Oleh :
Jesyca Tara Adella
NPM : 1911030324
didik agar menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadikan warga negara yang
pengembangan siswa. Aktifitas di dalamnya adalah proses pelayanan jasa. Siswa datang
ke sekolah untuk mendapatkan pelayanan, sementara kepala sekolah, guru dan tenaga lain
adalah para profesional yang terus menerus berinovasi memberikan pelayanan yang
terbaik untuk kemajuan sekolah. Mengembangkan model pembaharuan adalah tugas yang
sulit karena proses pembaharuan adalah usaha yang multidimensional. Tidak ada satu
model pun yang dapat menjelaskan dengan sempurna betapa rumitnya pengembangan
sekolah. Yang akan diusulkan oleh para konsultan adalah kerangka kerja yang memberi
Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan "baru" dalam
manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school based
1
2
based management, a strategy for better learning. Munculnya gagasan ini dipicu oleh
ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional atas
keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara
mandiri. Umumnya dipandang bahwa para kepala sekolah merasa nirdaya karena
merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah
untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para siswa. Otonomi
dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para
juga berperan dalam menampung konsensus umum yang meyakini bahwa sedapat
mungkin seharusnya keputusan dibuat oleh mereka yang memiliki akses paling alami
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang ditujukan dengan
pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tersebut
berkualitas dan berkelanjutan. Dalam kerangka inilah, MBS tampil sebagai alternatif
paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS merupakan suatu konsep
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar
dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang
erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. (E Mulyasa 2007, hlm. 11)
MBS digunakan di Indonesia karena beberapa alasan, antara lain pertama, sekolah
lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. (Nurkholis 2003, hlm. 21)
menegaskan bahwa tujuan MBS adalah pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia. Kedua, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Studi dilaksanakan di sebelas kabupaten pada delapan propinsi. Studi yang dilaksanakan
pada tahun 2002 itu menunjukkan, semua madrasah penting diteliti untuk mengetahui
para kepala madrasah. Madrasah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu,
hubungan baik antar guru perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana kerja yang
dapat menumbuhkan kreatifitas, disiplin, dan semangat belajar siswa. Tidak hanya itu
dan peduli dengan madrasah. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya implementasi
MBS atau di madrasah biasa disebut Manajemen Berbasis Madrasah, yang selanjutnya
lokasi dan kualitas madrasah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui tiga kategori
madrasah, yaitu baik, sedang dan kurang, yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan
menyerap paradigma baru yang ditawarkan MBM. Misalnya, suatu madrasah mungkin
dibedakan antara satu madrasah dengan yang lain. Pemerintah berkewajiban melakukan
panjang MBM akan ditentukan oleh bagaimana suatu madrasah mampu menyusun
rencana madrasah, dan melaksanakan rencana tersebut (E. Mulyasa 2007, hlm. 60).
penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru dan karyawan madrasah. Begitu
sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu sekolah sangat ditentukan oleh
karyawan ke arah suasana kerja yang kondusif ( positif, menggairahkan, dan produktif).
yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut oleh madrasah adalah pendidik professional
keberhasilan pembelajaran peserta didik (Mulyasa 2003, hlm. 16-17). Dalam proses
secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan
Sementara itu, menurut Wohlstetter dan Mohrman peran kepala madrasah dalam
MBM adalah sebagai designer, motivator, fasilatator, dan liason. (Mohrman, 1994).
seputar sekolah dengan tim pengambil keputusan sekolah. Tentu saja dalam hal iniharus
dilaksanakan di suatu madrasah. Maka perlu diadakan studi analisis kesiapan terlebih
6
dahulu, hal ini penting dilakukan agar dapat diketahui siap atau tidak siapnya madrasah
mengimplementasikan MBM. Hal tersebut tentunya akan berdampak positif ketika proses
program madrasah didukung oleh adanya kepemimpinan madrasah yang demokratis dan
profesional. Kepala madrasah dan guru-guru sebagai aktor utama dalam program
Berkaitan dengan gagasan teoretis di atas, dan berdasarkan hasil observasi awal di
Palembang.
3. Belum diketahuinya pemahaman kepala madrasah, guru dan staff administrasi akan
Indonesia. (Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional 2009a, hlm. 1-3).
