Anda di halaman 1dari 27

AUDITING 2

“COMPLETING and REPORTING the AUDIT REPOTRTING on AUDITED


FINANSIAL STATEMENTS”

Oleh:

Mella Junie Wijayanti (19.1.02.01.0002)

Nafisatur Riza Fahmi (19.1.02.01.0015)

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS (FEB)

PRODI AKUNTANSI (3B)

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


Standar Pelaporan menurut William C. Boynton mengatakan GAAS mencangkup empat
standar pelaporan yang berlaku umum, standar ini berkaitan dengan GAAP, konsistensi,
pengungkapan yang memadai dan penyataan pendapat, yaitu:

1. Standar pelaporan yang pertama


Standar pelaporan pertama menyatakan bahwa laporan harus menyatakan, apakah
laporan keuangan tersebut sudah disajikan secara prinsip akuntansi yang sudah
berlaku secara umum.
Disini standar pelaporan pertama mengharuskan auditor untuk menyatakan secara
ekplisit (jelas), apakah laporan keuangannya sudah disajikan secara wajar sesuai
dengan GAAP. Standart ini mengharuskan pernyataan pendapat bukan hanya
penyataan tentang fakta saja, untuk tujuan standar ini, GAAP tidak hanya
mencangkup prinsip-prinsip akuntansi seperti, prinsip biaya, tetapi juga metode
penerapannya seperti, metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) dan masuk akhir
(LIFO) untuk persediaan melainkan metode garis lurus dan jumlah angka-angka
tahun.
AU 411:04 The Morning of Present Fairly in Comfornity With Generally Accepted
Accounting Principle in the Independent Auditor’s Report SAS 69, menyatakan
bahwa auditor mengenai kesesuaian dengan GAAP harus didasarkan pada
pertimbangannya tentang apakah:
1. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah diterima secara umum
2. Prinsip akuntansi telah sesuai dengan situasi yang dihadapi
3. Laporan keuangan termasuk catatan yang berkaitan, bersifat informatif atas hal-
hal yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan interpretasinya.
4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah diklasifikasikan dan
diikthisarkan dengan cara yang layak (yakni tidak terlalu rinci ataupun terlalu
ringkas)
5. Laporan tersebut mencerminkan peristiwa dan transaksi yang didasari dengan
cara menyajikan posisi keuangan, hasil operasi serta arus kas dalam batas-batas
yang layak dan praktis.
2. Standar Pelaporan Kedua
Standar pelaporan kedua adalah laporan yang harus menunjukkan situasi dimana
prinsip tersebut belum diterapkan secara konsisten selama periode berjalan dalam
kaitannya dengan periode sebelumnya.
Standar pelaporan kedua ini memiliki tujuan yaitu :
a. Untuk memberikan keyakinan bahwa komparabilitas laporan keuangan diantara
periode-periode akuntansi tidakdipengaruhi secara material oleh perubahan
prinsip akuntansi
b. Untuk mempersyaratkan pelaporan yang tepat oleh auditor komprabilitas telah
dipengaruhi secara material oleh perubahan semacamnya.
3. Standar Pelaporan Ketiga
Standar pelaporan ketiga menyatakan bahwa pengungkapan informatif dalam laporan
keuangan dianggap cukup memadai kecuali menyatakan hal lain dalam laporan audit.
Pengungkapan informtif (informative disclosures) mencangkup hal-hal material yang
berkaitan dengan bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan yang
menyertainya.
4. Standar Laporan Keempat
Standar pelaporan keempat adalah laporan yang harus memuat pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau arsersi yang menjelaskan bahwa
suatu pendapat tidak dapat dinyatakan. Apabila suatu pendapat secara keseluruhan
tidak dapat diberikan, maka alasannya harus disebutkan. Dalam semua kasus dimana
auditor akan dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan audit harus memuat
petunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor, jika ada dan ringkat tanggung
jawabnya.
Tujuan Standar Laporan keempat ini adalah untuk mencengah misi interpretas atas
tingkat tanggung jawab yang diemban auditor apabila namanya dikaitkan dengan
laporan keuangan. Pada standar ini secara otomatis mempengaruhi bentuk, isi, dan
bahasa dalam laporan auditor.

Standar Auditing Menurut PSA No. 01 (SA Seksi 150)

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “prosedur berkaitan dengan tindakan

yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan criteria atau mutu kinerja

tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui pengunaan

prosedur tersebut. Jadi, berkaitan dengan prosedur auditing , standar auditing mencakup

standar mutu professional (professional quality) auditor independen dan pertimbangan

(judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI dari sepuluh standar dikelompokkan

menjadi tiga kelompok besar yaitu

1. Standar umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditorwajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2. Standar pekerjaan lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakanasisten harus
disupervisi dengan ssemestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperolehuntuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkuppengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Standar pelaporan menurut Sukrisno agus yaitu:

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan dalam periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Aturan tambahan ;PSA No. 04 (SA Seksi 220)PSA No. 04 (SA Seksi 230)PSA No. 07
(SA Seksi 326)PSA No. 08 (SA Seksi 410)PSA No. 09 (SA Seksi 420)PSA No. 10
(SA Seksi 431)

Standar audit menurut Mulyadi Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan
keuangan historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit.

