengalami kesulitan dalam
mempelajari asosiasi sederhana yang berdiri sendiri, misalnya mempelajari
rumus konversi mengubah ukuran isi: liter menjadi kilo, atau sebaliknya.
Kebanyakan orang dewasa melakukan kegiatan belajar kognitif secara
formal atau kebetulan, akan terlibat ke dalam pembentukan suatu struktur
konsep yang telah ada di dalam memori jangka panjangnya. Apabila ia
belajar dengan menghapal rumus konversi, maka rumus tersebut tidak
akan berguna jika ia lupakan sesuatu bagian dari rumus itu.
3. Belajar Keterampilan
Lovell ( 1984: 63-74 ) dan Travers ( 1977: 104 – 127 )
mengemukakan teori tentang belajar keterampilan sebagai berikut.
Semua jenis keterampilan, apakah keterampilan industrial ataukah
keterampilan untuk sehari-hari, apakah melibatkan kegiatan fisik
atau sebagian besar merupakan kegiatan mental, memiliki ciri-ciri
yang umum. Kesemuanya dipelajari, kesemuanya melibatkan kegiatan
yang terorganisasi dan terkoordinasi dalam hubungannya dengan beberapa
objek atau peristiwa khusus dan kesemuanya melibatkan urutan dan
koordinasi sejumlah proses yang berbeda atau yang urutanyya bersifat

10
sementara. Kegiatan ini bersifat rangkaian (serial) dalam arti satu kegiatan
diikuti oleh kegiatan lain.

11
Untuk dapat memiliki sesuatu keterampilan, dibutuhkan
pemrosesan baik fisiologis maupu psikologis. Di antara banyak fungsinya,
sistem syaraf manusia menerima informasi tersebut, mengambil keputusan
tentang signifikannya, kemudian bilamana diperlukan, dilakukan tindakan
fisik sebagai akibat dari keputusan yang diambil.

4. Belajar Pemecahan Masalah


Lovell ( 1984 : 64 – 73 ) dan Travers ( 1977 : 477 – 453 )
menguraikan tentang belajar pemecahan masalah sebagai berikut.
Dalam banyak konteks kehidupan, orang dewasa sering menemukan
tugas baru yang harus ditanggulangi dan kadang-kadang sangat
berbeda dengan yang pernah dijumpainya.Tidak pernag seorang
fasilitator menemukan adanya dua kelompok belajar yang persis sama dan
tidak pernah ada dua musim yang identik yang pernah dialami oleh
seorang petani. Dalam banyak macam mata pencaharian seperti
keteknikan, kedokteran, reparasi mobil, kadang-kadang ditemukan
masalah yang dapat ditanggulangi dengan strategi yang didasasrkan pada
pengalaman terdahulu. Dalam uraian ini dipaparkan beberapa bukti
bagaimana sesorang menanggulangi tugas belajar kognitif, terutama yang
berkaitan dengan pemecahan masalah melalui perolehan dan penggunaan
strategi kognitif, aturan-aturan atau rencana-rencana.

5. Belajar Sikap
Travers ( 1977 : 491 – 521 ) menguraikan belajar sikap sebagai
berikut. Pendekatan dan penghindaran merupakan tingkah laku
internal, bergantung pada nilai positif atau negatif dari objek,
kejadian, dan gagasan. Beberapa di antara kecenderungan internal untuk
menerima atau menolak disebut sikap, sebagian lainnya minat, dan yang
lainnya disebut nilai. Perbedaan di antara ketiganya tidak jelas. Kadang-
kadang minat menunjukkan prereferensi untuk melakukan kegiatan, sikap
menunjuk pada pendekatan positif atau negatif untuk menghindari gagasan

12
atau objek. Sikap dan minat melibatkan konsep menolak atau menerima
serta melibatkan respons afektif ( perasaan ) terhadap objek.

Meskipun asal mula sikap nampaknya respons pendekatan atau penghindaran


yang sederhana, tetapi dalam bentuknya yang matang, sikap mengandung tingkah
laku sangat kompleks. Ahli psikologi telah berhasil membedakan komponen
sebagai berikut.

1. Komponen afektif terbagi atas perasaan positif atau negatif. Beberapa


sikap sangat irasional dan melibatkan komponen afektif. Sikap politik
dalam bentuknya yang paling primitif termasuk dalam komponen ini.
2. Komponen kognitif, sikap seseorang berbeda dalam cakupan pengetahuan
dan kepercayaan, ada sikap yang cakupan intelektualnya sangat tinggi, ada
pula yang rendah.
3. Komponen tindakan ( action ), seseorang mungkin menyatakan sikap
keagamaan yang kuat, padahal keanggotaannya dan partisipasinya dalam
keagamaan sangat kecil. Dalam hal itu, sikap keagamaan kurang memiliki
komponen tindakan yang penting. Kenyataan bahwa komponen tindakan
dapat bebas dari komponen lain penting bagi perencanaan pendidikan.

2.5 Metode dan Teknik Pembelajaran Orang Dewasa


Metode dapat diartikan sebagai cara yang berkait
denganpengorganisasian kegiatan belajar bagi warga belajar, seperti
kegiatan belajar individual, kegiatan belajar kelompok, atau kegiatan belajar
massal.
Teknik dapat diartikan sebagai prosedur atau langkah pembelajaran
sesuai dengan pengorganisasian warga belajar sehingga mereka dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan sengaja untuk memungkinkan
terjadinya kegiatan membelajarkan warga belajar.
Teknik pembelajaran dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu teknik
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran perseorangan (individual),

13
kegiatan pembelajaran kelompok (group), dan kegiatan pembelajaran orang
banyak (massal).

Ciri-ciri yang terdapat dalam penggunaan teknik pembelajaran


individual sebagai berikut.
1. Lebih mengutamakan proses belajar oleh warga belajar daripada
proses membelajarkan yang dilakukan sumber belajar. Tingkat
aktivitas warga belajar akan sangat mempengaruhi tingkatan keberhasilan
belajarnya.
2. Terdapat tujuan pembelajaran yang jelas, spesifik, dan dapat diukur.
Tujuan umum berisi rumusan perubahan sikap dan perilaku umum
warga belajar yang akan dicapai setelsh mengikuti kegiatan
pembelajaran. Tujuan khusus memuat pengalamana belajar tertentu yang
harus ditempuh warga belajar sehingga pada gilirannya warga belajar
mencapai perubahan tingkah laku (sikap, pengetahuan, keterampilan, dan
aspirasi) tertentu dalam ruang serta waktu tertentu pula.
3. Warga belajar berperan aktif dalam menentukan tujuannya belajar,
bahan yang akan dipelajari, sumber yang diperlukan, di mana dan
kpan melakukan kegiatan belajar.
4. Terdapat balikan dari warga belajar. Balikan itu dapat diperoleh
melalui penugasan, praktikum, tanya jawab, format evaluasi
perseorangan, dan evaluasi bersama oleh warga belajar dan sumber
belajar.

Teknik pembelajaran perseorangan dapat digolongkan kepada tektik yang


berpusat pada warga belajar dan teknik yang berpusat pada sumber belajar.
Teknik yang dapat digunaka dalam pembelajaran perseorangan, antara lain modul,
paket belajar, penugasan, ber,ain peran, dan permainan. Modul berbentuk media
cetak (buku) yang utuh. Paket ini berisi semua materi pelajaran serta sarana dan
alat yag memungkinkan warga belajar melakukan kegiatan belajar sebaik-baiknya
dengan bantuan sumber belajar atau pendidik.

Teknik penugasan adalah teknik penyajian bahan ajar yang sumber belajar
memberikan tugas kepada warga belajar untuk melakuka tugas atau mempelajari

14
sesuatu, yang kemudian warga belajar menyelesaikan dan melaporkan
pelaksanaan tugas itu kepada sumber belajar. Bermain peran adalah teknik
pembelajaran yang warga belajar mengasumsikan dirinya sebagai pelaku peran
untuk memaparkan keadaan nyata atau masalah yang muncul pada hubungan
antarmanusia atau masyarakat pada situasi tertentu. Dalam permainan, warga
belajar disyaratkan mengikuti aturan permainan dalam melakukan permainan
sampai tujuan yang ditetapkan tercapai.

Teknik pembelajaran perseorangan yang berpusat pada sumber belajar, antara


lain tutorial. Tutorial merupakan teknik pembelajaran mengarah pada kwgiatan
belajar individual dengan bantuan sumber belajar yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman lebih banyak daripada warga.

Teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam membantu anggota


kelompok melakukan kegiatan belajar diataranya ialah tutorial, diskusi kelompok,
diskusi enam-enam, latihan, kerja kelompok, curah pendapat, cawan ikan,
seminar, dan simposium. Tutorial dapat dilakukan antara seorang sumber belajar
dengan warga belajar dalam kelompok kecil/besar. Teknik diskusi kelompok
digunakan dalam situasi pembelajaran yang ditandai oleh tingginya interaksi
antarwarga belajar dan antara warga belajar dan sumber belajar.teknik diskusi
enam-enam merupakan salah satu pengembangan teknik diskusi kelompok.
Diskusi dilakukan oleh kelompok dengan enam anggota selama enam menit.
Karena waktunya singkat, topik diskusi perlu lebih spesifik dan jelas, serta
peraturan diskusi hendaknya dipahami dengan baik oleh peserta. Latihan,
beberapa pakar menyebutnya format atau satuan pendidikan luar sekolah, tetapi
dapat pula desebut teknik pembelajaran kelompok.

Pada umumnya latihan berkait dengan perolehan dan peningkatan


pengetahuan, keterampilan, sikap dalam mengerjakan sesuatu atau dalam
melakukan tugas tertentu. Kerja kelompok digunakan dalam pembelajaram yang
sumber belajarnya memberikan tugas yang harus dilakukann kelompok.kerja
kelompok sangat berguns untuk memacu motivasi belajar, mengembangkan sikap
positif, menggunakan bahan dan alat belajar, dan meningkatkan keterampilan
penyelesaian masalah. Curah pendapat (braindstroming) adalah teknik

15
pembelajaran yang diguakan untuk menghimpun pendapat, gagasan, dan
pemikiran setiap warga belajar (dalamm kelompok). Teknik cawan ikan (fish-
bowl) sering digunakan untuk menghimpun gagasan yang dapat digunakann untuk
perencanaan awal suatu kegiatan untuk mengevaluasi program. Seminar
merupakan teknik pembelajaran untuk membahas secara ilmiah masalah dalam
bidang kehidupan tertentu, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, agama, dan
kehidupan sehari-hari. Sumber belajar dapat mencari, menentukan, dan meminta
kesediaan narasumber, yaitu orang atau pakar di bidang yang dibahas dalam
seminar. Simposium sebagai teknik pembelajaran melibatkan dua orang
narasumber atau lebih (biasanya pakar di bidang tertentu) yang membahas secara
singkat suatu topik yang telah ditentukan oleh sumber belajar, mungkin bersama
warga belajar di depan warga belajar yang mengikuti simposium tersebut.

Teknik pembelajaran yang dapat dilakukan dalam kegiatan belajar-


membelajarkan kelompok besar (massal) antara lain kampanye dan gerakan
pembangunan masyarakat. Kampanye digunakan dalam berbagai kegiatan yang
bersifat massalseperti keluarga berencana, pemberantasan buta huruf (gaya lama),
pendayagunaan dan pelestarian lingkungan hidup, pengentasan kemiskinan, dan
pemilihan umum. Kampanye dilakukan secara langsung, tidak langsung, atau
gabungan keduanya. Kampanye langsung dilakukan dalam pertemuan tatap muka
antara sumber belajar dan peserta di dalam rapat umum, pengajian, dan
sebagainya. Kampanye tidak langsung digunakan dengan menggunakan media
cetak (buku, pamflet, poster, dsb.), media elektronik (siaran televisi, radio), atau
gabungan keduanya.

Gerakan pembangunan masyarakat dilakukan untuk pembelajaran masyarakt


dalam kesatuan wilayah tertentu seperti masyarakat desa, masyarakat kota, atau
masyarakat suku terasing. Pembelajaran oleh masyarakat dilakukan dalam
kegiatan bersama secara bertahap dan berkesinambungan. Pembangunan
masyarakat oleh, untuk, dan di dalam masyarakat itu dilakukan melalui kegiatan
bersama (partisipasi aktif) perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program
pembangunan. Dalam perencanaan, pelaksanaan, dan enilian program
pembangunan.

16
Dalam perencanaan, pimpinan formal bersama pemuka dan wakil masyarakat
mengidentifiksi dan merumumuskan masalah, menetapkan tujuan yang ingin
dicapai, dan menyusun langkah kegiatan atau program untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Mereka menyusun organisasi, menetapkan pembagian
tugas, mempersiapkan kemampuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan, dan menyusun alat evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan.
Masyarakat sebagai peserta didik atau warga belajar berperan dalam kegiatan,
sedangkan sumber belajar berperan sebagai fasilitator membantu masyarakat
melakukan kegiatan belajar untuk meningkatkan taraf hidup dan kehidupan
mereka.

Masih banyak teknik pembelajaran yang dapat digunakan sumber belajar


untuk membantu warga belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif. Di antara
teknik-teknik itu ialah pecahan bujur sangkar (broke square), dskripsi-
interpretasi-evaluasi (die technique), respon terinci (itemized responce), studi
kasus, situasi hipotesis, penyelesaian masaslah kritis (critical incident), panel
forum, sarasehan, simulasi, da teknik delphi. Namun, perlu diingat bahwa
pengelompokan teknik pembelajaran itu hanya sebagai pedoman untuk
memudahkan penggolongan, sedangkan penggunaannya perlu pempertimbangkan
penggunaan ekletik, atau beberapa teknik digunakan sekaligus dan saling dukung
dalam suatu situasi pembelajaran.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi orang dewasa sudah memiliki konsep dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Karena mereka sudah memiliki bekal terlebih dahulu pada
saat melewati fase anak-anak dan remaja. Sehingga di masa dewasa
mereka tinggal menerapkan apa yang telah dipelajari di masa sebelumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Basleman, Anisah. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset

Mapiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan:
Tinjauan dari Medan Pribadi dan Sosial Keluarga dan Jabatan

19

Anda mungkin juga menyukai