Oleh:
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “prosedur berkaitan dengan tindakan
yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan criteria atau mutu kinerja
tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui pengunaan
prosedur tersebut. Jadi, berkaitan dengan prosedur auditing , standar auditing mencakup
(judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI dari sepuluh standar dikelompokkan
1. Standar umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditorwajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2. Standar pekerjaan lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakanasisten harus
disupervisi dengan ssemestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperolehuntuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkuppengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan dalam periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Aturan tambahan ;PSA No. 04 (SA Seksi 220)PSA No. 04 (SA Seksi 230)PSA No. 07
(SA Seksi 326)PSA No. 08 (SA Seksi 410)PSA No. 09 (SA Seksi 420)PSA No. 10
(SA Seksi 431)
Standar audit menurut Mulyadi Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan
keuangan historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit.
Keempat standar ini audit yang berlaku umum untuk pelaporan dipenuhi dengan menerbitkan
suatu laporan auditor dalam bentuk yang sesuai , meskipun laporan standar diterbitkat dalam
sebagian besar audit, namun sejumlah variasi yang terbatas atau penyimpangan dari laporan
standar yang diisyaratkan untuk digunakan dalam situasi-situasi tertentu.
Laporan Auditing adalah sebuah dokumen yang dibuat oleh auditor profesional pada akhir
proses audit. Ini memberikan detail yang baik dari setiap temuannya pada data keungan.
Sifat Audit Menurut William C. Boynton Sifat audit yaitu adalah pengumpulan dan evaluasi
bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.
Laporan Standar
1. Menurut William C. Boynton yaitu: Laporan audit adalah media komunikasi yang
digunakan oleh auditor, bersifat formal untuk mengomunikasikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan tentang kesimpulan dari pelaksanaan audit yang telah
dilaksanakan. Umumnya laporan audit ini terbagi menjadi dua yakni laporan audit
standar dan tidak standar.
Laporan standar merupakan bentuk laporan yang lazim diterbitkan. Laporan standar
merupakan laporan yang memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) yang menyatakan bahwa suatu laporan keuangan (pen-bila yang diaudit
adalah laporan keuangan) menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang bersifat
material, diantaranya adalah arus kas dari entitas yang ada, posisi keuangan
perusahaan, hasil usaha yang diperoleh, yang dinilai berdasarkan tingkat kesesuaian
nya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam laporan audit dengan opini “wajar tanpa pengecualian” baru dapat
diterbitkan oleh Auditor ketika semua syarat dan kondisi terpenuhi sesuai kriteria
yang ditetapkan. Selain itu, juga tidak terdapat adanya kesalahan dalam penyajian
informasi dalam laporan keuangan yang berpengaruh secara signifikan. Laporan
keuangan ini dinilai oleh akuntan publik berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mengakui bahwa mereka
mendapatkan untung pada tahun 2020. Setelah dilakukan Audit, ternyata akuntan
publik menemukan bahwa keuntungan tersebut didasarkan pada piutang yang belum
dibayar. Temuan tersebut, merupakan bentuk salah saji dalam laporan keuangan yang
bersifat signifikan, karena alasan tersebut maka Auditor tidak bisa menerbitkan
pendapat “wajar tanpa pengecualian”.
2. Laporan Standar Menurut Rudy Yulianto Laporan penting sekali dalam suatu audit
atau proses astetasi lainnya karena laporan menginformasikan pemakai informasi
mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.Dari sudut
pandang pemakai,laporan dianggap sebagai produk utama dari proses astetasi.
Pembuatan laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit.
Di samping berisi salah satu dari pendapat tersebut di atas, laporas su tor juga
harus memuat satu atau lebih paragraf penjelasan sebelum parag pendapat
yang memberikan alasan-alasan substantif atas pendapat y diberikan. Selain
itu, dalam paragraf pendapat, referensi juga harus d untuk paragraf penjelasan.
Sehingga, manakala salah satu dari ketiga kondisi tersebut dijumpai dan dalam jumlah yang
material, maka laporan dengan opini WTP tidak dapat diberikan. Dalam kondisi ini, opini
yang dapat diberikan adalah wajar dengan pengecualian (qualified opinion), tidak wajar
(adverse opinion), maupun auditor dapat menolak memberikan pendapat (disclaimer
opinion).
Opini wajar dengan pengecualian diberikan dalam kondisi adanya pembatasan lingkup
audit maupun oleh karena ketidaksesuaian penyusunan laporan keuangan dengan standar
akuntansi yang berlaku. Pengecualian ini dapat diberikan atas ruang lingkup tertentu (scope)
yakni dalam hal ada pembatasan ruang lingkup audit. Dapat pula diberikan atas opini audit
itu sendiri dalam hal terjadi ketidaksesuaian penyusunan laporan keuangan dengan standar
audit yang berlaku. Maupun keduanya, atas ruang lingkup berikut opini yang diberikan.
Namun demikian, perlu menjadi catatan bahwa opini wajar dengan pengecualian ini hanya
dapat diberikan bila auditor menarik kesimpulan bahwa keseluruhan laporan keuangan
disajikan secara wajar (fairly stated). Jika tidak, maka auditor harus memberikan opini tidak
wajar atau bahkan menolak memberikan opini apabila hal yang dilaporkan memang bersifat
material.
Opini tidak wajar diberikan apabila auditor mempercayai bahwa keseluruhan laporan
keuangan mengandung kesalahan yang bersifat material yang diebabkan tidak disusunnya
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Opini tidak menyatakan pendapat diberikan apabila auditor tidak memiliki bukti yang
cukup bahwa laporan keuangan disusun secara wajar (fairly stated). Hal ini dapat disebabkan
adanya pembatasan ruang lingkup yang sedemikian besar, atau karena tidak adanya
independensi auditor. Perbedaan opini tidak menyatakan pendapat dengan opini tidak wajar,
terletak pada ada atau tidaknya pengetahuan auditor mengenai ketidakwajaran laporan
keuagan (not fairly stated).
Bagian ini membahas tanggung jawab pelaporan berkaitan dengan 4 situasi tambahan:
Seseorang auditor yang memilih menggunakan laporan standar dari negara lain
harus (1) memastikan bahwa laporan itu akan digunakan oleh auditor dinegara
lain dengan situasi yang sama serta (2) memahami, dan berada dalam posisi untuk
membuat, atestasi yang termuat dalam laporan tersebut. Atestasi itu dapat
mencakup kelayakan eksplisit atau implisit dari ketaatan perundangan dengan
hukum setempat.
Setelah memberi tahu organisasi tentang audit yang akan datang, auditor biasanya meminta
dokumen yang tercantum pada daftar periksa pendahuluan audit. Dokumen-dokumen ini
mungkin termasuk salinan laporan audit sebelumnya, laporan bank asli, kuitansi dan buku
besar.
Selain itu, auditor dapat meminta bagan organisasi, bersama dengan salinan risalah dewan
dan komite serta salinan anggaran rumah tangga dan peraturan tetap.
Manajemen senior dan staf administrasi kunci kemudian diundang ke pertemuan terbuka di
mana ruang lingkup audit disajikan oleh auditor.
Kerangka waktu untuk audit ditentukan, dan masalah waktu apa pun seperti jadwal liburan
dibahas dan ditangani. Kepala departemen mungkin diminta untuk memberi tahu staf tentang
kemungkinan wawancara dengan auditor.
Auditor mengambil informasi yang dikumpulkan dari rapat terbuka dan menggunakannya
untuk menyelesaikan rencana audit. Kerja lapangan kemudian dilakukan dengan berbicara
kepada anggota staf dan meninjau prosedur dan proses.
Auditor menguji kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur. Kontrol internal dievaluasi
untuk memastikannya memadai. Auditor dapat mendiskusikan masalah yang muncul untuk
memberi organisasi kesempatan untuk merespons.
Menyusun Laporan
Auditor menyiapkan laporan yang merinci temuan audit. Termasuk dalam laporan tersebut
adalah kesalahan matematika, masalah posting, pembayaran resmi tetapi tidak dibayar dan
perbedaan lainnya; masalah audit lainnya juga terdaftar.
Auditor kemudian menulis komentar yang menjelaskan temuan audit dan merekomendasikan
solusi untuk setiap masalah.
Auditor meminta tanggapan dari manajemen yang menunjukkan apakah setuju atau tidak
setuju dengan masalah dalam laporan, deskripsi rencana tindakan manajemen untuk
mengatasi masalah dan tanggal penyelesaian yang diproyeksikan.
Pada pertemuan penutupan, semua pihak yang terlibat membahas laporan dan tanggapan
manajemen. Jika ada masalah yang tersisa, masalah tersebut telah diselesaikan pada saat ini.
Opini ini sebenarnya masih merupakan pendapat yang berisi pendapat “wajar tanpa
pengecualian” hanya saja ada kondisi tertentu yang mengharuskan auditor menambah kalimat
penjelas dalam paragraf pendapat. Artinya, terdapat tambahan kalimat penjelas dari paragraf
dalam laporan standar. Sesuai dengan standar profesional akuntan, keadaan-keadaan yang
mengharuskan auditor menambah kalimat penjelas tersebut adalah:
Dalam pendapat ini, Auditor harus menyatakan bahwa ruang lingkup audit
yang telah dilakukannya, tidak cukup memadai untuk dijadikan dasar
sebagai bukti untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor
juga harus menjelaskan beberapa keberatan lain yang berhubungan dengan
tingkat kewajaran penyajian informasi dari laporan keuangan berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
https://id.wikipedia.org/wiki/Audit_keuangan
https://mihok.my.id/penyimpangan-dari-laporan-audit-unqualified/
https://modulakuntansionline.blogspot.com/2014/04/penyimpangan-dari-laporan-audit-
bentuk.html
https://www.szetoaccurate.com/gaap-adalah/
https://www.szetoaccurate.com/gaap-adalah/
https://hukumline.com/5-jenis-opini-audit-plus-contoh-lengkapnya/
(Modern Auditing )
Arens (2012)
Mulyadi