Laporan Auditing menurut William C. Boynton

Keempat standar ini audit yang berlaku umum untuk pelaporan dipenuhi dengan menerbitkan
suatu laporan auditor dalam bentuk yang sesuai , meskipun laporan standar diterbitkat dalam
sebagian besar audit, namun sejumlah variasi yang terbatas atau penyimpangan dari laporan
standar yang diisyaratkan untuk digunakan dalam situasi-situasi tertentu.

Laporan Auditing adalah sebuah dokumen yang dibuat oleh auditor profesional pada akhir
proses audit. Ini memberikan detail yang baik dari setiap temuannya pada data keungan.

Sifat Audit Menurut William C. Boynton Sifat audit yaitu adalah pengumpulan dan evaluasi
bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.

Laporan Standar

1. Menurut William C. Boynton yaitu: Laporan audit adalah media komunikasi yang
digunakan oleh auditor, bersifat formal untuk mengomunikasikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan tentang kesimpulan dari pelaksanaan audit yang telah
dilaksanakan. Umumnya laporan audit ini terbagi menjadi dua yakni laporan audit
standar dan tidak standar.
Laporan standar merupakan bentuk laporan yang lazim diterbitkan. Laporan standar
merupakan laporan yang memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) yang menyatakan bahwa suatu laporan keuangan (pen-bila yang diaudit
adalah laporan keuangan) menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang bersifat
material, diantaranya adalah arus kas dari entitas yang ada, posisi keuangan
perusahaan, hasil usaha yang diperoleh, yang dinilai berdasarkan tingkat kesesuaian
nya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam laporan audit dengan opini “wajar tanpa pengecualian” baru dapat
diterbitkan oleh Auditor ketika semua syarat dan kondisi terpenuhi sesuai kriteria
yang ditetapkan. Selain itu, juga tidak terdapat adanya kesalahan dalam penyajian
informasi dalam laporan keuangan yang berpengaruh secara signifikan. Laporan
keuangan ini dinilai oleh akuntan publik berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mengakui bahwa mereka
mendapatkan untung pada tahun 2020. Setelah dilakukan Audit, ternyata akuntan
publik menemukan bahwa keuntungan tersebut didasarkan pada piutang yang belum
dibayar. Temuan tersebut, merupakan bentuk salah saji dalam laporan keuangan yang
bersifat signifikan, karena alasan tersebut maka Auditor tidak bisa menerbitkan
pendapat “wajar tanpa pengecualian”.
2. Laporan Standar Menurut Rudy Yulianto Laporan penting sekali dalam suatu audit
atau proses astetasi lainnya karena laporan menginformasikan pemakai informasi
mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.Dari sudut
pandang pemakai,laporan dianggap sebagai produk utama dari proses astetasi.
Pembuatan laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit.

Penyimpangan dari Laporan Standar

1. Menurut William C. Boynton penyimpangan dari laporan standar terjadi apabila


auditor menyimpulkan bahwa
a. Bahasa penjelas harus ditambahkan pada laporan itu walaupun masih menyatakan
pendapat wajar tanpa pengeualian
Dapat saja terjadi situasi dimana bahasa penjelas ditambahkan pada laporan tetapi
auditor masih menyatakan pendapay wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan bersangkutan. Tujuan dari informasi penjelas adalah untuk memberi
tahu pemakai laporan itu tentang satu atau lebih fakta material berkenaan dengan
audit atau laporan keuangan yang telah diaudit. Berikut ini adalah daftar situasi
yang dapat mengakibatkan penambahaan informasi penjelasan pada laporan
pendapat wajar tanpa pengecualian:
 Ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang dirumuskan yang
diperlukan untuk kewajaran penyajian dalam situasi yang tidak biasa
 Inkonsistensi dalam prinsip-prinsip akuntansi yang
dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP
 Ketidakpastian yang dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP
 Keraguan yang substansial tentang kelangsungan usaha suatu entitas yang
dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP
 Penekanan suatu hal oleh audiror
 Pendapat berdasarkan sebagian dari laporan auditor lain dimana tidak ada
pembatasan ruang lingkup dan ketidaksesuaian dengan GAAP
b. Jenis pendapat yang berbeda harus dinyatakan pada laporan keuangan tsb.
Auditor dapat menyimpulkan bahwa pendapat wajar tanpa pengecualian tidak
dapat diberikan. Dalam kasus itu, AU 508.10 menunjukkan bahwa auditor dapat
menyatakan salah satu dari jenis pendapat lain berikut:
 Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) yang menyata kan
bahwa kecuali untuk pengaruh hal-hal yang berkaitan dengan
pengecualian, laporan keuangan itu menyajikan secara wajar.... sesuai
dengan GAAP
 Pend\apat tidak wajar yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar seusai dengan GAAP
 Penolakan memberikan pendapat (disclaimer opinion) yang meng kan
bahwa auditor tidak menyatakan suatu pendapat atas lap keuangan..

Di samping berisi salah satu dari pendapat tersebut di atas, laporas su tor juga
harus memuat satu atau lebih paragraf penjelasan sebelum parag pendapat
yang memberikan alasan-alasan substantif atas pendapat y diberikan. Selain
itu, dalam paragraf pendapat, referensi juga harus d untuk paragraf penjelasan.

