Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN EFEKTIFITAS BIMBINGAN SPIRITUAL DAN

PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SOFT TUMOR TISSUE DI
RUANG SAKURA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.
SOERATNO GEMOLONG SRAGEN

Proposal
SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai sarjana keperawatan

Oleh :
Anung Indras Susanto
NIM : ST-161002

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Operasi adalah tindakan pembedahan terhadap tubuh pasien untuk

menemukan atau memperbaiki kondisi sakit (patologis), seperti benjolan atau

luka. Saya takut operasi sangatlah lumrah bila saya atau siapapun merasa cemas

dengan operasi. Yang paling ditakutkan adalah rasa sakit setelah operasi.

Banyak mitos mitos yang beredar tentang operasi, yang dapat lebih

meningkatkan rasa takut dan memacu adrenalin kita. Jika kita meminta

penjelasan pada pakarnya, jelas hal ini dapat kita singkirkan. (Lengkong. Leila,

2015).

Berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan

bagi pasien. Maka tidak heran jika sering kali pasien dan keluarga

menunjukan sikap yang berlebihan dengan kecemasan yang dialami. Ada

berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan

pasien dalam menghadapi tindakan pembedahan antara lain yaitu takut

nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa

dan tidak berfungsi normal), takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakan

belum pasti), takut atau cemas mengalami kondisi yang sama dengan

orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut menghadapi ruang
operasi, peralatan bedah dan petugas, takut mati saat dilakukan anestesi,

dan takut operasi akan gagal. Prosedur pembedahan akan memberikan suatu

reaksi emosional bagi pasien, seperti kecemasan pre operasi. (Budianto,

2009).

Jumlah tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian

di 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan

sekitar 234 juta per tahun, hampir dua kali lipat melebihi angka kelahiran per

tahun (Weiser et al. 2008). Jumlah operasi bedah di Indonesia terjadi

peningkatan dimana tahun 2000 sebesar 47.22%, tahun 2001 sebesar

45.19%, tahun 2002 sebesar 47.13%, tahun 2003 sebesar 46.87%, tahun

2004 sebesar 53.22%, tahun 2005 sebesar 51.59 %, tahun 2006 sebesar

53.68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Firmansyah,

2016).

Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2009, menjabarkan bahwa tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari

50 pola penyakit di Indonesia dengan persentase 12,8% (kusumanyanti, 2013).

Di USA kejadian soft tissue sarcoma mencapai 7000-8000 kasus baru

pertahun. Secara umum angka kejadiannya adalah 1% dari keganasan pada

orang dewasa dan 15 % dari keganasan pada anak-anak. Distribusi penderita

berdasarkan jenis kelamin menurut Memorial Sloan-Kettering Cancer Center

(MSKCC) adalah sama antara laki-laki dan perempuan. Sarcoma dapat

berkembang pada setiap tempat, namun secara anatomis kurang lebih


setenganya terjadi di ekstremitas, dengan prevalensi 32% ekstremitas bawah

dan 13% ekstremitas atas. Angka kejadian soft tissue sarcoma di RSUP Dr.

Kariadi Semarang pada tahun 2009 sampai 2010 adalah sebanyak 81 penderita

dengan berbagai macam tipe histopatologi. Berdasarkan distribusi jenis

kelamin, laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 53% :

47% dan insiden tertingi pada umur antara 30-40 tahun (Suwito, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyani tahun 2008

menunjukkan yang mengalami kecemasan ringan (52,5%) dan kecemasan

sedang (47,5%) dari 40 pasien klien rawat inap di ruang penyakit bedah dan

non bedah. Penelitian lain menunjukkan sebelum dilakukan pemberian

informasi pra bedah yang mengalami kecemasan ringan (22,4%), kecemasan

sedang (37,9%), kecemasan berat (13,8%) dan kecemasan berat sekali

(3,5%). Setelah diberikan informasi pra bedah yang mengalami kecemasan

ringan (39,7%) dan kecemasan sedang (25,8%).

Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik

maupun psikologis yang akhirnya mengaktifkan saraf otonom simpatis

sehingga meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, frekuensi nafas, dan

secara umum mengurangi tingkat energi pada pasien, dan akhirnya dapat

merugikan pasien itu sendiri karena akan berdampak pada pelaksanaan

operasi (Jovina, 2013).

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan

tidak berdaya. Keadaan emosi tidak memiliki obyek yang spesifik.


Kondisi dialami secara subyektif dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan

merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut Respon psikologi

karena pembedahan dapat berkisar dari cemas ringan, sedang, berat, sampai

panik tergantung dari masing-masing individu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi respon fisiologi dan psikologi sepanjang pengalaman

pembedahan antara lain adalah usia, status fisik, dan mental, tingkat

keparahan penyakit, besar kecilnya operasi, sumber sosial ekonomi serta

ketidaksiapan fisik dan psikologi dari pasien untuk menjalani operasi

(Budianto, 2009).

Berbeda dengan orang yang fobia, operasi dapat berubah menjadi suatu

hal yang bisa menimbulkan kecemasan, takut, dan stress berlebihan. Oleh sebab

itu, diperlukan persiapan mental bagi orang yang fobia terhadap operasi (Yeni,

2008).