Maka dapat sepakati bahwa konsep MBS di sekolah umum maupun madrasah adalah
7
sama, tidak ada perbedaan satu sama lain. Dan yang berbeda hanya adaptasi penggunaan
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Malik Fadjar, bahwa definisi
tentang sekolah dapat digunakan sebagai definisi madrasah. Perbedaannya lebih pada
hal muatan pelajaran agama Islam yang lebih banyak dari sekolah umum, sehingga
madrasah seringkali disebut sekolah agama. (Fadjar 1999, hlm.18). Dari pendapat-
pendapat tersebut, maka penulis memutuskan untuk menggunakan kata MBM untuk
madrasah dalam kesiapan implementasi MBM, dan gejala yang berkembang di wilayah
penelitian tesis penulis yang berjudul, “Peran Kepala Madrasah dalam Mempersiapkan
Identifikasi Masalah
Melalui penelaahan lebih lanjut dari gejala-gejala penelitian di atas, maka dapat
Palembang baik pengembangan secara fisik berupa gedung dan sarana prasarana
mendapat bantuan dana bukan hanya dari Kementrian Agama, tapi juga dari Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palembang. Padahal biasanya yang sering
mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Kota Palembang hanya sekolah umum.
Dunia Usaha dan Industri yang ada di sekitar MI Intibahul Islamiyah Palembang,
seperti PT Pertamina, PT. Hoktong, Bank Mandiri, dan lainnya sering kali memberikan
8
bantuan secara periodik kepada madrasah baik yang ditujukan untuk kebutuhan siswa
Jumlah siswa yang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, di antara 3 sekolah
umum pesaing memberikan gambaran bahwa madrasah ini menjadi pilihan favorit bagi
warga sekitar. Hal-hal tersebut menjadi identifikasi awal bagi penelitian ini dalamrangka
Palembang.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, agar penelitian ini lebih fokus dan tajam
pembahasannya. Maka dipandang perlu ditentukan rumusan masalah yang akan diteliti
dan dibahas. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
madrasah dalam
Batasan Masalah
Adapun masalah yang diteliti dalam tesis ini hanya dibatasi pada analisis untuk
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
lebih lanjut oleh berbagai pihak yang berminat mempelajari tentang manajemen
pendidikan.
implementasi MBM.
Definisi Konsep
Definisi konsep merupakan rambu penelitian yang akan memandu penelitian di lapangan
penelitian. Agar orang lain yang berkepentingan dalam penelitian ini mempunyai persepsi
yang sama dengan peneliti, maka dipandang perlu menetapkan definisi operasional.
dalam penelitian ini adalah peran kepala madrasah mempersiapkan implementasi MBM
Kerangka Teori
10
Sejak digulirkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku 1
kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada madrasah yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tata madrasah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan
hlm. 16).
luas pada madrasah, dan pelibatan masayarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Otonomi diberikan agar madrasah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana,
sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
MBM memiliki unsur pokok madrasah (constituent) memegang kontrol yang lebih
besar pada setiap kejadian di madrasah. Unsur pokok madrasah inilah yang kemudian
menjadi lembaga non-struktural yang disebut Komite Madrasah yang anggotanya terdiri
dari guru, kepala madrasah, administrator, orang tua, anggota masyarakat dan murid.
11
Dalam implementasi MBM juga dihadapi beberapa masalah seperti berbagai pihak
terkait harus berkerja lebih banyak daripada sebelumnya, kurang efisien (dalam jangka
pendek karena salah satu tujuan MBM adalah terjadinya efisiensi pendidikan), kinerja
kebingungan karena peran dan tanggung jawab baru, kesulitan dalam melakukan
koordinasi dan masalah akuntabilitas (Jalal dan Supriadi.ed 2001, hlm. 161-163).
Masalah lain yang muncul adalah pada otoritas pengambilan keputusan. MBM
pusat atau daerah seringkali tetap menginginkan otoritas keputusan berada di pihaknya.
tentang bagaimana MBM dapat berkerja dengan baik. Juga masalah kekurangan
guru untuk memberikan kepercayaan kepada pihak lain dalam mengambil keputusan.
kondisi lokasi dan kualitas madrasah. Dalam hal ini sedikitnya akanditemui tiga kategori
madrasah, yaitu baik, sedang dan kurang, yang tersebar di lokasi- lokasi maju, sedang,
mengimplementasikan MBM. Hal ini karena terbatasnya teori dan penelitian yang
ketika menjelaskan apa sajakah karakteristik dasar MBM itu mereka tidak tahu.
Sesungguhnya, MBM mempunyai karakteristik yang sudah harus dipahami sejak awal
pelaksanaan MBM, ia merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain dan merupakan satu kesatuan sistem dalam menggerakkan implementasiMBM
di madrasah.