Pertimbangan auditor mengenai kewajaran laporan keuangan te keseluruhan


dilakukan dalam kerangka kerja standar audit yang ber umum dan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dalam memu pendapat yang tepat, auditor
harus menjawab pertanyaan-pertany berikut:

 Apakah bukti yang mencukupi telah diperoleh dalam audit mendapatkan


dasar yang layak untuk memberikan pendapat laporan keuangan?
 Apakah laporan keuangan telah menyajikan secara wajar, dalam sema
hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas sesa dengan
GAAP?
2. Dalam studi tentang laporan audit yang menyimpang dari laporan wajar tanpa
pengecualian, terdapat tiga topik yang berkaitan erat satu sama lain yaitu:
a. kondisi yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian,
jenis pendapat selain wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.
 Ruang lingkup audit dibatasi (pembatasan ruang lingkup)
Apabila auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang mencukupi
untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan GAAP/PSAK, maka terjadi pembatasan atas ruang lingkup audit.
 Laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum(penyimpangan GAAP)
Sebagai contoh, jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti
(replacement cost) untuk aktiva tetapnya atau menilai persediaannya pada
harga jual ketimbang biaya historis, maka diperlukan penyimpangan dari
laporan wajar tanpa pengecualian.
 Auditor tidak independen
Independensi umumnya ditentukan oleh peraturan 101 dari aturan Kode
Perilaku Profesional Pendapat Wajar Dengan Pengecualian Laporan
pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dapat diterbitkan
akibat pembatasan ruang lingkup atau kelalaian untuk mematuhi prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat wajar dengan
pengecualian dapat diterbitkan hanya apabila auditor menyimpulkan
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar.
Laporan pendapat tidak wajar atau menolak memberikan pendapat harus
diterbitkan jika auditor merasa yakin bahwa kondisi yang dilaporkan
tersebut bersifat sangat material.
 Pendapat Tidak Wajar
Pendapat tidak wajar (adverse opinion)digunakan hanya apabila
auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
mengandung salah saji yang material atau menyesatkan, sehingga
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP)
 Menolak Memberikan Pendapat
 Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) diterbitkan
apabila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar.
Kebutuhan untuk menolak memberikan pendapat akan timbul
apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit atau terdapat
hubungan yang tidak independen menurut Kode Perilaku
Profesional antara auditor dengan kliennya.
Materialitas
1. Menurut William C. Boynton
Materialitas merupakan hal yang penting dalam menjawab kedu pertanyaan
tersebut. Apabila pengaruh dari suatu hal di mana bukti yang tidak mencukupi
yang telah diperoleh adalah tidak material, atau apabl ketidaksesuaian dengan
GAAP mempunyai pengaruh yang tidak malend terhadap laporan keuangan, maka
jawaban yang mengiyakan (afirmati dapat diberikan kepada setiap pertanyaan
dalam menerbitkan pendapa wajar tanpa pengecualian. Jawaban negatif atas
pertanyaan pertama beran ada pembatasan ruang lingkup (scope limitation) dalam
pelaksanaan audit. Demikian pula, jawaban negatif atas pertanyaan kedua berarti
ada ketidaksesuaian yang material dengan GAAP.
Opsi pelaporan dari kedua jenis penyimpangan ini adalah sebagaI berikut:
a. Pembatasan ruang lingkup: Pendapat wajar dengan pengecualian atau
penolakan memberikan pendapat. Ketidaksesuaian dengan GAAP: Pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
b. Pilihan di antara kedua pendapat audit untuk masing-masing jenis penyir
pangan merupakan pertimbangan audit. Apabila pengaruh pembalas ruang
lingkup atau ketidaksesuaian dengan GAAP terhadap laporan ke uangan
sangat material, maka auditor kemungkinan besar akan menerbi kan
pernyataan penolakan memberikan pendapat atau pendapat tidak wajar.
Apabila pengaruhnya tidak sangat material, maka pendapat wajar dengan
pengecualian mungkin tepat.
Akibat wajar dari konsep materialitas adalah penyebaran (pernasin ness), yang
berkaitan dengan jumlah pos-pos laporan keuangan yang dipengaruhi oleh
situasinya. Apabila jumlah pos yang dipengaruhi ke auditor biasanya akan
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian karena pengaruhnya dapat
dijelaskan secara memadai dalam paragraf penjelasan, dan keseluruhan
laporan keuangan masih berguna. Sebaliknya, jika jumlah pos yang
dipengaruhi besar, maka tidaklah praktis untuk ber usaha menjelaskan semua
pengaruh dalam paragraf penjelasan, dan pe nolakan memberikan pendapat
atau pendapat tidak wajar akan diterbitkan. Berikut ini adalah daftar situasi
yang dapat mengakibatkan penerbitan pendapat wajar dengan pengecualian,
pendapat tidak wajar, atau penolakan memberikan pendapat:
a. Pembatasan ruang lingkup
b. Ketidaksesuaian dengan GAAP (selain dari ketidaksesuaian yang di
syaratkan dengan GAAP yang dirumuskan dalam situasi tidak biasa)
c. Inkonsistensi dalam prinsip-prinsip akuntansi yang tidak diper
tanggungjawabkan sesuai dengan GAAP.
d. Pengungkapan yang tidak memadai.
e. Ketidakpastian yang tidak dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP.
f. Keraguan yang substansial mengenai status kelangsungan usaha entitas
yang tidak dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP.
g. Situasi yang berkenaan dengan pemberian pendapat berdasarkan sebagian
dari laporan auditor lain yang melibatkan pembatasan ruang lingkup atau
ketidaksesuaian dengan GAAP.
Untungnya, situasi-situasi ini jarang terjadi dalam praktik. Meskipun
demikian, auditor harus dapat mengenali hal itu dan mengetahui
bagaimana hal itu mempengaruhi laporan auditor.
2. Materialitas adalah factor penting dalam mempertimbangkan jenis laporan yang
tepat untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Definisi dari materialitas dalam
kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit, adalah : “Suatu salah saji dalam
laporan keuangan,dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji
tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional.

Dalam menerapkan definisi ini,digunakan tiga tingkatan materialitas dalam


mempertimbangkan jenis laporan yang akan dibuat.
Jumlah tidak material :
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak
mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak
material. Jumlahnya material tetapi tidak menganggu laporan keuangan secara
keseluruhan:
Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan dapat
mempengaruhi keputusan pemakai, tetapi keseluruhan laporan keuangan tersebut
tersaji dengan benar sehingga tetap berguna. Jumlah sangat material atau
pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan diragukan
Tingkat materialitas tertinggi terjadi jika para pemakai dapat membuat
keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara
keseluruhan.

Keputusan Mengenai Materialitas


Keputusan materialitas berkaitan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika seorang
klien tidak menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan benar laporan audit
dapat wajar tanpa pengecualian,wajar dengan pengecualian atau tidak wajar,tergantung
kepada materialitas dari penyimpangan tersebut. Harus dipertimbangkan beberapa aspek dari
materialitas.

a. Jumlah rupiah dibandingkan tehadap tolak ukur tertentu


b. Daya ukur
c. Sifat salah saji.
Salah saji berikut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan dan
dengan demikian juga akan mempengaruhi pendapat auditor,dengan cara yang
berbeda dari salah saji yang lazim terjadi :
1. Transaksi-transaksi adalah melanggar hukum
2. Sesuatu pos yang dapat mempengaruhi periode mendatang,meskipun jumlahnya
tidak berarti jika hanya periode sekarang yang diperhitungkan.
3. Sesuatu yang menimbulkan akibat psikis (sebagai contoh,laba kecil versus
kerugian kecil, atau saldo bank versus cerukan)
4. Sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila dipandang dari segi
kewajiban kontrak
Contoh: pelanggan persyaratan kredit dapat mengakibatkan dibatalkannya fasilitas
kredit tersebut

Keputusan materialitas-kaitan dengan pembatasan lingkup audit.


Besar kecilnya salah saji yang mungkin terjadi akibat pembatasan lingkup audit
penting untuk diperhatikan dalam menentukan jenis pendapat yang sesuai, yaitu
apakah laporan wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian atau pernyataan
tidak memberikan pendapat.

Keputusan materialitas-kaitan dengan pembatasan lingkup audit.


Besar kecilnya salah saji yang mungkin terjadi akibat pembatasan lingkup audit penting
untuk diperhatikan dalam menentukan jenis pendapat yang sesuai,yaitu apakah laporan wajar
tanpa pengecualian,wajar dengan pengecualian atau pernyataan tidak memberikan pendapat.
Arens (2012) menyebutkan 3 kondisi yang mengakibatkan opini Unqualified (Wajar Tanpa
Pengecualian – WTP) tidak dapat diberikan:

1. Pembatasan Ruang Lingkup Audit


2. Laporan Keuangan Tidak Disusun Sesuai dengan Standar Akuntansi yang Berlaku
3. Auditor Tidak Independen

Sehingga, manakala salah satu dari ketiga kondisi tersebut dijumpai dan dalam jumlah yang
material, maka laporan dengan opini WTP tidak dapat diberikan. Dalam kondisi ini, opini
yang dapat diberikan adalah wajar dengan pengecualian (qualified opinion), tidak wajar
(adverse opinion), maupun auditor dapat menolak memberikan pendapat (disclaimer
opinion).

Opini wajar dengan pengecualian diberikan dalam kondisi adanya pembatasan lingkup
audit maupun oleh karena ketidaksesuaian penyusunan laporan keuangan dengan standar
akuntansi yang berlaku. Pengecualian ini dapat diberikan atas ruang lingkup tertentu (scope)
yakni dalam hal ada pembatasan ruang lingkup audit. Dapat pula diberikan atas opini audit
itu sendiri dalam hal terjadi ketidaksesuaian penyusunan laporan keuangan dengan standar
audit yang berlaku. Maupun keduanya, atas ruang lingkup berikut opini yang diberikan.

Namun demikian, perlu menjadi catatan bahwa opini wajar dengan pengecualian ini hanya
dapat diberikan bila auditor menarik kesimpulan bahwa keseluruhan laporan keuangan
disajikan secara wajar (fairly stated). Jika tidak, maka auditor harus memberikan opini tidak
wajar atau bahkan menolak memberikan opini apabila hal yang dilaporkan memang bersifat
material.

Opini tidak wajar diberikan apabila auditor mempercayai bahwa keseluruhan laporan
keuangan mengandung kesalahan yang bersifat material yang diebabkan tidak disusunnya
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Opini tidak menyatakan pendapat diberikan apabila auditor tidak memiliki bukti yang
cukup bahwa laporan keuangan disusun secara wajar (fairly stated). Hal ini dapat disebabkan
adanya pembatasan ruang lingkup yang sedemikian besar, atau karena tidak adanya
independensi auditor. Perbedaan opini tidak menyatakan pendapat dengan opini tidak wajar,
terletak pada ada atau tidaknya pengetahuan auditor mengenai ketidakwajaran laporan
keuagan (not fairly stated).

Beragumen bagaimana jenis laporan yang menyimpang dengan tepat

Pertimbangan pelaporan lain

Bagian ini membahas tanggung jawab pelaporan berkaitan dengan 4 situasi tambahan:

1. Pelaporan bila akuntan public tidak independen


Seseorang akuntan public (CPA) dapat mengaudit laporan keuangan bila ia
tidak independent dengan klien. Sebagai contoh, akuntan public itu mungkin seorang
direktur atau pejabat klien, atau ia dapat mempunyai kepentingan keuangan langsung
dengan klien sebagai kreditor atau pemegang saham. Apabila akuntan public tidak
mempunyai independensi sebagaimana yang disyaratkan oleh GAAS (Standar Umum
No.2), akuntan public itu tidak dapat menggunakan laporan standar auditor dan
disyaratkan untuk menerbitkan penolakan memberikan pendapat.
Seorang akuntan public yang menyadarri adanya penyimpangan yang material
dari GAAS juga harus meminta revisi atas laporan keuangan, mengurangikan
penyimpangan dalam pengungkapan, atau menolak dikaitkan dengan laporan
keuangan.
2. Situasi yang berkenaan dengan laporan keuangan komparatif
Seperti telah ditunjukkan sebelumnya dalam bab ini standar pelaporan keempat
berlaku tidak hanya untuk laporan keuangan periode berjalan, tetapi juga laporan dari
setiap periode sebelumnya yang disajikan atas dasar komporatif dengan periode
berjalan. Selama audit tahun berjalan, auditor harus waspada terhadap situasi dan
peristiwa yang bertalian dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Situasi-situasi
tersebut dapat mencakup:
A. Pendapat yang berbeda
Untuk suatu tahun tertentu, seorang auditor dapat memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian atas satu laporan disamping memberikan jenis pendapat yang
berbeda untuk laporan lain. Demikian pula, dalam laporan komparatif, jenis
pendapat yang berbeda dapat dinyatakan atas satu atau lebih laporan untuk tahun
sebelumnya sementara pendapat wajar tanpa pengecualian dinyatakan atas laporan
yang sama untuk tahun berjalan. Suatu laporan yang mengandung pendapat wajar
tanpa pengecualian pada laporan tahun berjalan dan penolakan memberikan
pendapat atas semua laporan kecuali neraca tahun sebelumnya.
B. Memutakhirkan pendapat
Audit tahun berjalan oleh auditor dapat memberikan bukti bahwa pendapat
atas laporan tahun sebelumnya harus berbeda dari pendapat yang semula
diberikan. Ini dapat berasal dari peristiwa-peristiwa seperti resolusi selanjutnya
atas ketidak pastina yang ada pada tahun sebelumnya, menemukan ketidakpastian
yang ada pada tahun sebelumnya yang belum diketahui Ketika pendapat atas
laporan tahun sebelumnya diberikan, atau penetapan Kembali laporan periode
sebelumnya agar sesuai dengan GAAP. Pemutakhiran atas pendapat tahun
sebelumnya menghasilkan suatu laporan standar kecuali penambahan paragraph
penjelasan yang merinci pendapat yang berbeda dan semua alasan substantif atas
perubahan pendapat.
C. Perubahan auditor
Persyaratan pelaporan tambahan harus dipenuhi apabila terjadi perubahan
auditor selama periode yang tercakup oleh laporan komparatif. Jika laporan
auditor terdahulu atas tahun sebelumnya tidak disajikan, yang merupakan kasus
yang biasa, maka perlu bagi auditor pengganti atau penerus untuk mengubah
laporan standar guna menjelaskan situasi tersebut. Karena situasi itu berkenaan
dengan kantor akuntan yang melaksanakan audit, maka informasi penjelasan
ditambahkan pada paragraph pendahuluan, bukan sebagai paragraph terpisah.
Auditor pengganti atau penerus harus menunjukkan dalam laporan tahun berjalan:
 Bahwa laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor lain
 Tanggal laporan auditor terdahulu
 Jenis laporan yang diterbitkan oleh auditor terdahulu
 Jika laporan itu bukan laporan standar, berikan alasan substantif
penyebabnya.
3. Informasi yang menyertai laporan keuangan yang telah diaudit
Informasi yang menyertai keuangan terdiri dari (A) informasi tambahan yang
disyaratkan oleh FASB dan GASB, (B) informasi sukarela yang diberikan oleh
manajemen, dan (C) informasi tambahan yang diberikan oleh auditor. Auditor tidak
diwajibkan oleh GAAS untuk memeriksa setiap informasi itu karena data tersebut
tidak termasuk dalam laporan keuangan dasar. Akan tetapi, auditor mempunyai
sejumlah tanggung jawab atas informasi itu, seperti yang dijelaskan berikut ini.
A. Informasi tambahan yang disyaratkan
FASB dan Governmental Accounting Standards Board (GASB) telah
menyimpulkan bahwa informasi tambahan tertentu merupakan bagian yang sangat
penting dari pelaporan keuangan entitas. Sebagai contoh, FASB mempersyaratkan
informasi tentang cadangan minyak, gas, dan mineral.
Auditor diwajibkan untuk menerapkan prosedur terbatas tertentu atas informasi
dan melaporkan setiap kekurangan atau penghilangan informasi tersebut. Prosedur
yang terbatas ini mencakup pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang
metode penyiapan informasi, dan perbandingan informasi itu untuk konsistensi
dengan data lain yang tersedia. Karena informasi tersebut tidak diaudit ataupun
bukan merupakan bagian dari laporan keuangan dasar, maka SAS 52, Omnibus
Statement of Auditing Standards 1987 (AU 558.08), menyatakan bahwa laporan
standar harus diterbitkan kecuali dalam situasi-situasi berikut:
 Informasi tambahan yang disyaratkan dihilangkan
 Pengukuran atau penyajian informasi itu menyimpang secara material dari
pedoman yang digariskan.
 Auditor tidak dapat menyelesaikan prosedur yang ditetapkan
 Auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang subtansial mengenai
apakah informasi itu sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.

