Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM MENGATASI MASALAH SISTEM

PERKEMIHAN

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Agnes Marbun, M.kep

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1.Enjellina Oktaviani Zendrato(200204017)

2.    Risfal Hidayat (200204090)

3.    Awidiyah (200204005)

4.    Ramanda Sanira (200204039)

5.    Khaleiyara(200204029)

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S
DENGAN GANGGUAN PERKEMIHAN. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
Agnes marbun M.kep yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah pengetahuan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah
kami.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Benign Prostatic Hyperplasia atau BPH adalah masalah umum pada sistem genitourinari pada pria dewasa
yang ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah sel-sel epitel dan jaringan stroma di dalam kelenjar
prostat. Menurut kejadiannya pembesaran prostat disebabkan oleh dua faktor penting yaitu
ketidakseimbangan hormon estrogen dan androgen, serta faktor umur atau proses penuaan sehingga
obstruksi saluran kemih dapat terjadi. Adanya obstruksi ini akan menyebabkan, respon nyeri pada saat
buang air kecil dan dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah seperti gagal ginjal akibat terjadi
aliran balik ke ginjal selain itu dapat juga menyebabkan peritonitis atau radang perut akibat terjadinya
infeksi pada kandung kemih (Andre, Terrence & Eugene, 2011). Untuk mengatasi obstruksi yang terjadi,
dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif
(non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.

Tujuan

untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Benign Prostatic Hyperplasia atau BPH
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.Hasil penelitian tentang perkemihan

Infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian mana pun dari
sistem urinaria, mulai dari ginjal hingga saluran kemih. ...

2. Batu saluran kemih.

3. Inkontinensia urine.

4. Uretritis.

Sindrom nefrotik.

6. Sindrom nefritik.

7. Gagal ginjal.

Pengertian sistem perkemihan

Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa metabolisme
makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin,
bahan asing dan produk sisa. Sampah metabolisme ini dikeluarkan (disekresikan) oleh ginjal
dalam bentuk urin. Urin kemudian akan turun melewati ureter menuju kandung kemih untuk
disimpan sementara dan pada akhirnya akan dikeluarkan melalui uretra. Sistem perkemihan (Gb-
1) terdiri atas: kedua ginjal (ren, ginjal), ureter, kandung kemih (vesika urinaria/kandung
kemih/nier) dan uretra

*Sistem urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan juga uretra (saluran
kencing). Setiap bagian dalam sistem urinaria memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Melalui
saluran kemih, urine yang membawa limbah dan racun akan dikeluarkan dari dalam tubuh

*Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron, yang merupakan tempat pembentukan urine. Pada waktu
tertentu, sekitar 20 persen dari darah akan melalui ginjal untuk disaring sehingga tubuh dapat
menghilangkan zat-zat sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan cairan, pH darah, dan kadar darah.2
*Kandung kemih atau buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapisan otot detrusor yang
saling beranyaman. Ia terletak tepat di belakang pubis di dalam rongga pelvis. Kandung kemih dapat
menyimpan urin orang dewasa pada umumnya

*Selain infeksi bakteri, infeksi kandung kemih juga dapat disebabkan oleh: Efek samping obat
kemoterapi, seperti cyclophosphamide dan ifosfamide. Efek samping terapi radiasi pada panggul atau
bedah pada kandung kemih. Penyakit lain, seperti pembesaran prostat, batu kandung kemih, dan diabetes

2.Trend dan issue

dengan puncak insiden antara keempat dekade dan kelima, hal ini kurang lebih sesuai dengan yang
ditemukan di RSUPN-CM. Beban ekonomi akibat batu kemih sangat besar. Pada tahun 2000, biaya total
untuk pengobatan urolitiasis di Amerika Serikat diperkirakan 2,1 milyar dolar, yang meliputi 971 juta
dolar untuk pasien rawat inap, 607 juta dolar untuk pasien rawat jalan dan kunjungan praktik dokter, serta
490 juta dolar untuk pelayanan darurat darurat. Angka-angka tersebut menggambarkan kenaikan sebesar
50% dari biaya pengobatan urolitiasis sebesar 1,34 milyar dolar pada tahun 1994. Di Indonesia belum ada
data mengenai beban kesehatan untuk batu saluran kemih. Dalam memilih pendekatan terapi optimal
untuk pasien urolitiasis, berbagai faktor harus dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor batu
(ukuran, jumlah, komposisi dan lokasi), faktor anatomi ginjal (derajat obstruksi, hidronefrosis, obstruksi
uretero-pelvic junction, divertikel kaliks, ginjal tapal kuda), dan faktor pasien (adanya infeksi, obesitas,
deformitas). habitus tubuh, koagulopati, anak-anak, orang tua, hipertensi dan gagal ginjal). Kemajuan
dalam bidang endourologi secara mengubah mengubah tatalaksana dengan batu simtomatik yang
membutuhkan operasi terbuka untuk menghasilkan solusi Faktor-faktor tersebut adalah faktor batu
(ukuran, jumlah, komposisi dan lokasi), faktor anatomi ginjal (derajat obstruksi, hidronefrosis, obstruksi
uretero-pelvic junction, divertikel kaliks, ginjal tapal kuda), dan faktor pasien (adanya infeksi, obesitas,
deformitas). habitus tubuh, koagulopati, anak-anak, orang tua, hipertensi dan gagal ginjal). Kemajuan
dalam bidang endourologi secara mengubah mengubah tatalaksana dengan batu simtomatik yang
membutuhkan operasi terbuka untuk menghasilkan solusi Faktor-faktor tersebut adalah faktor batu
(ukuran, jumlah, komposisi dan lokasi), faktor anatomi ginjal (derajat obstruksi, hidronefrosis, obstruksi
uretero-pelvic junction, divertikel kaliks, ginjal tapal kuda), dan faktor pasien (adanya infeksi, obesitas,
deformitas). habitus tubuh, koagulopati, anak-anak, orang tua, hipertensi dan gagal ginjal). Kemajuan
dalam bidang endourologi secara mengubah mengubah tatalaksana dengan batu simtomatik yang
membutuhkan operasi terbuka untuk menghasilkan solusi

batu. Perkembangan terapi invasif minimal mutakhir, yaitu retrograde ureteroscopic intrarenal surgery
(RIRS), percutaneus nephrolithotomy (PNL), ureteroskopi (URS) dan extracorporeal shock wave
lithotripsy (ESWL) telah memicu kontroversi mengenai teknik mana yang paling efektif. ESWL
merupakan terapi non invasif yang menggunakan gelombang kejut berintensitas tinggi. Gelombang ini
dibangkitkan di luar tubuh pasien lalu ditembakkan ke batu ginjal atau ureter. Sejak ESWL diperkenalkan
pada tahun 1980-an, teknologi dalam bidang litotripsi gelombang kejut telah sangat berkembang.
Kemajuan dalam teknologi ESWL dipusatkan ke arah peningkatan peralatan pencitraan (imaging),
pengembangan sumber energi ESWL, pengembangan suatu alat yang dapat bekerja sebagai litotriptor dan
meja tindakan endourologi, serta usaha untuk mengurangi tekanan gelombang kejut sehingga mengurangi
yang dirasakan oleh pasien dan memungkinkan prosedur ESWL tanpa menggunakan anestesi.
Penggunaan ESWL sudah sangat luas, namun sampai saat ini di Indonesia belum ada keseragaman dalam
hal indikasi ESWL; ini menyangkut jenis, ukuran dan lokasi batu yang bagaimana memberikan hasil
terbaik dengan terapi ESWL. Masih banyak kontroversi lainnya seputar penggunaan ESWL, antara lain
efektivitas dan efektivitas biaya ESWL dibandingkan modalitas terapi invasif minimal lain (URS dan
PNL); bilamana ESWL perlu dikombinasi dengan modalitas terapi lain; pemberian antibiotik profilaksis
untuk ESWL; serta tak kalah pentingnya kemajuan dalam teknologi mesin ESWL itu sendiri, yang
menuntut pertimbangan yang rasional dalam memilih mesin yang paling sesuai untuk suatu institusi. B.
Rumusan

Tujuan

1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui kecenderungan dan masalah
penanganan sistem perkemihan

2. Tujuan Khusus

a. definisi dari sistem perkemihan

b. Mengetahui anatomi dari sistem perkemihan

c. Pengetahuan Mahasiswa memahami konsep tentang Nefrolitiasis

. D. Mahasiswa memahami konsep tentang ESWL.


e. Mahasiswa memahami prinsip kerja, indikasi, kontraindikasi, komplikasi keuntungan, serta kerugian
ESWL. D. Manfaat Dapat memberikan manfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
pembaca dan penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

BAB III TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Sistem perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses darah sehingga darah bebas dari zat-
zat yang tidak digunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih digunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak digunakan lagi oleh tubuh larutan air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Pada manusia,
sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sfingter, dan uretra. 1.

Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
lumbalis III menempel langsung pada dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal terletak di
belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan
limpa.Di bagian atas (superior) ginjal kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat
retroperitoneal, yang terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga perut.Kedua ginjal terletak di
sekitar vertebra T12 hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat hati. sebagian dari bagian atas ginjal dilindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang dianggap membantu.
Ginjal adalah ekskresi organ dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.Sebagai bagian dari sistem
urin, ginjal menyaring kotoran (urea) dari darah dan pembuangannya bersama dengan udara dalam bentuk
urin.Cabang dari kedokteran yang mempelajariterutama dan penyakitnya disebut nefrologi. 2.

Ureter Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang menyediakan hasil ginjal (filtrasi, reabsorpsi,
sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria.Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing untuk setiap ginjal. Ureter laki-laki melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus
deferens sedangkan pureter oerempuan melewati sepanjang sisi serviks uteri dan bagian atas vagina
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu
atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral panggul,
lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical
mencegah aliran balik urin setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami keajaiban membuktikan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam
vesica urinaria.Tempat-tempat seperti

3.Evidense bassed practive

- Pendahuluan

- Patofisiologi

- Etiologi

- Epidemiologi

- Diagnosis

- Penatalaksanaan

- Prognosis

- Edukasi dan Promosi Kesehatan

- Pasien Dewasa – Panduan e-Prescription

Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

Oleh

Penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract infection yang utama adalah pemberian
antibiotik. ISK hanya diterapi jika menimbulkan keluhan. Pemilihan terapi juga perlu mempertimbangkan
adanya komorbiditas, tingkat keparahan penyakit, dan potensi resistensi obat.[2,4,11,13]

Terapi Antibiotik
Terapi antibiotik per oral yang efektif terhadap bakteri coliform aerobik gram negatif, seperti E coli,
adalah pilihan terapi pada pasien dengan infeksi saluran kemih bagian bawah.[2,4,11,13] Pemilihan terapi
antibiotik perlu mempertimbangkan adanya resistensi obat, riwayat terapi sebelumnya, dan hasis kultur
dan resistensi.[17]

Sistitis Uncomplicated

Pada sistitis uncomplicated, dapat diberikan nitrofurantoin selama 5 hari. Pilihan antibiotik lain adalah
kotrimoksazol dengan durasi terapi 7 hari.

Nitrofurantoin monohidrat diberikan 100 mg, 2 kali sehari selama setidaknya 5 hari. Sementara itu,
kotrimoksazol dapat diberikan 160/800 mg, 2 kali sehari selama 7 hari. Kotrimoksazol hanya dipilih jika
tingkat resistensi lokal di bawah 20%.

Pilihan antibiotik lain adalah fosfomycin trometamol dosis tunggal 3 gram; atau pivmecillinam 400 mg,
3 kali sehari selama setidaknya 3 hari.[2,4,11,13]

Sistitis Complicated

Pasien dengan sistitis complicated mengalami peningkatan risiko kegagalan terapi. Sistitis complicated
dapat timbul pada pasien dengan diabetes, gejala selama 7 hari atau lebih sebelum mencari perawatan,
gagal ginjal, kelainan fungsional atau anatomi saluran kemih, transplantasi ginjal, terpasang kateter, atau
imunosupresi.

Pilihan terapi pada pasien dengan sistitis complicated adalah:


Ciprofloxacin 500 mg, 2 kali sehari, per oral, selama 7-14 hari

Levofloxacin 750 mg, sekali sehari, per oral, selama 5 hari

Ciprofloxacin 400 mg IV setiap 12 jam selama 7-14 hari

Levofloxacin 750 mg IV, sekali sehari selama 5 hari

Ampicillin 1-2 g IV setiap 6 jam, dengan gentamicin 2 mg/kg/dosis setiap 8 jam selama 7-14 hari

Doripenem 500 mg IV setiap 8 jam selama 10 hariImipenem-cilastatin 500 mg IV setiap 6 jam selama 7-
14 hari

Meropenem 1 g IV setiap 8 jam selama 7-14 hari

Terapi yang diutamakan adalah terapi oral. Terapi intravena dapat dipilih jika pasien tidak dapat
mentoleransi terapi oral. Durasi terapi adalah sesingkat mungkin sesuai dengan respon klinis pasien. Jika
dirasa perlu, maka dapat digunakan terapi dengan durasi lebih panjang (10-14 hari). Pada pasien yang
mendapat terapi intravena, dapat dilakukan konversi ke terapi oral segera setelah gejala klinis membaik.
[14]

Pyelonephritis Uncomplicated

Pada pasien pyelonephritis uncomplicated, masih dapat dilakukan terapi rawat jalan. Untuk pemberian
antibiotik empiris awal pada pasien dengan pyelonephritis akut yang tidak memerlukan rawat inap, dapat
diberikan 1-2 g ceftriaxone intravena, diikuti dengan fluoroquinolone oral sampai diperoleh hasil dari tes
kultur. Pilihan terapi oral antara lain

Pyelonephritis Complicated

Meskipun tidak semua kasus pyelonephritis complicated memerlukan rawat inap, perawatan perlu
dipertimbangkan pada pasien yang tampak sakit berat atau menunjukkan gejala sepsis. Pasien juga
mungkin perlu dirawat inap jika mengalami demam dan nyeri persisten, tidak mampu mempertahankan
hidrasi, atau tidak mampu mengonsumsi obat per oral.

Antibiotik empiris untuk pasien dengan pyelonephritis complicated atau yang berhubungan dengan
obstruksi saluran kemih sebetulnya serupa dengan pilihan antibiotik pada pyelonephritis tanpa
komplikasi. Fluoroquinolone, β-laktam/ β-laktamase inhibitor, sefalosporin generasi ketiga,
aminoglikosida, dan karbapenem dapat digunakan sebagai antibiotik empiris awal. Namun, jika gejala
klinis berat, maka pemilihan antibiotik harus didasarkan pada protokol pengobatan untuk ISK berat yang
disertai dengan sepsis.

Pada kasus dimana pyelonephritis berkaitan dengan obstruksi saluran kemih, pemberian antibiotik perlu
dibarengi dengan dekompresi. Intervensi harus dimulai dari yang bersifat invasif minimal seperti,
nefrostomi perkutan atau insersi stent ureter. Reseksi ginjal haruslah menjadi pilihan tata laksana akhir.
[2,4,11,13]

Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Anak

Tujuan terapi ISK pada anak adalah menghilangkan gejala dan bakteriuria pada episode akut, mencegah
jaringan parut ginjal, mencegah rekurensi, dan megoreksi lesi urologi. Pencegahan sekuele dan rekurensi
dilakukan dengan penatalaksanaan adekuat, pemeriksaan radiologi untuk menilai adanya kelainan
anatomi di saluran kemih, serta pemantauan jangka panjang.

Pilihan antibiotik oral mencakup kotrimoksazol, sefalosporin, dan amoxicillin clavulanate selama 5-7 hari
pada ISK simpleks. Sementara itu, antibiotik parenteral dapat diberikan pada anak dengan pyelonephritis
atau kasus berat. Pilihan antibiotik parenteral adalah ceftriaxone 75 mg/kgbb tiap 12-24 jam sekali;
ataupun gentamicin 2,5 mg/kgbb dosis tunggal bagi pasien yang alergi sefalosporin.

Penggunaan kloramfenikol, sulfonamid, tetrasiklin, rifampicin, amphotericin B, dan kuinolon pada anak
harus dihindari.
Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan

ISK pada kehamilan umumnya tergolong dalam ISK complicated. Pada pasien dengan gejala ringan dapat
dilakukan rawat jalan. Akan tetapi, pada pasien hamil dengan gejala demam, peningkatan leukosit,
muntah, dan dehidrasi, sebaiknya dilakukan rawat inap.

Antibiotik golongan penicillin, sefalosporin, dan nitrofurantoin umumnya dapat digunakan pada
kehamilan. Akan tetapi, nitrofurantoin tidak disarankan penggunaannya pada kehamilan aterm
dikarenakan risiko anemia hemolitik pada bayi. Sulfonamid, seperti kotrimoksazol, juga harus dihindari
pemakaiannya pada trimester awal dan menjelang kelahiran dikarenakan efek teratogenik dan
kemungkinan kernikterus. Fluorokuinolon dihindari dikarenakan kemungkinan efek pada pertumbuhan
kartilago fetus.

Pilihan terapi untuk ISK pada kehamilan adalah:

Nitrofurantoin monohidrat 100 mg, 2 kali sehari, selama 5-7 hari

4.manajemen kasus pada perkemihan

Definisi penyakit kandung kemih

Penyakit kandung kemih adalah berbagai gangguan yang menyerang fungsi kandung kemih. Kandung
kemih merupakan organ berbentuk kantong yang terletak pada rongga panggul.

Fungsi kandung kemih yaitu menampung urine (air kencing) sebelum dikeluarkan dari tubuh. Urine yang
diproduksi pada organ ginjal dialirkan menuju kandung kemih melalui saluran kencing ureter.
Kandung kemih lalu akan menampung urine selama beberapa jam. Lapisan otot yang menyusun organ ini
mampu menampung urine normal hingga mencapai kapasitas 400 – 600 mL.

Saat Anda ingin buang air kecil, otot kandung kemih akan mengerut. Kedua katup yang terletak pada
ujung kandung kemih kemudian terbuka sehingga urine mengalir keluar dari tubuh. Proses keluarnya
urine terjadi melalui saluran yang disebut uretra.

Pada kondisi normal, seseorang biasanya buang air kecil sebanyak 6 – 8 kali dalam 24 jam. Namun,
fungsi kandung kemih dapat menurun akibat bertambahnya usia, masalah kesehatan tertentu, serta
sejumlah faktor lainnya.

Frekuensi kencing lebih banyak atau sedikit dari jumlah tersebut dapat menandakan gangguan otot atau
penyakit pada kandung kemih. Selain masalah buang air kecil, gangguan kandung kemih umumnya juga
menyebabkan nyeri dan beberapa gejala lain.

Gejala-gejala tersebut perlu dikonsultasikan ke dokter dan segera ditangani, sebab sakit kandung kemih
yang dibiarkan begitu saja bisa menyebabkan komplikasi. Dampak umum yakni sulit menahan kencing
atau bahkan tidak bisa kencing sama sekali.

Jenis penyakit kandung kemih

Ada beragam jenis penyakit yang menyerang kandung kemih. Penyakit dapat berasal dari penurunan
fungsi otot, infeksi, pembentukan batu, hingga masalah pada saraf yang mengatur aliran urine dari
kandung kemih.

Di bawah ini beberapa gangguan kandung kemih yang paling umum.


1. Infeksi kandung kemih

Infeksi kandung kemih terjadi saat bakteri masuk ke dalam saluran kemih dan bergerak menuju kandung
kemih. Begitu mencapai kandung kemih, bakteri akan menempel pada dindingnya dan menyebabkan
peradangan.

Penyakit ini sering dihubungkan dengan infeksi saluran kemih (ISK). Pasalnya, sistem perkemihan
meliputi kandung kemih, saluran uretra dan ureter, serta ginjal.

Infeksi pada salah satu area organ sangat berpotensi menyebar ke area lainnya.

2. Batu kandung kemih

Penyakit batu kandung kemih disebabkan oleh penumpukan mineral yang terkandung dalam urine.

Batu kandung kemih berukuran kecil biasanya hilang sendiri terbawa aliran urine, tapi terkadang batu
kandung kemih bisa terus menumpuk dan bertambah besar.

Seperti halnya batu ginjal, pembentukan batu kandung kemih juga menimbulkan sakit saat buang air
kecil. Jika tidak ditangani, batu kandung kemih dapat menghalangi aliran urine dan menyebabkan infeksi.

3. Sistitis

Interstitial cystitis atau sistitis yaitu sekumpulan masalah kronis (jangka panjang) pada kandung kemih.
Infeksi kandung kemih yang tidak diobati dapat berujung menjadi sistitis.

Kondisi ini menyebabkan tekanan pada kandung kemih dan rasa nyeri. Penderita biasanya juga sering
ingin buang air kecil, tapi urine yang keluar hanya sedikit.
Namun, sistitis sendiri bukanlah infeksi. Penyebab pastinya tidak diketahui, tapi penderita kemungkinan
memiliki dinding kandung kemih yang lebih lemah sehingga zat beracun bisa masuk ke dalamnya.

4. Poliuria

Poliuria (kondisi sering buang air kecil) yaitu gangguan kandung kemih yang ditandai dengan produksi
urine berlebih. Orang dewasa umumnya memproduksi tiga liter urine setiap hari, tapi penderita poliuria
bisa memproduksi hingga 15 liter urine dalam sehari.

Ada banyak kondisi yang berkaitan dengan poliuria, mulai dari penyakit diabetes tipe 1 dan 2, penyakit
ginjal, hingga kehamilan. Mengingat penyebabnya sangat beragam, penderita sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat.

5. Kandung kemih neurogenik

Neurogenic bladder atau kandung kemih neurogenik merupakan berbagai gangguan perkemihan akibat
masalah pada otak, sumsum tulang belakang, atau saraf.

Gangguan pada berbagai sistem tersebut menyebabkan hilangnya kontrol otot-otot kandung kemih.

Sistem saraf mengatur kandung kemih saat menampung dan mengosongkan urine di dalamnya. Masalah
pada saraf-saraf perkemihan dapat mengakibatkan kandung kemih overaktif, inkontinensia urine, atau
kesulitan untuk buang air kecil.

6. Inkontinensia urine

Inkontinensia urine yaitu berkurangnya kemampuan kandung kemih untuk menahan kencing. Kondisi
inihome
1.Alergi

2.Kesehatan Jantung

3.Kesehatan Pernapasan

3.Kanker

4.Urologi

5.Penyakit Diabetes

6.Kesehatan Kulit

7.Kesehatan Muskuloskeletal

8.Penyakit Kelainan Darah

Jenis penyakit kandung kemih

Tanda dan gejala penyakit kandung kemih

*Penyebab dan faktor risiko

Pengobatan penyakit kandung kemih

Penyakit kandung kemih adalah berbagai gangguan yang menyerang fungsi kandung kemih.
Kandung kemih merupakan organ berbentuk kantong yang terletak pada rongga panggul.

Fungsi kandung kemih yaitu menampung urine (air kencing) sebelum dikeluarkan dari tubuh. Urine yang
diproduksi pada organ ginjal dialirkan menuju kandung kemih melalui saluran kencing ureter.
Kandung kemih lalu akan menampung urine selama beberapa jam. Lapisan otot yang menyusun organ ini
mampu menampung urine normal hingga mencapai kapasitas 400 – 600 mL.

Saat Anda ingin buang air kecil, otot kandung kemih akan mengerut. Kedua katup yang terletak pada
ujung kandung kemih kemudian terbuka sehingga urine mengalir keluar dari tubuh. Proses keluarnya
urine terjadi melalui saluran yang disebut uretra.

Pada kondisi normal, seseorang biasanya buang air kecil sebanyak 6 – 8 kali dalam 24 jam. Namun,
fungsi kandung kemih dapat menurun akibat bertambahnya usia, masalah kesehatan tertentu, serta
sejumlah faktor lainnya.

Frekuensi kencing lebih banyak atau sedikit dari jumlah tersebut dapat menandakan gangguan otot atau
penyakit pada kandung kemih. Selain masalah buang air kecil, gangguan kandung kemih umumnya juga
menyebabkan nyeri dan beberapa gejala lain.

Gejala-gejala tersebut perlu dikonsultasikan ke dokter dan segera ditangani, sebab sakit kandung kemih
yang dibiarkan begitu saja bisa menyebabkan komplikasi. Dampak umum yakni sulit menahan kencing
atau bahkan tidak bisa kencing sama sekali.

**Jenis jenis kelainan perkemihan

Ada beragam jenis penyakit yang menyerang kandung kemih. Penyakit dapat berasal dari penurunan
fungsi otot, infeksi, pembentukan batu, hingga masalah pada saraf yang mengatur aliran urine dari
kandung kemih.

Di bawah ini beberapa gangguan kandung kemih yang paling umum.


1. Infeksi kandung kemih

Infeksi kandung kemih terjadi saat bakteri masuk ke dalam saluran kemih dan bergerak menuju kandung
kemih. Begitu mencapai kandung kemih, bakteri akan menempel pada dindingnya dan menyebabkan
peradangan.

Penyakit ini sering dihubungkan dengan infeksi saluran kemih (ISK). Pasalnya, sistem perkemihan
meliputi kandung kemih, saluran uretra dan ureter, serta ginjal.

Infeksi pada salah satu area organ sangat berpotensi menyebar ke area lainnya.

2. Batu kandung kemih

Penyakit batu kandung kemih disebabkan oleh penumpukan mineral yang terkandung dalam urine.

Batu kandung kemih berukuran kecil biasanya hilang sendiri terbawa aliran urine, tapi terkadang batu
kandung kemih bisa terus menumpuk dan bertambah besar.

Seperti halnya batu ginjal, pembentukan batu kandung kemih juga menimbulkan sakit saat buang air
kecil. Jika tidak ditangani, batu kandung kemih dapat menghalangi aliran urine dan menyebabkan infeksi.

3. Sistitis

Interstitial cystitis atau sistitis yaitu sekumpulan masalah kronis (jangka panjang) pada kandung kemih.
Infeksi kandung kemih yang tidak diobati dapat berujung menjadi sistitis.
Kondisi ini menyebabkan tekanan pada kandung kemih dan rasa nyeri. Penderita biasanya juga sering
ingin buang air kecil, tapi urine yang keluar hanya sedikit.

Namun, sistitis sendiri bukanlah infeksi. Penyebab pastinya tidak diketahui, tapi penderita kemungkinan
memiliki dinding kandung kemih yang lebih lemah sehingga zat beracun bisa masuk ke dalamnya.

4. Poliuria

Poliuria (kondisi sering buang air kecil) yaitu gangguan kandung kemih yang ditandai dengan produksi
urine berlebih. Orang dewasa umumnya memproduksi tiga liter urine setiap hari, tapi penderita poliuria
bisa memproduksi hingga 15 liter urine dalam sehari.

Ada banyak kondisi yang berkaitan dengan poliuria, mulai dari penyakit diabetes tipe 1 dan 2, penyakit
ginjal, hingga kehamilan. Mengingat penyebabnya sangat beragam, penderita sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat.

5. Kandung kemih neurogenik

Neurogenic bladder atau kandung kemih neurogenik merupakan berbagai gangguan perkemihan akibat
masalah pada otak, sumsum tulang belakang, atau saraf.

Gangguan pada berbagai sistem tersebut menyebabkan hilangnya kontrol otot-otot kandung kemih.

Sistem saraf mengatur kandung kemih saat menampung dan mengosongkan urine di dalamnya. Masalah
pada saraf-saraf perkemihan dapat mengakibatkan kandung kemih overaktif, inkontinensia urine, atau
kesulitan untuk buang air kecil.

6. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine yaitu berkurangnya kemampuan kandung kemih untuk menahan kencing. Kondisi ini
sering ditemukan pada lansia karena fungsi otot kandung kemih menurun seiring pertambahan usia.

Akan tetapi, inkontinensia urine juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti gangguan saraf, persalinan,
atau penyakit kelenjar prostat. Tergantung penyebabnya, penyakit ini dapat berlangsung sementara hingga
menahun.

7. Kandung kemih overaktif

Overactive bladder (OAB) atau kandung kemih overaktif bukanlah penyakit, melainkan gejala dari
gangguan kandung kemih lainnya. Penderita OAB amat sering merasa ingin buang air kecil dan terkadang
bisa mengompol karena tidak kuat menahannya.

Tanpa penanganan yang baik, OAB dapat membuat kegiatan sehari-sehari terasa lebih sulit. Penderitanya
mungkin akan menghindari kegiatan dengan orang lain karena takut berada jauh dari kamar mandi.

8. Disuria

Disuria merupakan rasa tidak nyaman, sakit, atau terbakar saat buang air kecil. Kondisi ini umum dikenal
sebagai sakit kencing atau anyang-anyangan. Rasa sakit pada disuria sering kali menjadi gejala dari
infeksi kandung kemih, terutama sistitis.

Selain infeksi bakteri, disuria juga dapat disebabkan oleh pembentukan batu ginjal, batu kandung kemih,
serangan virus, hingga infeksi menular seksual. Kondisi ini bisa hilang dalam beberapa hari, tapi
terkadang perlu ditangani dengan obat bila tergolong parah.
5.Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hubungan Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Rasyida Medan

Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada
tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya, kejadian di Amerika Serikat kejadian dan
prevalensi gagal ginjal meningkat 50% di tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik menjalani hemodialisa di rumah
sakit Rasyida Medan Medan Tahun 2018. Metode penelitian ini menggunakan Survei analitik yang
menggunakan Metode cross sectional populasi dalam penelitian ini menemukan 75 orang dan sampel
yang diambil dengan menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan data primer, sekunder, dan tersier. Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan ujichi
persegi . Hasil penelitian ini dengan uji statistik pearson chi square, menunjukkan bahwa hasil p-value
sebesar 0,001. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai sebesar 0,05, maka ada hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di rumah
Rasyida Medan Tahun 2018. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara, tingkat dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit
Rasyida medan tahun 2018. Disarankan ini lebih lanjut tentang hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan menggunakan lokasi
penelitian dan metode penelitian yang berbeda dan menunjukkan mayoritas kecemasan sedang 64,5%
dengan kualitas hidup kategori baik 32,9% dan buruk 31,4%. Terdapat sedikit perbedaan saja dari hasil
tabulasi silang tersebut. Berdasarkan analisa bivariat uji Spearmen Rank menunjukkan ada hubungan
antara kecemasan dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit
Ginjal Rasyida Medan p value = 0,006 (p <0,05) dengan hasil nilai r = - 0,315 yang artinya kekuatan
antara kecemasan dan kualitas hidup adalah lemah dan tidak searah atau semakin tinggi tingkat
kecemasan maka semakin buruk kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di
Rumah Sakit Ginjal Rasida Medan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian kecemasan pasien
gagal ginjal kronik di RS Ginjal Rasyida Medan 2019 menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki kecemasan sedang sebanyak (64,5%). Hal ini sejalan dengan Larasati menunjukkan hasil
penelitian yang dilakukannya mayoritas kecemasan yang dialami

respon seseorang akan keadaan yang tidak mendukung dalam kehidupan sehari-harinya. Faktor fisik
dan mental, keparahan penyakit, keadaan sosial dan ekonomi serta persiapan fisik mental sangat
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang menjalani hemodialisa. Keadaan status kesehatan
dengan penyakit terminal dan tidak dapat disembuhkan lagi mengakibatkan kecemasan pada pasien
tersebut. Dalam menjalani tindakan hemodialisa setiap individu memiliki respon yang berbeda-beda,
tergantung proses adaptasi individu akan tindakan hemodialisa yang dijalaninya sebagai salah satu
sumber stressor baginya (13). Sejalan dengan Luana, Pangabean, Lengkong & Christine bahwa tingkat
kecemasan berbeda-beda setiap pasien yang menjalani terapi hemodialisis dan pasien yang mengalami
kecemasan ringan dikarenakan pasien sudah lama menjalani hemodialisis sehingga mampu beradaptasi
dengan kondisi penyakitnya dan biaya tindakan hemodialisis menggunakan jasa asuransi berupa BPJS
maupun asuransi lainnya(14). Dalam penelitian ini karakteristik responden menunjukkan mayoritas
berumur 20-60 tahun dengan kecemasan sedang (47,4%). Kecemasan pada usia dewasa semakin rendah
dikarenakan mekanisme koping yang adaptif seiringan pengalaman hidup yang dijalani seseorang (15).
Individu dewasa cenderung mampu dalam menekan rasa cemas yang muncul ketika timbul

Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di Rumah Sakit Ginjal Rasyida Medan 11 permasalahan karena pengalaman kehidupan
dan kematangan fisik dan mental seseorang (16). Karakteristik penelitian ini lainnya adalah mayoritas
berjenis kelamin laki-laki (61,8%). Laki-laki bersifat lebih kuat secara fisik maupun mental dibandingkan
dengan perempuan. Laki-laki menggunakan logika dalam menghadapi permasalahan sehingga
kebanyakan laki-laki dapat mengendalikan stressor dengan mudah dibanding perempuan (16).
Karakteristik berikutnya mayoritas berpendidikan perguruan tinggi D3/S1 (29,0%). Semakin tinggi
pendidikan pasien maka kecemasannya akan berkurang disebabkan pasien lebih mudah memahami yang
disampaikan oleh petugas sehingga dapat mengatasi kecemasan yang timbul pada saat menjalani tindakan
hemodialisis (17). Dalam penelitian ini mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta (48,7%).
Pekerjaan selalu dikaitkan dengan keadaan sosial ekonomi seseorang. Pada pasien yang menjalani
hemodialisis waktu

* menjadi penyakit gagal ginjal kronis. Sebagian laki-laki juga memiliki kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti merokok, mengkonsumsi kopi, alkohol, dan minuman suplemen
sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan berdampak terhadap kualitas hidupnya
(4). Penghasilan berkaitan erat pekerjaan pasien. Pada penelitian ini responden mayoritas memiliki
pekerjaan wiraswasta. Pekerjaan berkaitan dengan keadaan finansial. Penghasilan rendah mempengaruhi
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kebutuhan kesehariannya guna memelihara
kesehatan tubuhnya. Faktor pendapatan merupakan prediktor terkuat dari status kesehatan seseorang.
Sebagian besar pasien hemodialisa mengalami masalah finansial dan mengalami kesulitan untuk
mempertahankan pekerjaannya sehingga dapat menurunkan kualitas hidupnya (22). Mekanisme koping
adaptif akan menunjukkan pengharapan akan perbaikan kondisi kesehatan, pasien mampu beradaptasi
dengan perubahan fisik, psikologi, lingkungan dan sosial dari penyakit yang dideritanya. Pasien yang
memiliki koping yang maladaptif akan mengalami kecemasan yang akan memperberat keadaannya. Oleh
karena itu, mekanisme koping yang baik dan positif akan meningkatkan kualitas hidup pasien gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis (19). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Spearman Rank
diperoleh hasil terdapat hubungan antara kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Ginjal Rasyida Medan dengan kekuatan hubungan bersifat
lemah dan tidak searah, yang dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin buruk
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa metabolisma
makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin,
bahan asing dan produk sisanya. Sampah metabolisma ini dikeluarkan (disekresikan) oleh ginjal
dalam bentuk urin.

Sistem perkemihan terdiri dari beberapa organ, seperti ginjal, renal pelvis, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Ini berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia karena berfungsi
sebagai sistem eksresi, menyaring darah, dan menghasilkan urine

FISIOLOGI PERKEMIHAN. Sistem urinaria adalah sistem organ yang memproduksi,


menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.

B Saran

Pasien Pasien diharapkan selalu mematuhi anjuran dari petugas kesehatan agar menghindari ataupun
mengurangi kemungkinan masalah yang dapat merugikan klien.

Keluarga Disarankan keluarga untuk menemani klien di ruang induksi/ pre operasi untuk membantu
mengurangi kecemasan klien.

Perawat Perawat sebaiknya melakukan pengkajian yang lebih teliti kepada

klien untuk membantu pembentukan diagnosa yang lebih akurat serta melibatkan keluarga klien dalam
pemenuhan kebutuhan klien.

Instansi Rumah Sakit Peningkatan pelayanan dan kondisi kerja yang lebih nyaman untuk kelancaran
prosen kesehatan baik bagi pihak pasien itu sendiri maupun petugas yang bekerja di rumah sakit.

Instansi Pendidikan Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
menunjang pembelajaran serta meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik
C. DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA https://id.scribd.com › doc › Penyak... Penyakit Terminal - Scribd


https://id.scribd.com Makalah Pasien Terminal Penyakit Kronis - Scribd

https://www.kompasiana.com › ... Kebutuhan Dasar Manusia II (Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien ...

Anda mungkin juga menyukai