Anda di halaman 1dari 4

TUGAS !

Nama : Nur Solikha Eka Yulia Ardini


NPM : 18011007
Kelas : 13 iesp

DEPRESI EKONOMI

Pengertian DEPRESI EKONOMI

Depresi ekonomi adalah periode penurunan aktivitas ekonomi yang


berkepanjangan. Periode ini lebih parah daripada resesi, yakni penurunan
pertumbuhan ekonomi selama tiga kuartal secara berturut-turut.

Karakteristik depresiasi ekonomi


Depresi ditandai dengan kondisi berikut ini:
1. Penurunan aktivitas ekonomi terjadi selama periode yang panjang
2. Ada peningkatan pengguran yang luar biasa besar
3. Ketersediaan kredit menyusut, biasanya karena terjadi krisis perbankan atau
krisis keuangan
4. Produsen mengurangi output dan investasi
5. Kebangkrutan merajalela, termasuk gagal bayar utang pemerintah (sovereign
debt)
6. Aktivitas perdagangan  yang berkurang secara signifikan, terutama terkait
aktivitas ekspor impor
7. Nilai tukar mata uang sangat fluktuatif
8. Deflasi harga
9. Kegagalan bank

Penyebab depresi ekonomi

Ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan depresi ekonom, diantaranya:


 Kejatuhan pasar saham
 Penurunan pesanan manufaktur
 Kontrol harga dan upah
 Kenaikan harga minyak
 Hilangnya kepercayaan konsumen.
Sementara itu, kepanikan perbankan yang luas juga dapat menjadi penyebab
depresi. Dalam kondisi ini, sejumlah besar nasabah takut akan solvabilitas bank
mereka. Mereka secara simultan berupaya menarik simpanan mereka dalam bentuk
tunai. 
Ironisnya, seringnya kepanikan perbankan menyebabkan krisis yang membuat
pelanggan yang panik berusaha melindungi diri mereka sendiri. Bahkan bank yang
sehat secara finansial dapat dihancurkan oleh kepanikan besar semacam itu. 
ANALISIS PERBEDAAN DEPRESI EKONOMI PADA TAHUN 1998, 2008, Dan
2020

Pada 1998 terjadi krisis keuangan akibat adanya kombinasi masalah dari
ekonomi dan politik yang terjadi di dalam negeri. Akibatnya, beberapa sektor
mengalami kerugian, akibat adanya penjarahan di mana-mana. Sementara itu, pada
krisis finansial Asia 1998, hanya beberapa negara yang benar-benar merasakan
dampaknya. Krisis ini memiliki episentrum di Indonesia, Thailand dan Korea Selatan.
Sedangkan negara-negara maju tak terpengaruh krisis ini. Namun demikian, kondisi
terburuk yang dialami Indonesia ketika itu ada ekonomi mengalami kontraksi
mencapai-13%.
Dalam krisis ini berdampak negatif pada korporasi besar, khususnya yang
memiliki kewajiban utang luar negeri sangat besar. Sedangkan sektor yang
terdampak adalah perbankan akibat gagal bayarnya dari korporasi.
"Strategi ke depan adalah efisiensi untuk bertahan dalam kondisi ini," tutup dia.
Sementara krisis pada tahun 2008 adalah ketika itu harga komoditas dunia
jatuh. Tidak semua negara merasakan dampaknya. Sementara dampak krisis
ekonomi yang terjadi pada 2008 di Indonesia lebih menyasar ke sektor keuangan
dan korporasi. Apalagi saat itu, pemerintah juga dalam masa-masa fase pemulihan
pasca tsunami Aceh yang terjadi pada 2004 silam. Sehingga lumayan berat untuk
menghadapi krisis 2008.
Sementara krisis yang terjadi pada tahun 2020 ini disebabkan oleh berbagai dimensi
yang terjadi di global. Salah satunya adalah adanya pandemi virus Corona yang
menyebar hampir di seluruh negara di dunia.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia saat ini
merupakan salah satu outbreak virus yang jangka waktunya terbilang panjang,
meski tak sepanjang outbreak avian influenza (flu burung) pada 2004. Virus yang
sudah berlangsung selama hampir enam bulan ini memiliki dampak global dengan
jumlah kasus jutaan di seluruh dunia.
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro mengatakan hingga saat ini
masih belum dapat dipastikan kapan pandemi ini akan berakhir, meski di beberapa
negara sudah mengalami penurunan kurva jumlah kasus positif, namun di dalam
negeri tren ini masih meningkat.
Kendati demikian dari beberapa prediksi, kasus ini dalam skenario terburuk akan
berakhir pada kuartal ketiga tahun ini.
"Kalau perkembangan secara historis ini yang paling lama terjadi kejadian
penyebarannya untuk virus flu burung. Durasinya delapan bulan, kalau Covid-19 dari
Januari sampai ini sekarang udah enam bulan. Lebih panjang dari kejadian hadapi
SARS, Mers, ebola dan Zika. Virus Covid-19 ini lebih besar dampak dari SARS,
Mers, ebola dan Zika," kata Andry dalam video conference, Jumat (8/5/2020).
Tiap outbreak dari masing-masing virus ini memiliki dampak berbeda, namun
menurut Andry, Covid-19 iin berdampak lebih besar ketimbang virus lainnya. Tak
hanya secara global, namun Indonesia juga mengalami krisis yang jauh lebih parah
ketimbang dengan kondisi dua krisis yang telah dialami sebelumnya di 1998 dan
2008.

Untuk Indonesia, diprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan tumbuh
0,5%. Jauh meleset dari prediksi yang dibuat di awal tahun yang memperkirakan
GDP Indonesia akan tumbuh 5,1% tahun ini.

Hal yang memperparah kondisi ini adalah, pandemi ini berdampak akan memiliki
dampak terlebih dahulu pada seluruh sektor usaha UMKM. Dari mulai
bermasalahnya UMKM ini akan meluas pada sektor korporasi karena terganggunya
value chain dari UMKM.

Sektor yang paling terdampak karena pandemi ini adalah pariwisata, hotel,
perdagangan, manufaktur dan keuangan.

SOLUSI UNTUK DEPRESI EKONOMI AKIBAT PANDEMI COVID – 19

 Karantina lebih lama akan membatasi pertumbuhan ekonomi, tetapi menurut IMF
karantina dan penjarakan sosial merupakan langkah yang vital.
 Mengedepankan langkah-langkah peratahanan sangat penting untuk memperlambat
penyebaran virus agar sistem pelayanan kesehatan mampu mengatasi dengan lebih
cepat, lalu memulai melanjutkan kegiatan ekonomi," kata IMF.
 Disarankan agar kucuran dana lebih besar kepada layanan kesehatan, dukungan
keuangan untuk pekerja dan pelaku bisnis, meneruskan dukungan bank sentral dan
rencana jelas untuk keluar dari wabah untuk menuju pemulihan ekonomi.
 Di sarankan agar negara-negara di dunia bekerja sama untuk menemukan dan
mendistribusikan vaksin bagi penyakit ini.
 pemerintah juga sudah memberikan jaring pengaman sosial terhadap aktivitas sosial
dan ekonomi untuk masyarakat yang pendapatannya terdampak selama pandemi. Itu
dilakukan dengan tujuan agar masyarakat masih tetap bisa menjaga konsumsi.
 Adapun beberapa jaring pengaman sosial yang sudah dilakukan adalah peningkatan
dan perluasan PKH, peningkatan dan perluasan kartu sembako, penambahan dan
fleksibilitas kartu prakerja, hingga bantuan langsung tunai yang bersifat lainnya.
 pemerintah menyediakan bantalan-bantalan termasuk yang sekarang lagi difinalkan
disebut dengan program pemulihan ekonomi nasional atau program PEN. Berbagai
program pemulihan untuk dunia usaha juga terus dilakukan pemerintah agar mereka
tetap bertahan. Pemerintah menyiapkan dukungan bagi dunia usaha melalui
koordinasi erat dengan BI dengan OJK dengan perbankan nasional, untuk bagaimana
sektor bisnis, sektor usaha, sektor riil tetap bisa bertahan walaupun tidak melakukan
aktivitas ekonomi.
 Berbagai program untuk dunia usaha diantaranya memberikan dukungan insentif di
bidang perpajakan, pengurangan lartas impor, serta berbagai kebijakan dan relaksasi
disektor keuangan.
 guna menstimulir ekonomi, program yang terkoordinasi secara global akan lebih
efektif mengatasi depresi global ini daripada bertindak sendiri-sendiri. Khususnya
yang menyangkut kebijakan fiskal. Ketika suatu negara memangkas pajak dan
memberikan bantuan keuangan darurat pada rumah tangga yang memang benar-benar
membutuhkan, maka peningkatan permintaan domestik akan memacu permintaan
global lewat penambahan impor. Karena itu, koordinasi internasional dapat membantu
memecahkan masalah ini. Ketika semua Negara meningkatkan permintaannya, maka
nilai tukar mata uang tidak perlu bergerak terlalu lebar, sehingga peningkatan
permintaan global akan bermanfaat bagi semua. Dalam hal ini G20 atau International
Monetary Fund (IMF) dapat memainkan peran koordinasi yang sangan penting dan
sangat dibutuhkan saat ini.
 pengurangan tarif dan halangan non tarif dalam perdagangan internasional harus
segera dilakukan agar resesi ini cepat dapat diatasi. Berbagai bank sentral utama telah
melakukan pemangkasan bunga kebijakan hingga nol persen, tetapi ini ada batasnya.
Karena itu, hambatan perdagangan saat ini harus secara bersama-sama diturunkan
agar biaya produksi semakin turun dan pendapat riil rumah tangga domestik semakin
meningkat sehingga daya beli semakin besar. Namun perlu diingat bahwa dalam
situasi resesi setiap Negara merasa tergoda untuk meningkatkan hambatan
perdagangan, dan saat ini kebijakan sebaliknya yang sangat dibutuhkan guna
meningkatkan global output dan penyerapan tenaga kerja. Sebagaimana ekspansi
fiskal, maka liberalisasi perdagangan yang terkoordinasi akan lebih sukses mengatasi
resesi ini. Karena itu, World Trade Organization (WTO) dan G20 segera harus
meningkatkan kepemimpinannya untuk mengatasi isu perdagangan ini. Pandemi
Covid-19 sedang mengancam dunia dengan kehancuran. Tetapi, krisis ini juga
membuka peluang untuk melakukan perubahan kebijakan yang tidak hanya untuk
mengatasi tantangan kesehatan publik jangka pendek, tetapi juga untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi potensial global jangka pajang.

Anda mungkin juga menyukai