Pada saat mengalami kecemasan, biasanya individu akan mencari

dukungan dari keyakinan agama. Dukungan tersebut dapat berupa bimbingan

spiritual doa, maupun support dan motivasi yang berasal dari orang terdekat

maupun orang lain (Perdana. Medya, 2011). Seorang pasien yang akan

menjalani prodedur operasi tentunya butuh seseorang yang bisa memberikan

dorongan dan stimulus bagi percepatan kesembuhannya. Selain keluarga

sebagai pemberi semangat, tentunya dibutuhkan tenaga ahli yang mampu


memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat serta bimbingan spiritual

kepada pasien-pasiennya (Nurhayati, 2014)

Dzikir dan doa sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual

yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap. Kebutuhan spiritual

merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusia. Apabila

seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun

semakin dekat, karena seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam

segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan,

kecuali Sang Pencipta. Pendekatan spiritual menjadi lebih penting lagi

mengingat UU Kesehatan RI Nomor 36/2009 yang mendefinisikan

kesehatan dengan pendekatan yang holistik dan lengkap, yakni kesehatan

adalah keadaan sehat fisik, mental, spiritual, dan sosial yang

memungkinkan seseorang menjadi produktif dan memiliki nilai ekonomis

(Arinda, 2015)

Tindakan lain untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara

mempersiapkan mental dari pasien. Persiapan mental tersebut salah satunya

dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan (Health education).

Pendidikan kesehatan pra operasi dapat membantu pasien dan keluarga

mengidentifikasi kekhawatiran yang dirasakan. Perawat kemudian dapat

merencanakan intervensi keperawatan dan perawatan suportif untuk

mengurangi tingkat kecemasan pasien dan membantu pasien untuk berhasil


menghadapi stress yang dihadapi selama periode perioperatif (Kurniawan.

Arif, 2013).

Berdasarkan studi pendahulaun yang dilakukan pada bulan April 2017

didapatkan data dari di bagian Rekam Medis RSUD dr. Soeratno Gemolong

Sragen pada bulan Januari – Maret 2016 tercatat 203 pasien yang menjalani

operasi. Berdasarkan catatan keperawatan ruang bedah RSUD dr.

Soeratno Gemolong Sragen, penderita yang akan dilakukan tindakan

pembedahan pada kasus di atas, 19% dilakukan penundaan karena

terjadi peningkatan kecemasan pada pasien (Rekam Medis RSUD dr. Soeratno

Gemolong, 2016). Sedangkan pada periode bulan Januari – Maret 2017

terdapat 78 orang pasien yang sudah menjalani operasi Soft Tumor Tissue.

Meskipun prosedur opeasi ini tidak sebesar tindakan operasi lainnya seperti

Sectio Caesaria, Apendiktomi, Reposisi Fraktur, Mastektomi, dll, tetapi pada

kenyataannya dari 78 pasien yang akan di operasi Soft Tumor Tissue 50 pasien

atau sekitar 71,4% menyatakan kecemasannya dan takut terhadap prosedur

operasi ini.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dalam penelitian ini masalah penelitian

yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Apakah ada Perbedaan

Efektifitas antara Bimbingan Spiritual dan Penyuluhan Kesehatan Terhadap


Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Soft Tumor Tissue Di Ruang Sakura

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong Sragen?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Perbedaan Efektifitas

Bimbingan Spiritual dan Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Pre Operasi Soft Tumor Tissue Di Ruang Sakura

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong Sragen

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan pada pasien pre

operasi Soft Tumor Tissue Di Ruang Sakura Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Soeratno Gemolong Sragen

1.3.2.2 Untuk mendeskripsikan efektifitas bimbingan spiritual terhadap

tingkat kecemasan pasien pre operasi Soft Tumor Tissue di ruang

Sakura Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong

Sragen

1.3.2.3 Untuk mendiskripsikan efektifitas penyuluhan kesehatan terhadap

tingkat kecemasan pasien pre operasi Soft Tumor Tissue Di

Ruang Sakura Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno

Gemolong Sragen
1.3.2.4 Untuk menganalisis perbedaan efektifitas bimbingan spiritual dan

penyuluhan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pasien pre

operasi Soft Tumor Tissue Di Ruang Sakura Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Soeratno Gemolong Sragen

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Mendapatkan hasil penelitian dan informasi tentang efektifitas

bimbingan spiritual dan penyuluhan kesehatan terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operasi Soft Tumor Tissue Di Ruang Sakura

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong Sragen

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan sebagai sarana untuk melatih diri melakukan

penelitian serta menerapkan ilmu yang telah didapat dibangku

kuliah

1.4.2.2. Bagi Perawat

Sebagai informasi dan bahan evaluasi tentang pelaksanaan

tindakan keperawatan dalam memberikan motivasi dan cara

menunrunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dengan

tehnik bimbingan spriritual dan penyuluhan kesehatan


1.4.2.3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan referensi dan pendidikan serta perbaikan metode

dalam menurunkan tingkat kecemasan khususnya pada pasien

pre operasi Soft Tumor Tissue dan pasien pre operasi pada

umumnya

1.4.2.4. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dan

acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai