Anda di halaman 1dari 26

STRATEGI MANAJEMEN RISIKO USAHA PADA INDUSTRI

KENDARAAN BERMOTOR DALAM PRESPEKTIF


EKONOMI DI MASA PANDEMI COVID-19

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Manajamen Risiko Usaha

Oleh

Amelia Fera (1218215003)

Sarah Setiani (1220217007)

UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah

manajemen risiko usaha ini dengan baik. makalah ini berisi tentang “Strategi

Manajemen Risiko Usaha Pada Industri Kendaraan Bermotor dalam Prespektif

Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19’’.

Makalah ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai

pihak diantaranya; Ibu Ir. Riris Rollyna Gultom, M.Ak . Oleh karena itu kami

sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih jauh dari kata

sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia

umumnya.

Jakarta, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 2

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 2

1.2 Identifikasi, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah……………3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Kajian Pustaka .................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 14

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap bisnis sudah pasti akan berhadapan dengan beragam risiko. Risiko

dalam berbagai bentuk dan tingkatan bagaikan kompnen yang tidak bisa

terpisahkan dari setiap aktivitas ekonomi dan bisnis. Risiko dalam kegiatan bisnis

juga dikaitkan dengan besarnya pengembalian yang akan diterima oleh pengambil

risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa

pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko

menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Risiko adalah

ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang kerugian terhadap

pengambilan keputusan. Ketidakpastian merupakan situasi yang tidak dapat

diprediksi sebelumnya, mendefinisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang

tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan

munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan

terjadinya hasil negatif tadi (Muslich, 2007).

Setiap perusahaan harus memiliki strategi dalam menghadapi sebuah risiko

yang dialami. Perusahaan harus memiliki rencana strategis yang baik agar dapat

bersaing dan sukses. Sangat penting bagi manajemen dalam menformulasikan

strategi, termasuk dalam memutuskan untuk fokus kepada bisnis inti atau

melakukan diversifikasi usaha kedalam industri yang berhubungan atau terkait pada

industri yang tidak berhubungan atau tidak terkait dengan industri yang dijalankan

1
saat ini. Manajemen Strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan

dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-

keputusan lintas fungsional yang memampukan suatu organisasi mencapai

tujuannya. (David, 2009).

Masa pandemi saat ini sangat berdampak bagi perekonomian, banyak

perusahaan-perusahaan terguncang akibat tingkat penjualan yang semakin menurun

termasuk pada industri otomotif Indonesia sangat terpukul penyebaran pandemi

Covid-19 dari sisi produksi dan penjualan, baik roda dua dan roda empat. Mei 2020,

dua bulan setelah Covid-19 teridentifikasi masuk ke Indonesia, adalah masa titik

nadir bagi industri otomotif nasional. Kementerian Perindustrian mencatat tingkat

utilisasi industri mesin dan peralatan, juga industri kendaraan bermotor, ambles

paling dalam dibanding sektor lain, yakni dari rata-rata 80 persen menjadi tinggal

40 persen. Sepanjang 2020, angka penjualan mobil dan sepeda motor juga merosot,

masing-masing minus 48 persen dan 43 persen. Angka penjualan suku cadang turun

23 persen. (Kementerian Perindustrian, 2021). Oleh karena itu berdasarkan uraian

diatas penulis ingin menyajikan makalah mengenai “Strategi Manajemen Risiko

Usaha pada Industri Kendaraan Bermotor dalam Prespektif Ekonomi di

Masa Pandemi Covid-19”.

1.2 Identifikasi, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan informasi yang telah disampaikan identifikasi masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

2
a) Strategi seperti apa yang dilakukan industri kendaraan bermotor

dalam prespektif ekonomi di masa pandemi?

b) Manajemen risiko apa yang terjadi dalam industri kendaraan

bermotor dalam prespektif ekonomi di masa pandemi?

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah

mengenai Strategi Manajemen Risiko Usaha pada Industri Kendaraan

Bermotor dalam Prespektif Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19.

