2017 Henry MMH
2017 Henry MMH
Abstract
Generally, the avoidance of taxes in a business gives benefit for principals within the cooperation
with his/her agent. The formulation of the problem is First, What is the replacement liability in the
formation of tax law in Indonesia? Second, What is the liability of WP's substitution in tax law
enforcement in Indonesia?This normative juridical research uses descriptive-comparative-
prescriptive in solving the existing problems. In order to tackle and or to restore on state tax revenues
losses, it is expected that future tax (penal) law should regulate vicarious liability and its criteria
explicitly, and widening the scope of “any one” including individual and corporation.
Abstrak
Penghindaran pajak yang terjadi dalam suatu lingkungan usaha yang umumnya menguntungkan
prinsipal tidak dapat terlepas dari adanya kerjasama dengan agennya. Rumusan masalahnya yaitu
Pertama, Bagaimana pertanggungjawaban pengganti dalam pembentukan hukum pajak di
Indonesia? Kedua, Bagaimana pertanggungjawaban pengganti WP dalam penegakan hukum pajak
di Indonesia? Penelitian ini dengan metode yuridis normatif ini menggunakan pendekatan
deskriptif – komparatif – preskriptif dalam menjawab permasalahan yang ada. Agar dapat
menanggulangi dan atau memulihkan kerugian pendapatan negara dari pajak, diharapkan adanya
pengaturan secara tegas pertanggungjawaban pengganti dan kriterianya serta adanya perluasan
pengertian “setiap orang” yang mencakup manusia dan korporasi dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan kedepan di Indonesia.
* Penelitian ini merupakan kajian ilmiah pribadi peneliti dan tidak mencerminkan pendapat/kebijakan institusi.
205
Henry Dianto Pardamean Sinaga , Pertanggungjawaban Pengganti
206
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, Juli 2017, Halaman 205-216
perwakilan dari pihak lain yang disebut bears for the actionable conduct of a
prinsipal (Stephen A. Ross, 1973). Sebelum subordinate or associate (such as an
adanya teori keagenan ini, hukum melalui employee) based on the relationship between
hukum keagenan (the law of agency) telah the two parties”(Bryan A. Garner (Ed),
melakukan kajian terhadap konsekuensi 2004), dan Kraakman mendefenisikan:
hukum atas fenomena pilihan untuk “vicarious liability is the absolute
bertindak melalui orang lain sebagai liability of one party - generally the legal
pengganti seseorang(Susan P. Shapiro, 'principal' - for misconduct of another
2005). Hukum ini menekankan bahwa yang party - her 'agent' - the actor whose
lebih bertanggungjawab atas pelanggaran a c t i v i t i e s s h e d i re c t s . A s s u c h ,
yang dilakukan pegawai atau agen adalah traditional vicarious liability is a form of
business principal karena eksistensi strict secondary liability, in contrast to
pengawasan atau hak untuk mengawasi secondary liability imposed on
tindakan para agen ada pada prinsipal (Alan principals or other parties under a duty-
O. Sykes, 1981). Kemudian hukum keagenan based standard such as
berkembang menjadi teori keagenan dengan negligence”(Reinier H. Kraakman,
ide utama yang menekankan hubungan 2016) .
kontraktual antara prinsipal dengan agen Kemudian, MacIntyre menegaskan 2
yang harus merefleksikan organisasi yang (dua) kondisi terpenuhinya kategori
efisien, khususnya terkait dengan informasi pertanggungjawaban pengganti, yakni: “(1)
dan risiko timbulnya biaya-biaya, sehingga the relationship between the worker and the
dapat menyelesaikan permasalahan asimetri person for whom the work was done was that
informasi dalam hubungan keagenan yang of employer and employee (or sufficiently
disebabkan: (a) adanya konflik tujuan antara akin to the relationship of employer and
prinsipal dengan agen, dan (b) adanya employee); and (2) the employee committed
kesulitan dan timbulnya biaya yang tidak the tort during the course of his
sedikit yang dialami prinsipal dalam employment”(Ewan MacIntyre, 2014),
mengawasi tindakan para agen (Kathleen M. Sykes menyimpulkan bahwa kerangka kerja
Eisenhardt,1989). normatif pertanggung-jawaban pengganti,
Terkait dengan tingkat pembebanan walaupun terdapat ketidakpastian,
sanksi kepada prinsipal dan agen (sebagai mengidentifikasikan faktor-faktor penting
pelaku langsung) dalam rangka pemulihan berupa kemampuan dalam mengalokasikan
kerugian terhadap korban, diperlukan risiko-risiko pelanggaran yang terjadi antara
parameter untuk menguji permasalahan prinsipal dan agen, pengaruh insentf finansial
tersebut agar objektif dalam menerapkan terhadap perilaku yang mencegah, dan
pembebanan sanksi kepada prinsipal dan kemampuan prinsipal dalam memonitor
agen melalui mekanisme pertanggung- perilaku yang bersifat mencegah terhadap
jawaban sebagai salah satu substansi penting para agennya (Alan O. Sykes, 1981), dan
dalam hukum hukum administrasi dan Morgan mengibaratkan pertanggungjawaban
hukum pidana. Hal ini disebabkan pengganti sebagai kapak kembar (the twin
pertanggungjawaban, khususnya dalam axes) dari pengawasan dan kebijakan sehari-
hukum pidana modern saat ini, bukan hanya hari yang peranannya dapat mencakup semua
implementasi antara adanya asas tiada pidana hal dan ketentuan yang menegaskan
tanpa kesalahan dengan asas legalitas, namun tanggung jawab prinsipal atas pelanggaran
dalam hal-hal tertentu dapat memberi agen. Pendekatan the twin axes
kemungkinan untuk menerapkan asas memperhitungkan fakta bahwa
lainnya, seperti asas vicarious liability pertanggungjawaban pengganti tidak hanya
(Badan Pembinaan Hukum Nasional). sesederhana berupa kumpulan diantara
Vicarious liability, berdasarkan Black's Law individu-individu, melainkan kumpulan
Dictionary, merupakan “liability that a dalam konteks kegiatan-kegiatan yang
supervisory party (such as an employer) dimaksudkan untuk kemanfaatan (Phillip
M o rg a n , 2 0 1 2 ) . L e b i h r i n c i , J o n e s
207
Henry Dianto Pardamean Sinaga , Pertanggungjawaban Pengganti
menjelaskan bahwa prinsipal bersama-sama masyarakat, baik yang tertulis maupun yang
dengan pegawai yang melakukan tidak tertulis (Soerjono Soekanto, 2010),
pelanggaran secara bersama-sama kemudian disusun secara sistematis, dan
bertanggung jawab atas terjadinya ditarik suatu simpulan.
pelanggaran yang terjadi sepanjang
melaksanakan tugas di lingkup principal B. Hasil dan Pembahasan
business, sedangkan korban (the injured 1. Pertanggungjawaban Pengganti
party atau the third party) “…can take action dalam Pembentukan Hukum Pajak
against the employee or alternatively sue the di Indonesia
employer, who is vicariously liable for his Pertanggungjawaban pengganti
employee's actions. The third party is more merupakan merupakan salah satu isu sentral
likely to sue the employer, because the dalam hukum (pajak) yang harus dipahami
employer will usually be in a better financial prinsipal dan agen dalam yang menjalankan
position to pay compensation because he is hak dan kewajiban hukum (pajak) karena
insured” (Lucy Jones, 2013). mengacu pada tingkat pengenaan sanksi yang
telah ditetapkan dalam peraturan yang
3. Metode Penelitian berlaku (V. Lee Hamilton, 1978) yang tidak
Penelitian ini menggunakan metode hanya dikenakan terhadap pelaku
yuridis normatif yang dimulai dari pelanggaran tetapi juga terhadap setiap orang
inventarisasi peraturan perundang- yang secara hukum terkait dengan
undangan, hukum in concreto, asas hukum, pelanggaran tersebut (Jimly Asshiddiqie dan
dan perbandingan hukum terkait Ali Safa'at,2006).
pertanggungjawaban pengganti dalam Melekatnya pertanggungjawaban
perspektif hukum pajak di Indonesia dengan pengganti dalam hubungan keagenan tidak
cara meneliti bahan pustaka atau data dapat terlepasa dari pendapat yang
sekunder berupa bahan hukum primer, menyatakan bahwa efisiennya suatu usaha
sekunder, dan tersier (Soerjono Soekanto et dapat terjadi bila prinsipal mengawasi
al., 2007). Bahan hukum primer terdiri dari perilaku pegawainya dan sekaligus sebagai
bahan-bahan hukum yang mengikat berupa sarana untuk meningkatkan tingkat
peraturan perundang-undangan yang keperdulian prinsipal terhadap pegawainya
berhubungan dengan pajak yang dikelola (C. Y. Cyrus Chu dan Yingyi Qian, 1995).
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Pengawasan prinsipal, dalam konteks teori
pertanggungjawaban pengganti. Bahan keagenan, tidak dapat terlepas dari terjalinnya
hukum sekunder antara lain mempergunakan hubungan kontratual, yang menurut Walker,
rancangan undang-undang, textbooks, didasarkan pada adanya ketidakpastian
pendapat ahli hukum, artikel, hasil-hasil sehingga prinsipal berusaha mengikat para
seminar, dan hasil penelitian di bidang agennya melalui kontrak yang didasarkan
hukum dan perpajakan. Sedangkan bahan atas tiga pertimbangan, yakni: (1) kontrak
hukum tersier merupakan bahan-bahan yang dibuat dengan cukup menarik untuk
menunjang informasi bahan hukum primer mencegah agen bekerja ditempat lain, (2)
dan sekunder, seperti kamus, encyclopedia, kontrak harus dirumuskan dalam usaha
dan bahan-bahan hukum tersier lain. Data tertentu yang memberikan agen suatu insentif
sekunder yang diperoleh diteliti dengan yang hanya diperoleh bilamana telah
pendekatan deskriptif – komparatif – mencapai target tertentu, dan (3) kontrak
preskriptif, (Soerjono Soekanto, 2010) semestinya dapat dilaksanakan berdasarkan
dianalisis dengan kritis secara yuridis informasi yang dapat ditinjau oleh prinsipal
kualitatif, yaitu berdasarkan perundang- dan agen (Martin Walker, 1989).
undangan yang tidak bertentangan dengan Melalui hubungan kontraktual tersebut,
perundang-undangan yang lain, dengan dapat diuji tingkat pembebanan sanksi kepada
memperhatikan hierarki perundang- prinsipal dan agen (sebagai pelaku langsung)
undangan, mewujudkan kepastian hukum, dalam hal terjadinya pelanggaran yang
mencari hukum yang hidup di dalam
208
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, Juli 2017, Halaman 205-216
209
Henry Dianto Pardamean Sinaga , Pertanggungjawaban Pengganti
210
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, Juli 2017, Halaman 205-216
pelanggaran dilakukan, dianggap bersalah diatur pada Section 160.3 Subsection (3) dan
dan bertanggung jawab, kecuali dapat Section 160.4 Subsection (4) Canadian
membuktikan tidak bersalah atau telah Income Tax Act (Government of Canada,
melaksanakan uji tuntas (due diligence) 2017) sebagaimana diamandemen terakhir
untuk mencegah terjadinya pelanggarant. pada tanggal 1 April 2017. Adapun kutipan
Adapun kutipan selengkapnya adalah: langsung Section 160.3 Subsection (3) adalah:
“(1) Where an offence under this Act has “If a taxpayer and another person have,
been committed by a company, every by virtue of subsection (1), become
person who, at the time the offence was jointly and severally, or solidarily,
committed, was in charge of, and was liable in respect of part or all of a
responsible to, the company for the liability of the taxpayer under this Act,
conduct of the business of the company as the following rules apply: (a) a payment
well as the company shall be deemed to be by the other person on account of the
guilty of the offence and shall be liable to other person's liability shall to the
be proceeded against and punished extent thereof discharge their liability;
accordingly: Provided that nothing but (b) a payment by the taxpayer on
contained in this sub-section shall render account of the taxpayer's liability
any such person liable to any punishment discharges the other person's liability
if he proves that the offence was only to the extent that the payment
committed without his knowledge or that operates to reduce the taxpayer's
he had exercised all due diligence to liability to an amount less than the
prevent the commission of such offence. amount in respect of which the other
(2) Notwithstanding anything contained person was, by subsection (1), made
in sub-section (1), where an offence under jointly and severally, or solidarily,
this Act has been committed by a liable.”
company and it is proved that the offence Dalam Section 160.3 Subsection (1)
has been committed with the consent or Canadian Income Tax Act adalah yang
connivance of, or is attributable to any mengatur tentang terdapatnya sejumlah
neglect on the part of, any director, tertentu yang termasuk dalam penghasilan
manager, secretary or other officer of the seorang WP yang diterima oleh seseorang
company, such director, manager, yang mana WP tersebut melakukan transaksi
secretary or other officer shall also be yang tidak sesuai dengan harga wajar (arm's
deemed to be guilty of that offence and length) sehingga orang tersebut dengan WP
shall be liable to be proceeded against tersebut secara bersama-sama dan dengan
and punished accordingly. (3) Where an sangat harus bertanggungjawab atas
offence under this Act has been pembayaran pajak WP yang seharusnya
committed by a person, being a company, terutang. Kemudian pada Section 160.4
and the punishment for such offence is Subsection (4) diatur:
imprisonment and fine, then, without “If a corporation and another person
prejudice to the provisions contained in have, because of subsection (1) or (2), become
sub-section (1) or sub-section (2), such jointly and severally, or solidarily, liable in
company shall be punished with fine and respect of part or all of a liability of the
every person, referred to in sub-section corporation under this Act: (a) a payment by
(1), or the director, manager, secretary or the other person on account of that person's
other officer of the company referred to in liability shall to the extent thereof discharge
sub-section (2), shall be liable to be their liability; and (b) a payment by the
proceeded against and punished in corporation on account of the corporation's
accordance with the provisions of this liability discharges the other person's liability
Act” (Section 278B (1), of the Indian ITA only to the extent that the payment operates to
1961-2016). reduce the corporation's liability to an
Dalam ketentuan pajak di Kanada, amount less than the amount in respect of
penerapan pertanggungjawaban pengganti which the other person was, by subsection (1)
211
Henry Dianto Pardamean Sinaga , Pertanggungjawaban Pengganti
or (2), as the case may be, made jointly and tersebut ke dalam bentuk biaya atau
severally, or solidarily, liable.” pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada
Maksud Section 160.4 Subsection (1) perusahaan yang tidak didirikan dan tidak
dan (2) Canadian Income Tax Act adalah yang bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.
berkenaan dengan properti yang dialihkan Selain secara hukum administratif di
oleh perusahaan (transferor) yang tidak bidang perpajakan, secara ketentuan pidana di
sesuai dengan prinsip kelaziman harga bidang perpajakan di Indonesia ternyata
(arm's length) kepada seorang WP masih tidak secara eksplisit menerapkan
(transferee), maka WP dengan perusahaan pertanggungjawaban pengganti. Hal ini dapat
tersebut secara bersama-sama dan dengan dilihat dari aturan pada Pasal 13A dan Pasal
sangat harus bertanggungjawab atas 44B ayat (2) UU KUP. Pasal 13A UU KUP
pembayaran pajak perusahaan yang lebih merupakan tindak lanjut dari terbuktinya
kecil dari yang seharusnya terutang. perbuatan pada Pasal 38 UU KUP namun
Adanya pertanggungjawaban karena merupakan perbuatan pertama sekali
pengganti di bidang perpajakan seperti yang dari unsur “setiap orang” yang karena
ada di India dan Kanada hampir identik kealpaanya melakukan delik menjadi
dengan hukum administrasi pajak di pertanggungjawaban WP dalam bentuk
Indonesia yang dikenal dengan istilah pelunasan kekurangan pembayaran pajak
beneficial owner (BO) (Abdul Ficar Hadjar, beserta sanksi administrasi kenaikan sebesar
et. al., 2014) dan hubungan istimewa (related 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
party) sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Begitu halnya dengan Pasal 44B ayat (2) UU
ayat (3b), ayat (3c), dan ayat (3d) UU PPh. KUP yang juga merupakan pengadopsian
Pada Pasal 18 ayat (3b) UU PPh dinyatakan pertanggungjawaban pengganti dalam
bahwa WP yang membeli saham atau aktiva ketentuan pidana di bidang perpajakan
perusahaan melalui pihak lain atau special sebagai wujud dari ultimum remedium hukum
purpose company (SPV), dapat ditetapkan pajak dimana unsur dari “setiap orang” yang
sebagai pihak yang sebenarnya melakukan memenuhi delik Pasal 39 ayat (1), ayat (2),
pembelian tersebut sepanjang WP yang ayat (3), dan Pasal 39A UU KUP menjadi
bersangkutan mempunyai hubungan pertanggungjawaban WP dalam bentuk
istimewa dengan pihak lain atau badan pelunasan utang pajak beserta denda sebesar
tersebut dan terdapat ketidakwajaran empat kali jumlah pajak yang tidak atau
penetapan harga. Pada Pasal 18 ayat (3c) UU kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya
PPh diatur bahwa penjualan atau pengalihan dibayar.
saham perusahaan antara (conduit company
atau SPV) yang didirikan atau bertempat 2. Pertanggungjawaban Pengganti
kedudukan di tax haven country yang dalam Penegakan Hukum Pajak di
mempunyai hubungan istimewa dengan Indonesia
badan yang didirikan atau bertempat Hukum, yang kaidah-kaidahnya
kedudukan di Indonesia atau BUT di dirumuskan secara eksplisit dalam wujud
Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan peraturan, dibuat untuk dilaksanakan
atau pengalihan saham badan yang didirikan sehingga didalamnya diperlukan tindakan-
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau tindakan berupa penegakan hukum (Satjipto
BUT di Indonesia. Dan pada Pasal 18 ayat Rahardjo, 2009) karena mempunyai
(3d) UU PPh diatur bahwa besarnya hubungan yang sangat erat dengan
penghasilan yang diperoleh WP orang pribadi kecenderungan-kecenderungan yang ada
dalam negeri dari pemberi kerja yang pada masyarakat (Satjipto Rahardjo, 2009).
memiliki hubungan istimewa dengan Dalam lapangan hukum pajak, salah satu
perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak kecenderungan permasalahan hukum adalah
bertempat kedudukan di Indonesia dapat maraknya penghindaran pajak yang
ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja mengarah ke penggelapan pajak sehingga
mengalihkan seluruh atau sebagian diperlukan adanya pemulihan kerugian
penghasilan WP orang pribadi dalam negeri negara melalui pertanggungjawaban
212
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, Juli 2017, Halaman 205-216
213
Henry Dianto Pardamean Sinaga , Pertanggungjawaban Pengganti
214
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, Juli 2017, Halaman 205-216
Chyz James A. dan S. D. White, “The Kornhauser Lewis A., “An Economic
Association between Agency Conflict Analysis of the Choice Between
a n d Ta x Av o i d a n c e : A D i r e c t Enterprise and Personal Liability for
Approach”, Advances in Taxation, Vol. Accidents”, California Law Review,
21, 2014. Vol. 70, Issue 6, Desember 1982.
Chu C. Y. Cyrus dan Y. Qian, “Vicarious Kraakman Reinier H., “Gatekeepers: The
Liability under a Negligence Rule”, Anatomy of a Third-Party Enforcement
International Review of Law and Strategy”, Journal of Law, Economics,
Economics, Vol. 15, 1995. and Organization, Vol. 2, No. 1, 1986.
Desai Mihir A. dan D. Dharmapala, Laffont Jean-Jacques dan J. Tirole, “Cost
“Corporate Tax Avoidance and Firm Padding, Auditing and Collusion”,
Value”, The Review of Economics and Annales d'Economie et de Statistique,
Statistics, Vol. 91, No. 3, Agustus 2009. No. 25/26, 1992.
Eisenhardt Kathleen M., “Agency Theory: An Mahkamah Agung R. I., Putusan Kasasi
Assessment and Review”, Academy of Mahkamah Agung No. 2239
Management Review, Vol. 14, No. 1, K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember
1989. 2012.
Gardner Bryan A., 2004, Black's Law Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.
Dictionary, Thomson West, US. 156/PID/2014/PT. DKI tanggal 18
Government of Canada, tersedia di website Agustus 2014.
http://laws-lois.justice.gc.ca/e Peraturan Mahkamah Agung Republik
ng/acts/i-3.3/page-190.html#docCont, Indonesia No. 13 Tahun 2016 tanggal 21
diakses pada tanggal 25 April 2017. Desember 2016 Tentang Tata Cara
Government of Indian, The Indian Income Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh
Tax Act 1961-2016, tersedia di website Korporasi.
http://www.incometaxindia.gov.in/ McBride Nicholas J., “Vicarious Liability in
pages/acts/income-tax-act.aspx, England and Australia”, The Cambridge
diakses pada tanggal 6 September 2016. Law Journal, Vol. 62, No. 2, Juli 2003.
Hadjar Abdul Ficar, et.al., 2014, Menghukum Morgan Phillip, “Recasting Vicarious
Pengemplang Pajak: Hasil Eksaminasi Liability”, Cambridge Law Journal,
Publik atas Putusan Mahkamah Agung Vol. 71, No. 3, 2012.
Dalam Perkara Tindak Pidana Pajak Muladi dan D. Priyatno, 2010,
dengan Terdakwa Suwir Laut, The Pertanggungjawaban Pidana
Indonesian Legal Resource Center dan Korporasi, Kencana, Jakarta.
Indonesian Corruption Watch, Jakarta. Neyers J. W., “A Theory of Vicarious
Hamilton V. Lee, “Who is Responsible? Liability”, Alberta Law Review, Vol. 43,
Toward a Social Psychology of No. 2, 2005.
Responsibility”, Social Psychology, Privileggi Fabio, C. Marchese, dan A.
Vol. 41, No. 4, 1978. Cassone, “Agent's Liability vs
Jones Lucy, 2013, Introduction to Business Principal's Liability when Attitudes
Law, Oxford, Oxford University Press. Toward Risk Differ”, International
Kansil C.S.T. dan C.S.T. Kansil, 2007, Review of Law and Economics, Vol. 21,
Latihan Ujian: Pengantar Hukum 2001.
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Rahardjo Satjipto, 2009, Penegakan Hukum:
Kejaksaan Agung R.I., Peraturan Jaksa Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta,
Agung No. PER-028/A/JA/10/2014 Genta Publishing.
tanggal 1 Oktober 2014 Tentang Ross Stephen A., “The Economic Theory of
Pedoman Penanganan Perkara Pidana Agency: The Principal's Problem”,
dengan Subjek Hukum Korporasi. The American Economic Review,
Kofman Fred dan J. Lawarree, “Collusion in Vol. 63, No. 2, Mei 1973.
Hierarchical Agency”, Econometrica, Shapiro Susan P., “Agency Theory”, Annual
Vol. 61, No. 3, Mei 1993. Review Sociology, Vol. 31, 2005.
215
Henry Dianto Pardamean Sinaga , Pertanggungjawaban Pengganti
Tentang Tata Cara Penanganan Perkara Weekes Robert, “Vicarious Liability for
Tindak Pidana oleh Korporasi. Violent Employees”, Cambridge Law
McBride Nicholas J., “Vicarious Liability in Journal, Vol. 63, No. 1, Maret 2004.
England and Australia”, The
Cambridge Law Journal, Vol. 62, No. 2, Undang-Undang
Juli 2003. Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar
Morgan Phillip, “Recasting Vicarious Negara Republik Indonesia Tahun
Liability”, Cambridge Law Journal, 1945.
Vol. 71, No. 3, 2012. .........., Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
Muladi dan D. Priyatno, 2010, tentang Ketentuan Umum dan Tata
Pertanggungjawaban Pidana Cara Perpajakan Sebagaimana Telah
Korporasi, Kencana, Jakarta. Diubah Terakhir Dengan Undang-
Neyers J. W., “A Theory of Vicarious Undang No. 16 Tahun 2009.
Liability”, Alberta Law Review, Vol. 43, .........., Undang-Undang No. 7 Tahun 1983
No. 2, 2005. tentang Pajak Penghasilan
Privileggi Fabio, C. Marchese, dan A. Sebagaimana Telah Diubah Terakhir
Cassone, “Agent's Liability vs Dengan UndangUndang No. 36
Principal's Liability when Attitudes Tahun 2008.
Toward Risk Differ”, International .........., Undang-Undang No. 8 Tahun 1983
Review of Law and Economics, Vol. 21, tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
2001. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Rahardjo Satjipto, 2009, Penegakan Hukum: Sebagaimana Telah Diubah Terakhir
Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta, Dengan UndangUndang No. 42
Genta Publishing. Tahun 2009.
Ross Stephen A., “The Economic Theory of .........., Undang-Undang No. 19 Tahun 1997
Agency: The Principal's Problem”, The tentang Penagihan Pajak Dengan
American Economic Review, Vol. 63, Surat Paksa Sebagaimana Telah
No. 2, Mei 1973. Diubah Dengan UndangUndang No.
Shapiro Susan P., “Agency Theory”, Annual 19 Tahun 2000.
Review Sociology, Vol. 31, 2005.
Soekanto Soerjono, et al., 2007, Penelitian
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Soekanto Soerjono, 2010, Pengantar
Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.
Soemitro Rochmat, 1992, Pengantar Singkat
Hukum Pajak, Eresco, Bandung.
Suhariyanto Budi, “Putusan Pemidanaan
terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan
dalam Perspektif Vicarious Liability:
Kajian Putusan No. 2239
K/PID.SUS/2012”, Jurnal Yudisial,
Vol. 10, No. 1, 2017.
Sykes Alan O., “An Efficiency of Vicarious
Liability under the Law of Agency”,
The Yale Law Journal, Vol. 91, No. 1,
Nopember 1981.
Wa l k e r M a r t i n , “ A g e n c y T h e o r y : A
Falsificationist Perspective”,
Accounting Organizational and Society,
Vol. 14, No. 5/6, 1989.
216