Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

KESEHATAN IBU DAN ANAK

DOSEN PEMBIMBING :

OLEH :
NIM :

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


THN: 2010/2011
TUGAS KIA

1. Dampak gizi dan kesehatan terhadap pertumbuh kembang otak:


Dampak ini sangat penting dikarenakan Kekurangan Energi Protein pada Ibu
hamil dan anak, terutama anak usia dibawah 2 tahun akan memberi dampak pada
perkembangan otak, karena pada masa-masa kehamilan pembentukkan dan
perkembangan otak pada janin akan dilanjutkan sampai pada anak usia dibawah 2
tahun. Jika hal ini tidak dipahami oleh ibu-ibu hamil sehingga
kekurangan/kesalahan konsumsi asupan gizi dan menimbulkan kurang gizi pada
masa hamil dan perinatal dapat mempengaruhi structural maupun fungsional dari
perkembangan otak.

2. Maksud dengan investasi untuk kesehatan ibu dan anak belum memadai. Adalah
Sejak masa hamil seorang ibu harus memenuhi gizinya dengan cukup, berkualitas
dan seimbang, karena dengan gizi yng baik dan seimbang diharapkan anak yang
dilahirkan juga baik. Saat ini diharapkan pemerintah dapat membuat anggaran
yang baik untuk kesehatan ibu dan anak dengan memanfaatkan sumberdaya yang
ada agar dipergunakan secara optimal demi meningkatkan kesehatan ibu dan anak
yang cukup, tepat waktu dan tepat guna untuk menghasilkan generasi yang baik.

3. PONED belum bisa berjalan ditempat saya bekerja, karena masih kurangnya
Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

4. kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan PONED dan PONEK:


a. tidak adanya dokter spesialis (kebidanan dan anak) yang standby ditempat.
b. Kurang lengkapnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan
c. Petugas yang sudah pelatihan yang jarang dimonitoring dan evaluasi
(MONEV)
d. Petugas yang sudah dilatih tidak ada melakukan
stimulasi/mensosialisasikan dari penerapan materi pelatihan ditempat kerja
sehingga sering lupa dan pelaksanaan PONED tidak jalan
e. Petugas yang dilatih sering berganti-ganti
f. Kurangnya kecepatn dan kesigapan penanganan tenaga kesehatan dengan
kasus-kasus sebab utama yang sering terjadi menimbulkan kematian.

5. Yang dilakukan PUSKESMAS dan Dinas Kesehatan untuk kesinambungan


PONED:
a. Mensosialisasikan kesemua pihak terkait terutama pemerintah Kab/Kota
b. Penentuan lokasi :
1). Pukesmas sudah berfungsi/menolong persalinan
2). Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mampu PONED
3). Harus ada surat keputusan tentang PONED
4). Tenaga Kesehatan yang berkompetensi, terlatih (SDM)
c. Membuat advocasi tentang pengelolaan Puskesmas PONED
d. Melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) puskesmas dan petugas
yang sudah ditunjuk dan dilatih untuk PONED

6. Yang harus dilakukan Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk mencapai Kecamatan
UCI:
a. Melakukan kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program, Organisasi
Profesi, LSM, Swasta
b. Melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat setempat
c. Memberdayakan kader-kader posyandu yang ada untuk mensosialisasikan
dan memantau cakupan imunisasi yang diberikan pada anak
d. Membuat pencatatan dan pelaporan yang baik

7. Gambaran pelaksanaan imunisasi ditempat kerja :


a. Pelaksanaan sudah cukup baik walaupun masih terdapat kendala-kendala
b. Kelebihan :
1). Pelaksanaan telah dilaksanakan sesuai jadwal (tgl yang ditetapkan setiap
bulan)
2) Kader yang bertugas pada setiap masing-masing meja sudah cukup baik,
dapat mengisi KMS, SKDN, buku-buku dan pencatatan yang baik sert
rutin hadir setiap jadwal posyandu
3). Cakupan kunjungan bayi > 70 % dari jumlah BALITA diwilayah kerja
c. Kekurangan :
1). Posyandu tempat pelaksanaan imunisasi belum memiliki tempat yang
permanen dan masih menumpang dirumah warga
2). Tempat posyandu kecil dan tidak memiliki 5 meja, sehingga terkadang 1
meja untuk 2 orang kader dengan tugas-tugas yang berbeda
3). Kurangnya surpervisi dari Kepala Puskesmas dan Ketua RT untuk
kemajuan posyandu
d. Masalah:
1). Sebagian BALITA hanya hadir untuk menimbang tetapi tidak mau
diimunisasi
2). Susah memberi penyuluhan karena habis timbang langsung pulang hanya
sekedar mengisi KMS bagi BALITA yang sudah lengkap imunisasinya
3). Masyarakat dan perangkat setempat menganggap posyandu hanya milik
petugas kesehatan

8. Saran untuk mengatasi limbah bahan pelaksanaan imunisasi


a. Menyedikan Safety Box diposyandu
b. Mensosialisasikan untuk tenaga kesehatan dan kader cara perlindungan dan
keselamatan universal dari efek limbah imunisasi
c. Penyimpanan vaksin harus baik sehinggavaksin tidak terbuang percuma yang
memperbanyak limbah
d. Spued yang telah dipakai dimasukkan kedalam safety box dalam keadaan
terbuka.jika tidak ada safety box cari alternatif seperti memakai botol plastik
atau kardus sehingga bisa aman dibawa kepuskesmas untuk dibakar ditempat
yang telah disediakan
9. Progran TT 5 Dosis
a. Kelebihan :
1). WUS mendapatkan perlindungan Tetanus 25 tahun / seumur hidup
2). Imunisasi TT WUS, CATEN, BUMIL, nanti tidak diperlukan lagi
3). Tertekannya Insiden Tetanus Maternal dan Tetanus Neonatorum
4). Terbebasnya suatu daerah dari penyakit Tetanus maternal dan tetanus
neonatorum sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat
b. Kekurangan:
1). Susah memastikan kebenaran apakah WUS sudah TT 5 dosis karena tidak
memiliki Life Long Card (hilang, Lupa).
2). Banyak WUS malas dan takut untuk diimunisasi, kartu yang dimiliki
hanya untuk membuat surat/kartu untuk sebagai lampiran persyaratan
pengurusan keperluan tertentu
c. Masalah:
Sasaran yang diperlukan untuk memncapai TT 5 dosis dalam kegiatan yang
lebih mudah hanya bayi dan anak sekolah SD sedangkan WUS / BUMIL
cakupan hasilnya rendah karena banyak WUS yang pergi berobat atau cek
kesehatan ketempat praktek dokter dan BPS.
d. Saran:
1). Libatkan lintas sektor dan lintas program, organisasi Profesi, LSM,
Swasta, Media massa untuk kelancaran program ini
2). Membuat advocasi program
3). Harus ada surat keputusan tentang program TT 5 dosis
4). Sosialisasikan kemasyarakat, tenaga kesehatan, dll.
10. Program HB 0 – 7 hari;
a. Kelebihan:
1). Memberikan perlindungan sedini mungkin pada BBL terhadap penyakit
hepatitis karena penularannya sangat cepat dan dapat melalui media
sentuh / kontak langsung
2). Dapat mencegah penyakit hepatitis yang angka kesakitan dan kematian
masih tinggi dan jika sembuh 10 – 15 tahun kemidian dapat menyebabkan
penyakit serosis hepatis yang berakhir pada kematian
3). Praktis, mudah dipakai, efek samping kecil, tidak menyebabkan demam,
timbul jaringan parut pada bekas suntik, dll.
b. Kekurngan:
1). Kadang orang tua bayi merasa masih terlalu kecil dan dini anaknya untuk
di injeksi
2). Orang tua bayi takut jika di injeksi anaknya timbul efek-efek yang tidak
diinginkan (demam, jaringan parut).
c. Masalah:
Masih banyak bayi baru lahir yang belum diberi HB I, karena tidak ada vaksin
ditempat persalinan, ketakutan orang tua yang berlebihan.

d. Saran:
Dinas Kesehatan / puskesmas hendaknya mensosialisasikan pada tenaga
kesehatan dan masyarakat tentang manfaat, keuntungan dari imunisasi HB I (0
-7 hari).

Anda mungkin juga menyukai