Berdasarkan masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini sebagai

berikut:

a) Apa strategi yang dilakukan industri kendaraan bermotor dalam

prespektif ekonomi di masa pandemi?

b) Apa risiko yang terjadi dalam industri kendaraan bermotor dalam

prespektif ekonomi di masa pandemi?

3. Batasan Masalah

Batasan masalah pada makalah ini hanya akan membahas strategi

manajemen risiko usaha pada industri kendaraan bermotor dalam prespektif

ekonomi di masa pandemi Covid-19.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan makalah yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

a. Mengetahui strategi yang dilakukan industri kendaraan bermotor dalam

prespektif ekonomi di masa pandemi.

3
b. Mengetahui risiko yang terjadi dalam industri kendaraan bermotor

dalam prespektif ekonomi di masa pandemi.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat makalah yang diharapkan adalah

1. Manfaat praktis

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perusahaan

dalam menentukan strategi manajemen risiko usaha yang dilakukan agar

perusahaan tetap stabil dan dapat meningkatkan profit perusahaan.

b. Bagi Konsumen

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan konsumen dalam

melakukan pembelian atau memilih produk.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Makalah ini menambah wawasan serta bahan makalah lebih lanjut dalam

pengetahuan mengenai startegi manajemen risiko usaha dalam prespektif

ekonomi ditengah pandemi.

b. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, serta

dapat dilakukan penerapan dari teori-teori startegi manajemen risiko usaha.

Pembaca yang merupakan konsumen juga dapat mempergunakan penelitian

ini sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelian produk

kendaraan bermotor.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam

mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian

aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk

mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau

pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah

memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek

negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.

Manajemen risiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua

wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat

menunjukkan risiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam

masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen risiko yang

baik adalah identifikasi dan cara mengatasi risiko. Sasarannya untuk menambah

nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk

memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan

dampak bagi organisasi.

Manajemen risiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi

kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran

organisasi.

5
Adapun pendapat beberapa ahli mengenai manajemen risiko dapat dilihat

dibawah ini. Menurut Herman Darmawi, 2005 manajemen risiko adalah suatu

usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap

kegiatan. perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi

yang lebih tinggi atau suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi,

kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan

pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.

Jadi, dapat dsimpulkan bahwa manajemen risiko adalah upaya untuk

mengendalikan risiko yang terjadi dengan menerapkan cara-cara sistematik agar

kerugian dapat dihindari atau diminimalisirkan.

2.1.2 Komponen Manajemen Risiko

Pemahaman manajemen risiko memungkinkan manajemen untuk terlibat

secara efektif dalam menghadapi ketidakpastian dengan risiko dan peluang

yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk

memberikan nilai tambah. Ada beberapa komponen dan proses dalam

manajemen risiko. Menurut COSO, 2004 (Committee of Sponsoring

Organizations of the Treadway Commission) komponennya adalah :

a. Lingkungan Internal (Internal Environment)

Komponen ini adalah sikap manajemen di semua tingkatan untuk operasi

umum dan konsep kontrol pada khususnya. Ini termasuk etika, kompetensi,

nilai moral, struktur organisasi, dan integritas serta pentingnya

kesejahteraan organisasi.

6
b. Penentuan Sasaran (Objective Setting)

Perusahaan menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk

mengidentifikasi dan mengelola semua risiko. Target ini dapat dibagi

menjadi dua, yaitu

• Strategic objective : fokus pada upaya mewujudkan visi dan misi

• Activity objective : fokus pada kegiatan operasional, pelaporan,

dan kepatuhan

c. Identifikasi Peristiwa (Event Identification)

Manajemen mengidentifikasi berbagai peristiwa potensial yang

mempengaruhi strategi dan pencapaian tujuan perusahaan. Kejadian tidak

pasti ini dapat memiliki dampak positif, tetapi juga dapat memberikan risiko.

Terdapat 4 model dalam identifikasi suatu risiko, yaitu :

• Exposure analysis

• Environmental analysis

• Threat scenario

• Brainstorming questions

d. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko memungkinkan suatu organisasi untuk menilai suatu

peristiwa atau kondisi dan hubungannya dengan pencapaian tujuan

organisasi. Manajemen perlu melakukan analisis tentang kemungkinan

dampak risiko ini dengan dua perspektif, diantaranya : likelihood

(kecenderungan/ peluang, dan impact atau consequnce (besaran dari

realisasi risiko). Besarnya risiko setiap kegiatan organisasi merupakan

7
perkalian likelihood dan consequence. Penilaian risiko bisa menggunakan

dua teknik, yaitu:

• Qualitative techniques

• Quantitative techniques

e. Tanggapan Risiko (Risk Response)

Manajemen mengevaluasi risiko, kemudian menentukan sikap atau

respons terhadap risiko-risiko ini. Respons dari manajemen ini tergantung

pada risiko yang dihadapi. Respons tersebut dapat berupa:

• Menghindari risiko (avoidance), yaitu dihentikannya suatu aktivitas

atau pelayanan yang menyebabkan risiko

• Mengurangi risiko (reduction), yaitu mengambil langkah untuk

mengurangi likelihood atau impact dari risiko

• Memindahkan risiko (sharing), yaitu mengalihkan ataupun

menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain

• Menerima risiko (acceptance), yaitu menerima suatu risiko yang

terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya yang khusus

dilakukan. Dalam memilih sikap (response), perlu untuk

dipertimbangkan faktor-faktor dari pengaruh tiap response terhadap

risiko likelihood dan impact, respon yang optimal sehingga dapat

bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and toleransi, analis cost

versus benefits, dan juga kemungkinan peluang (opportunities) yang

bisa timbul dari setiap risk response.

f. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

8
Proses ini adalah persiapan prosedur atau kebijakan yang membantu

memastikan bahwa respons terhadap risiko yang dipilih sudah memadai dan

dilaksanakan dengan baik. Kegiatan-kegiatan ini meliputi:

• Membuat kebijakan dan prosedur

• Integritas dan juga nilai etika

• Pelimpahan wewenang

• Mengamankan aset perusahaan

• Pemisahan fungsi

• Pengawasan

• Struktur organisasi

• Wewenang dan tanggung jawab

g. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Kegiatan ini berfokus pada pengidentifikasian informasi dan

mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak terkait melalui media

komunikasi yang tepat. Dengan begitu, setiap orang yang mendapatkan

informasi dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

Beberapa faktor penting dalam menyampaikan informasi tersebut meliputi:

• Kualitas informasi

• Arah komunikasi

• Alat komunikasi

h. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah komponen terakhir dalam manajemen risiko. Proses

pemantauan dilakukan terus menerus untuk memastikan bahwa setiap

9
komponen lainnya berfungsi dengan baik, yang penting untuk

dipertimbangkan dalam proses pemantauan adalah pelaporan yang tidak

lengkap atau berlebihan.

2.1.3 Tujuan Manajemen Risiko dalam Bisnis

Secara umum manajemen risiko digunakan untuk dasar agar bisa

memprediksikan bahaya yang akan dihadapai dengan perhitungan yang akurat

serta pertimbangan yang matang dari berbagai informasi awal untuk mengidari

kerugian. Namun secara khusus tujuan dari manajemen risiko adalah (Adi

Warman, 2008)

• Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.

• Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat

uncontrolled tidak dapat diterima).

• Mengalokasikan modan mebatasi risiko.

• Agar perusahaan tetap hidup dengan perkembangan yang

berkesinambungan.

• Memberikan rasa aman

• Biaya risk manajemen yang efisien dan efektif

• Agar pendapatan perusahaan stabl dan wajar, memberikan kepuasan

bagi pemilik dan pihak lain

10
2.1.4 Manfaat Manajemen Risiko dalam Bisnis

Manajemen risiko merupakan cara untuk melindungi perusahaan atau suatu

usaha dari setiap kemungkinan yang merugikan. Adapun manfaat lain dari

manajemen resiko adalah (Soehatman, 2010):

• Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi resiko dari setiap

kegiatan yang mengandung bahaya.

• Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.

• Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasinya.

• Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai resiko operasi bagi

setiap unsur dalam organisasi / perusahaan.

2.1.5 Industri Kendaraan Bermotor di Masa Pandemi

Industri otomotif ialah merancang, mengembangkan, memproduksi,

memasarkan, dan menjual kendaraan bermotor dunia.Industri Otomotif

Indonesia dimulai pada tahun 1964, awalnya dengan perakitan SKD mobil

impor dan kendaraan komersial. Pada 2017, Indonesia adalah produsen

kendaraan penumpang terbesar ke-17 di dunia dan produsen kendaraan

penumpang terbesar ke-5 di Asia, memproduksi 980.000 kendaraan.

Menurut Apindo 2020 dampak Covid-19 terhadap dunia usaha pada sector

otomotif mengalami penurunan penjualan mobil pada bulan Mei 2020 hingga

95%. Penjualan tercatat hanya 3.551 unit turun jauh dari penjualan bulan Mei

11
2019 sebesar 84.109 unit. Kondisi pengusaha sektor otomotif menurut Direktur

Industri Maritim Alat Transportasi dan pertahanan (IMATAP) Kementerian

Perindustrian, Putu Juli Ardika 2020, Jumlah penjualan kedaraan roda empat

atau lebih pada bulan Januari 2020 sebesar 80.400 unit atau turun 1,1% dari

periode sebelumnya. Kemudian di Februari sebesar 79.500 unit atau turun 3,1%

dari periode sebelumnya.

Menurut GAIKINDO menyampaikan koreksi target penjualan di tahun

2020, yang diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 50% akibat menurunnya

permintaan dari dalam negeri dan luar negeri, saat ini sudah turun 30%.

GAIKINDO melaporkan bahwa penjualan mobil tahun 2020 bisa turun dari 1,1

juta unit menjadi sekitar 500.000 unit. Adapun, produsen otomotif besar seperti

Toyota, Daihatsu, Honda sudah memutuskan menghentikan sementara

sebagian aktivitas pabrik sebagai salah satu cara menangani dampak.

Menurut Kementerian Perindustrian 2020, terus berupaya mengambil

kebijakan strategis dalam meminimalkan dampak pandemi Covid-19 terhadap

industri otomotif di tanah air. Salah satunya dengan melakukan koordinasi

bersama para pemangku kepentingan terkait. Upaya ini dilakukan untuk

menjaga kinerja industri otomotif agar senantiasa memberikan kontribusi

signfikan bagi perekonomian nasional.

Walaupun ada pabrikan otomotif yang terganggu produksinya akibat Covid-

19, memastikan ketersediaan produk dan suku cadang kendaraan bermotor,

sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor (Direktur

12
Industri Maritim Alat Transportasi dan Pertahanan (IMATAP) Kementerian

Perindustrian 2020, Putu Juli Ardika).

Stimulus nonfiskal diberikan dalam skema penyederhanaan atau

pengurangan eskpor dan impor untuk bahan baku, percepatan proses ekspor-

impor untuk reputable trader, serta penyederhanaan proses ekspor impor

melalui NLE (National Logistic Ecosystem) (Kementerian Perindustrian, 2020).

Sedangkan, terkait stimulus moneter, diberikan berdasarkan Peraturan OJK

Nomor 11 Tahun 2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai

Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019

(Covid-19) dan Relaksasi Program Jaminan pada BPJAMSOSTEK. Sehingga

dapat mengurangi beban industri otomotif ketika menghadapi masa pandemi

Covid-19.

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Strategi yang Dilakukan Industri Kendaraan Bermotor dalam

Prespektif Ekonomi di Masa Pandemi.

Tidak dapat dimungkiri bahwa wabah Covid-19 memaksa semua pelaku

usaha berpikir ulang untuk merancang strategi agar dapat berjaya pasca pandemi

Covid-19, tidak terkecuali industri otomotif. Dalam hierarki kebutuhan menurut

(Maslow,1994), produk otomotif tidak termasuk kebutuhan primer. Namun dengan

adanya wabah Covid-19, mungkin juga mengubah konstelasi ini.

Pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 diperkirakan tidak terjadi sekejap,

dan mesin perekonomin yang sudah terlanjur berhenti butuh waktu untuk

menghidupkan kembali. Daya beli belum dapat pulih ke level sebelum wabah

Covid-19 melanda. Padahal daya beli merupakan titik utama terjadinya transaksi di

pasar.

Pandemi Covid-19 telah menghantam perekonomian Indonesia dengan

pukulan lebih kencang dibanding perkiraan awal. Sepanjang 2020, ekonomi

Indonesia tumbuh minus 2,07 persen, lebih buruk dari ekspektasi Kementerian

Keuangan di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. (Kementerian

Perindustrian, 2021)

Dalam kondisi demikian pilihan strategi yang dilakukan tentu menurunkan

harga. Dengan strategi demikian, kelompok masyarakat yang menjadi target pasar

akan membesar. Karena pada dasarnya, otomotif bukan kebutuhan primer, maka

14
akan sensitif terhadap harga. Dengan kajian ekonomi, besarnya segmen masyarakat

yang dapat menjadi target pasar dapat diperkirakan. Karena yang dipotong adalah

margin usaha. Bila sampai sustain, maka pembeli lama dapat menuntut bahwa

mereka membayar harga yang overpriced, bukan harga yang adil. Artinya, selama

ini penjual menikmati margin yang sangat sangat besar. Namun, pasti bukan ini

yang terjadi, yang diperlukan adalah bagaimana menurunkan biaya produk

serendah- rendahnya.

Selain itu juga banyak pengusaha otomotif yang melakukan penjualan

produk lain pada masa pandemi ini contoh Ganding Toolsindo mendapat order

untuk PT Sakura Java Indonesia, perusahaan pemasok suku cadang produk PT.

Yamaha Indonesia Motor Manufacturing. Ganding kebagian jatah membuah

bracket knalpot sepeda motor Yamaha.

Dalam rantai nilai usaha manufaktur, 80% nilai produk ditentukan saat

produk itu dirancang, sisanya 15% saat diproduksi, dan 5% saat pemasaran. Inilah

peta yang harus kita cermati. Pada saat produk baru dikembangkan, perancang

dihadapkan dengan ratusan keputusan yang pada akhirnya menentukan nilai produk.

(Investor Daily, 2020)

Selain para pengusaha pemerintah juga melakukan strategi untuk dapat

menghidupkan daya beli masyarakat terhadap otomotif terutama kendaraan

bermotor. Pemerintah menggulirkan insentif bagi industri otomotif berupa

pemotongan tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Relaksasi

diberikan untuk kendaraan bermotor segmen 1.500 cc ke bawah—termasuk tipe

sedan, berpenggerak 4x2, dan yang mempunyai kandungan lokal hingga 70 persen.

15
Diskon PPnBM berlaku bertahap mulai 1 Maret mendatang. Pada tahap

pertama, yakni Maret-Mei 2021, potongan pajak akan diberikan sebesar 100 persen

dari tarif normal. Selanjutnya, pada Juni-Agustus, berlaku rabat 50 persen,

menyusul pada September-Desember dengan diskon 25 persen. Jumlah potongan

tarif dari setiap penjualan kendaraan bermotor tersebut akan ditanggung pemerintah.

Pemerintah berharap diskon pajak ini bisa mengungkit gairah konsumsi rumah

tangga kelas menengah. (Kementerian Perindustrian, 2021). Semua strategi yang

dilakukan baik oleh perusahaan industri otomotif kendaraan bermotor baik

pemerintah diharapkan dapat memulihkan ekonomi perkenomian Indonesia

kembali.

3.2 Manajemen risiko yang terjadi dalam industri kendaraan bermotor

dalam prespektif ekonomi di masa pandemi

Setiap organisasi atau perusahaan selalu menanggung risiko. Risiko bisnis,

kecelakaan kerja, bencana alam, perampokan dan pencuruan, kebangkrutan adalah

beberapa contoh dari risiko yang lazim terjadi (Muslich, 2007). Risiko operasional

merupakan salah satu dari risiko yang harus segera ditangani oleh perusahaan, agar

perusahaan mampu dan siap dalam menghadapi berbagai macam risikorisiko yang

tidak dapat diatasi oleh perusahaan (Fatmarindah, 2010). Jika risiko pasar diberikan

pengertian sebagai risiko kerugian yang disebabkan karena perubahan variabel

makro ekonomi dan risiko kredit adalah risiko kerugian karena pihak counterparty

tidak mampu membayar kewajibanya, maka risiko operasional merupakan kerugian

finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan

16
sumberdaya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari

luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang

berlaku (Muslich, 2007). Manajemen pemeliharaan dan reliabilitas yang baik dapat

meningkatkan kinerja organisasi serta melindungi investasi organisasi (Heizer &

Render, 2015).

Industri otomotif merupakan salah satu sektor andalan yang memiliki

kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Industri otomotif dinilai

memiliki peran penting dan strategis sehingga dimasukkan ke dalam peta jalan

Making Indonesia 4.0, yang mendapat prioritas pengembangan dalam implementasi

industri 4.0. Penjualan motor pada kuartal kedua tahun ini drop signifikan. Dalam

masa pandemi ini industri kendaaraan bermotor sangat memiliki risiko tinggi, salah

satunya saja menurunnya penjualan. Pemicunya adalah penerapan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah Tanah Air untuk menekan

penyebaran wabah yang diakibatkan oleh virus corona jenis baru.

Pada awal Mei, virus corona yang menyebabkan Covid-19 telah merebak di

hampir seluruh wilayah Tanah Air. PSBB pun digalakkan, orang-orang diimbau

untuk beraktivitas di rumah masing-masing dan tidak bepergian keluar. Akibatnya

kunjungan ke showroom/dealer drop, begitu juga dengan penjualannya. Namun

memasuki bulan Juni, DKI Jakarta sebagai wilayah yang pertama kali menerapkan

PSBB mulai melakukan relaksasi pelonggaran. Hal ini berakibat

pada membaiknya mobilitas publik. Di saat yang sama, kembali bergeliatnya

aktivitas ekonomi juga mulai dijumpai di wilayah lainnya. Itulah mengapa di akhir

kuartal kedua penjualan motor domestik mengalami peningkatan. Namun

17
sebenarnya penjualan kendaraan roda dua pada periode April-Juni tahun ini

tergolong minimalis. (CNBC, 2021)

Pada Mei 2020, dua bulan setelah Covid-19 teridentifikasi masuk ke

Indonesia, adalah masa titik nadir bagi industri otomotif nasional. Kementerian

Perindustrian mencatat tingkat utilisasi industri mesin dan peralatan, juga industri

kendaraan bermotor, ambles paling dalam dibanding sektor lain, yakni dari rata-

rata 80 persen menjadi tinggal 40 persen. Sepanjang 2020, angka penjualan mobil

dan sepeda motor juga merosot, masing-masing minus 48 persen dan 43 persen.

Angka penjualan suku cadang pun turun 23 persen.

Kondisi berbeda dialami industri lain, yang antara lain angka penjualannya

hanya turun rata-rata 15 persen. Pabrik pengolah di beberapa sektor industri bahkan

mulai menunjukkan peningkatan utilisasi pada triwulan IV 2020, seperti di industri

makanan-minuman, barang elektronik, komputer, dan optik.

Anjloknya performa industri kendaraan bermotor membuat pemerintah

waswas. Sebab, loyonya bisnis ini merupakan salah satu indikator merosotnya

tingkat konsumsi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun lalu,

Badan Pusat Statistik mencatat konsumsi menyumbang 58,96 persen terhadap

produk domestik bruto (PDB). Industri otomotif, bersama sektor manufaktur,

berkontribusi 19,88 persen terhadap PDB. Kemerosotan industri kendaraan

bermotor terlihat pada April-Mei 2020. Ketika itu, angka penjualan hanya berada

di kisaran 3.700-4.000 unit sebulan, sementara normalnya 90-100 ribu unit.

Akibatnya, tingkat utilisasi pabrik pun melorot tajam. Industri pendukung, yakni

18
usaha kecil-menengah pemasok komponen dan suku cadang, ikut terkena dampak.

(Kementerian Perindustrian, 2021)

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Manajemen risiko adalah bagian penting dari strategi manajemen

semua wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai

metodenya dapat menunjukkan risiko yang terjadi pada suatu

aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari

semua aktivitas.

2. Pemahaman manajemen risiko memungkinkan manajemen

untuk terlibat secara efektif dalam

menghadapi ketidakpastian dengan risiko dan peluang yang

berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk

memberikan nilai tambah. Ada beberapa komponen dan proses

dalam manajemen risiko; lingkungan internal, penentuan sasaran,

identifikasi peristiwa, penilaian risiko, tanggapan risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

3. Pandemi Covid-19 telah menghantam perekonomian Indonesia

dengan pukulan lebih kencang dibanding perkiraan awal. Sepanjang

2020, ekonomi Indonesia tumbuh minus 2,07 persen, lebih buruk

dari ekspektasi Kementerian Keuangan di kisaran minus 1,7 persen

hingga minus 0,6 persen.

20
4. Menurut Apindo 2020 dampak Covid-19 terhadap dunia usaha pada

sector otomotif mengalami penurunan penjualan mobil pada bulan

Mei 2020 hingga 95%. Penjualan tercatat hanya 3.551 unit turun

jauh dari penjualan bulan Mei 2019 sebesar 84.109 unit.

5. Stimulus nonfiskal diberikan dalam skema penyederhanaan atau

pengurangan eskpor dan impor untuk bahan baku, percepatan proses

ekspor-impor untuk reputable trader, serta penyederhanaan proses

ekspor impor melalui NLE (National Logistic Ecosystem)

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham H. Maslow. 1994. Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan

Pendekatan hierarki Kebutuhan Manusia). PT PBP, Jakarta

2. Adi Warman Karim, 2008. Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan. (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2008). Hlm. 255

3. Agung P. Pambudhi, 2020. Strategi dunia usaha menghadapi krisis dan upaya

untuk menyesuaikan proses bisnis pasca pandemi. Apindo Resarch Institue.

Hlm. 31

4. CNBC, 2021, https://www.cnbcindonesia.com/, diakses pada tanggal 18 April

2020, waktu 15.00 WIB.

5. COSO, (2004). Enterprise risk management– integrated framework. Committee

of Sponsoring Organizations,

www.coso.org/Publications/ERM/COSO_ERM_ Executive Summary.pdf,

diakses pada tanggal 18 April 2021, waktu 20.00 WIB.

6. Darmawi, Herman. 2005. Manajemen Risiko. Bumi Aksara, Jakarta

David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep, Buku 1. Penerbit

Salemba Empat. Jakarta.

7. Fatmarindah, A. 2010. Kajian manajemen risiko operasional pada divisi

penerimaan, penimbunan dan penyaluran bbm di depot ujung berung.

8. Gaikindo. 2020. Gaikindo Production Data Jan-Dec 2019. Jakarta. Retrieved

from https://www.gaikindo.or.id/indonesian-automobile-industry-data/,

diakses pada tanggal 18 April 2021, waktu 20.30 WIB.

22
9. Heizer, Jay and Render Barry, 2015, Manajemen Operasi : Manajemen

Keberlangsungan dan Rantai Pasokan, edisi 11, Salemba Empat, Jakarta.

10. Investor ID, 2020. https://investor.id/opinion/strategi-industri-otomotif-kala-

pandemi-covid19, diakses pada tanggal 18 April 2021, waktu 14.00 WIB.

11. Kemenperin, 2020. https://www.kemenperin.go.id/artikel/21665/Tekan-

Dampak-Covid-19,-Kemenperin-Usul-Stimulus-Industri-Otomotif,

diakses pada tanggal 18 April 2021, waktu 19.00 WIB.

12. Kemenperin, 2021. https://www.kemenperin.go.id/artikel/22301/Satu-Insentif-

Banyak-Misi, diakses pada tanggal 18 April 2021, waktu 18.30 WIB.

13. Muslich, Moh.2007.Manajemen Risiko Operasional. Jakarta: PT Bumi

Aksara.221 hal.

14. Soehatman Ramli, Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk

Management (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), h. 4

23

Anda mungkin juga menyukai