Empat faktor penting lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi MBM, di
madrasah yakni kekuasaan, pengetahuan dan keterampilan, sistem informasi, serta sistem
Selain itu Nurkholis (2003 : hlm 134) memberikan beberapa poin yang sama dengan
d. pemberian penghargaan.
2. Peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan
5. Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-
sungguh.
Agama.
Palembang.
memiliki kesiapan secara psikologis meliputi, budaya madrasah yang terbuka pada
sesuatu yang baru, tanggung jawab pengembangan madrasah tidak terfokus hanya kepada
kepala madrasah (Nurkholis 2003, hlm. 132), dan sosio-kultural masyarakat madrasah
Kesiapan secara teknis meliputi otonomi madrasah yang luas, sistem informasi
manajemen yang baik, adaya partisipasi dari stakeholders, dan ada dana yang siap
tim yang solid, serta adanya pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia tentang
menentukan langkah yang tepat dalam implementasi MBM. Karena MBM bukanlah
konsep yang serampangan yang bisa diterapkan tanpa perencanaan yang matang. Ia juga
bukan konsep yang mapan yang bisa menyesuaikan dirinya sendiri dengan lokasi
kebutuhan pemakainya.
secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
kemampuan itu.
kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai
bahwa "erat hubungannya antara mutu kepala madrasah dengan berbagai aspek
15
kehidupan madrasah seperti disiplin madrasah, iklim budaya madrasah dan menurunnya
Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan
secara mikro, yang secara lansung berkaitan dengan proses pembelajaran madrasah.
Apa yang diungkapkan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin
semakin efektif dan efisien. Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
seni, dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak
daerah, desentralisasi dan sebagainya, yang kesemuanya ini menuntut peran aktif dan
Kepala madrasah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen
pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada manajemen pendidikan secara utuh dan
berorientasi kepada mutu. Startegi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu
(MMT) atau Total Quality Manajement (TQM). Dalam konsep selanjutnya hal ini
disebut dengan effectife school atau site based management, dengan istilah yang lebih
Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus
dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan,
Tinjauan Pustaka
Manajemen Berbasis Madrasah. Di antaranya yaitu tesis yang ditulis oleh Syarnubi Som
Selatan”. Selain itu tesis yang ditulis oleh H. Lukmansyah yang berjudul “ Penerapan
Nurul Iman dan Pondok Pesantren Al Ittifaqiyah Ogan Ilir”. Litado Dewi Jusma juga
Adapun materi dari penelitian yang telah ditulis oleh Syarnubi Som membahas
Dari sembilan madrasah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan MBS, maka hanya
Dari hasil pengolahan data yang menggunakan teknik-teknik tersebut, didapat persentase
yang beragam dalam melaksanakan penerapan MBS. Penerapan MBS pada MAN 2
MAN 3 Palembang memiliki PSBB dan gedung serbaguna sebagai sumber dana alternatif
di luar dana dari pemerintah, hanya saja dana tersebut belum sepenuhnya difungsikan
Analisa pada tesis yang ditulis oleh Syarnubi Som menggunakan teknik analisis data
statistik inferensial, dengan menggunakan rumus ‘t” test. Dari hasil analisis ‘t” test
tersebut diketahui bahwa di antara sampe-sampel yang diteliti, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan. Dengan interpretasi lebih lanjut, bahwa penerapan MBS belum
akademik cukup baik berdasarkan hasil dokumentasi pencapaian nilai evaluasi murni
termasuk pencapaian pada non akademik. Dari sisi efektifitas proses belajar mengajar
menunjang dan memperbaiki sarana dan prasarana. Selain itu kyai memiliki keluwesan
dan kewajaran yang dengan kritis pada pergantian dan pengangkatan seseorang menjadi
tenaga pengajar, harus didasarkan pada latar belakang pendidikan dan kompetensi. Kyai
tiga pondok pesantren tersebut mengadakan koordinasi dengan kepala madrasah, orang
tua / wali santri melalui rapat. Semua praktisi masyarakat cendrung belum dilibatkan,
tersebut.
