Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

DALAM MENINGKATKAN SIKAP DAN MUTU BELAJAR SISWA KELAS X


SMKI HIRSHUL FATTA AL-GHINA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN
2020/2021 PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Matematika

SITI HAMIDAH PITRIANI

NPM. 8420218050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SURYAKANCANA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penelitian dengan Judul

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan


Sikap dan Mutu Belajar Siswa Kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina Semester Genap
Tahun Pelajaran 2020/2021 Pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi

Siti Hamidah Pitriani

NPM. 8420218050

Proposal Penelitian telah diseminarkan dan disetujui oleh:

Penguji 1 Penguji 2

( ) ( )

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Matematika

Ari Septian, S.Si., M.Pd


NIDN. 0412098504
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii
A. Judul ............................................................................................................................................. 1
B. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................... 2
C. Perumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
D. Tujuan Masalah ............................................................................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................................ 6
F. Definisi Operasional ..................................................................................................................... 6
G. Kajian Teori ................................................................................................................................ 10
H. Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis .............................................................................. 15
I. Metode Penelitian ...................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 23


A. Judul

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam

Meningkatkan Sikap dan Mutu Belajar Siswa Kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina

Semester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021 Pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus

menerus dalam upaya peningkatan mutunya.Peningkatan mutu pendidikan berarti pula

peningkatan kualitas sumber daya manusia.Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam

bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti.Dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan

berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia.Sistem pendidikan nasional senantiasa

harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat

lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).

Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling

berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar

mengajar memegang peran penting dalam mencapai tujuanyang diinginkan. Kemungkinan

kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan saat proses belajar mengajar guru

kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran

khususnya matematika. Adakalanya guru mengalami kesulitan membuat siswa memahami

materi yang disampaikan sehingga hasil belajar matematika rendah.

Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang

mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat

pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa.Semakin tinggi pemahaman dan

penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan

pembelajaran.
Dari hasil pengamatan pengajaran matematika di SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina di

temukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi belajar matematika yang dicapai

siswa masih rendah. Fakta tersebut ditunjukkan oleh nilai hasil belajar matematika siswa

SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina adalah 54,20 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM) seperti yang ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 70.

Hal ini di pengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa khususnya pada

semester sebelumnya dalam pembelajaran matematika antara lain: 1) keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran masih belum tampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan,

meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal

yang belum dipahami, 3) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses

pembelajaran yang masih kurang, 4) siswa juga kurang mampu menuliskan apa yang

diketahui, ditanyakan dan menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga sangat penting.

Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina khususnya guru

matematika rata-rata mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk,

diam dengan mencatat dan hafal. Pola penyampaian guru yang tidak terstruktur sehingga

dalam pemahamannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktifitas mendengar, menulis,

membaca merepresentasi dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu masalah khususnya

matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan menerapkan diskusi

kelompok diharapkan aspek – aspek komunikasi bisa dikembangkan sehingga bisa

meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan di atas adalah Penggunaan

strategi mengajar, pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa

untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif.
Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik

untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses

pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Salah satu model

pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu strategi snowball

throwing.

Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa di harapkan mampu mengembangkan

kreativitas dalam menyelesaikan soal matematika.Karena kreativitas itu merupakan

kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dan berbeda. Kreativitas

setiap siswa berbeda – beda, siswa yang memiliki kreativitas tinggi mampu belajar dengan

baik, dapat menciptakan cara belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar dengan

mudah serta mampu memahami, menyelesaikan soal-soal yang dihadapi dalam belajar

sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.

Strategi pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran

dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang

telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya. Penerapan model Snowball Trowing ini

dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan

bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah

lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas tentang permasalahan dalam pembelajaran matematika,

penulis mengambil judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina

Smester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021 Pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi”
1. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini

adalah:

1) Apakah aktifitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?

2) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?

3) Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi keaktifan siswa?

4) Faktor apakah yang dapat meningkatkan aktifitas siswa?

5) Faktor apakah yang dapat meningkatkan minat siswa?

6) Faktor apakah yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

7) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa?

8) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi minat belajar siswa?

9) Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?

10) Apakah model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas siswa?

11) Apakah model pembelajaran snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?

2. Pembatasan masalah

Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1) Minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa

kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina tahun pelajaran 2020/2021 dalam pokok bahasan relasi

dan fungsi.

2) Hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada

siswa kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina tahun pelajaran 2020/2021 dalam pokok bahasan

relasi dan fungsi.


3) Pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina tahun pelajaran 2020/2021

pada pokok bahasan relasi dan fungsi.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas,

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing pada siswa kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina tahun pelajaran 2020/2021

dalam pokok bahasan relasi dan fungsi?

2) Bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing pada siswa kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina tahun pelajaran 2020/2021dalam

pokok bahasan relasi dan fungsi?

3) Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina tahun

pelajaran 2020/2021 dalam pokok bahasan relasi dan fungsi?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan

model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematia siswa

kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghinatahun pelajaran 2020/2021dalam pokok bahasan relasi

dan fungsi. Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung

maupun tidak.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangan

kepada pembelajaran matematika, terutama terhadap peningkatan hasil belajar matematika

siswa.Serta secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran

matematika yang berupa pergeseran dari pembelajaran yang tidak hanya mementingkan hasil

menuju pembelajaran tetapi juga mementingkan prosesnya.

b. Manfaat Praktis

1) Memberi masukan kepada guru dalam menentukan strategi mengajar yang tepat, yang dapat

menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran matematika.

2) Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

3) Memberi masukan kepada siswa untuk meningkatkan kreativitas belajarnya, megoptimalkan

kemampuan berfikir positif dalam mengembangkan diri di tengah – tengah lingkungan dalam

meraih keberhasilan belajar.

4) Bahan pertimbangan, masukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.

F. Definisi Operasional

a. Pengertian Belajar

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakanproses perubahan,

dimana perubahan tersebut merupakan hasil daripengalaman. Dengan pengembangan

tekhnologi informasi, belajar tidakhanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari

kehidupan manusia.Banyak ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang

mereka.

Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli adalah

sebagai berikut.

1) Gagne dan Berliner (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajarmerupakan proses dimana

sesuatu organisme mengubah perilakunyakarena hasil dari pengalaman.


2) Menurut Teori Belajar Konstruktivisme (Ani Tri, 2004:49-50) belajaradalah lebih dari

sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampumenerapkan pengetahuan yang telah

dipelajari, mereka harus biasmenyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan

berkutatdalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampumemberikan

pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harusmengkonstruksikan pengetahuan didalam

memorinya sendiri.Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa

dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermaknadan relevan dengan siswa;

(b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan gagasannya

sendiri; (c)memanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri.

Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang

lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya.

3) Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa belajar merupakan suatu proses

karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan,

dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan

maupun sikap.

4) Sedangkan menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan

raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungan.

5) Slameto (1989:2) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya.

6) Zainal Aqib (2010:43) berpendapat bahwa: “Belajar adalah proses perubahan di dalam diri

manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah

dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar”.


Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapatdisimpulkan

sebagai berikut.

1) Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja

2) Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik yang segera

nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang

pernah dipelajari.

3) Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan perseptual, isi

ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilainilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa

(perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik)

4) Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswasetelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Kingsley (dalam Sudjana, 2001:22) membagi tiga macam hasil

belajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan;(2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan

cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum

sekolah.

Menurut Muhibbin Syah (2010:145) secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajardapat dibedakan menjadi tiga

macam, yakni:

1) Faktorinternal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani

siswa;

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pelajaran,
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan factor non manusia

seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Beberapa ciri untuk melihat hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melakukan

proses belajar adalah sebagai berikut:

1) Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun waktu

yang cukup lama.

2) Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.

3) Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip yang telah

dipelajarinya.

4) Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut.

5) Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan siswa lain,

berkomunikasi dengan orang lain, dan lain-lain.

6) Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai kemampuan dan kesanggupan

melakukan tugas belajar.

7) Siswa menguasai bahan yang telah dipelajari minimal 65% dari yang seharusnya dicapai.

c. Pengertian matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang

bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan

dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Tim Penyusun KBBI, 2007:723).

Sedangkan menurut Djati Kerami dan Sitanggang (2003:158) mengartikan

matematika adalah: “pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-

konsep yang berkaitan “.

Matematika dikelompokan kedalam tiga bidang, yakni:

1. Aljabar, pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya ;

2. Analisis, melibatkan kekontinuan dan limit;


3. Geometri, membahas bentuk-bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan (Djati Kerami dan

Sitanggang, 2003:158)

G. Kajian Teori

a. Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode

pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri

khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu: rasional teoritik yang

logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku

mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Model–model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan

pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh

pengklasifikasian berdasarkan tujuan, pembelajaran langsung merupakan suatu model

pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar (I Wayan

Santyasa, 2007:7).

Menurut Komaruddin (dalam Syaiful, 2006), model diartikan sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan. Model dapat

dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu deskripsi atau analogi yang

dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung

diamat, (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk

mengambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa, (4) suatu desain yang

disederhanakan dari suatu sistem kerja. Suatu terjemahan realita yang disederhanakan, (5)

suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, (6) penyajian yang diperkecil

agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.


Menurut Joyce dan Weil (dalam I Wayan Santyasa, 2007:7) model pembelajaran

memiliki lima unsur dasar , yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,

(2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles

of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan

merespon siswa, (4) support system,segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang

mendukung pembelajaran, dan (5)instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang

diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di

luar yang disasar (nurturanteffects).

Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang

menggambarkan urutan alur tahap–tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan

serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran tertentu

menunjukkan dengan jelas kegiatan–kegiatan apa yang harus dilakukan guru atau siswa.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Holubec (dalam Nurhadi

dkk, 2004:60) mengatakan bahwa: “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar”.

Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa: “pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam

masyarakat nyata”.

Dari penjelasan para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajar

kooperatif adalah pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan belajar yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih

asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

2. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Selanjutnya Nurhadi dkk. (2004:61-62) menyebutkan unsur-unsur dalam

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergatungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar

siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang

dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka

sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan

sesama siswa.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkakan wujudnya dalam belajar kelompok.

Meskipun demikian, penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran secara individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan

terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran

logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermafaat dalam

menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationshi) tidak hanya diasumsikan tetapi

secara sengaja diajarkan.

3. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif


Masih menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004:68-72) pembelajaran kooperatif

menuntut guru untuk berperan aktif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran

guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dikemukakan sebagai berikut ini.

1) Merumuskan tujuan pembelajaran.

2) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar.

3) Menentukan tempat duduk siswa.

4) Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif.

5) Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif.

6) Menjelaskan tugas akademik.

7) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.

8) Menyusun akuntabilitas individual.

9) Menyusun kerja sama antar kelompok.

10) Menjelaskan kriteria keberhasilan.

11) Menjelaskan perilaku yang diharap.

12) Memantau perilaku siswa.

13) Memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan tugas.

14) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.

15) Menutup pelajaran.

16) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa.

17) Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.

c. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melatih

siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut

kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat

seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan
yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa

yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

Proses model pembelajaran Snowball Throwing adalah dibentuk kelompok yang

diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa

membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa

lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Syaifullah,

2009).

Menurut Eman Suherman (2011:7) sintaks dalam Snowball Throwing adalah: (1)

Informasi materi secara umum, (2) membentuk kelompok, (3) pemanggilan ketua dan diberi

tugas membahas materi tertentu dikelompok, (4) bekerja kelompok, (5) tiap kelompok

menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, (6) kelompok lain menjawab

secara bergantian, (7) penyimpulan, (8) refleksi dan evaluasi

Widowati (2010:10) mengemukakan tentang langkah-langkah pembelajaran dalam

Snowball Throwng adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.

2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu

siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk

menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7) Evaluasi.

8) Penutup.

H. Kerangka Berpikir Dan Pengajuan Hipotesis

Di dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik instrinsik maupun

ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan kemampuan

berproses, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan

belajar.Dengan demikian, motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan

belajar siswa.

Motivasi menurut Rooijakkers (1991 : 14) merupakan faktor internal yang dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi adalah

dengan model pembelajaran yang bervariatif dan tidak monoton. Model pembelajaran

Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran yang bercirikan kerjasama antar

siswa, berpikir, dan bermain sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-

sungguh. Dan pada akhirnya hasil belajar siswa pun akan meningkat.

1. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Hipotesis kerja H1

Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMKI Hirshul Fatta Al-Ghina tahun

pelajaran 2020/2021 pada pokok bahasan operasi aljabar.

b. Hipotesis Nihil H0

Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMKI Hirshul fatta Al-Ghina tahun

pelajaran 2020/2021 pada pokok bahasan relasi dan fungsi.

I. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis memilih subyek penelitian ini adalah siswa SMKI Hirshul fatta Al-Ghina,

sedangkan waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan selama 1 bulan yakni dari

pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus 2021.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMKI Hirshul fatta

Al-Ghina yang memiliki dua kelas paralel, yaitu kelas X OTKP berjumlah 30 siswa dan kelas

X TKJ berjumlah 32 siswa. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini berjumlah

sebanyak 62 siswa.

b. Sampel

Karena populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah sebanyak 62 siswa dan ini

berarti subyeknya kurang dari 100, maka peneliti menggunakan teknik total sampling atau

sampel jenuh. Keputusan ini berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1996:120)

bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara

10-15 %, atau 20-25% atau lebih”.

Dari kedua kelas tersebut peneliti melakukan pengundian dalam rangka menetapkan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengundian, maka yang

terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas X OTKP sebanyak 30 siswa dan

siswa kelas X TKJ sebanyak 32 siswa sebagai kelas kontrol.

3. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan


hasil belajar matematika, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode

eksperimen dengan cara membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat

(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan

mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu

(Suharsimi Arikunto, 1996:3).

Eksperimen ini didesain menggunakan model two group posttest only design

experiment (Arikunto, 2005: 212). Dalam pelaksanaannya kelompok eksperimen

mendapatkan treatment berupa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing dan pos

tes sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, dalam arti pembelajarannya

menggunakan metode tradisional dan hanya mendapatkan pos tes.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam penelitian ini

membutuhkan data-data yang dapat dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang akurat

dari hasil eksperimen yang dilakukan. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode :

a. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 1996:150).

Tes ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaran matematika siswa

sesudah diberikan perlakuan pada pokok bahasan operasi aljabar. Tes yang digunakan berupa

tes obyektif.

b. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi ini yaitu mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis

seperti arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Dokumentasi yang

diperlukan adalah data mengenai nama siswa dan nilai ulangan matematika ketika siswa di

semester sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil

belajar matematika siswa sebelum diberikan perlakuan.

c. Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi pelaksanaan pembelajaran

dengan model pembelajaran Snowball Throwing dilaksanakan.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Uji Instrumen Penelitian

Dalam analisis uji coba tes ini langkah-langkah yang ditempuh adalah:

1) Analisis Validitas Tes

Analisis validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah butir soal sebagai instrumen

penelitian valid atau tidak valid. Untuk menghitung koefisien validitasnya, peneliti

menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

keterangan:

r= koefisien validitas butir soal

N = banyak siswa peserta tes

X = jumlah skor item

Y = jumlak skor total


Dari r yang diperoleh tersebut kemudian dinandingkan dengan tabel harga kritis

produk moment. Item tersebut dikatakan valid jika r ≤ r . (Suharsimi Arikunto,


hitung tabel

1998:162).

2) Analisis Reliabilitas

Dalam penelitian ini, teknik analisis reliabilitas yang digunakan adalah tes tunggal

dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson (K-R 20) dengan rumus sebagai

berikut:

Dengan:

n = banyak sampel

p = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i


i

q = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i


i

jadi q = 1 - p = varians skor total


i i

(Erman Suherman, 1993: 160)

r yang diperoleh dari hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan r product


11 tabel

moment dengan taraf signifikansi 5%. Apabila r > r maka soal instrumen tersebut
11 tabel

reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1993; 155)

3) Analisis Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui item soal yang akan diujikan.

Dalam hal ini tingkat kesukaran yang baik adalah pada interval 25% - 75% . Item yang

mempunyai tingkat kesukaran lebih dari 75% soal tersebut terlalu mudah. Item yang baik

adalah item yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha dalam menyelesaikannya. Sebaliknya soal yang

terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk

mencoba lagi, karena diluar jangkauannya (Arikunto 1998: 206).

Adapun rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:

Dengan:

P = Tingkat kesukaran soal

B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar item tersebut

JS = Banyak siswa yang mengikuti tes

Dengan kriteria:

0,00 ≤ P < 0,30 : soal dikatakan sukar

0,30 ≤ P < 0,70 : soal dikatakan sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah

(Suharsimi Arikunto, 1998: 210)

4) Analisis Daya Pembeda

Analisis daya pembeda digunakan untuk meninjau daya pembeda soalnya. Item yang

baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih dari 0,20. Item soal yang daya

pembedanya di bawah 0,20 tidak baik untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Dengan

demikian soal harus direvisi, digantiatau tidak digunakan.

Rumus yang digunakan sebagai berikut:


Dengan:

D = daya pembeda soal

JA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas

JB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah

BA =banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas menjawab item tertentu

dengan benar

BB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah dan menjawab item

tertentu dengan benar.

PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu dengan benar

PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab item tertenti dengan benar

Kategori yang digunakan adalah:

0,00 - 0,20 : jelek

0,20 - 0,40 : cukup

0,40 - 0,70 : baik

0, 70 - 1,00 : baik sekali

(Suharsimi Arikunto, 1998: 213)

b. Analisis Uji Data Hasil Penelitian

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis bertujuan untuk mengetahui normalitas dan homogenitasnya

sebelum data tersebut dianalisis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas ini diberikan kepada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

setelah diberikan pos tes.

b. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians populasi

homogen atau tidak.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. dan Bintoro. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema dalam

Belajar: Panduan Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan

Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasan dan Menengah, Departemen

Pendidikan Nasional.

Ani,Tri C. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press

Aqib, Zainal. 2010. Propesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

_______. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kerami, Djati dan Cormentyna Sitanggang. 2003. Kamus Matematik. Jakarta: Balai Pustaka.

Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan

Penerapannya Dalam KBK.Edisi Revisi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT Grasindo (Gramedia Widiasarana

Indonesia).

Santyasa, I Wayan. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Makalah dalam Pelatihan PTK bagi

Guru-Guru SMP dan SMA: Ttidak diterbitkan.

Slameto. 1989. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Bina Aksara

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru.

_______. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Suherman, Erman. 1992. Sistem Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai