Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

UMUM

1.1. PENDAHULUAN

1.1.1. Uraian dan Syarat – syarat Teknik Pelaksanaan Pekerjaan,


spesifikasi bahan dan gambar-gambar lampirannya dimaksudkan
untuk memintakan suatu pekerjaan yang lengkap, telah
diperiksa/disetujui dan siap untuk dipakai. Pekerjaan tersebut
harus meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan, perlengkapan
pembantu dan semua pekerjaan yang diperlukan untuk
pemasangan secara sempurna.

1.1.2. Setiap bahan, peralatan, dan perlengkapan yang tidak tampak pada
gambar rencana, tetapi dijelaskan pada spesifikasi atau sebaliknya,
atau setiap perlengkapan, bahan dan peralatan yang diperlukan di
dalam melengkapi penyelesaian pekerjaan ini sampai sempurna,
meskipun tidak dijelaskan didalam spesifikasi dan gambar rencana,
harus disediakan dan dipasang oleh Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor yang bersangkutan untuk kesempurnaan
pekerjaannya.

1.1.3. Semua perlengkapan, peralatan atau bahan yang terpasang harus


sesuai dengan persyaratan yang ditentukan di dalam spesifikasi
dan gambar-gambar rencana, harus dalam keadaan baru, tidak
cacat dan dari mutu terbaik, serta harus menunjukkan merk/label
dari pabrik yang memproduksinya.

1.1.4. Detail-detail kecil biasanya tidak digambarkan atau


dispesifikasikan. Tetapi bila sangat penting untuk melengkapi
kesempurnaan pemasangan, harus dilaksanakan sebagaimana
umumnya dan harus sudah termasuk dalam pekerjaan ini.

1.1.5. Bilamana terdapat perbedaan pernyataan didalam spesifikasi atau


gambar rencana maupun perubahan-perubahannya maka
pernyataan yang ada pada spesifikasi yang dipilih, kecuali Pemberi

1
Tugas/Direksi Teknik memutuskan lain, sedangkan gambar-
gambar dengan skala besar lebih mengikat dari pada gambar-
gambar dengan skala kecil. Untuk ini Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor wajib menanyakannya terlebih dahulu
kepada Direksi Teknik untuk mendapat kesepakatan.

1.1.6. Bilamana suatu pernyataan diulang kembali baik didalam


spesifikasi atau gambar rencana, hal ini adalah untuk menuntut
perhatian yang lebih dan bukan berarti bagian lain yang diulang
akan dihapuskan.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN

1.2.1. Umum

Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak, termasuk di


dalamnya adalah penyediaan bahan dan contoh-contohnya,
perlengkapan-perlengkapan, penyediaan tenaga kerja, pengujian
dan pengetesan baik terhadap bahan maupun terhadap hasil
pekerjaannya, sehingga menghasilkan akhir pekerjaan yang
sempurna.

1.2.2. Tenaga Kerja

Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang ahli di


bidangnya, Wakil Kontraktor di lapangan, bahan-bahan, alat-alat
kerja dan sarana kerja.

1.2.3. Pengamanan

Kontraktor harus melakukan pengamanan pelaksanaan,


Pengawasan dan Pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat
kerja maupun hasil pekerjaan selama berlangsungnya
pekerjaan/pelaksanaan sampai seluruh pekerjaan selesai dengan
sempurna.

1.2.4. Pembongkaran dan Pembersihan

Pekerjaan pembongkaran/pembersihan dan pengamanan dalam


tapak bangunan selama masa pelaksanaan menjadi tanggung
2
jawab Kontraktor.

1.2.5. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilaksanakan sesuai Bab – 2 dan hal-hal lain


untuk mendukung terlaksananya pekerjaan sesuai dengan
Kontrak.

1.2.6. Pekerjaan Penimbunan

Kondisi site existing harus terlebih dahulu ditimbun sampai


elevasinya sama dengan elevasi jalan aspal, atau timbunan
setinggi antar 90-130 cm dari tanah existing

1.2.7. Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur terdiri dari pondasi Tapak , sloof, kolom,


balok, plat lantai, plat atap, plat tangga dan kap Rangka Baja
Ringan.

1.2.8. Pekerjaan Arsitektur

Pekerjaan arsitektur dimulai dari pekerjaan tanah pondasi


menerus, pasangan bata,kolom dan ring balok praktis, plesteran,
keramik, atap, Kosen Aluminium & Kaca, pintu, plafon, pagar
pengaman dan pekerjaan finishing lainnya.

1.2.9. Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal

Pekerjaan mekanikal terdiri dari pemipaan air bersih,air bekas,


air kotor , air hujan . Pekerjaan Instalasi gas Medic, Tata
Udara/AC. Pekerjaan elektrikal terdiri dari instalasi listrik,
Instalasi Nurse Call, Sound System, MATV &Fire Alarm.

1.3. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

1.3.1. Umum

a. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib menyediakan buku


harian, membuat laporan harian, mingguan dan bulanan
jalannya kemajuan pekerjaannya dengan melampirkan photo-
3
photo pelaksanaan dan menyerahkan laporan tersebut kepada
Direksi Teknik.

b. Bila kemajuan/jalannya pelaksanaan pekerjaan belum/tidak


sesuai dengan time schedule, maka Direksi Teknik akan
memberi saran – saran/petunjuk-petunjuk tertulis untuk
mempercepat pelaksanaannya. Terhadap petunjuk –
petunjuk / saran – saran / perintah/perintah termaksud,
yang sengaja ataupun tidak, dilalaikan/diabaikan sehingga
kemajuan pekerjaan tetap belum sesuai dengan time schedule,
maka Direksi Teknik berhak untuk memberikan sebagian
ataupun seluruh pekerjaan tersebut kepada PIHAK KETIGA,
setelah terlebih dahulu diberi peringatan tertulis sebanyak 3
(tiga) kali, dengan biaya dibebankan kepada Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor yang bersangkutan.

c. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus segera memperbaiki


setiap pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat
pelaksanaan ataupun gambar-gambar rancangan, ataupun
pekerjaan yang kurang sempurna atas biaya sendiri setelah
mendapat perintah tertulis dari Direksi Teknik.

d. Jika Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak dapat


menerima/menyetujui petunjuk-petunjuk/saran-saran/
perintah-perintah Direksi Teknik harus mengajukan
keberatan-keberatan secara tertulis dalam waktu 3 x 24 jam.
Apabila dalam jangka waktu tersebut Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor tidak mengajukan keberatan apa-apa,
maka diangap telah menyetujui/ menerimanya untuk segera
dilaksanakan.

1.3.2. Personil Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor

a. Pelaksana Pekerjaan / Kontraktor tidak diperkenankan


memberikan pekerjaan lain diluar proyek ini kepada para wakil
ataupun pelaksana-pelaksananya.
4
b. Selama jam-jam kerja, wakil atau para pelaksana Kontraktor
harus selalu berada di pekerjaan kecuali berhalangan atau
sakit.

c. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, Pelaksana


Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan mengajukan bagan
organisasi, lengkap dengan curriculum vitae personil inti.

1.3.3. Kecelakaan dan Kesehatan

a. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan


berlangsung menjadi beban Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.

b. Sehubungan dengan ayat (a) diatas, Pelaksana


Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK
lengkap terisi menurut kebutuhan.

c. Pelaksana pekerjaan diwajibkan memperhatikan kesehatan


karyawan dan juga harus menyediakan toilet-toilet/WC
umum.

d. Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka semua


ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh
Jawatan/Instansi Pemerintah cq. Undang-undang
keselamatan Kerja dan lain sebagainya termasuk semua
perubahan-perubahan/tambahan hingga kini tetap berlaku.

1.4. HUBUNGAN KERJA/ORGANISASI

1.4.1. Didalam melaksanakan pekerjaan, maka Pelaksana


Pekerjaan/Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan pada proyek
ini akan dikoordinir oleh Direksi Teknik.

1.4.2. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menyusun rencana kerja


dan detail kegiatannya, serta menyusun jadwal rencana kerja
yang disetujui oleh Direksi Teknik.

1.4.3. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor sesuai dengan kontraknya


dengan Pemberi Tugas, akan bertanggung jawab penuh terhadap
kemajuan pelaksanaan proyek dan Pelaksana
5
Pekerjaan/Kontraktor bertanggungjawab penuh terhadap
pengawasan yang ketat terhadap jadwal pelaksanaannya,
sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek ini secara
keseluruhan pada waktu yang telah ditetapkan.

1.4.4. Dalam hal pengalihan sebahagian pekerjaan khusus kepada sub


pelaksana pekerjaan, Kontraktor/Pelaksana pekerjaan wajib
meminta persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi Teknik
selambat-lambatnya 2 minggu sebelum pekerjaan dilaksanakan.

1.4.5. Dalam hal Kontraktor/Pelaksana pekerjaan telah melakukan


pengalihan sebahagian pekerjaan kepada sub Pelaksana
pekerjaan tanpa seizin Direksi Teknik, maka
Kontraktor/pelaksana pekerjaan harus menghentikan dan
mengembalikan kondisi pekerjaan ke keadaan semula sebelum
dilakukan pengalihan kepada Pihak ke Tiga dan segala sesuatu
yang timbul akibatnya menjadi tanggung jawab dan beban
Kontraktor/Pelaksana pekerjaan.

1.4.6. Kontraktor/pelaksana pekerjaan bertanggung jawab penuh


terhadap hasil pekerjaan dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan sub pelaksana pekerjaan.

1.4.7. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor hendaknya berkonsultasi


dengan Direksi untuk mencegah timbulnya pertentangan,
perbedaan atau perselisihan pendapat dalam melaksanakan
kegiatannya sehingga terjalin koordinasi kerja sebaik-baiknya.

1.4.8. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus memberitahukan


secepatnya kepada Direksi Teknik apabila mengalami suatu
kesulitan dalam pelaksanaannya, atau meramalkan akan timbul
kesulitan dalam pelaksanaan dikemudian hari, baik yang
menyangkut kegiatannya maupun yang menyangkut kegiatan
Sub Pelaksana Pekerjaan lain.

1.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

Didalam melaksanakan pekerjaan, Pelaksana

6
Pekerjaan/Kontraktor harus berpedoman kepada ketentuan-
ketentuan yang terdapat didalam :

1.5.1 Peraturan-Peraturan
Pelaksanaan pembangunan pekerjaan ini harus memenuhi :

a. Segala Undang-undang Pemerintah Umumnya dan Pemerintah


Daerah Khususnya yang berlaku untuk pelaksanaan
pembangunan.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrage
Teknis.
c. Peraturan-peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja
d. American Standart for Testing Materials (ASTM) Designation D.
1143-81
e. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Dewan Normalisasi
Indonesia :
 Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SKSNI T-15-1999-03).
 Peraturan Beton Indonesia (P.B.I), 1989 atau yang tebaru
SNI.
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).
 Peraturan Muatan Indonesia (PMI), 1970 dan 1983.
 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI),
1982.
 Standard Nasional Indonesia (SNI).
 Peraturan Batu Bata Merah sebagai Bahan Bangunan (SNI
15-2094-2000 dan SNI 1328-1969)
 Agregat Beton (SNI 03-1749-1990).
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-1992).
 Tata cara pengambilan contoh uji beton segar (SNI 2458 :
2008).
 Cara Uji Slump (SNI 1972 : 2008).
 Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002).
7
 Pengujian Mutu Air Dalam Beton (SNI 03-6817-2002).
 Spesifikasi Beton Structural (SNI 03-6880-2002).
 Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing (SNI 03-7065-
2005).
 Sistem Plumbing (SNI 03-6481-2000).
 Tata Cara Pemasangan Ven Pada Sistem Plumbing (SNI 03-
6373-2000).
 Pipa PVC Untuk Saluran Air Buangan Dari Dan Luar
Gedung (SNI 06-0162-1987).
 Metode Pengujian Kabel Listrik (SNI 04-3893-1995).
 Semen Portland (SNI 152049-2004).
 Persyaratan Komponen PVC Untuk Isolasi Dan Selubung
Kabel listrik (SNI 04-1713-1994).
 Ketentuan yang dikeluarkan oleh PDAM setempat.
f. Undang-Undang Perburuhan.
g. Pedoman Fire Office Comitte (FOC)
h. National Fire Protection Assosiation (NFPA).
i. Untuk bahan-bahan yang tidak atau belum ada
peraturannya di Indonesia, dipakai syarat-syarat yang
ditentukan oleh Pabrik bahan tersebut serta peraturan-
peraturan lain yang disebutkan didalam Spesifikasi.

1.5.2 Uraian dan Syarat-Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Serta


Risalah Penyelesaiannya.
a. Jika ternyata di dalam Spesifikasi terdapat penyimpangan
dengan peraturan-peraturan yang tersebut pada 1.6.1.
diatas, maka Spesifikasi inilah yang mengikat.

b. Jika tidak ditentukan lain dalam Spesifikasi maka semua


peraturan-peraturan sebagaimana yang tersebut pada 1.6.1.
diatas termasuk segala perubahan-perubahannya tetap
berlaku.

1.5.3 Gambar - Gambar


8
a. Meliputi gambar-gambar arsitektur, konstruksi dan gambar-
gambar perubahannya, juga gambar-gambar yang dibuat
oleh Pelaksana Pekerjaan Kontraktor (Shop Drawing) yang
telah disetujui oleh Pemberi Tugas Direksi Teknik.

b. Penjelasan gambar pelaksanaan.

c. Dalam pembuatan shop drawing, harus jelas dicantumkan


dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk
pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan/atau spesifikasi/persyaratan khusus
sesuai dengan spesifikasi pabrik.

1.5.4 Petunjuk/Instruksi Direksi Teknik


a. Semua petunjuk/Instruksi Pemberi Tugas/Direksi Teknik
harus dilaksanakan secara baik oleh Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor.

b. Apabila Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak dapat


menerima/ menyetujui pendapat atau perintah Direksi
Teknik harus mengajukan keberatan secara tertulis dalam
waktu 3 x 24 jam.

c. Apabila dalam jangka waktu tersebut Pelaksana


Pekerjaan/Kontraktor tidak mengajukan keberatan apa-apa,
maka dianggap telah menyetujui dan menerima perintah
Direksi Teknik untuk segera dilaksanakan.

1.6. PROGRAM KERJA

a. Secepatnya (selambat-lambatnya 7 hari) setelah


memenangkan lelang dan mendapatkan Surat Penunjukkan
Pemenang Lelang, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus
membuat detail program kerja, yang menunjukkan
bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan, bilamana bahan

9
import akan sampai ditempat, dan lain-lain (time schedule
dan procurement schedule).

Dan seminggu setelah mendapatkan SPK, Pelaksana


Pekerjaan/ Kontraktor harus mengajukan material list yang
harus disetujui oleh Pihak Direksi (Pemberi Tugas, Konsultan
Perancang dan Konsultan Pengawas).

b. Program kerja Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tersebut


harus disampaikan kepada Direksi Teknik /Pemberi tugas
untuk mendapat persetujuan.

c. Direksi Teknik /Pemberi Tugas mempunyai hak untuk


memeriksa, mempertanyakan dan mempelajari kelayakan
dari Program Kerja Pelaksanaan Pekerjaan/Kontraktor,
terutama bila menyangkut Critical Path Programe dan bila
perlu akan memberikan saran dan memintakan
perubahannya.

Apabila didapatkan bahwa pelaksanaan tidak dapat seiring


dengan Critical Path Programe, maka Direksi Teknik akan
mendesak Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor untuk mengejar
waktu yang tertinggal.

d. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib mempelajari dan


menyetujui secara tertulis Critical Path Program. Pada
program tersebut akan terlihat bilamana Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor harus menyelesaikan bagian-bagian
pekerjaannya, dan bilamana bahan import harus susah
sampai di proyek.

e. Semua perubahan waktu yang terjadi pada program harus


disetujui bersama antara Pemberi Tugas, Direksi Teknik/
Kontraktor yang bersangkutan.

f. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib memonitor dan


menyesuaikan pelaksanaan dengan program tersebut setiap
bulan.

10
g. Program kerja tersebut akan digunakan oleh Direksi untuk
menentukan waktu keterlambatan yang dibuat oleh
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor terhadap penyelesaian
pekerjaan.

h. Penyerahan dan persetujuan atas Program Kerja dan semua


revisinya (kalau ada) tidak akan melepaskan tugas dan
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor atas
Kontrak yang dibuat.

1.7. TATA TERTIB PELAKSANAAN

a. Lapangan kerja site akan diserahkan kepada Pelaksana


Pekerjaan/ Kontraktor dalam keadaan seperti pada waktu
pemberian kerja dan dianggap bahwa pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor mengetahui benar-benar mengenai :

 Letak.

 Batas-batas maupun keadaannya pada waktu itu.

 Kemungkinan memindahkan kabel-kabel dan pipa


dibawah tanah.

Sebelum dilaksanakan pekerjaan, Pelaksana


Pekerjaan/Kontraktor harus mengajukan persetujuan
penggunaan tempat kavling kerja dengan gambar rencana
tata ruang site kepada Direksi Teknik

b. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib menyerahkan


pekerjaan hingga selesai dan lengkap, yaitu membuat
(menyuruh membuat), memasang, memesan maupun
menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat kerja dan
pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang
bersangkutan dengan pelaksanaan.

c. Untuk setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya


maupun yang sedang dilaksanakan. Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan berhubungan dengan
11
Direksi Teknik guna memintakan izin mengerjakan/untuk
mendapatkan pengesahan/ persetujuannya.

d. Setiap usul dari Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang telah


memperoleh persetujuan/pengesahan dari Direksi Teknik
dianggap berlaku, sah serta mengikat, jika dilakukan secara
tertulis dan ditandatangani.

e. Semua bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk


pekerjaan ini harus benar-benar diteliti mengenai mutu,
ukuran, jumlah dan harus baru (tidak dibenarkan memakai
material bekas).

f. Ketelitian dan kerapihan kerja akan dinilai oleh Direksi


Teknik khususnya yang menyangkut pekerjaan penyelesaian
maupun kerapihan (finishing works).

g. Pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan penyelesaian dan


perapihan harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga pihak
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor yang benar-benar ahli.

h. Cara-cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di


gudang-gudang harus memenuhi persyaratan teknis yang
dikeluarkan oleh Pabrik/Produsen material, dan dapat
dipertanggung jawabkan.

i. Semua uraian yang disebut di dalam Spesifikasi ini dan


semua perubahan maupun tambahan yang terjadi dan
dinyatakan di dalam Berita Acara Penjelasan adalah sah
berlaku dan digunakan sebagai dasar pedoman pelaksanaan.

1.8. GARIS SEMPADAN BANGUNAN

a. Garis Sempadan Bangunan dan patok-patok yang sah,


ditentukan oleh Dinas Tata Kota (DTK) atau pejabat yang
berwenang atas bantuan dan kerja sama dengan Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor atau mengacu pada gambar.

12
b. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ini mengalami
keterlambatan tidak dapat dipakai sebagai alasan penundaan
waktu pembangunan, sedangkan pembiayaan menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor.

1.9. TENAGA AHLI

a. Setiap pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menunjuk


tenaga yang ahli didalam bidangnya bagi pekerjaan-
pekerjaan termasuk pekerjaan penyelesaian dan perapihan
(finishing works). Terutama pekerjaan struktur Baja tukang
las harus mempunyai sertifikat keahlian pengelasan

b. Tenaga ahli tersebut harus dapat mempertanggungjawabkan


pekerjaannya, dan harus selalu berada di lapangan selama
pelaksanaan, baik sebagai pelaksana maupun sebagai
pengawas pekerjaan.

c. Apabila tenaga-tenaga ahli pelaksana oleh Direksi Teknik


dianggap tidak memenuhi persyaratan/kurang ahli dalam
bidangnya, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor secepatnya
harus menggantikan dengan tenaga ahli lain yang disetujui
Direksi Teknik.

d. Manager Proyek harus orang yang berpengalaman dalam


pelaksanaan pembangunan gedung bertingkat dengan
struktur beton bertulang dan baja. Manager Proyek bertugas,
mengkoordinir seluruh pekerjaan dan bertindak atas nama
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.

1.10. BAHAN

a. Semua material yang disediakan dan dipasang oleh


Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus baik dan sesuai
persyaratan, baru dan sebelum dibeli/dipasang harus
mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.

13
b. Sedapat mungkin setiap bahan mempunyai contoh yang
harus diajukan untuk disetujui Direksi Teknik . Contoh
tersebut, setelah disetujui, akan disimpan di Kantor Direksi
Teknik dan akan digunakan sebagai dasar standard bahan
yang akan dipasang.

c. Bahan-bahan yang terpasang dan tidak sesuai dengan


contoh yang telah disetujui akan ditolak oleh Direksi Teknik
dan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggungjawab
untuk menggantinya, tanpa biaya tambahan.

d. Penyebutan suatu merk atau nama pabrik didalam


spesifikasi atau pada gambar harus diartikan sebagai
permintaan suatu bahan yang satu kelas atau satu kualitas
dan satu tipe/jenis dalam hal pembuatan dan bahannya, dan
tidak berarti menutup kemungkinan penggunaan material
sejenis dari pabrik lain.

e. Semua biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan


contoh-contoh bahan menjadi tanggungan Pelaksanaan
Pekerjaan/Kontraktor.

1.11. FOTO – FOTO PELAKSANAAN

a. Untuk keperluan dokumentasi pelaksanaan pekerjaan,


Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib membuat foto-foto
yang menunjukkan kemajuan pekerjaan, yaitu :

 Keadaan lapangan sebelum pekerjaan dimulai.

 Keadaan lapangan pada saat pekerjaan persiapan.

 Keadaan pada saat pekerjaan pondasi.

 Keadaan pada saat setiap tahap pekerjaan.

 Keadaan pada saat terjadi force majeure (bila ada).

 Keadaan pada saat serah terima I dan II.

14
 Keadaan-keadaan lain menurut kebutuhan Direksi
Teknik.

b. Foto-foto harus berwarna, ukuran Post Card, ditempatkan


didalam album dengan beberapa keterangan singkat, dan
diberikan kepada Direksi Teknik, sebanyak 3 set.

c. Seluruh biaya pembuatan foto dokumentasi, berikut


albumnya, menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor.

d. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menyediakan camera


yang dilengkapi dengan peralatan deteksi jam & tanggal
(bukan pocket camera) yang dilengkapi dengan tele lens
(lensa jarak jauh) di lapangan.

1.12. SYARAT-SYARAT PENYERAHAN PEKERJAAN

a. Pada saat atau sebelum hari penyelesaian pekerjaan yang


telah ditentukan, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib
menyelesaikan seluruh pekerjaaanya sesuai kontrak dan
sebagaimana disyaratkan dalam spesifikasi ini, dan Direksi
Teknik dapat menyatakan bahwa pekerjaan tersebut telah
selesai, siap dipakai dan telah sesuai dengan kontrak,
spesifikasi dan gambar-gambar.

b. Pekerjaan dikatakan selesai apabila telah memenuhi semua


persyaratan yang tercantum dalam kontrak, dan mendapat
persetujuan Direksi Teknik.

c. Penyerahan pekerjaan dilakukan dengan Berita acara


Penyerahan disertai lampiran gambar-gambar, instruksi-
instruksi, perizinan dan lain-lain sebagaimana yang
disyaratkan.

1.13. PEMBERSIHAN

15
a. Setiap Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib membersihkan
kembali proyek dari kototan-kotoran yang disebabkan oleh
hasil pekerjaannya.

b. Semua kotoran-kotoran tersebut harus dibuang keluar oleh


Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang bersangkutan dengan
biaya sendiri.

1.14. TATA TERTIB LAPANGAN

a. Semua barang-barang yang tidak berguna atau yang ditolak


oleh Direksi Teknik, selama jalannya pembangunan, harus
dikeluarkan dari halaman kerja/lokasi kerja selambat –
lambatnya 2 x 24 jam.

b. Semua bagian yang bergerak hendaknya dijaga kelancaran


jalannya, misalnya pintu-pintu pagar dan lain-lain.

c. Semua anak kunci harus dikumpulkan, diberi tempat yang


baik, dan diberi tanda.

d. Barang-barang/alat-alat sanitasi harus dijaga kebersihannya


bila ada kerusakan-kerusakan pada bagian yang telah
selesai, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus
memperbaiki/ menggantinya sampai memuaskan dan atas
biaya sendiri.

1.15. KEAMANAN

a. Setelah Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor mendapat batas-


batas daerah kerja dan lain-lain sebagaimana yang telah
diuraikan dalam point-point sebelumnya, maka Pelaksana
Pekerjaan/Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
sesuatu yang ada didaerahnya, yaitu:

 Kerusakan – kerusakan yang timbul akibat


kelalaian/kecerobohan yang disengaja ataupun tidak.

 Penggunaan sesuatu yang keliru/salah


16
 Kehilangan bahan-bahan/alat-alat perlengkapan-
perlengkapan yang ada di daerahnya.

b. Terhadap semua kejadian tersebut pada butir ‘a’ diatas,


Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus melapor kepada
Direksi Teknik dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam guna
diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.

c. Untuk mencegah kejadian-kejadian diatas, Pelaksana


Pekerjaan/ Kontraktor diizinkan mengadakan pengamanan
antara lain mengadakan penjagaan siang dan malam,
penerangan malam, memasang alat-alat tanda bahaya,
memasang alat-alat pemadam kebakaran sesuai ketentuan
yang berlaku, dan lain-lainnya.

17
BAB 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. PAPAN NAMA PROYEK

a. Kontraktor bangunan harus membuat papan nama proyek


dengan ukuran minimal 1,00 x 1,50 m dipasang ditempat
yang strategis atau sesuai petunjuk Direksi Teknik.

b. Papan nama harus menunjukkan nama proyek, tahun


anggaran/ sumber anggaran, nilai proyek dan nama
kontraktor pelaksana.

c.Kontraktor bangunan wajib memelihara papan nama dan


pagar sekeliling proyek dan memperbaiki kerusakan-
kerusakannya atas biaya sendiri.

2.2. TOILET

Selain toilet yang telah disediakan pada Direksikeet, Kontraktor


harus menyediakan toilet yang cukup memenuhi, baik dalam
jumlah maupun syarat-syarat kesehatan umum dan lingkungan
untuk pekerja-pekerja kasar

2.3. GUDANG

a. Pembuatan gudang-gudang bahan harus sedemikian baiknya,


sehingga bahan-bahan yang disimpan dan akan digunakan
tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain.

b. Lantai gudang harus mempunyai ketinggian minimum 10 cm


dari permukaan tanah, serta dinding, atapnya tidak boleh
bocor.

2.4. AIR DAN PERALATAN KERJA

18
a. Kontraktor harus menyediakan instalasi listrik dan air kerja
yang bersih atas biaya sendiri, yang dapat juga dipakai untuk
keperluan pihak lain

b. Termasuk pada pekerjaan ini adalah penyediaan listrik dan


air untuk Direksi-keet.

2.5. ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU

Kontraktor diwajibkan menyediakan/menggunakan peralatan-


peralatan kerja yang jumlah, kapasitas dan kualitasnya cukup
baik untuk memenuhi syarat seperti : concrete mixer/molen,
concrete vibrators, mesin genset, trucks, Mesin stemper, Bar
bending, alat-alat ukur (theodolite, water pass dan lain-lain),
peralatan pemadam kebakaran, peralatan-peralatan test beton
dan lain-lain.

2.6. JALAN-JALAN SEMENTARA

a. Jika di lapangan pekerjaan belum terdapat sarana tersebut,


Kontraktor wajib menyediakan saluran-saluran, titi,
pengerasan jalan dan lain-lain yang sifatnya sementara
untuk memungkinkan pengangkutan alat-alat pembangunan
dan bahan-bahan, disamping untuk bergerak di halam kerja.

b. Semua sarana tersebut harus dipelihara selama


berlangsungnya pekerjaan dan setelah selesai, semua sarana
harus dibersihkan kecuali bagian-bagian yang akan
dipergunakan lebih lanjut.

c. Sebaliknya kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sarana-


sarana yang telah ada, yang nyata-nyata disebabkan oleh
pekerjaan kontraktor, harus diperbaiki kembali atas beban
kontraktor sendiri.

2.7. ALAT-ALAT PPPK


19
Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan kotak Pertolongan
Pertama Pada Kecelakan (PPPK) lengkap terisi menurut
kebutuhan. Bila terjadi kecelakaan, kontraktor harus segera
mengambil tindakan seperlunya.

2.8. LOS KERJA/BENGKEL KERJA

a. Kontraktor hendaknya mendirikan beberapa los kerja yang


cukup luas untuk pekerjaan-pekerjaan seperti ; pekerjaan
kayu, pembongkaran besi dan lain-lain yang dianggap perlu.

b. Untuk mengatur penempatannnya dilapangan, kontraktor


wajib membuat rencana lay out dan harus mendapat
persetujuan Direksi.

2.9. PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN SEBELUM


PELAKSANAAN

a. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan sebelum


pelaksanaan mencakup pembongkaran/pembersihan
terhadap segala hal yang dinyatakan oleh Direksi Teknik dan
Perencana tidak digunakan lagi, maupun yang dapat
mengganggu kelancaran pelaksanaan.

b. Hasil bongkaran/pembersihan harus


dikeluarkan/dipindahkan ke luar dari lokasi pekerjaan atas
izin dan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.

20
BAB 3
BAHAN-BAHAN BANGUNAN

3.1. AIR
Persyaratan air (water) pencampuran untuk beton/adukan, spesi
pelesteran harus sesuai dengan persyaratan sebagai beikut :

3.1.1. Air pembuatan dan perawatan beton tidak mengandung


minyak, asam alkaid, garam, bahan –bahan organis atau bahan
– bahan lainya yang dapat merusak beton atau baja tulangan .
Dalam hal ini dapat dipakai adalah air bersih yang dapat
diminum. Pekerjaan galian tanah dapat dilaksanakan setelah
bowplank dan peletakan posisi pondasi sloof sudah disetujui
oleh Direksi lapangan / Pengawas lapangan.
3.1.2. Apabila terdapat keraguan- keraguan mengenai air maka
Kontraktor wajib mengirimkan contoh air tersebut ke Lembaga
Pemeriksaan Badan yang diakui untuk menyelidiki sampai
berapa jauh air itu mengandung zat- zat yang dapat merusak
beton dan baja tulangan dengan biaya ditanggung oleh
Kontraktor.
3.1.3. Apabila pemeriksaan contoh air dalam hal, adanya keragu-
raguan terhadap air, maka harus diadakan percobaan
perbandingan antar kekuatan mortar semen+ pasir dengan
memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila
kekuatan tekanan mortar dengan memakai air itu pada umur 7
dan 28 hari paling sedikit adalah 90 % dari kekuatan tekanan
mortar dengan memakai air suling pada umur yang sama.
Persyaratan diatas sesuai dengan PBI ‘ 71’ pasal 3.6 bdan PUBI
NI-31 pasal 10.

3.2. SEMEN
3.2.1. Persyaratan sumber ( cement) harus sesuai dengan PBI ‘71’
PASAL 3.2.
21
3.2.2. Semen yang dimaksud sama dengan porland Cement Type I.
3.2.3. Kehalusan semen (finenessof Cement) harus lebih kecil dari 22
%
3.2.4. Semen yang bergumpal atau membatu tidak dibenarkan untuk
digunakan.
3.2.5. Merek semen yang digunakan harus diajukan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.

3.4. PASIR PASANG

3.4.1. Pasir pasang adalah agregat 9 (fine Aggregat).


3.4.2. Pasir harus terdiri dari pasir alam bersih ( kalau dminta , pasir
tersebut harus dicuci sebelum digunakan).
3.4.3. Pasir laut tidak dibenarkan untuk digunakan atau sesuai
dengan petunjuk Direksi.
Pasir pasang harus bersih dari bahan- bahan yang merusak
seperti : Olie, garam, asam, alkali, gula atau bahan –bahan
organik lainnya.
Tabel 4.5.1.
Persyaratan Gradasi Agregat Halus
( Pasir Pasang)

Persentasi Lolos atas


Ukuran Berat
No Saringan ASTM C- 136 Dan C- 33 Catatan
Mm Ukuran maximun Normal
4.75 mm
1 9.5 - Gradasi yang
2 4.75 100 lebih kasar
3 2.36 95-100 digunakan
4 1.18 - untuk adonan
5 0.30 - pengisi rongga
yang besar dan
22
6 0.15 Maximun 25 untuk
7 0.075 Maximun 10 sambungan lebih
tebal dari 13
mm

Tabel 4.5.2.
Syarat Syarat Kualitas Agregat Halus
No Uraian Batas Test
1 Kekeruhan organis dalam pasir Melewati harga standar
(Test Sodium hydroxide) ASTM C-87 warna
(kuning gading), warna the
muda
2 Berat jenis ASTM C -128 Minimun 2.4
3 Bahan lolos no.200 ASTM C-117 Minimum 10%
Perhatikan PBI ‘71’ Bab –III Pasal 3.3

3.5. BATU BATA MERAH


Persyaratan batu bata ( Brick Wall) harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
3.5.1 Batu bata merah dan tanah liat melalui proses pembakaran
dengan ukuran minimal tebal 5cm, lebar 12 cm dan panjang 24
cm, ukuran tersebut diusahakan tidak menyimpang jauh dari
ukuran yang disetujui oleh direksi Lapangan.
3.5.2 Batu bata merah yang digunakan adalah kwalitas no.1, ukuran
jumbo cetak mesin berwarna merah tua yang merata tanpa
cacat dan mengandung kotoran dan mempunyai daya tekan
ultimate 30 kg /cm2.
3.5.3 Batu bata merah bangunan harus memenuhi syarat- syarat pada
PUBI NI-3) Passal 18.

3.8. PEMBUATAN BAHAN SPESI & PLESTERAN

3.8.1. Pencampuran adonan / spesi / plesteran.

23
Agregat halus ( pasir pasang yang dilayak ) dan semen harus
diukur dan campur dalam mixer (pencampuran) beton, atau
dengan tangan. Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk
satu campuran yang baik dan pencampuran berlanjut selama 5-
10 menit sampai didapatkan satu adonan dari kekentalan yang
diminta . Penggunaan semen untuk perbandingan bahan 1:4
semen PC yang digunakan adalah 6,52 kg (0,179 Zak @ 40 kg)
dan untuk bahan campuran 1:2 harus menggunakan semen PC
= 7,16 kg (0,179 Zak @ 40 kg) untuk plesteran sementara untuk
bahan spesi pasangan batu bata dengan perbandingan bahan
spesi 1:4 harus menggunakan 164,92 kg (4,123 Zak @ 40
Kg) semen PC dan untuk campuran 1:2 harus menggunakan
semen PC 273,33 KG (6,833 Zak @ 40 kg).

3.8.2. Penempatan Pemasangan


1. Permukaan yang meneriam adonan harus dibersihkan dirim
setiap bahan lepas, Lumpur atau benda- benda lain harus
dibuang dan kemudian dibasahi dengan air sebelum adonan
tersebut ditempatkan
2. Bilamana digunakan sebagai permukaan selesai, adonan
tersesbut harus dipasang diatas permukaan basah dan
bersih.

3.8.3. Kegunaan Adonan


1. Kegunaan adonan adalah untuk keperluan spesi
pasangan batu dan pasangan batu bata serta pasangan
plesteran, pasangan keramik dan batu alam
2. Biaya Pembuatan adonan sudah termasuk dalam
pekerjaan pasangan

3.10. KAYU

24
Persyaratan kayu untuk bangunan;daun pintu, lisplank harus
memenuhi persyaratan seperti dibawah ini :
a. Standar yang dipergunakan adalah harus memenuhi syarat
seperti yang diuraikan / ditetapkan pada :
- Peraturan umum untuk bangunan di Indonesia NI-3, Pasal
21.
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5
- Peraturan bangunan Nasional dan perlengkapan

b. Mutu kayu adalah borneo sesuai dengan PPKI, bebas dari


getah, cacat-cacat dan harus mengalami proses pengeringan
udara minimum 3 (tiga) bulan.

c. Kadar air dalam kayu harus lebih kecil atau sama dengan 15
% sedangkan untuk pekerjaan-pekerjaan kasar harus lebih
kecil atau sama dengan 20% dan harus dijaga supaya kadar
air tersebut konstant baik pada saat penyimpangan,
pekerjaan maupun pada penyelesaian pekerjaan.

d. Bahan Pekerjaan Kayu


(1). Kayu yang dipakai harus menggunakan kayu borneo
sesuai dengan PPKI 1961(NI-5)
(2). Selama Pelaksanaan , mutu dan kekeringan kayu harus
dijaga dengan penyimpangannya ditempat kering,
terlindung dari hujan dan panas, terutama kayu pintu.
(3). Kayu Lapis
Kayu lapis memiliki teloransi ukuran panjang atau lebar
adalah ± 3 mm, tebal lebih kecil 6mm ± 5% tebal lebih
besar sama dengan 6 mm± 3 % standart mutu adalah
SII 040 /81 dan atau PUBI 1982 Pasal 38, mutu adalah
SII 040 /81 dan atau pubi 1982 Pasal 38.

e. Syarat – Syarat Pelaksanaan


Adapun syarat –syarat pelaksanaan adalah sebagai berikut :

25
1. Semua pekerjaan kayu yang tampak dan sisi bawah
rangka langit - langit harus diserut rata Khususnya kayu
untuk; rangka pintu/ jendela, lisplank dan bidang – bidang
kayu yang kelihatan dicat dengan merata licin dan
selesaikan dengan memuaskan.
2. Semua sambungan –sambungan harus dikerjakan dengan
penuh kelihatan, rapat dan rapi
3. Semua pekerjaan kayu yang akan dicat harus diketam rata
dan licin serta tidak ada lubang dan mata kayunya.
4. Lembaran kayu lapis harus direkat rapat dengan bahan
perekat yang baik pada rangkanya dan dipaku dengan
paku kecil yang dipipihkan sehingga tidak nampak pada
permukaan kayu Kayu lapis yang digunakan harus
memenuhi SII 0404 dengan kuat rekat jenis 1 dengan
teloransi ukuran 3 mm atau sesuai PUBI-82

3.11. ALUMUNIUM
Persyaratan Kosen yang dipakai adalah kosen dari bahan
pabrikasi berupa material dasar Aluminium, yang dipabrikasi
sedemikian rupa.

Seluruh pekerjaan ini sesuai dengan pernyataan dalam :

- The Aluminium Association (AA)


- Architectural Aluminium Manufactures Association (AAMA)
- American Standards for Testing Material (ASTM)
- SNI 1989

3.12. Kaca

- Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

26
b. Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam detail gambar.

- Standard
a. ANSI : American National Standard Institute. 297.1-1975-
Safety Material Used in Building.

b. ASTM : American Society for Testing and Material. E6 – P3


Proposed Specification for Sealed Insulating Glass Units.

- Persyaratan Bahan
a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada
umumnya mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat
tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik
tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas
dan pengembangan (Floating Glass).

b. Toleransi lebar dan panjang. Ukuran panjang dan lebar tidak


boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.

c. Kesikuan. Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus


mempunyai sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus,
toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5
mm per meter.

d. Cacat-cacat.
- Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus
sesuai ketentuan dari pabrik.
- Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia
yang dapat mengganggu pandangan.
- Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada
kaca baik sebagian atau seluruh tebal kaca).
- Kaca harus bebas dari seluruh gumpilan tepi (tonjolan pada
sisi panjang dan lebar ke arah luar/masuk).

27
- Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave)
benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan,
gelombang adalah permukaan kaca yang berobah dan
menggangu pandangan.
- Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan
goresan (scratch).
- Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
- Mutu kaca lembaran yang digunakan AA.
- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh
melampaui toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk
ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.

- Bahan
a. Bahan kaca, harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982.
- Kaca Polos ex. Asahi Mas/ mulia Glass, tebal sesuaikan
dengan gambar.
- Clear Glass, ex Asahi Mas/ Mulai Glass, tebal sesuaikan
dengan gambar.
Permukaan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfida
maupun bercak-bercak lainnya.

b. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah


terpasang harus mendapat persetujuan dan diperiksa oleh
Direksi Teknik dan Pemimpin Proyek.

c. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat


pemotongan, harus digurinda/dihaluskan, sehingga
membentuk tembereng.

28
BAB 4
PEKERJAAN ARSITEKTUR

5.1 PEKERJAAN PLESTERAN

5.1.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan dinding/tempat
yang akan diplester, serta pelaksanaan pekerjaan pemlesteran itu
sendiri pada dinding-dinding yang akan diselesaikan dengan cat
atau bahan finishing lain yang satu dan lain hal sesuai dengan
yang tertera dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.

5.1.2 Bahan
a. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah type I
dengan mutu S – 325 serta harus memenuhi persyaratan satu
dan lain hal sesuai dengan NI – 8 tahun 1988. Semen yang
digunakan adalah sekualitas Semen Padang atau setara.

b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah pasir


pasang, dengan syarat umum seperti pasir pada pasangan bata,
tetapi dengan gradasi yang lebih lembut, satu dan lain hal
sesuai dengan NI – 3 pasal 14 dan telah mendapat persetujuan
dari Direksi Proyek.

c. Air untuk mengaduk kedua bahan tersebut diatas satu dan lain
hal sesuai dengan NI – 3 pasal 10.

5.1.3 Jenis Plesteran


Jenis – jenis plesteran yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Plesteran kedap air (1 PC : 2 Psr) digunakan untuk menutup
dinding – dinding kedap air.

29
b. Plesteran biasa (1 PC : 4 Psr), digunakan untuk menutup
seluruh permukaan dinding – dinding selain dinding kedap air.
c. Plesteran beton (1 PC : 3 Psr) digunakan untuk menutup/
membentuk fantasi kolom.
d. Plesteran relief (1 PC : 2 Psr), digunakan untuk membuat relief
sebagaimana ditunjukan pada gambar.

5.1.4 Persiapan Dinding Yang Akan Diplester


a. Semua permukaan yang akan diplester harus disikat sampai
bersih dan disiram air sebelum bahan plester ditempelkan
(permukaan dinding harus basah pada waktu diplester).
b. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya
minimal selama seminggu sejak penempelan plesterannya.

5.1.5 Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran


Antara lain harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Adukan Plesteran
Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau
dengan tangan sesuai persyaratan Direksi Teknik. Apabila
dipandang perlu dan sesuai dengan rencana, Kontraktor
diperkenankan mempergunakan bahan-bahan kimia sebagai
campuran. Hanya semen yang baik boleh dipergunakan.

b. Pelaksanaan
Kontraktor harus membuat contoh-contoh bidang plesteran dari
setiap macam pekerjaan plesteran sesuai dengan yang diminta,
sehingga jenis/macam pekerjaan dapat diterima oleh Direksi
Teknik. Dan untuk seterusnya semua pekerjaan plesteran harus
sama dengan contoh yang dibuat. Untuk dapat mencapai tebal
plesteran yang rata, sebaiknya diadakan pemeriksaan secara
silang.

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga yang ahli, dengan


menggunakan garisan panjang yang digerakkan secara vertikal

30
dan horizontal (silang). Tebal plesteran harus diukur betul-betul
supaya mendapatkan ketebalan yang sama pada kedua muka
dinding dan hasil akhir dari dinding tembok setelah diplester
adalah 14 cm (setebal kozen).
Ketebalan plesteran hendaknya dicapai dalam 2 (dua) kali
pekerjaan. Lapisan pertama setebal = 10 mm merupakan
lapisan dengan permukaan kasar (juga diperiksa secara silang),
sedangkan lapisan kedua ditempelkan untuk mencapai bidang
rata dengan pengerjaan yang lebih teliti. Setelah itu baru
dilakukan pekerjaan pengacian. Pengacian plesteran baru dapat
dilaksanakan setelah umur plesteran dinding mencapai umur
minimal 24 jam atau atas seizin Direksi Teknik.

Bidang beton yang akan diplester harus dikerik terlebih dahulu


supaya plesteran bisa lebih mengikat, sedangkan hasil akhirnya,
bila dikehendaki demikian, harus rata dengan bidang plesteran
dinding tembok dengan tebal plesteran minimum 10 mm.

a. Sudut – Sudut Plesteran


Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis
tegaknya dalam pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara
sempurna, tegak dan siku. Sudut luar hendaknya dibuat agak
bulat (tumpul).

b. Perbaikan Bidang Plesteran


Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata)
harus diperbaiki semunya. Bagian-bagian yang akan diperbaiki
hendaknya dibobok secara teratur (dibuat bobokan yang
berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan
sekitarnya.

5.1.6 Dinding Dan Kolom Yang Akan Ditutup Bahan Finishing

31
a. Sebelum pekerjaan finishing dinding dilakukan, pada bagian –
bagian seperti bagian dinding yang berhubungan langsung
dengan lapisan tanah pada bagian luar dan pada dinding –
dinding di sekeliling kamar mandi/WC harus dibuat
waterproofing terlebih dahulu, dengan cara dan bahan yang
sesuai dengan rencana dan disetujui Direksi Teknik.
b. Sebelum pekerjaan finishing dilakukan, Kontraktor harus
menyerahkan contoh – contoh bahan dan keterangan –
keterangan teknis serta cara pemasangan bahan tersebut untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.

5.2 PEKERJAAN WATER PROOFING

5.2.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi lantai plat atap, di lokasi penyediaan bahan waterproofing,
pemasangan waterproofing sesuai dengan gambar rencana dan
rencana pemakaian bahan (finishing schedule).

5.2.2 Bahan
a. Waterproofing dengan sifat – sifat ketahanan yang lama serta
ketahanan iklim yang tinggi semutu, curnior coating. Jenis yang
dipakai adalah yang bersifat coating dari bahan dasar Sikatop
dengan cara pemasangan sesuai spesifikasi pabrik.

b. Pada semua dilatasi, bila ada, diberi waterproofing dengan


pengisi celah semutu kombinasi Multigrm waterproofing sesuai
dengan gambar rencana.

c. Bahan dan pemasangan harus dilengkapi dengan jaminan


penggantian bahan dan pemasangan bila terjadi kebocoran,
yang diterbitkan oleh fabrikator dan aplikatornya. Jaminan
tersebut berlaku selama 10 tahun.

32
d. Pada pasangan pipa – pipa instalasi air yang menembus
plat/dinding beton, beton harus dicor kembali dengan shrink
concrete sebelum dilapisi waterproofing.

5.2.3 Pemasangan
a. Sebelum pemasangan waterproofing semua pekerjaan
pembobokan dan pemasangan peralatan seperti floor drain
dan roof drain harus diselesaikan dan semua permukaan
dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti gumpalan semen.
Setelah permukaan bersih dioleskan PF Primer (sejenis plink
coat) secara merata.
b. Setelah kering waterproofing dipasang dengan cara
bakar/coating (sesuai dengan petunjuk pabrik) sebanyak dua
lapis, kemudian discreed/dilindungi dengan plester tebal 1
cm pada permukaan uang berhubungan langsung dengan
matahari.
c. Sebelum screed dilakukan tidak diijinkan melakukan
pekerjaan apapun diatas permukaan waterproofing.
d. Pada dinding persambungan lantai kamar mandi dipasang
setinggi 50 cm, setelah discreed baru dapat dipasang
keramik.
e. Pemasangan harus dilakukan oleh aplikator resmi yang
ditunjuk oleh pabrik pembuatnya.Pemasangan harus sesuai
dengan petunjuk-petunjuk dari pabriknya.Setelah
pemasangan, waterproofing harus dites selama 7 (tujuh) hari
(siang/malam)
f. Kontrkator harus memberikan jaminan (garansi) dan
menunjukkan sertifikat dari pabriknya/agen yang
bersangkutan.
g. Selama garansi, akibat dari kebocoran waterproofing menjadi
tanggung jawab kontraktor.

5.3 PEKERJAAN KAYU

33
5.3.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga ahli,
peralatan, pengangkutan, dan jasa pengangkutan dan
pemasangan pintu panel kayu lengkap dengan accessories dan
perlengkapan lainnya.

5.3.2 Persyaratan
a. Sebelum pemasangan Kontraktor harus mengajukan shop
drawing dan contoh material yang akan digunakan untuk
mendapat persetujuan, setelah diperiksa oleh Direksi Teknik.

b. Shop Drawing harus lengkap dengan dimensi, Accessories,


komponen-komponen, sambungan dan lokasi kunci-kunci dan
penggantung serta handle dan detail pemasangan.

c. Standart yang digunakan :


- NI – 3 : Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan
Bangunan di Indonesia ( PUBB 1956).
- NI – 5 : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
- AWI : Architectural Wodd Work Institute, USA.

d. Seluruh sambungan kayu menggunakan sistem lem dan pen


kayu, tidak dibenarkan menggunakan paku kecuali paku
cacing.

5.3.3 Bahan

a. Kayu
 Mutu dan kualitas kayu yang dipakai harus sesuai dengan
persyaratan dalam NI – 5 (PKKI) dan peraturan serta
persyaratan lain yang berlaku di Indonesia.
 Kayu yang digunakan :
- Kayu Borneo

34
 Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan
permukaan rata, bebas dari cacat, mata kayu dan cacat lain
yang dapat merusak penampilan dari kayu itu sendiri.
 Kelembaban kayu yang disyaratkan 8% - 12% berat.
 Tebal daun pintu minimum 3,20 Cm.

b. Bahan Perekat
 Untuk perekat digunakan lem kayu jenis epoxy 2 (dua)
komponen yang bermutu baik.
 Semua permukaan kayu yang tampak harus diketam halus,
lurus dan siku.

5.3.4 Macam Pekerjaan


Konstruksi dan macam-macam pekerjaan lainnya menggunakan
jenis-jenis seperti dibawah ini :
a. Kayu Borneo
- Daun pintu pinil

5.3.5 Pelaksanaan

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan


untuk meneliti gambar-gambar yang ada dengan kondisi di
lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk mempelajari
bentuk, pola, penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan
detail-detail sesuai gambar.

b. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan pintu di tempat


pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan
sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan
terlindung dari kerusakan dan kelembaban.

c. arus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk


rangka kayu dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin
kekuatannya dangan memperhatikan/menjaga kerapihan
35
terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada
lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.

d. Semua kayu harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku


satu sama lain sisi-sisinya, dan di lapangan sudah dalam
keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan.

e. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran


jadi. Pemotongan dan pembuatan profil kayu dilakukan
dengan mesin diluar tempat pekerjaan/pemasangan.

5.4 PEKERJAAN ALUMINIUM

5.4.1 Umum
Pekerjaan Kosen/ panel aluminium, finishing dinding composit
panel harus dilaksanakan oleh kontraktor spesialis yang telah
memiliki pengalaman sejenis. Pekerjaan ini meliputi pengadaan
tenaga kerja, penyimpanan, pengamanan dan bahan-bahan,
serta alat bantu untuk melaksanakan semua pekerjaan yang
dinyatakan dalam gambar kerja serta petunjuk Direksi Teknik.

5.4.2 Persyaratan
Seluruh pekerjaan ini sesuai dengan pernyataan dalam :
- The Aluminium Association (AA)
- Architectural Aluminium Manufactures Association (AAMA)
- American Standards for Testing Material (ASTM)

5.4.3 Bidang Pekerjaan


Pekerjaan aluminium mencakup:
a. Pekerjaan Kosen Pintu, Jendela dan panel-panel jendela kaca

5.4.4 Bahan

36
1. Kusen Pintu dan jendela meggunakan material aluminium yang
sesuai dengan syarat yang berlaku. Dipasang dengan rapi dan
ukurannya disesuaikan dengan gambar rencana. Untuk
pemasangan kaca mati pada setiap pertemuannya dipasangi
dengan silent agar supaya air tidak merembes masuk. Dan
pemasangannya harus mendapatkan persetujuan dari pengawas
lapangan. Kaca-kaca untuk pintu dan jendela menggunakan
kaca dengan ketebalan 5mm merek “ASAHI” atau yang setara
dengannya atau apabila ditentukan lain sesuai pada gambar
kerja.

2. Aluminium yang digunakan harus aluminium paduan untuk


keperluan arsitektur dengan Alloy 6063 – temper & 5 setaraf
produk Alexindo, Alcasa, Indal, Index dengan sifat-sifat sebagai
berikut :

- Berat Jenis : 2,71 x 103 Kg/m3


- Ukuran : 4“ (inchi)
- Warna : Powder Coating Hitam
- Titik Lebur : 600º - 650º C
- Koefisien Muai : 23 x 10-6 per º C
- Kuat Tarik Minimum : 150 Mpa
- Batas Leleh Tarik / Tekan : 110 Mpa
- Kekuatan Geser Minimum : 90 Mpa
- Modulus Elastisitas : 64 x 103 Mpa

3. Finishing permukaan aluminium harus mempunyai ketebalan


anodize 18 micron dengan toleransi 2 micron, yang diproses
berdasarkan teknik pewarna analog dan harus memberikan
jaminan ketahanan warna secara tertulis selama 20 tahun
(dinyatakan dalam surat garansi).
4. Ukuran profile disesuaikan dengan gambar rencana dengan
ketebalan minimum 1,4 mm.

37
5. Untuk Pintu tertentu sesuai dengan gambar rencana
menggunakan daun pintu kayu yang berkualitas baik.

5.4.5 Pelaksanaan
a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor wajib meneliti gambar
dan kondisi dilapangan serta membuat contoh jadi untuk
semua detail sambungan dan profil aluminium.

b. Semua frame untuk panel aluminium dikerjakan secara


pabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi
lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

c. Pemotongan rangka aluminium hendaknya dijauhkan dari


bahan besi untuk menghindarkan penempelan debu besi pada
permukaannya. Disarankan untuk mengerjakan pada tempat
yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan
pada permukaannya.

d. Penyekrupan harus dipasangkan tidak terlihat dari luar


dengan sekrup anti karat.

e. Untuk pintu bagian luar dipasang kunci double slaag sedang


pintu bagian dalam dipasang kunci bulat.

Untuk pekerjaan aluminium kontraktor wajib membuat shop


drawing dan mengajukan contoh-contoh material dan membuat
mokap.

5.8. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

5.8.1. Lingkup

Lingkup pekerjaan meliputi tenaga kerja, bahan, peralatan untuk


melaksanakan pekerjaan, sehingga diperoleh hasil yang
maximum.

5.8.2. Bahan

Untuk langit-langit dipakai gypsum dengan tebal 9 mm ukuran


38
1200 mm x 2400mm Rangka penggantung metal ( furing)

5.8.3. Syarat - Syarat Pelaksanaan

Seluruh kerangka harus kuat dan minimal  rangka panjang harus


digantung dengan besi  10 mm atau furing setiap   (0,60 x
1.20). Pada pertemuan langit-langit dengan dinding tembok,
rangka  langit-langit harus menggunakan profil siku atau nama
pasarannya wall angle. Lembaran-lembaran plafond dipasang
dengan  rapi sehingga setiap persambunagn diisi denagn tepung
gypsum atau cornice denagn terlebih dahulu memasang nkain
kasa.

5.9. PEKERJAAN KACA

5.9.1 Lingkup Pekerjaan


c. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

d. Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang


disebutkan/ditunjukkan dalam detail gambar.

5.9.2 Standard
c. ANSI : American National Standard Institute. 297.1-1975-
Safety Material Used in Building.

d. ASTM : American Society for Testing and Material. E6 – P3


Proposed Specification for Sealed Insulating Glass Units.

5.9.3 Persyaratan Bahan


a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada
umumnya mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat
tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik

39
tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas
dan pengembangan (Floating Glass).

b. Toleransi lebar dan panjang. Ukuran panjang dan lebar tidak


boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.

c. Kesikuan. Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus


mempunyai sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus,
toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5
mm per meter.

d. Cacat-cacat.
- Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus
sesuai ketentuan dari pabrik.
- Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia
yang dapat mengganggu pandangan.
- Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada
kaca baik sebagian atau seluruh tebal kaca).
- Kaca harus bebas dari seluruh gumpilan tepi (tonjolan pada
sisi panjang dan lebar ke arah luar/masuk).
- Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave)
benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan,
gelombang adalah permukaan kaca yang berobah dan
menggangu pandangan.
- Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan
goresan (scratch).
- Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
- Mutu kaca lembaran yang digunakan AA.
- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh
melampaui toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk
ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.

40
5.9.4 Bahan
b. Bahan kaca dan cermin, harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI
1982.
- Kaca Rayben ex. Asahi Mas, tebal sesuaikan dengan
gambar.
- Clear Glass, ex Asahi Mas, tebal sesuaikan dengan gambar.
- Kaca Stopsol
Permukaan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfida
maupun bercak-bercak lainnya.

d. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah


terpasang harus mendapat persetujuan dan diperiksa oleh
Direksi Teknik dan Pemimpin Proyek.

e. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat


pemotongan, harus digurinda/dihaluskan, sehingga
membentuk tembereng.

5.9.5 Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk
gambar, uraian dan syarat pekerjaan dalam buku ini.
b. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian,
c. Semua bahan yang akan dipasang harus disetujui oleh Direksi
Teknik.
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan
dan benturan, dan diberi tanda untuk mudah diketahui,
tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda
harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan
menggunakan alat-alat pemotong kaca khusus.
f. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal
10 mm masuk ke dalam alur kaca pada kosen.

41
g. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun
yang lunak dengan menggunakan cairan pembersih kaca merk
Windex/atau setara.
h. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain
tanpa melalui kosen, harus diisi dengan lem silikon produk
Dow Corning USA. Warna transparan cara pemasangan dan
persiapan-persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk
yang dikeluarkan pabrik.

5.10. PEKERJAAN KERAMIK

5.10.1. Ketentun Umum


Sebelum pekerjaan finishing lantai dilakukan, maka :
a. Kontraktor wajib mengadakan pengecekan kembali tentang
peil dari pada lantai dan kemiringannya, sesuai rencana.

b. Lapisan waterproofing membrane harus sudah dipasang untuk


daerah-daerah toilet, plat leufel dan tempat/ruangan –
ruangan yang lebih rendah dari permukaan tanah.

c. Pekerjaan finishing lantai tidak boleh dimulai sebelum seluruh


pekerjaan plafond dan dinding-dinding selesai dikerjakan.
Pekerjaan dan bahan-bahan untuk hal ini terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Pemberi Tugas melalui Direksi Teknik.

5.10.2. Lantai Keramik


a.Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyedian bahan ubin keramik dan bahan perekat,
persiapan/pembersihan lantai yang akan dipasangi ubin
keramik, pemasangan pada lantai ruangan-ruangan satu dan
lain hal sesuai dengan gambar rencana dan daftar pemakaian
bahan, dan membersihkan permukaan lantai yang sudah selesai
dikerjakan.

42
b. Bahan
- Untuk seluruh ruang kelas lantai menggunakan keramik
40x40 cm, untuk selasar lantai 1 menggunakan 40x40 dan
untuk selasar lantai 2 menggunakan 30x30, produk setara
Roman atau sejenis.
- Untuk Selasr & Teras keramik dengan permukaan kasar
atau anti slip jenis matte.
- Kontraktor wajib mengajukan contoh-contoh terlebih
dahulu kepada Direksi Teknik dan Arsitek untuk mendapat
persetujuan. Bahan-bahan yang akan dipasang harus
sesuai dengan contoh-contoh yang sudah disetujui dan di
produksi oleh pabrik yang sama.
- Untuk pemasangan keramik lantai di daerah basah/kamar
mandi, harus dipasangkan terlebih dahulu bahan water
proofing (dengan persyaratan sesuai dengan persyaratan
pekerjaan water proofing yang telah ditentukan).
- Pemotongan keramik lantai harus menggunakan mesin
potong keramik elektric sesuai dengan syarat pabrik.
- Permukaan keramik lantai yang akan dipasang harus bebas
dari cacat dan noda.

c. Pemasangan
Seluruh ubin yang akan dipasang, baik di daerah basah
maupun di daerah kering harus direndam sampai jenuh.
- Pemasangan untuk daerah basah (toilet, pantry dan
sebagainya).
- Ubin keramik dan tegel ini akan dipasang pada daerah yang
basah. Karena itu lapisan lantai yang terjadi haruslah terdiri
dari lapisan-lapisan berikut :
 Plat lantai beton kontruksi/rabat beton.
 Plesteran untuk lapisan waterproofing.
 Lapisan waterproofing membrane.
 Lapisan pelindung waterproofing, sekaligus sebagai
plesteran bagi pemasangan lantai.
43
 Keramik lantai.

- Urutan Pemasangan.
 Sebelum dipasang keramik , lantai harus rata, bersih dan
mempunyai kemiringan sesuai dengan yang dikehendaki
di dalam gambar rencana.
 Kemiringan tersebut sedemikian rupa sehingga keramik
yang akan dipasang menyebabkan air tidak menggenang.
 Bahan waterproofing harus dipasang sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan dari pabriknya.
 Lapisan pelindung waterproofing dan sekaligus untuk
pemasangan ubin keramik/tegel, dibuat dengan adukan
1 PC : 2 Psr, dengan kemiringan sesuai yang dikehendaki.
Sifat permukaan lapisan ini harus kasar (tidak licin).
 Sesudah lapisan ini mengeras, ubin keramik dipasang di
atasnya dengan menggunakan plesteran adukan 1 PC : 2
Psr. Hanya ubin keramik yang tidak cacat yang boleh
dipasang.
 Adukan pasangan keramik lantai harus padat dan tidak
boleh ada rongga.
 Didalam pemasangan, siar-siar yang terjadi karena
pertemuan tiap lembaran harus marupakan garis lurus
kedua arah dan saling tegak lurus satu sama lain.
 Siar-siar diisi dengan semen putih, dan bila perlu
ditambahkan zat pewarna, paling cepat sehari setelah
perekatnya mengeras. Setelah diisi, langsung dibersihkan
dengan lap basah.
 Pemasangan keramik lantai harus rata dan dilakukan
oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman.

5.10.3. Dinding Keramik


a. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan keramik dan bahan perekatnya,
penyiapan bidang dinding/kolom yang akan dipasangi
44
keramik.

c. Bahan
- Bahan keramik yang dipakai adalah kualitas KW1 Ex dalam
negeri setara ROMAN dengan ukuran 40 x 40 cm.
- Keramik menggunakan keramik motif dan disetujui oleh
Direksi Teknik.
- Kontraktor harus memberikan contoh-contoh bahan-bahan
keramik terlebih dahulu untuk disetujui oleh Direksi
Teknik/Arsitek.
- Bahan keramik yang dipasang harus sesuai dengan contoh
bahan yang disetujui tersebut. Bahan harus siku, rata dan
sama ukurannya dan diproduksi oleh pabrik yang sama.

e. Pemasangan
- Seluruh keramik dinding yang akan dipasang harus
direndam sampai jenuh.
- Pemotongan dan pelubangan keramik dinding hanya boleh
dilakukan dengan alat pemotong dan pelubang elektrik
yang khusus untuk pekerjaan tersebut.
- Naad-naad (siar) keramik dinding yang terjadi pada
pertemuan tiap keping keramik harus dibuat sama dengan
jarak 1 mm. Penyesuan lebar naad harus terlebih dahulu
disetujui oleh Direksi Teknik.
- Naad diisi dengan grouting/semen putih dengan warna
yang senada dengan warna keramik dinding setelah
perekat/adukan keramik dinding kering.
- Hasil permukaan dinding keramik harus rata, baik
horizontal maupun vertikal dan naad-naad yang terjadi
harus lurus dan saling tegak lurus.
- Permukaan keramik dinding yang telah terpasang harus
bebas dari sisa grouting dan bahan pasangan keramik
dinding.

45
5.11. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

5.11.1. Bahan
a. Grendel untuk pintu buka dua digunakan grendel tanam yang
tertanam pada kedua sisi pintu yang bersentuhan atau disebut
dengan istilah kunci sendok.
b. Grendel untuk pintu shaft sampah digunakan grendel 3”
dengan kombinasi gembok.
c. Grendel untuk jendela jungkit dipakai grendel pegas.
d. Engsel untuk pintu digunakan engsel cabut 4” sebanyak 3
buah setiap daun pintu kecuali untuk pintu KM/WC (pintu
aluminium) sebanyak 2 buah.
e. Engsel untuk jendela jungkit digunakan engsel kupu-kupu 3”
sebanyak 2 buah setiap jendela.
f. Hak angin untuk jendela jungkit dipakai hak angin lipat
sbanyak 2 buah setiap daun jendela.

5.11.2. Macam Pekerjaan


Pemakaian bahan penggantung dan pengunci ini dapat dilihat
pada macam pekerjaan sebagai berikut :

No. Uraian Pekerjaan Bahan

1. Pintu panel Engsel cabut 4” sebanyak 3 buah


dan kunci tanam 2 slaag 1 bh
(untuk pintu luar) dan kunci bulat
1bh (untuk pintu dalam)
2. Jendela jungkit Engsel dipakai engsel Casement
sebanyak 2 buah dan grendel pegas
2 buah serta hak angin 2 buah
setiap daun jendela.

5.11.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


Semua pemasangan harus rapi, sehingga pintu dan jendela dapat

46
ditutup dan dibuka dengan mudah, lancar dan ringan. Sebelum
penyerahan pekerjaan semua kunci-kunci diminyaki sehingga
dapat bekerja dengan baik.

5.12. PEKERJAAN CAT

5.12.1. Bahan
Pengertian cat disini meliputi emulsi,  enamel, teak  oil, sealre
semen-emulsion filler dan pelapisan-palapisan lain yang dikapai
sebagai cat dasar, cat  perantara dan cat akhir. Semua cat yang
akan dipakai harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan.
Untuk  cat tembok, cat  kayu  minyak enamel dipilih dari
produksi yang baik, dimana  tertera nama perusahaan pembuat,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal
pembuatannya. Khusus untuk dinding luar (yang terkena air
hujan langsung) dan bagian-bagian lain yang sejenis
menggunakan cat exterior weather shield, semutu vinilex atau
setara.

Untuk cat besi dan kayu harus memenuhi PUBI-1982 pasal  53
dan NI-4 (peraturan cat Indonesia) sedang cat tembok harus
memenuhi PUBI-1982 pasal 54. Plamour dan dempul untuk
pekerjaan cat tembok dan kayu digunakan merk yang sama
dengan cat dan harus memenuhi PUBI-1982 pasal 55 dan 57. Cat
meni digunakan sesuai dengan keluaran cat jadi.  Cat meni besi
dan kayu harus memenuhi PUBI-1982 pasal 59. Bahan pengencer
digunakan dari produksi pabrik yang  sama dengan bahan yang
diencerkan.

5.12.2. Macam Pekerjaan


- Cat  tembok; digunakan untuk mengecat dinding tembok  dan
beton serta plafond asbes.
- Cat kilat besi (enamel); digunakan untuk pengecatan
konstruksi besi.

47
- Cat kilat kayu; digunakan untuk pengecatan kayu kozen,
jalusi, daun pintu, jendela dan list profil.

5.12.3. Cara Mengerjakan


a. Cat Tembok (emulsi)
Bidang  yang  akan dicat sebelumnya  harus  dibersihkan
dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi  air,
setelah kering didempul pada tempat yang berlubang
sehingga permukaannya rata, kemudian  digosok  dengan
kertas  pasir hingga permukaan rata  dan licin untuk
kemudian  dicat  paling  sedikit dua  kali dengan cat finishing
untuk bagian dalam (interior) dan tiga  kali untuk  bagian luar
(exterior) sampai baik  atau dengan cara yang telah ditentukan
oleh pabrik.

b. Cat Kilat Kayu/minyak (enamel)


Menggunakan  cara seperti petunjuk dari pabriknya  atau
sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, kayu harus kering dan
digosok dengan kertas ampelas  sampai halus  dan didempul
pada tempat yang berlubang selanjutnya diplamour, sehingga
permukaannya menjadi rata dan licin baru kemudian dicat
minimal dua kali  dengan  cat finishing untuk  bagian ruangan
dalam (interior)  dan tiga kali untuk bagian ruangan luar
(exterior). Pengecatan dilakukan di tempat yang bebas  dari
panas matahari langsung.

c. Cat Meni Besi (enamel)


Segera setelah pekerjaan baja dibersihkan sampai kulit giling
dan permukaan korosi terbuang dan terlihat warna metalik,
pengecatan meni dapat dimulai dengan ketebalan cat meni
sampai lebih kurang 25 milimicron. Setelah kering dicat dasar
1 kali. Semua besi/baja yang akan dicat, terlebih dahulu dicat
dengan meni besi kecuali rangka atap (gording), kuda – kuda,
ikatan angin dan treck-stang. Setiap pelapisan cat harus
48
ditunggu sampai kering kemudian dilapis dengan lapis berikut.

d. Cat Kilat Besi (enamel)


Setelah pekerjaan cat meni selesai dan kering baru boleh dicat
besi, dan terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang
menempel. Pengecatan minimal dua kali. Pengecatan yang
dilakukan diluar (areal terbuka) ketika keadaan mendung atau
hujan tidak diperkenankan. Setiap pelapisan cat harus
ditunggu sampai kering kemudian dilapis dengan lapis berikut.

49
BAB 6
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

6.1 PEKERJAAN ELEKTRIKAL

6.1.1 LINGKUP PEKERJAAN

Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, kontraktor


pekerjaan instalasi listrik harus melakukan pengadaan dan
pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap
untuk dipergunakan. Pekerjaan instalasi listrik yang dimaksud
adalah pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan lampu
dan stop kontak didalam bangunan.

6.1.2 Pelaksanaan Pemasangan


Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala
ukuran dan kapasitas peralatan yang akan dipasang, apabila ada
sesuatu yang diragukan, Kontraktor harus segera menghubungi
Direksi Lapangan.Pengambilan ukuran/atau pemilihan kapasitas
peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6.1.3 Testing & Commisioning


Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah
keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang ada. Semua bahan dan
perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan testing
tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.

6.2 BAHAN-BAHAN DAN PELAKSANAAN INSTALASI LISTRIK.

6.2.1 Panel-panel

50
a. Konstruksi dalam panel serta letak dari komponen-komponen
dan sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila
perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan, penggantian dan
penyambungan-penyambungan pada circuit breaker atau lain
sebagainya dapat dilaksanakan dari bagian depan dengan
mudah tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.

6.2.2 Panel Penerangan


a. Untuk panel penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang
dapat dipergunakan adalah type NYA penampang kabel
minimum yang dapat dipakai adalah 2,5 mm. Kabel-kabel ini
harus dipasang didalam pipa PVC  20mm ” , atau
disesuaikan dengan kabel yang dipakai.

b. Kabel-kabel yang turun dari plafond ke stop kontrak dan


saklar melalui dinding bata dimasukan kedalam pipa PVC 
20mm ” (sesuai dengan ukuran kabel) harus ditanam didalam
dinding dan diplester dengan baik dan rata.

c. Untuk Penyambungan kabel-kabel harus menggunakan


terminal box (dura doos, te doos) dan PVC. Terminal box
tersebut tutupnya harus dapat dilepas dan dipasang kembali
dengan mudah, dengan memakai skrup.

d. Pemasangan pipa untuk kabel-kabel diatas plafond harus


disusun, diklem/diikat .

e. Pemasangan kabel-kabel pada ruang terbuka dimulai dari


panel penerangan sampai kedinding dipasang tertanam,
begitu juga untuk stop kontak / saklar.

f. Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak


didalam doos harus memakai selootif listrik.

g. Semua instalasi pengabelan harus dipasang didalam conduit,


baik yang dipasang diatas rak kabel(tranking) maupun yang
menuju ke titik-titik lampu dan stop kontak.

6.2.3 Stop Kontak dan Saklar


51
Prinsip stop kontak dan saklar yang dapat dipergunakan adalah
merk CLIPSAL atau yang setara type Midi warnah putih, (frame
putih button putih). Stop kontak dan saklar yang akan dipasang
adalah type pemasangan masuk (flush mounting) dan flush box
(inbow doos) untuk tempat saklar.

6.2.4 Lampu dan Accesories

Lampu dan Accesories yang digunakan adalah :


 Lampu SL Phillips 20 Watt
 Saklar tunggal E31/1/2A
 Saklar ganda E32/1/2A
Perletakan setiap jenis lampu harus disesuaikan dengan gambar
Kesemua lampu dan accesories tersebut diatas buatan Philips
atau yang setara.

52
BAB 7
PENUTUP

7.1 PETUNJUK AKHIR

7.1.1 Sehubungan dengan bangunan ini adalah bangunan kelas


tidak sederhana, maka pelaksanaan pembangunan mengacu
pada kualitas bahan dan kualitas pelaksanaan pembangunan.

7.1.2 Segala sesuatu harus terpasang dan terlaksana dengan baik


dan sempurna sampai memberi kepuasan bagi direksi/pemilik
proyek.

7.1.3 Resiko kerja, penggantian, perbaikan kehilangan, kecelakaan


tenaga kerja dan pengujian bahan baik sebelum dan sesudah
pelaksanaan, test uji saluran air kotor, air kloset, air bersih
dan test kebocoran atap menjadi tanggung jawab kontraktor
sepenuhnya.

7.1.4 Kontaktor harus melaksanakan smua pekerjaan dengan


tahapan pelaksanaan yang benar, dengan tenaga yang khusus
yang ahli pad masing-masing itu pekerjaan yang ada dalam
daftar Bill Of Quality.

7.1.5 Kontraktor harus memperhatikan schedule pelaksanaan dan


menyesuaikan dengan jumlah bahan dan tenaga kerja agar
pelaksanaan pekerjaan tidak terlambat nantinya. Dalam hal
ini kontraktor harus membuat time schedule type barcard dan
type “s curve” disesuaikan dengan waktu yang tersedia agar
pelaksanaan dapat dikontrol setiap saat oleh direksi
lapangan / pengawas lapangan.

53
7.1.6 Kontraktor harus membuat buku harian dan buku harian ini
tetap diisi setiap harinya dan harus berada dilapangan
setiap harinya.

7.1.7 Pembuatan laporan harian harus berdasarkan bobot


pelaksanaan pekerjaan yang setiap harinya demikian juga
pembuatan laporan mingguan harus berdasarkan laporan
harian dan laporan bulanan harus berdasarkan laporan
mingguan. Laporan harian harus saling terkait dengan laporan
mingguan dan laporan bulan

7.2 TAHAPAN PROSES ADMINISTRASI

Kontraktor harus memperhatikan tahapan proses administrasi


dalam menagih uang keproyek. Adapun tahapan tersebut adalah
seperti berikut:
1) Penyampaian laporan bulanan lengkap dengan progress kerja
dan laporan photo dokumentasi
2) Surat permohonan dan pemeriksaan progress kerja dilapangan
oleh kontraktor
3) Pemeriksaan progress kerja dilapangan bersama pengawas
lapangan
4) Laporan pemeriksaan dan Berita Acara Pemeriksaan Hasil
Pelaksanaan real dilapangan.
5) Surat persetujuan pembayaran oleh pemimpin kegiatan /
proyek.
6) Surat permohonan pembayaran oleh kontraktor
7) Laporan hasil pemeriksaan kemajuan keuangan
8) Berita Acara Pembayaran berdasarkan progress yang disetujui
9) Pembayaran.

54
Demikian spesifikasi / kerangka acuan kerja ini diperbuat untuk
dipedomani oleh rekanan didalam mengikuti proses pelelangan dan
dalam pelaksanaan pekerjaan oleh rekanan yang yang memenangkan
pelelangan.

Bandung,........................2021

Diketahui, Dibuat,
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PT. Graha Mitra Konsultan

DANI NURAHMAN, S.AP., M.AP. IRWAN SURYANA PUTRA, S.T.


NIP. 19680126 198812 1 002 TEAM LEADER

55

Anda mungkin juga menyukai