18
Unggulan Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Lahat Sumatera Selatan. Penelitian ini
Hasil analisis kualitatif yang dilakukan oleh Litado Dewi Jusma mengenai
pelaksanaan MBS tersebut, diketahui bahwa pelaksanaanya meliputi aspek : (1) bidang
masyarakat, (4) akuntabilitas proses, (5) bidang kurikulum, (6) meningkatkan anggaran
bagaimana konsep-konsep MBM itu dilaksanakan oleh pihak sekolah ataupun madrasah
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berbeda dari penelitian sebelumnya, maka
implementasi Manajemen Berbasis Madrasah. Hal ini menarik untuk diteliti, karena siap
atau tidak siapnya madrasah dalam melaksanakan MBM juga ditentukan pengetahuan dan
Metodologi Penelitian
Obyek Penelitian
yang berlokasi di Jl. Kapten Robbani Kadir Lrg. Hikmah II Kelurahan Plaju Darat
Kecamatan Plaju Palembang. Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2012/2013
19
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
rangka menemukan paradigma baru tentang peran kepala madrasah dalam implementasi
Dikatakan demikian karena jenis penelitian ini mempunyai ciri-ciri antara lain
setting yang aktual, peneliti adalah instrumen kunci, data bersifat deskriptif, menekankan
kepada proses, analisis datanya bersifat induktif, dan meaning (pemaknaan) tiap kejadian
adalah merupakan perhatian yang esensial dalam penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen
Pada penelitian ini penulis akan mendeskripsikan hasil studi peran kepala madrasah
Palembang.
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Berupa data
pengetahuan kepala madrasah MI Intibahul Islamiyah Palembang tentang MBM, dan data
Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan
kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposif (purposive sampling).
Palembang. Sedangkan informan selanjutnya antara lain adalah Wakil Kepala Madrasah,
Sedangkan yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang
didapat dari staff edukatif dan staff administrasi serta dokumen madrasah. Yang meliputi
data proses belajar mengajar, proses pengambilan keputusan, rapat-rapat dinas Kepala
Madrasah dan guru, rapat dengan Komite Madrasah dan masyarakat, sosialisasi dan
Serta data yang didapat dari karya orang lain misalnya literatur-literatur yang
mutu terpadu, dan psikologi pendidikan sebagai penunjang dalam penelitian ini.
Pertama, observasi merupakan pengamatan langsung untuk memperoleh data awal berupa
madrasah, guide lines dari Departemen Agama Kota Palembang atau Dinas Pendidikan
Madrasah tentang MBM. Wawancara ini ditujukan kepada Kepala Madrasah dan Wakil
Trianggulasi menurut Iskandar (2008, hlm. 230) adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data dengan melakukan perbandingan berdasarkan informan dan waktu. Lalu didukung
Di penelitian tesis ini, untuk menjamin keabsahan data yang dikumpulkan. Maka
akan dilakukan trianggulasi antara informan kunci yaitu kepala madrasah dengan 3 (tiga)
informan pembanding (wakil kepala madrasah, guru dan anggota komite madrasah).
Hasilnya akan disajikan dalam bentuk matriks wawancara yang kemudian akan
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-
keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh
orang yang mengumpulkan data tapi juga oleh orang lain. Proses analisis data inipeneliti
lakukan secara terus menerus, bersamaan dengan pengumpulan data dan kemudian
Di dalam melakukan analisis data peneliti mengacu kepada tahapan yang dijelaskan
Miles dan Huberman (1992, hlm. 22) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
Analisis data model Miles dan Huberman ini dipergunakan untuk menganalisis
Intibahul Islamiyah. Serta faktor pendukung dan penghambat yang dapat membantu
Outline Proposal
Untuk memudahkan pembahasan dan penulisan proposal ini, maka perlu adanya uraian
terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab saling terhubung satu sama lain dan
Bab pertama, bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional,
kerangka teori dan kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, bab ini merupakan konsep MBM yang terdiri dari konsep dasar MBM,
Bab ketiga, bab ini mendeskripsikan kondisi objektif wilayah penelitian, yang
dan prasarana pembelajaran, keadaan guru dan pegawai serta siswa di lingkungan MI
Bab keempat, bab analisis data peran kepala madrasah dalam implementasi MBM,
Bab kelima, bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran yang terdiri dari
REFERENSI
Mulyana, Dedy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Remaja Rosda Karya.
Sijak, Abu. 2006. “Standar Mutu Sekolah, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah”.
www.diknas.go.id.
Rochaety, Ety. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
Gramedia
Tjiptono, Fandy. 2002. Total Quality Management (TQM). Yogyakarta : Andi Offset
Tangkilisan, Hessel N. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : Grasindo
Umar, Husein. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : PT SUN
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Rochaety, Ety. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
Gramedia
Tjiptono, Fandy. 2002. Total Quality Management (TQM). Yogyakarta : Andi Offset