Situasi-situasi ini tidak mempengaruh pendapat auditor atas kewajaran laporan


keuangan. Akan tetapi, auditor harus menambahkan suatu paragraf penjelasan pada
laporan yang menguraikan situasi-situasi itu. Tidak ada perubahan dalam semua
paragraph lain dari laporan standar auditor tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi tambahan apabila hal itu dihilangkan oleh entitas.

B. Informasi sukarela yang diberikan oleh manajemen


Laporan keuangan klien yang telah diaudit biasanya disajikan dalam dokumen
yang disebut laporan tahunan. Dokumen ini mencakup informasi seperti garis
besar keuangan, surat dari presiden direktur dan/ atau ketua dewan komisaris,
statistic keuangan komparatif, skedul, dan penyajian data keuangan secara grafik
yang disiapkan dengan sukarela oleh manajemen. Auditor diwajibkan membaca
informasi ini untuk menentukan apakah data itu, atau cara penyajiannya, secara
material tidak konsiste dengan laporan keuangan dimana auditor akan
memberikan pendapatnya.
Sebagai contoh, dengan mengacu pada laba per saham dalam surat presiden
direktur, klien dapat menyatakan laba per saham hanya sebelum kerugian luar
biasa apabila laporan laba-rugi memperlihatkan data laba per saham sesuai dengan
APB Opinion 15, Earnings per share. Apabila terdapat inkonsistensi yang
material, maka auditor harus menentukan apakah laporan itu, laporan audit, atau
informasi lainnya harus direvisi. Jika demikian halnya dan klien menolak untuk
melakukan perubahan yang diperlukan, maka SAS 8, Other Information in
Documents Containing Audited Financial statements (AU 550.04), menyatakan
bahwa auditor dapat memilih untuk (1) memasukkan paragraph penjelasan dalam
laporan audit tentang hal itu, (2) menahan laporan audit, atau (3) menarik diri dari
penugasan. Apabila paragraph penjelasan ditambahkan, tidak ada perubahan lain
yang duperlukan dalam laporan standar.
C. Informasi tambahan yang diberikan oleh auditor
Pada akhir dari suatu penugasan audit, auditor menyerahkan suatu dokumen yang
berisi laporan keuangan dasar klien dan laporan auditor mengenai hal itu kepada
klien. Auditor juga dapat menyertakan informasi tambahan yang bersangkutan
dengan laporan dasar. Informasi itu, seperti rincian dan ikhtisar historis dari pos-
pos laporan tertentu, dimaksudkan untuk mempermudah analisis dan interpretasi
atas laporan keuangan dasar. Disini penting untuk mengetahui bahwa informasi
tambahan yang ada dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor disajukan diluar
laporan dasar, dan tidak perlu menyajukan secara wajar laporan itu. Seperti
laporan keuangan dasar, data dalam informasi tambahan merupakan representasi
manajemen karena hal itu berasal dari laporan dasar.
Auditor diwajibkan oleh standar pelaporan keempat untuk melaporkan semua
informasi yang termasuk dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor. Jadi,
auditor harus menguraikan karakteristik dari pemeriksaan atas informasi itu, jika
ada, menyatakan ataupun menolak memberikan pendapat. SAS 29, Reporting on
Information Accompanying the basic financial statements in an auditor- submitted
Document (AU 551.06), merupakan bahwa dalam menyatakan suatu pendapat,
auditor harus menunjukkan apakah informasi tambahan itu telah disajikan secara
wajar dalam semua hal yang material berkaitan dengan laporan keuangan dasar
secara keseluruhan. Laporan itu dapat ditambahkan pada laporan standar auditor
atau disajikan terpisah dalam dokumen.
D. Laporan keuangan yang disiapkan untuk digunakan dinegara lain
Laporan auditor mengenai laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan GAAP
negara lain tergantung pada tujuan dari penggunaan laporan keuangan itu. SAS
51, reporting on Financial Statements Prepared for Use in Other Countries (AU
534.07), menunjukkan bahwa
 Jika digunakan hanya diluar amerika serikat, maka laporan itu dapat
berupa (1) laporan auditor gaya A.S yang dimodifikasi denga prinsip-
prinsip akuntansi negara lain atau (2) laporan standar negara lain.
 Jika digunakan baik di luar maupun di amerika serikat, maka laporan gaya
A.S harus digunakan dengan pendapat wajar dengan pengecualian atau
penolakan memberikan pendapat, tergantung pada materialitas
penyimpangan dari GAAP A.S

Modifikasi berikut akan diperlukan jika laporan gaya A.S digunakan:

 Paragraf pendahuluan harus menyatakan bahwa laporan keuangan telah


disiapkan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di
(nama negara)
 Paragraf ruang lingkup harus menunjukan bahwa audit telah dilakukan
sesuai dengan GAAS di Amerika Serikat dan, jika sesuai, standar audit
dari (nama negara)
 Paragraf pendapat harus menyatakan kesesuaian dengan prinsip-prinsip
akuntan yang berlaku umum di (nama negara)

Seseorang auditor yang memilih menggunakan laporan standar dari negara lain
harus (1) memastikan bahwa laporan itu akan digunakan oleh auditor dinegara
lain dengan situasi yang sama serta (2) memahami, dan berada dalam posisi untuk
membuat, atestasi yang termuat dalam laporan tersebut. Atestasi itu dapat
mencakup kelayakan eksplisit atau implisit dari ketaatan perundangan dengan
hukum setempat.

Tahapan dalam Membuat Laporan Audit


Meminta Dokumen Keuangan

Setelah memberi tahu organisasi tentang audit yang akan datang, auditor biasanya meminta
dokumen yang tercantum pada daftar periksa pendahuluan audit. Dokumen-dokumen ini
mungkin termasuk salinan laporan audit sebelumnya, laporan bank asli, kuitansi dan buku
besar.

Selain itu, auditor dapat meminta bagan organisasi, bersama dengan salinan risalah dewan
dan komite serta salinan anggaran rumah tangga dan peraturan tetap.

Mempersiapkan Rencana Audit

Auditor memeriksa informasi yang terkandung dalam dokumen dan merencanakan


bagaimana audit akan dilakukan. Lokakarya risiko dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan masalah. Rencana audit kemudian disusun.

Menjadwalkan Rapat Terbuka

Manajemen senior dan staf administrasi kunci kemudian diundang ke pertemuan terbuka di
mana ruang lingkup audit disajikan oleh auditor.

Kerangka waktu untuk audit ditentukan, dan masalah waktu apa pun seperti jadwal liburan
dibahas dan ditangani. Kepala departemen mungkin diminta untuk memberi tahu staf tentang
kemungkinan wawancara dengan auditor.

Melakukan Kerja Lapangan di Lokasi

Auditor mengambil informasi yang dikumpulkan dari rapat terbuka dan menggunakannya
untuk menyelesaikan rencana audit. Kerja lapangan kemudian dilakukan dengan berbicara
kepada anggota staf dan meninjau prosedur dan proses.

Auditor menguji kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur. Kontrol internal dievaluasi
untuk memastikannya memadai. Auditor dapat mendiskusikan masalah yang muncul untuk
memberi organisasi kesempatan untuk merespons.

Menyusun Laporan

Auditor menyiapkan laporan yang merinci temuan audit. Termasuk dalam laporan tersebut
adalah kesalahan matematika, masalah posting, pembayaran resmi tetapi tidak dibayar dan
perbedaan lainnya; masalah audit lainnya juga terdaftar.
Auditor kemudian menulis komentar yang menjelaskan temuan audit dan merekomendasikan
solusi untuk setiap masalah.

Menyiapkan Pertemuan Penutupan

Auditor meminta tanggapan dari manajemen yang menunjukkan apakah setuju atau tidak
setuju dengan masalah dalam laporan, deskripsi rencana tindakan manajemen untuk
mengatasi masalah dan tanggal penyelesaian yang diproyeksikan.

Pada pertemuan penutupan, semua pihak yang terlibat membahas laporan dan tanggapan
manajemen. Jika ada masalah yang tersisa, masalah tersebut telah diselesaikan pada saat ini.

BAGIAN-BAGIAN DARI LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU


1. Judul laporan
2. Alamat yang dituju laporan audit
3. Paragraf pendahuluan
4. Paragraf lingkup audit
5. Paragraf pendapat
6. Tandatangan dan nama akuntan public
7. Tanggal laporan audit
Opini Wajar dengan Bahasa Penjelasan

Opini ini sebenarnya masih merupakan pendapat yang berisi pendapat “wajar tanpa
pengecualian” hanya saja ada kondisi tertentu yang mengharuskan auditor menambah kalimat
penjelas dalam paragraf pendapat. Artinya, terdapat tambahan kalimat penjelas dari paragraf
dalam laporan standar. Sesuai dengan standar profesional akuntan, keadaan-keadaan yang
mengharuskan auditor menambah kalimat penjelas tersebut adalah:

1. Opini Wajar dengan Bahasa Penjelasan


Opini ini sebenarnya masih merupakan pendapat yang berisi pendapat
“wajar tanpa pengecualian” hanya saja ada kondisi tertentu yang
mengharuskan auditor menambah kalimat penjelas dalam paragraf
pendapat. Artinya, terdapat tambahan kalimat penjelas dari paragraf dalam
laporan standar. Sesuai dengan standar profesional akuntan, keadaan-
keadaan yang mengharuskan auditor menambah kalimat penjelas tersebut
adalah:
 Pendapat auditor yang sebagian pendapatnya didasarkan atas
laporan auditor lainnya
 Menghindari laporan keuangan yang menyesatkan, sebab adanya
keadaan tertentu yang sifatnya luar biasa.
 Laporan keuangan, ternyata memiliki format yang berbeda dari
pedoman yang ada dalam prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh
IAI
 Keuangan yang dilaporkan ternyata dipenuhi oleh unsur
ketidakpastian, misalnya peristiwa di masa yang akan datang dan
tidak bisa diperkirakan hitungannya pada saat laporan audit
dilaksanakan.
 Adanya keraguan yang cukup besar berdasarkan fakta audit, jika
perusahaan dalam melangsungkan usahanya di masa depan
 Adanya perubahan material diantara dua periode, baik dalam
penerapannya atau prinsip akuntansi yang digunakan.
 Keadaan lain yang memiliki hubungan erat dengan audit atas
laporan keuangan.
 Tidak disajikannya data keuangan kuartal yang diwajibkan oleh
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
2. Pendapat wajar dengan pengecualian
Opini audit wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor apabila
setelah melakukan pemeriksaan ditemukan beberapa kondisi berikut ini:
 Tidak mencukupinya bukti yang sifatnya kompeten atau karena
pihak manajemen perusahaan membatasi ruang lingkup kewenangan
audit secara sengaja.
 Ditemukan penyimpangan-penyimpangan dari standar yakni
prinsip-prinsip akuntansi yang telah berlaku secara umum (standar
akuntansi keuangan) di dalam laporan yang disusun pihak
manajemen. Laporan ini memiliki dampaknya cukup materil
terhadap tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan yang
disajikan.
 Dalam menyatakan opini audit ini, Auditor harus secara tegas
mencantumkan kalimat “dengan pengecualian” dalam laporannya.
Selain itu auditor juga harus menguatkan pendapatnya dengan
mencantumkan beberapa paragraf penjelas sebagai alasan mengapa
pendapat itu dikeluarkan.

3. Pendapat Tidak Wajar


Opini audit ini umumnya diberikan oleh auditor ketika menemukan bahwa
laporan keuangan yang disajikan ternyata tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum atau standar akuntansi keuangan
yang berlaku. Dalam memberikan pendapat ini, akuntan publik harus
menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai alasan dasar
dikeluarkannya pendapat tersebut. Selain itu, Auditor juga harus
menjelaskan dampak dari pendapatnya terhadap laporan keuangan, hasil
usaha perusahaan hingga arus kas yang ada. Jika auditor memberikan
pendapat tidak wajar, paragraf pendapat harus berisi penunjukkan
langsung ke paragraf terpisah yang menjelaskan dasar untuk pendapat
tidak wajar tersebut.
Sebagai contoh misalnya, kesalahan dalam menyajikan nilai aktiva tetap
perusahaan yang disajikan dalam neraca ternyata didasarkan pada
penilaian kembali nilai aktiva. Seharusnya dalam menyajikan nilai aktiva
tetap harus didasarkan pada harga perolehan. Penyusutan aktiva tetap
dihitung berdasarkan nilai tersebut.
4. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor apabila,
adanya pembatasan terhadap ruang lingkup audit, sehingga tidak dapat
melaksanakan yang cukup untuk memungkinkan auditor memberikan
pendapat atas laporan keuangan yang di audit nya. Jika pernyataan tidak
memberikan pendapat disebabkan karena adanya pembatasan ruang
lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah, alasan
mengapa audit yang dilakukannya tidak berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Tidak Menyatakan Pendapat

Dalam pendapat ini, Auditor harus menyatakan bahwa ruang lingkup audit
yang telah dilakukannya, tidak cukup memadai untuk dijadikan dasar
sebagai bukti untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor
juga harus menjelaskan beberapa keberatan lain yang berhubungan dengan
tingkat kewajaran penyajian informasi dari laporan keuangan berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.

Sebagai contoh misalnya ketika pelaksanaan audit, ternyata pihak


manajemen perusahaan enggan untuk melaksanakan inventori taking.
Bukti-bukti yang mendukung harga perolehan aktiva tetap sebelum tahun
dilaksanakannya audit ternyata tidak bisa disajikan oleh perusahaan karena
hilang dari arsip perusahaan. Dalam hal ini, Auditor tidak dapat
menggunakan prosedur audit lainnya terhadap persediaan dan aktiva tetap.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Audit_keuangan

https://mihok.my.id/penyimpangan-dari-laporan-audit-unqualified/

https://modulakuntansionline.blogspot.com/2014/04/penyimpangan-dari-laporan-audit-
bentuk.html

https://www.szetoaccurate.com/gaap-adalah/

https://www.szetoaccurate.com/gaap-adalah/

https://hukumline.com/5-jenis-opini-audit-plus-contoh-lengkapnya/

(Modern Auditing )

Arens (2012)

Mulyadi

PSA No. 01 (SA Seksi 150)

Document (AU 551.06),

Anda mungkin juga menyukai