Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM)

Disusun oleh :
Anggi Widya Maharani (02)
Ferdita Elya Rezita (12)
Nila Rista Anindita (19)

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
Pertanyaan :
a) Adakah syarat berdirinya serikat pekerja di suatu perusahaan
b) Bila terjadi konflik antara pekerja dan perusahaan, bagaimana
penyelesaiannya dan siapa yang menengahi
c) Untuk kasus di Indonesia sebutkan macam macam serikat pekerja
d) Untuk perusahaan yang telah anda ambil contoh dalam kasus kasus
sebelumnya , bagaimana implementasi serikat pekerjanya

Jawab :
a) Syarat Berdirinya Serikat Pekerja di Suatu Perusahaan
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendirikan serikat
pekerja di suatu perusahaan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, yaitu.
1. Berdasarkan Pasal 5 ayat (2), Pasal 9 dan Pasal 10 bahwa Serikat
pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 orang
pekerja/buruh yang dibentuk tanpa adanya tekanan dan campur
tangan dari pihak manapun serta dibentuk berdasarkan sektor
usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak
pekerja/buruh
2. Adanya Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART) dimana Anggaran Dasar sekurang-kurangnya memuat :
nama dan lambang; dasar negara, asas, dan tujuan;  tanggal
pendirian; tempat kedudukan; keanggotaan dan kepengurusan;
sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan ketentuan
perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 8 dan ditegaskan
dalam Pasal 11.
3. Dicatatkan di Dinas Tenaga Kerja di Pemerintah Kabupaten atau
Kota tempat domisili Serikat pekerja/serikat buruh untuk
memperoleh nomor bukti pencatatan sebagaimana yang telah diatur
dalam Pasal 18 jucto Pasal 25.
4. Selain ketiga syarat tersebut, dalam Pasal 23 juga disebutkan
bahwa syarat lain didirikannya serikat pekerja/serikat buruh adalah
adanya pemberitahuan tertulis ke pihak perusahaan mengenai
keberadaan Serikat pekerja/serikat buruh tersebut.

b) Prosedur penyelesaian perselisihan telah diatur dalam UU NO 2 TH


2004.
Tahapan yang harus dilalui dalam rangka proses penyelesaian
Perselisihan hubungan kerja, antara lain :
1. Tahap musyawarah untuk mencapai mufakat
2. Tahap intervensi administrasi negara
3. Tahap kebebasan memilih alternatif penyelesaian perselisihan
4. Tahap gugat-menggugat melalui Pengadilan Hubungan kerja.

Penyelesaian perselisihan Hubungan kerja pada tahap pertama


diperankanoleh lembaga kerja sama Bipatrit sebagai forum komunikasi
dan konsultasimengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan kerja di
satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat
pekerja/serikat buruh yang sudahtercatat pada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh. Lembaga kerja
sama Bipatrit menyelesaikan perselisihan hubungan kerja melalui
perundingan secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Hal tersebut
sesuai dengan pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-UndangNomor 2 Tahun
2004.
Apabila perundingan secara musyawarah oleh lembaga kerja sama
Bipatrit gagal mencapai mufakat sebagaimana dimaksud pasal 3
ayat (3) UU Nomor 2 Tahun 2004, maka barulah beralih pada
penyelesaian tahap kedua dengan cara memberikan kesempatan
administrasi negara (instansi setempatyang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan untuk ikut campur memediasipenyelesaian perselisihan
hubungan kerja.
Apabila Mediator (Konsiliator dan arbiter) ternyata juga gagal
menyelesaikanperselisihan Hubungan kerja, maka untuk tercapainya
tujuan hukum (keadilan,Kemanfaatan dan kepastian hukum) barulah
ditingkatkan pada tahap gugat menggugat melalui Pengadilan Hubungan
kerja yang ada dalam lingkunganPeradilan Umum (Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung).

Sedangkan, lembaga yang berwenang menangani atau menengahi


penyelesaian perselisihan hubungan kerja di Indonesia, yaitu
1) Penyelesaian melalui Bipatrit : forum komunikasi dan konsultasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu
perusahaaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja
yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung jawab di bidangnya
masing-masing.
2) Penyelesaian melalui Mediasi : prosedur penyelesaian perselisihan
melalui mediasi dilakukanoleh Mediator, diatur lebih lanjut dalam
pasal 8 sampai dengan pasal 16 Undang-Undang No 2 TH 2004.
Mediator berada pada tiap kanto istansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan kab/kota.
3) Penyelesaian melalui Konsiliasi : prosedur penyelesaian perselisihan
melalui Konsiliasi olehKonsiliator, diatur dalam pasal 17 sampai
dengan pasal 28 UU No 2 Tahun 2004. Konsiliator yang berwenang
menangani kasus perselisihan hubungankerja, adalah mereka yang telah
terdaftar pada kantor instansi yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota
4) Penyelesaian melalui Arbitrase
Penyelesaian melalui arbitrase didasarkan atas kesepakatan para pihak
yang berselisih, kesepakatan dimaksud dibuat secara tertulis dalam
bentuk surat perjanjian arbitrase dan dilakukan oleh Arbiter yang
berwenang menyelesaikan perselisihan kepentingan dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan dalam
wilayah Republik Indonesia selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kerja dan dapat diperpanjang satu kali selama 14 (empat belas) hari
kerja.
c) Macam-macam Serikat Pekerja di Indonesia:

 ILO - International Labour Organization


 PPMI – Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia
 FSPS – Federasi Serikat Pekerja Singaperbangsa
 SPSI – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
 SPN – Serikat Pekerja Nasional
 FSBI – Federasi Serikat Buruh Independen
 GASBIINDO – Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia
 KASBI – Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia
 FSPMI – Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia
 FSB GARTEKS – Federasi Serikat Buruh Garmen, Tekstil, Kerajinan,
Kulit dan Sentra Industri
 SBB – Serikat Buruh Bakalan
 FSPNI- Federasi Serikat Pekerja Nasional Indonesia

Contoh kasus serikat pekerja di Indonesia:

Buruh PT Arim Thread Menggugat


Kasus pada PT ARIM THREAD (Lokasi, produksi, brand, dan
jumlah buruh), bahwa dasar pembentukan serikat buruh FSB Garteks SBSI
di PT. ARIM THREAD bertujuan untuk menciptakan hubungan kerja
yang harmonis antara Buruh dan perusahaan, namun dalam kenyataan
yang ada, serikat buruh dipandang seperti duri atau benalu yang ada di
dalam perusahaan. Pada tanggal 11 November 2014 telah terjadi
kesepakatan bersama antara pihak perusahaan PT. ARIM THREAD
dengan pihak buruh, dengan isi kesepakatan diantaranya perusahaan siap
menjalankan UMK 2014, Perhitungan upah lembur, hak cuti, BPJS, sesuai
peraturan perundang undangan yang berlaku, serta akan mempekerjakan
kembali pengurus maupun anggota yang sebelumnya ditolak bekerja.
Namun dengan berjalanya waktu perusahaan dengan terang –
terangan menurunkan jabatan terhadap pengurus komisariat di tingkat
perusahaan dan memutus hubungan kerja 2 (Dua) anggota FSB Garteks
SBSI PT ArimThread dengan alasan habis kontrak. Pemutusan Hubungan
Kerja sepihak yang dilakukan oleh Manajemen PT. ARIM THREAD
tanpa adanya Penetapan tertulis dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial adalah hal yang sangatlah lumrah dan semakin
menjamur bahkan sudah mendarah daging dimata pengusaha nakal seperti
yang dilakukan Management PT. ARIM THREAD dengan mengkebiri
UU 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dengan demikian, implementasi dari hak berserikat belum
mendapatkan perhatian serta tindakan yang konkrit dari pemeritah, hal ini
membuat pengusaha selalu memberikan sanksi kepada buruhnya yang
berserikat. Pada hakekatnya pengusaha mengetahui bahwa tindakan yang
dilakukan adalah bertentangan dengan norma hukum yang berlaku di
Indonesia tapi kurang tegasnya penegak hukum bahkan hukum dimainkan
oleh penegak hukum itu sendiri.
Secara herarki UU lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
Peraturan Perusahaan, namun pada kenyataannya Implementasi dari UU
tidak sesuai dengan tujuan dari pembuatan UU itu sendiri agar bisa
berjalan secara MUTATIS MUTANDIS, hanya retorika yang digaungkan
para penegak hukum dalam pelaksanaan UU, perubahan tak berarti.
Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh pihak perusahaan
terhadap anggota kami, yang tidak disertai dengan penetapan dari
Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indutrial (LPPHI) maka
berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka PHK
tersebut batal demi hukum dan mutasi serta penurunan jabatan/tingkatan
kerja (demosi) yang dilakukan management PT. ARIM THREAD terhadap
pengurus komisariat di tingkat perusahaan, kami anggap sebagai bentuk
kampanye anti serikat buruh di perusahaan karena bertentangan dengan
Pasal 28 UU No.21 Tahun 2000 jo Pasal 28 UU No. 21 Tahun 2000
tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja.
Bagi pelanggar Pasal 28 dikenakan sanksi Pidana paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp. 1.000.000,00 ( seratus juta rupiah ) dan paling banyak Rp.
500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah ) karena tindakan Pidana tersebut
diatas merupakan tindakan Pidana Kejahatan.
Jelas tindakan yang dilakukan oleh pihak managemen terkait
dengan PHK, Mutasi serta Demosi yang dilakukan pihak Management PT.
ARIM THREAD terhadap Pengurus dan anggota kami, kami anggap
sebagai bentuk dari kampanye anti serikat buruh dan upaya
pemberangusan serikat Buruh (Union Busting) dan Union
Busting merupakan isu Nasional maupun Internasional.
Apabila permasalahan ini tidak segera diselesaikan maka kami dari
Pihak DPC FSB GARTEKS SBSI Tangerang Raya akan melaporkan ke
permasalahan ini ke Kementerian Tenaga Kerja RI di Jakarta terkait :
1. Kinerja Pengawas Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang
2. Dugaan telah terjadinya pelanggaran pada Pasal 28 jo Pasal 43
UU No. 21 Tahun 2000 tentang SP/SB dan UNION BUSTING
di PT. ArimThread yang beralamat di Jl. Millenium 12 Blok F.
12 No. 7 Ds. Peusar, Kec. PanonganKab. Tangerang Banten
Indonesia ke Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta ;
3. Koordinasi dengan Konfedersai dan Afiliasi di luar negeri untuk
melakukan aksi solidaritas dan memboikot produk dari PT.
ArimThread yang beralamat di Jl. Millenium 12 Blok F. 12 No.
7 Ds. Peusar, Kec. PanonganKab. Tangerang.

d. Implementasi Serikat Pekerja di PT Sejati Mandiri Multirajut


PT Sejati Mandiri Multirajut merupakan anak cabang dari PT Sejati
Jaya Manunggal Prima yang memproduksi benang jahit, benang matras,
dan tali sepatu. Sebagai industri penghasil bahan tekstil, PT Sejati Mandiri
Multirajut mengupayakan hasil produksinya sebagai produk yang ramah
lingkungan, hal ini ditunjang dengan pemilihan lokasi dan proses produksi
yang berkualitas. Proses produksi sendiri didukung dengan teknologi
terbaru pada bidang benang, pemintalan, pewarnaan, dan pembentukan tim
khusus untuk mendapatkan kualitas yang sangat baik.
Dalam proses produksi, tenaga kerja mempunyai peranan dan
kedudukan yang sangat penting, yaitu dibentuknya suatu tim khusus guna
mendapatkan kualitas benang jahit, benang matras, dan tali sepatu yang
berkualitas. Untuk itu maka diperlukan pembangunan ketenagakerjaan
untuk meningkatkan kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta
melindungi hak dan kepentingan sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan. Perlindungan terhadap tenaga kerja tersebut dimaksudkan
untuk menjamin kesempatan dan dan perlakuan tanpa deskriminasi untuk
mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dalam rangka
hubungan industrial yang berkeadilan.
Salah satu cara yang ditempuh oleh PT Sejati Mandiri Multirajut
untuk memberikan perlindungan tenaga kerja adalah melalui organisasi
serikat pekerja karena organisasi pekerja merupakan alat atau sarana
perjuangan bagi para pekerja, baik dalam perselisihan dengan pimpinan
perusahaan maupun dalam memperjuangkan kesejahteraan pekerja baik
yang sifatnya material maupun yang non material.
Adapun permasalahan yang muncul di PT Sejati Mandiri Multirajut
sehubungan dengan tenaga kerja yang dimilikinya biasanya berupa
permasalahannya yang berhubungan dengan tanggung jawab seperti bolos
kerja, tidak disiplin, dan melakukan suatu keteledoran saat sedang
memproduksi benang yang kadang-kadang menimbulkan perselisihan
antara pemimpin dengan tenaga kerja yang bekerja di tim khusus yang
dibentuk tersebut.
Sedangkan program kesejahteraan dibidang SDM terhadap pekerja
dan serikat kerja di PT. Sejati Mandiri Multi rajut adalah sebagai berikut :
1. Bersifat ekonomis, seperti uang pensiun, tunjangan hari
raya, bonus, tunjangan kematian, tunjangan kesehatan.
2. Pemberian fasilitas, seperti mushola, kafetaria fasilitas
olahraga, pendidikan atau seminar, cuti hamil, melahirkan,
koperasi karyawan.
3. Pelayanan, seperti poliklinik, asuransi, bantuan hukum,
kredit rumah.
Pemberian kesejahteraan ini perlu diprogram dengan sebaik-
baiknya agar bermanfaat dalam mendukung tujuan perusahaan, tenaga
kerja dan masyarakat. Program ini harus diinformasikan secara terbuka
dan jelas, waktu pemberiannya tepat dan sesuai dengan kebutuhan
karyawan sehingga hak-hak karyawan di PT Sejati Mandiri Multirajut
dapat terpenuhi sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai