KEBIJAKAN TATANIAGA
Dosen Pembimbing :
Nama :
Lailatul Fajriyah (
Wahyuningsih (
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Kebijakan Tataniaga”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Masalah Kebijakan Pembangunan yang diampu oleh Dr. Sayekti Suindyah D., S.E.,MM.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Demikian ,semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide atau gagasan yang
menambah kekayaan intelektual bangsa.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan................................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3. Tujuan
1.4. Pembahasan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
2.1. Pengertian Tataniaga ............................................................................................
2.2. Tujuan Tataniaga..................................................................................................
2.3. Peran Tataniaga.....................................................................................................
2.4. Aspek - Aspek dari Tataniaga...............................................................................
2.5. Masalah – Masalah yang ada di Tataniaga...........................................................
2.6. Fungsi yang ada di Tataniaga...............................................................................
2.7. Karakteristik dari Tataniaga..................................................................................
PENDAHULUAN
Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata marketing.
Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi menimbulkan suatu
kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak didalam bagian ini bersifat statis, menunggu
saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen untuk dibagi-bagikan lagi kepada
konsumen. Sedangkan marketing (tata niaga) sebaliknya bersifat dinamis karena tata niaga
mencakup semua persiapan, perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang
bersangkutpaut dengan perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang atau jasa serta
pelaksanaan perpindahan dan peralihan tersebut. Oleh sebab itu sering terjadi “perbedaan”
penggunaan istilah dengan maksud yang sama.
Istilah tataniaga diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu semacam
kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke
konsumen. Disebut tataniaga karena niaga berarti dagang, sehingga tataniaga berarti segala
sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan barang – barang.
Perdagangan itu biasanaya dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga
pemasaran(terjemahan dari kata marketing).
Fungsi tataniaga merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan proses tataniaga. Proses tataniaga meliputi beberapa fungsi yang harus
dilaksanakan oleh produsen dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam mata rantai tataniaga
serta harus diakomodasikan oleh produsen dan rantai saluran barang dan jasa.
Tujuan tata niaga dari berbagai aspek tata niaga dapat ditinjau dari berbagai segi.
1). Tata niaga sebagai suatu proses menyoroti gerakan perpindahan barang-barang dan
jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen serta segala kejadian dan
perlakukan yang dialami oleh barang. Misalnya, jagung dari usahatani dijual petani, dibeli
pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena, dipacking dalam kantong plastik,
botol atau kaleng, dipetikan dan dikirim kedaerah lain atau eksport dan seterusnya.
2). Tata niaga sebagai suatu sistem meliputi cara, model strategi penyampaian barang-
barang dan jasa-jasa dari sektorprodusen kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari
prosespenyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya
dan perekonomian masyarakat.
3). Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomi. Sebagai aktivitas ekonomi peninjauan dari
segi ini selalu menyoroti kegiatanyang produktif oleh sebab itu tinjauan dari segi ini, tata
niagadianggap atau dipandang sebagai bahagian dari kegiatan produksi, dalam arti kata yang
luas.
5). Masyarakat selalu “berobah” dalam arti kata berkembang sesuai dengan kemajuan-
kemajuan jaman. Perkembangan teknologi akan membawa dampak (positif dan negatif)
terhadap sosial, budaya, sosial-politik, sosial ekonomi, preferensi dan lain-lain.
Spesialisasi misalnya akan merobah pola pembagian kerja dan lain-lain. Tuntutan
sektor konsumen turut pula mengalami perobahan atau penyusuaian atas perubahan-
perubahan tersebut, sehingga “jarak” antara sektor produsen kegiatan sektor
konsumenpun menjadi semakin “jauh”, sehingga semakin besar dan penting pula peranan
tata niaga. Timbullah badan- badan usaha (Perseroan Terbatas, Firma, CV, Koperasi,
Assosiasi, dll) yang menspesialisasi diri dari berbagai profesinya dan didalam masyarakat
terjadilah semacam pembagian peranan pihak swasta, perorangan, badan dan pemerintah.
8). Sebagai salah satu bagian dari unit perusahaan tata niaga sifatnya operasional.
Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tata niaga diorganisasikan dalam berbagai unit
yang lebih kecil yang mengkhususkan diri, seperti bagian iklan, langganan, penjualan,
pergudangan, penelitian pasar,pengembangan, dll.
1. Mampu menyampaikan hasil- hasil dari petani produsen ke petani konsumen dengan
biaya semurah –murahnya, dan
2. Mampu mengadakan pembangian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan
tataniaga barang itu. yang dimaksud adil didalam hal ini adalah pemberian balas jasa
fungsi – fungsi pemasaran sesuai sumbangan masing-masing.
Dengan melihat kedua hal ukuran diatas, jelaslah bahwa kemungkinan peningkatan efisiensi
tataniaga dinegara kita masih kurang adil.kalau dimisalkan hanya sarat pertama yang
dipenuhi, tetapi pembeli dan penjual hasil pertanian hanya satu perusahaan atau satu orang
saja (monopsoni dan monopoli), maka perusahaan itu mungkin dapat menekan harga yang
relatif rendah (Mubyarto 2002).
Darius (2001) Tataniaga berperan dalam menciptakan empat macam kegunaan bagi suatu
komoditas pertanian yakni:
a. Kegunaan kepemilikan (Prossion utility) diperoleh melalui prosen jual beli atau
pertukaran
b. Kegunaan tempat (Place utility) melalui kegiatan pengangkutan
c. Kegunaan waktu (Time utility) melalui kegiatan penyimpanan
d. Kegunaan bentuk (Form utility) melalui tranpomasi perubahan produk menjadi
bentuk yang lebih di inginkan konsumen melalui proses pengolahan hasil.
Penyebab timbulnya kesadaran baru dibeberapa Negara berkembang untuk lebih
memperhatikan aspek tataniaga pertanian adalah sebagai berikut:
Darius (2001) menyatakan bahwa peranan tataniaga hasil pertanian dapat ditinjau sebagai
berikut:
Tataniaga sebagai suatu proses yang menyoroti gerakan perpindahan barang atau jasa
dari sector produsen ke sector konsumen, serta segala kejadian dan perlakuan yang dialami
oleh barang. Misalnya jagung dari usaha tani dijual petani, pedagang, diproses oleh pabrik,
dijadikan tepung maizena,dikemas dalam kantong plastic,botol,atau kaleng, kemudian
dipetikan dan dikirim kedaerah lain atau diekspor dan seterusnya.
2. Tataniaga sebagai suatu sistem
Peninjauan dari segi ini selalu menyoroti kegiatan produktif. Oleh sebab itu tata niaga
daiangggap atau dipandang sebagai bagaian dari kegiatan produksi, dalam arti yang luas.
Masyarakat selalu “berubah” dalam arti kata berkembang sesuai dengan zaman.
Perkembangan teknologi akan membawa dampak (positif dan negatif) terhadap sosial.
budaya,sosial-politik, sosial-ekonomi, preferensi,dan lain-lain. Spesialisasi misalnya, akan
mengubah pola pembagian kerja,dan lain-lain. Tuntutan sector konsumen turut pula
mengalami perubahan atau penyesuaian atas perubahan –perubahan tersebut, yang
mengakibatkan jarak antara sector produsen kegiatan sector konsumen pun semakin menjadi
jauh, sehingga semakin besar dan penting pula peranana tataniaga. Kemudian timbulah badan
– badan usaha (Perseroan Terbatas, CV,Koperasi, Asosiasi, dan lain-lain) yang
mengkususkan diri dari berbagai profesinya, dan didalam masyarakat terjadi pula semacam
pembagian peranan pihak swasta,peroranagan, badan,dan pemerintah.
7. Informasi pasar
1) Tata niaga sebagai suatu proses menyoroti gerakan perpindahan barang-barang dan
jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen serta segala kejadian dan perlakukan
yang dialami oleh barang. Misalnya, jagung dari usahatani dijual petani, dibeli pedagang,
diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena, dipacking dalam kantong plastik, botol atau
kaleng, dipetikan dan dikirim kedaerah lain atau eksport dan seterusnya.
2) Tata niaga sebagai suatu sistem meliputi cara, model strategi penyampaian barang-
barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses
penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan
perekonomian masyarakat. Komponen-komponen yang bekerja atas suatu sistem tata niaga
tertentu selalu berusaha mencapai tujuan masing-masing. Jadi suatu sistem tata niaga terdiri
dari berbagai sistem ataupun sub sistem pengorganisasiannya. Misalnya suatu saluran tata
niaga, atau suatu mata rantai tata niaga (channel of marketing) bisa terdiri dari satu atau
beberapa lembaga tata niaga perantara. Dapat pula dengan memakai saluran tunggal (sole
agent) atau koperasi.
3) Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomi. Sebagai aktivitas ekonomi peninjauan
dari segi ini selalu menyoroti kegiatan yang produktif oleh sebab itu tinjauan dari segi ini,
tata niaga dianggap atau dipandang sebagai bahagian dari kegiatan produksi, dalam arti kata
yang luas.
4) Tata niaga sebagai suatu kegiatan proses sosio-ekonomi. Masyarakat selalu “berobah”
dalam arti kata berkembang sesuai dengan kemajuan-kemajuan jaman. Perkembangan
teknologi akan membawa dampak (positif dan negatif) terhadap sosial, budaya, sosial-politik,
sosial ekonomi, preferensi dan lain-lain. Spesialisasi misalnya akan merobah pola pembagian
kerja dan lain-lain. Tuntutan sektor konsumen turut pula mengalami perobahan atau
penyusuaian atas perubahan-perubahan tersebut, sehingga “jarak” antara sektor produsen
kegiatan sektor konsumenpun menjadi semakin “jauh”, sehingga semakin besar dan penting
pula peranan tata niaga. Timbullah badan-badan usaha (Perseroan Terbatas, Firma, CV,
Koperasi, Assosiasi, dll) yang menspesialisasi diri dari berbagai profesinya dan didalam
masyarakat terjadilah semacam pembagian peranan pihak swasta, perorangan, badan dan
pemerintah.
5) Tata niaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (business). Munculnya bentuk-bentuk
spesialisasi menuntut penataan, pengorganisasian, pembiayaan, pengolahan, perencanaan, dll
yang satu persatu menjadi komponen yang khusus. Badan-badan yang bergerak dalam bidang
niaga diarahkan dan dikontrol para manajer untuk mengendalikan perusahaannya. Sebagian
dari unit perusahaan itu memerlukan kegiatan tata niaga bersama-sama dengan kegiatan
produksi. Misalnya PND/PTP ada biro atau bagian pemasaran bersama.
6) Tata niaga sebagai suatu kegiatan unit perusahaan. Sebagai salah satu bagian dari unit
perusahaan tata niaga sifatnya operasional. Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tata
niaga diorganisasikan dalam berbagai unit yang lebih kecil yang mengkhususkan diri, seperti
bagian iklan, langganan, penjualan, pergudangan, penelitian pasar, pengembangan, dll.
Dalam teori ekonomi lama ada pendapat mengatakan bahwa kegiatan dalam perusahaan yang
produktif hanyalah dalam sektor produksi saja. Misalnya menanam padi, beternak, dan lain-
lain. Kemajuan peradaban, teknologi dan perkembangan ekonomi telah merobah pandangan
tersebut yaitu bahwa setiap usaha yang dapat memberikan faedah atau guna (utility) adalah
sesuatu yang juga termasuk kegiatan yang produktif. Beberapa ahli ekonomi menggambarkan
produksi itu sebagai penciptaan nilai guna (utility), yaitu proses bagaimana membuat barang
dan jasa bermanfaat. Proses penciptaan nilai guna tersebut merupakan kegiatan productive,
yang selanjutnya dapat digolongkan ke dalam: (a) place utility (kegunaan karena tempat), (b)
form utility (kegunaan karena bentuk), (c) possesion/ ownership utility (kegunaan karena
milik) dan, (d) time utility (kegunaan karena waktu).
Alex Nitisemito menggambarkan arti pentingnya tata niaga sebagai berikut: “tidak
ada suatu perusahaan yang mampu bertahan bilamana perusahaan tersebut tidak mampu
memasarkan/menjual barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya. Oleh karena itu
bilamana suatu perusahaan dimisalkan sebagai tubuh manusia maka kegiatan tata niaga itu
dapatlah dimisalkan sebagai kegiatan jantung manusia. Apabila jantung terganggu maka
seluruh tubuh juga akan terganggu dan apabila “jantung” berhenti, maka matilah perusahaan
tersebut. Disamping pendapat yang menyatakan tata niaga produktif ada pula pendapat
menyatakan tata niaga tidak produktif. Pendapat ini diajukan dengan latar belakang
kehidupan Robinson Cruses disuatu pulau. Sudah barang tentu dijaman ini fungsi pertukaran
belum memainkan peranan.
Masalah pemasaran yang tak kalah penting adalah rendahnya mutu sumber daya manusia.
Selain itu keberadaan fasilitas pemasaran pun tidak memadai. Saat ini pengembangan sumber
daya manusia baru sebatas mengenai budidaya produksi pertanian sehingga pengetahuan
mengenai sistem pemasaran, terutama petani kecil masih kurang. Hal ini menyebabkan
subsistem pemasaran berkembang sangat lamban (Syahza. A, 2004).
Akan tetapi dengan adanya kemajuan teknologi, baik dalam berproduksi, kelancaran
komunikasi dan perhubungan, teknik pembungkusan, handling dan sebagainya, tidak
mustahil akan merubah strategi dan kebijakan tata niaga, sehingga batasan- batasan tersebut
di atas akan mengalami penyempurnaan atau perubahan secara dinamis pada masa-masa
mendatang.
Memerlukan ruang dan biaya penyimpanan yang relatif besar. Biaya pengangkutan
mahal. Harga produk relatif sangat kecil dibandingkan dengan volumenya. Biaya total
pemasarannya seringkali jauh lebih besar secara proporsional dibandingkan dengan biaya
produksinya. Penawaran produknya relatif kecil:
Secara perorangan petani pada umumnya merupakan suplier kecil yang tidak memiliki
posisi tawar dalam menentukan harga. Penetapan harga pada umumnya dikuasai oleh pelaku
pasar lain Mudah rusak / perishable. Produk agronomi dikenal tidak tahan lama dan sangat
mudah rusak. Hal ini disebabkan antara lain oleh rendahnya kualitas penanganan pasca
panen, kandungan air yang relatif tinggi dan faktor-faktor lain yang lekat dengan karakteristik
biologis dan fisiologis produk agronomi itu sendiri.
- Bersifat musiman
Ketersediaan produk agronomi bersifat musiman, pada saat panen produk tersedia di
pasar dalam jumlah melimpah sebaliknya sebelum dan sesudah saat panen terjadi kelangkaan
pasokan di pasar.Hal ini menciptakan struktur harga pasar yang tidak menguntungkan bagi
produk agronomi sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran (harga turun bila terjadi
kelebihan pasokan dan harga naik bila terjadi kekurangan pasokan produk di pasaran).
Memiliki banyak produk substitusi
Baik sebagai produk yang langsung dikonsumsi maupun sebagai input produksi
produk agronomi bersifat substitusi satu sama lain. Artinya kebutuhan akan satu jenis produk
agronomi jika tidak tersedia maka dapat digantikan dengan jenis produk agronomi yang lain.
Proses pembelian hasil produksi petani dari sentra produksi dan diteruskan ke daerah
konsentrasi konsumsi berlangsung sulit dan mahal sebab pemasaran produk pertanian
umumnya bersifat konsentrasi-distributif, tidak seperti produk industri yang proses
pemasarannya berlangsung secara distributive.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/485798615/Makalah-Manajemen-Tataniaga-Pertanian
https://dokumen.tips/documents/pengertian-dan-ruang-lingkup-tataniaga.html
blob:https://web.whatsapp.com/007c6d5c-f26d-40ec-8868-b82331d7b159